Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

OLEH :
Siti Nur Improatus Sholikhah 1150018031

FASILITATOR
Nur Hidayah S.kep., Ns., M.Kes

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

SURABAYA 2021

1
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
A. Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain .
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan
orang lain.

Menarik diri merupakan percobaan untuk


menghindaari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain (Pawlin 1993 dikutip Budi
keliat, 2011).

B. Proses Terjadinya Masalah

Pattern Ineffective Lack of Stressor


of coping
development Internal
parentin task and
(koping individu
g External
tidak efektif)
(Gangguan
(Pola Tugas (Stress
Asuhan Perkembanga Internal dan
) n) Eksternal)

Misal : (unw ke Misal :


ante ga
Pada Saat individu
d gal
child an mengalami
anak yang kegagalan
)
kelahiranny menyalahkan orang
akib
a tidak lain,
at
dikehendaki
2
ketidakberdayaan, Misal : Misal :
menyangkal tidak
mampu Kegagalan Stres
menjalani
hubungan intim terjadi
dengan sesama akibat
jenis atau lawan
jenis, tidak ansietas
mampu mandiri yang
dan berkepanj
angan
dan

terjadi
bersamaa
n dengan
keterbatas
an

3
KB, menghadapi menyelesaikan kemampuan
hamil kenyataan tugas, individu untuk
diluar dan mengatasinya.
nikah, menarik diri bekerja, Ansietas
jenis dari lingkungan, bergaul, terjadi akibat
kelamin terlalu tingginya bersekolah, berpisah
yang self menyebabkan dengan
tidak ideal dan ketergantunga
diinginkan, tidak n pada orang orang
bentuk mampu tua, rendahnya terdekat,
fisik menerima ketahanan hilangnya
kurang realitas dengan terhadap pekerjaan
menawan rasa berbagai atau
menyebabk syukur. kegagalan. orang
an yang
dicitai.
keluarga
mengeluark
an
komentar-
komentar
negative,
merendahk
a n,
menyalahka
n anak.

C. Etiologi

1) Faktor predisposisi

Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung


terjadinya perilaku isolasi sosial

a. Faktor perkembangan
4
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas
perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua
akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menaarik diri.
Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhu terjaadinya

5
menarik diri. Organisasi anggota keluarga
bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebihh tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress
keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
memengurangi masalah respon sosial menarik diri.

b. Faktor biologik

Faktor genetik apat menunjang terhadap respon


sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu
faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan
struktur otak, seperti atropi, pembesara ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkanskizofrenia.

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan


berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengaadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.

2) Faktor presipitasi

Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama


yang dapat menentukan alam perasaan adalah :

a. Kehilangan ketertaarikan yang nyataatau


yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang.
6
Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep
kehilangan, maka konsep persepsi merupakan hal
yang sangat penting.

b. Peristiwa besar dalm kehidupan, sering dilaporkan


sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai
dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan


mempengaruhi depresi terutama pada wanita

d. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan


berbagai penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma
dan gangguan keseimbangan metabolik dapat
mencetus gangguan alam perasaan.

D. Tanda dan Gejala

Gejala subjektif

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak


oleh orang lain

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Respon verbal kurang dan sangat singkat

4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti


dengan rang lain

5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan


membuat keputusan

7
7) Klien merasa tidak berguna

8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

9) Klien merasa

ditolak Gejala obyektif

:
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan

3) Banyak berdiam diri dikamar

4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan


orang yang terdekat

5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

6) Kontak mata kurang

7) Kurang spontan

8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)

9) Ekspresi wajah kurang berseri

10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan


kebersihan diri

11) Mengisolasi diri

12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan

sekitarnya 13)Masukan makanan dan minuman

terganggu

14)Retensi urine dan feses

15)Aktivitas menurun

16)Kurang energi (tenaga)

17)Rendah diri

8
18)Postur tubh berubah, misalnya sikap
fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)

E. Rentang Respon

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

a. Menyendiri d. Saling g.
atau solitude tergantung Tergantung
(interdependen (dependen)
b. Otonomi h. Manipulatif
)
f. Impulsif
c. Bekerjasama e. Merasa g. Narcissism
sendiri
(lonelines)

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan


masalah yang masih dapat diterima oleh norma sosial dan
budaya yang umum berlaku. Respon ini meliputi :

1) Menyendiri / solitude : respon seseorang untuk


merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan
sosialnya dan cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.

2) Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan


dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial.

3) Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal


dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima

4) Menyendiri / solitude : respon seseorang untuk


merenungkan apa yang telah dilakukan

9
dilingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri
untuk menentukan

10
langkah-langkah selanjutnya.

5) Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan


dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial.

6) Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal


dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima

7) Menyendiri / solitude : respon seseorang untuk


merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan
sosialnya dan cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.

8) Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan


dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial.

9) Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal


dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima

10) Saling tergantng (independen) : suatu hubungan


saling tergantung antar individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpesonal.

Respon maladaptie adalah respon individu dalam


menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma
sosial dan budaya lingkungannya. Respon yang sering
ditemukan :

1) Manipulasi : orang lain diberlakukan sebagai


obyek, hubungan terpusat pada masalah pengadilan
orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan
pada orang lain

11
2) Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuatu,
tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat
diandalkan.

12
3) Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosentris, pecemburu, marah bila orang lain tidak
mendukung.

F. Pohon Masalah

Resiko gangguan sensori persepsi Defisit Perawatan

Isolasi Sosial

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah (Nita


Fitria, 2010)

G. Penatalaksanaan

1) Terapi Farmakologi

2) Electri Convulsive Terapi

Electro confulsive therapy (ETC) atau yang lebih


dikenal dengan elektroshock adalah suatu terapi
psikiatri yang menggunakan energi shock listrik
dalam usaha pengobatannya. ETC bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi
efek terapi (therapeutic Clonic Seizure) setidaknya
selama 15 detik.

3) Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang


dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan
jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau

13
diarahkan oleh seorang terapist atau petugas
kesehatan jiwa.

14
4) Terapi
Lingkungan

Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan


sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan
perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga
dan memelihara kesehatan manusia.

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian Keperawatan

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa


berupa faktor presipitasi, penilaian stresor, sumber
koping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian,
tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, setatus


perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal
pengkajian, No. Rumah klien dan alamat klien.

b. Keluhan utama

Keluhan biasanya menyendiri (menghindar dari orang


lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri
dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen.

c. Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-
tiba misalnya harus dioprasi, kecelakaan dicerai
suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena

15
sesuatu yang terjadi (korban

16
perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba-tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

d. Aspek fisik atau biologis

Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, pernapasan,


TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien

e. Aspek psikososial

(1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi

(2) Konsep diri

f. Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang


berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang
telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilag,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.

g. Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan


keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

h. Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan


penyakit, proses menua, putus sekolah dan PHK

i. Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :


mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

j. Harga diri

17
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, mencedderai diri dan kurang
percaya diri.

k. Setatus mental

Kontak mata klien kurang atau tidak dapat


mempertahankan kontak mata, kurang dapat memulai
pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, adanya
perasaan keputus asaan dan kurang berharga dalam
hidup.

l. Kebutuhan persiapan pulang

(1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat


makan

(2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan


membersihkan WC, membersihkan dan merapikan
pakaian

(3) Pada observasi mandi dan berpakaian klien terlihat rapi

(4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat


beraktifitas didalam dan diluar rumah

(5) Klien dapat menjalankan pengobatan dengan benar.

m. Mekanisme koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau


menceritakannya pada orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).

n. Aspek medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi


farmakologi ECT, psikomotor, terapi okopasional, TAK

18
dan rehabilitasi.

19
2) Diagnosa Keperawatan

a. Isolasi sosial : menarik diri

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

3) Intervensi
Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

Isolasi Setelah dalam aktivitas sehari-


sosial dilakukan hari.
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam klien
dapat

berinteraksi dengan
orang lain baik secara
individu maupun
secara berkelompok
dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
b. Dapat
menyebutkan
penyebab isolasi
sosial.
c. Dapat
menyebutkan
keuntungan
berhubngan
dengan orang lain.
d. Dapat
menyebutkan
kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
e. Dapat berkenalan
dan bercakap-
cakap dengan
orang lain secara
bertahap.
f. Terlibat

20
1. Klien
SP1
1. Bina hubungan
saling percaya
2. Identifikasi
penyebab isolasi
sosial
SP2
1. Diskusikan
bersama klien
keuntungan
berinteraksi
dengan orang lain
dan kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
2. Ajarkan kepada
klien cara
berkenalan dengan
satu orang
3. Anjurkan kepada
klien untuk
memasukkan
kegiatan
berkenalan dengan
orang lain dalam
kegiatan harian
dirumah
SP3
1. Evaluasi
pelaksanaan dari
jadwal kegiatan
harian klien
2. Beri kesempatan
pada klien
mempraktekkan
cara berkenalan
dengan dua orang
3. Ajarkan
klien berbincang-
bincang

21
dengan orang lain
dalam jadwal
kegiatan haarian
dirumah
4. Jelaskan tentang
obat yang diberikan
(jenis, dosis, waktu,
manfaat dan efek
samping obat)
5. Anjurkan klien untuk
bersosialisasi dengan
orang lain

d. Dapat terlibat dalam


terapi aktifitas
kelompok orientasi
realita dan stimulasi
persepsi
e. Dapat mengikuti

Gangguan Setelah
konsep diri :
hargaadiri dilakukan
rendah tindakan

asuhan keperawatan
selama 3x pertemuan

klien
mempunyai konsep
diri yang positif
dengan kriteria hasil :
a. Dapat membina
hubungan saling
percaya
b. Dapat
mengidentifikasi
aspek positif
yang
dimiliki
c. Dapat
mengembangkanke
mampuan yang
telah diajarkan
22
2. keluarga
1. Disksi masalah
yang dirasakan
keluarga dalam
merawat klien
2. Jelaskan
pengertian, tanda
dan gejala isolasi
sosial yang dialami
klien dan proses
terjadinya
3. Jelaskan dan
latih keluarga cara-
cara merawat klien
1. Pas
ien
SP1
a. Bina hubungan
saling percaya
b. Identifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki klien
(individu, keluarga
dan masyarakat)

SP2
c. Bantu klien menilai
kemampuan klien
yang dapat
digunakan
d. Bantu klien memilih
kegiatan dan
melatih sesuai
dengan kemampuan
klien
e. Melatih kemampuan
kedua
f. Anjurkan
klien memasukkan
dalam

23
aktifitas dirumah jadwal kegiatan harian
f. Dapat minum obat 2. Keluarga
dengan bantuan a. Disksi masalah
minimal yang dirasakan
keluarga dalam
merawat klien
b. Jelaskan
pengertian, tanda
dan gejala isolasi
sosial yang dialami
klien dan proses
terjadinya
c. Jelaskan dan
latih keluarga cara-
cara merawat klien
harga diri rendah
d. Latih
keluarga melakukan
cara
merawat langsung
kepada klien harga
diri rendah dirumah
e. Bantu
keluarga membuat
jadwal
aktivitas dirumah
termasuk minum
obat
f. Jelaskan follow
up klien

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budiana. 2012. “Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :


CMHN (BASIC COURSE)”. Jakarta : EGC

H. Yosep, Iyus. 2011. “Buku Ajar Keperawatan Jiwa da Advance


Mental Health Nursing”. Bandung : Refika Aditama

Muhit, Abdul. 2015. “Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi”.

24
Yogyakarta : Andi

25

Anda mungkin juga menyukai