Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF, DAN SOSIO-EMOSI MASA


KANAK-KANAK AWAL (2-6 TAHUN )

Dosen pengampu : Citra Ayu Kumala Sari, M.Psi

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Nanda Ameilia Zulfia (126308211053)


2. Nila Sarofa (126308211056)
3. Safira Lailil Ramadhani (126308211064)
4. Salsabila Ayu Fitria (126308211066)
5. Umi Salamah (126308211077)
6. Adinda Fuadila Alhumairo (126308211091)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM 2-B

FAKULTAS USLUHUDIN ADAB DAN DAKWAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidyah, dan
inayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka menambah
pengetahuan bagi penulis dan pembaca serta memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami menuntut ilmu di
universitas ini.
2. Ibu Citra Ayu Kumala Sari, M.Psi selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Psikologi
Perkembangan yang telah mengajar dan memberikan pengarahan kepada kami.
3. Teman-teman PI 2-B yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan pengetahuan,


rujukan, serta sumber bacaan dalam membuat makalah ini sehingga jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk membangun makalah
ini dan menutupi kekurangannya. Semoga makalah ini dapat membantu proses pembelajaran
khususnya dalam mata kuliah Pemikiran dan Peradaban Islam serta dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.

Tulungagung, 22 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR………………………………………………………………2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….….4

B. Rumusan Masalah……………………………………………………..…..5

C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………….....5

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Fisik………………………………………………………6

B. Perkembangan Kognitif…………………………………………………..6

C. Perkembangan Bahasa Usia 2-6 Tahun…………………….…………….7

D. Perkembangan Emosi Anak Usia 2-6 Tahun…………………………….8

E. Hubungan Pertemanan dan Bermain Usia 2-6 Tahun……………………9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………12

B. Saran………………………………………………………………..……13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……..…14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan
ketergantungan. Masa kanak-kanak awal atau bisa disebut sebagai masa prasekolah
secara kronologis (urutan waktu) merupakan masa perkembangan pada usia sekitar 2
sampai 6 tahun. Dalam masa ini perkembangan biologis berjalan dengan cepat dan
pesat. Akan tetapi, perkembangan secara sosiologisnya si anak masih sangat terikat
oleh keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, keluarga berperan
penting dalam mempersiapkan anak untuk terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas
lagi terutama di lingkungan sekolah.

Masa kanak-kanak ini sering juga disebut sebagai mata estetika, masa indera,
dan masa menentang orang tua. Disebut sebagai masa estetika karena pada masa ini
merupakan saat terjadinya perasaan keindahan. Disebut juga masa indera, karena pada
masa ini penginderaan anak-anak berkembang secara pesat. Dikarenakan pesatnya
perkembangan tersebut, maka anak-anak senang untuk mengadakan eksplorasi, yang
selanjutnya bisa disebut sebagai masa menentang.

Pada masa kanak-kanak awal ini, anak akan melakukan berbagai macam hal
seperti meniru, banyak bermain sandiwara (khayalan), dari kebiasaan yang telah
dilakukan itu akan memberikan keterampilan dan pengalaman-pengalaman baru
terhadap anak. Ada yang berpendapat bahwa masa ini dimulai sebagai penutup dari
masa bayi. Masa kanak-kanak awal ini berakhir sampai dengan sekitar usia masuk
sekolah dasar.

Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak pada masa kanak-kanak


awal ini juga tidak dapat dikesampingkan pentingnya. Ketiga perkembangan ini
sangat penting dalam perkembangan seorang anak, dikarenakan nantinya akan
menentukan dan membawa perilaku anak hingga dia dewasa.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan fisik pada masa kanak-kanak awal ?

2. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal ?

3. Bagaimana perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal ?

4. Bagaimana perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal ?

5. Bagaimana hubungan pertemanan dan bermain pada masa kanak-kanak awal ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada masa kanak-kanak awal

2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal

3. Untuk mengetahui perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal

4. Untuk mengetahui perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal

5. Untuk mengetahui hubungan pertemanan dan bermain pada masa kanak-kanak


awal

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN FISIK
Aspek Perkembangan Fisik anak usia 2-6 Tahun pertama,Masa kanak-kanak awal
terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana
anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. kedua, Anak usia
Taman Kanak-kanak dalam rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam masa usia emas
(golden age) segala sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya.
Perkembangan Fisik Anak Usia 2-6 Tahun pertama, Anak dapat turun tangga,
melompat, bejingkrak, dan mengubah arah. Kedua, Dapat mengenakan pakaian tanpa
dibantu. Ketiga, Gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap.
Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar,
Pada umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap
tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.
B. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif mengacu pada tahapan kemampuan seorang anak dalam
memperoleh makna dan pengetahuan dari pengalaman serta informasi yang ia dapatkan.
Perkembangan kognitif meliputi proses mengingat, pemecahan masalah, dan juga
pengambilan keputusan.
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki kemampuan
tertentu untuk mengahadapi objek-objek yang ada di sekitarnya. Kemampuan ini masih
sangat sederhana, yakni dalam bentuk kemampuan sensor motorik. Dalam memahami dunia
mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan
equilibrasi.
Tahapan-tahapan kognitif
Melalui observasinya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam
empat tahapan. Masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan
pikiran yang berbeda-beda.
1. Tahap sensorimotorik (usia 0-2 tahun)
Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun. Dalam tahapan
ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sensory)
mereka dengan gerakan motor (otot). Menjelang akhir periode sensorimotor, anak bisa
membedakan antara dirinya dan dunia sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari
waktu ke waktu.
2. Tahap pra-oprasional (usia 2-7 tahun)
Tahap ini berlangsung mulai usia 2 tahun sampai tujuh tahun. Tahap ini adalah tahap
pemikiran yang lebih simbolis, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Tahap ini lebih
bersifat egosentris dan intuitis. Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua subtahap, yaitu

6
tahap fungsi simbolis dan tahappemikiran intuitif. Pemikiran pra-opersional masih
mengandung dua keterbatasan, yaitu egosentrisme dan animisme.
Egosentrisme adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif milik
sendiri dengan perspektif orang lain. Piaget dan Barber Inhelder mempelajari egosentrisme
anak dengan memberikan tugas gunung.
Animisme juga merupakan ciri pemikiran pra-operasional. Animisme adalah
kepercayaan bahwa objek tidak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak.
Seorang anak kecil menunjukkan animisme ini dengan mengatakan “pohon itu mendorong
daun dan membuatnya gugur” atau “trotoar itu membuatku terjatuh”.
3. Tahap oprasional konkrit (usia 7-11 tahun)
Tahap opersional konkret, dimulai umur tujuh tahun sampai sebelas tahun. Pemikiran
operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan
penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk mengklasifikasikan
sesuatu sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret
tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi
konkret membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus
pada satu kualitas objek.Dalam tahap pra-opersional juga menunjukkan karakteristik
pemikiran yang disebut centration yakni pemfokusan (pemusatan) perhatian pada satu
karakteristik dengan mengabaikan karakteristik lainnya. Centration tampak jelas dalam
kurangnya konservasi dalam tahap ini. Konservasi yang dimaksud di sini adalah ide bahwa
beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya
4. Tahap oprasional formal (usia 11-15 tahun)
Tahap operasional formal, usia sebelas sampai lima belas tahun. Pada tahap ini
individu sudah mulai memikirkan pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih
abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas
dalam pemecahan problem verbal. Tahap operasional formal juga memiliki kemampuan
untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Pada tahap ini,
anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan
dalam diri mereka dan diri orang lain. Konsep operasional formal juga menyatakan bahwa
anak dapat mengembangkan hipotesis deduktif tentang cara untuk memecahkan problem dan
mencapai kesimpulan secara sistematis.

C. PERKEMBANGAN BAHASA USIA 2-6 TAHUN


Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian
ini tercakup semua cara untuk berkomuniasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi,
lambar, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama
manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah dasar
merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa awal sekolah dasar (usia 6 tahun) anak sudah

7
menguasai sekitar 2500 kata, usia 8 tahun 20000 kata dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun)
telah menguasai sekitar 50000 kata (Abin Syamsudin M, 1991; Nana Syaodih S, 1990).
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak
sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang
perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan dsb). Pada masa ini tingkat berpikir anak
sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu,
kata tanya yang digunakannya yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan
pertanyaan : “dimana”, “darimana”, “ke mana”, “mengapa” dan “bagaimana”.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah :
1. Proses kematangan, dengan perkataan lain anak menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
Bahan Pelatihan Pembelajaran Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi 2003 14
Perkembangan Anak Usia Dini

2. Proses belajar, yang berarti anak yang sudah matang untuk berbicara mempelajari bahasa
orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan.kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak
masuk sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat : (1) dapat membuat kalimat yang lebih
sempurna, (2) dapat membuat kalimat majemuk, dan (3) dapat menyusun dan mengajukan
pertanyaan.
D. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA 2-6 TAHUN
Pada usia 2-6 tahun ini emosi anak-anak sangat kuat. Karena emosinya mengalami
ketidak seimbangan, hal ini dikarenakan “keluar dari fokus” yang artinya anak mudah tertawa
terbahak-bahak, sehingga emosionalnya sulit diarahkan. Jadi tingginya emosi pada anak-anak
dimasa awal ini ditandai dengan mudahnya meledakkan emosi, rasa iri yang berlebih dan
mudah ketakutan. Saat masa ini anak sangat sulit diarahkan dan dibimbing karena emosi yang
menjulur tinggi, jika anak diperingati lebih mudah tersinggung dan bahkan sampai
memberontak, penyebabnya karena anak keluar dari jalur fokus mereka.
Terkadang beberapa orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan hal yang
terbatas atau hal-hal yang tertentu saja, padahal mungkin anak bisa dan mampu melakukan
hal yang lebih tinggi lagi, akibatnya anak sering melanggar larangan dari orang tua mereka
memberontak atau menolak larangan tersebut. Anak akan meledakkan amarah saat melihat
apa yang menurutnya mudah dilakukan. Emosi yang menjulur tinggi ini biasanya
penyebabnya adalah masalah psikologis.
Emosi anak pada tahap ini juga sangat terperinci. Kesadaran kognitif yang sudah
meningkat merupakan faktor penyebabnya. Angan-angan dan daya ingatnya mulai meningkat
dari lingkungan sekitar. Seorang anak itu selalu dekat dengan dengan pengasuhnya atau yang
menjaganya setiap hari faktor ini juga dapat memperluas perkembangan hubungan dengan

8
lingkungannya. Emosi pada anak-anak usia awal menurut Elizabeth B. Hurlock. Amarah,
mulai dari yang sangat umum sekali pertengkaran karena memperebutkan mainan, karena
keinginanya tidak tercapai akhirnya marah. Takut, kebiasaan meniru dan mengingat dapat
menimbulkan rasa takut seperti dari media cerita-cerita, radio maupun televisi dengan adanya
unsur yang menakutkan. Iri hati, anak sering iri melihat kemampuan anak lain, atau mungkin
iri dengan barang yang dimiliki anak lain. Gembira, anak merasa gembira karena suara, bunyi
atau gambar yang tidak disangka-sangka atau tidak diinginkan contohnya gembira karena
dapat mengerjakan tugas yang dianggap sulit. Cemburu, anak menjadi cemburu bila perhatian
orang tuanya teralihkan dengan orang lain dikeluarganya. Sedih, anak merasa sedih bila
sesuatu yang dimilikinya hilang yang dia anggap penting. Inggin tahu, anak punya rasa ingin
tahu akan hal yang baru dilihatnya. Kasih sayang, anak suka dan cint terhadap hewan atau
orang bahkan benda yang dianggapnya menyenangkan.
E. HUBUNGAN PERTEMANAN DAN BERMAIN USIA 2-6 TAHUN

Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang


mempunyai tujuan tertentu. Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling
banyak dianut adalah teori psikosial dari Erik Erikson. Pada tahap ketiga (2-6 tahun) mereka
belajar bagaimana merencanakan dan melaksakan tindakannya. Pada usia 2-3 tahun, anak
mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin
disukai oleh teman-temannya. Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman.
Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah untuk berbagi, member dukungan,
bergantian, dan berbagai keterampilan soaial lainnya.1

Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia ini anak
mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai memahami
tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang
kesalahan. Perkembangan aspek motorik tersebut juga menjadikan anak dapat bermain
bersama dengan teman-temannya.2

Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usian 4-5 tahun. Hal itu
disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika bermain di
limgkungan sekolah, tetapi juga dalam prilaku dirumah. Itulah sebabnya anak ingin agar
prilakunya dapat diterima oleh orangtuannya dan teman-temannya.3

:Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan perkembangan social pada anak usia 5- 6
tahun. Factor penambhan usia menjadi penyebab, dengan pertambahan usia tersebut anak
1
Ilman Saputra dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak di Usia 2-4 Tahun,
(Jakarta: Dirjen PAUDNI, 2011), hlm. 8.
2
Ibid., hlm.9
3
Novan Ardy Wiyani, Mengelola …, hlm. 34.

9
menjadi lebih banyak bermain dan bercakap- cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan
teman-temannya. Hubungan anak bersama temantemannya yang semakin meningkat melalui
kegiatan bermain, baik disekolah ataupun di lingkungan rumah dapat menjadikan ia
memahami dirinya sendiri untuk bersikap kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan
mematuhi aturan yang berlaku dirumah, sekolah, dan dilingkungan masyarakat.4

Dalam hal ini peran pertemanan dalam perkembangan psikososial anak terdapat beberapa
fase yaitu:

1. Fase pertama (Teman Untuk Bermain)

Fase ini terjadi pada usia 5 – 7 tahun, bagi mereka teman menariknya adalah teman
yang mempunyai mainan dan tempat tinggalnya dekat dengan mereka yang memiliki
keterkaitan sama. Persahabatan mereka mungkin akan putus dankembali seperti semula.
Mereka tidak menganggap bahwa kepribadian itu penting.

2. Fase kedua ( Teman untuk bersama)

Pada masa ini, pertemanan mereka didasari oleh kepercayaan satu sama lain terjadi
pada usia 8 – 10 tahun. mereka berteman melalui kepercayaan, saling membutuhkan, dan
saling mengunjungi. Fase ini anak tidak gampang berteman seperti pada fase pertama,
karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua pihak. mereka juag tidak lmau lagi
berteman jika ada masalah.

3. Fase ketiga

Fase ini terjadi pada usia 1 sampai 15 tahun, persahabatan dengan penuh perngertian.
Bagi mereka teman bukan hanya sebagai temoat bermain saja akan tetapi juga sebagai
tempat bertukar pikiran, persaan dan pengertian. Pertemanan ini sangat intens, sahabat
yang lebih tahu daripada orangtuanya sendiri. Pertemanan mereka bisa putus karena
pindah rumah atau melanjutkan sekolah lain.

Berikut ini beberapa faktor penting yang memperngaruhi hubungan pertemanan anak:

1. Cara mendidik dan membina anak. Orang tua yang mendidik dan membina anak secara
bertahap dengan penuh kasih sayang, yang biasanya akan tumbuh kepercayaan diri anak
dalam mengembangkan hubungan sosial.

4
Ibid., hlm. 34.

10
2. Urutan kelahiran. Anak bungsu atau anak paling terakhir biasanya lebih populer dan lenih
pintar bernegosiasi daripada saudara-saudaranya.

3. Gender. Perbedaaa jenis kelamin mengakibatkan perbedaan pola asuh. Anak laki-laki
boleh memnajata pohon, sedangkam anak perempuan tidak boleh.

4. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran. Mereka lebih dapat mengambil peran dan
bersosialisasi dan beradaprasi dilingkungan sosial.

5. Nama. Nama sangat penting dilingkungan masyarakat, apalagi nama yang diasosiakan
yang cenderung anak-anak lain mengejek yang membawa pengaruh negative dalam
psikologi anak.

6. Daya Tarik. Anak-anak yang memiliki daya tarik tinggi memiliki pengaruh positif
disekitarnya. Sehingga mereka dapat tumbuh rasa percaya diri.

Perkembangan psikologi manusia dipengaruhi oleh intreraksi sosial dalam perkembangan


psikososial anak. Perkembangan moral seorang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Pertemanan mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial anak-anak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Masa kanak-kanak awal ialah masa yang penuh dengan tantangan bagi para
orang tua. Karena pada masa ini, orang tua dihadapkan pada karakter anak yang
penuh masalah, seperti egosentris, keras kepala, dan sulit untuk diatur. Akan tetapi di
sisi lain, pada masa ini merupakan usia emas dalam tahap perkembangan. Tahap
perkembangan anak ke depannya dapat terganggu bilamana pada masa ini anak
mengalami keterlambatan tugas perkembangan.

Masa kanak-kanak yaitu masa terpanjang dalam rentang kehidupan saat


dimana individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Masa awal
kanak-kanak berawal dari usia 2-6 tahun. Dimana masa ini merupakan masa pra
sekolah, yang pada umumnya anak-anak akan masuk ke dalam kelompok bermain dan
taman kanak-kanak. Pada masa awal kanak-kanak ini dianggap sebagai saat belajar
untuk mencapai berbagai keterampilan dan senang mencoba hal-hal yang baru.

Hubungan pertemanan dan bermain pada tahap ketiga (2-6 tahun) mereka
belajar bagaimana merencanakan dan melaksakan tindakannya. Pada usia 2-3 tahun,
anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Pada usia 3-4 tahun hubungan
pertemanan anak mulai meningkat di usia ini anak mulai mengenali mana yang benar
dan mana yang tidak benar. Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil
pada usian 4-5 tahun, hal ini karena anak sudah memahami adanya aturan. Terjadi
peningkatan perkembangan social pada anak usia 5-6 tahun, pertambahan usia
menjadi penyebabnya, dengan bertambahnya usia anak lebih banyak bermain dan
bercakap-cakap dengan temannya. Hubungan anak bersama teman-temannya yang
semakin meningkat ini menjadikan ia dapat memahami dirinya sendiri untuk bersikap
kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi aturan yang berlaku.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Ahmad. 2015. Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak. Indonesia Prenada
Media.

Riendravi, Scania. Perkembangan Psikososial Anak. Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Murni. 2017. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6
Tahun. Volume III, Nomor 2. UIN Ar- Raniry.
13
S, Ernawulan. 2003. Perkembangan Anak Usia Dini (Usia 6-8 Tahun). Yayasan Salman Al-
Farasi.

14

Anda mungkin juga menyukai