Keperawatan Gigi
2021
NIM : P17325120418
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pelayanan public dasar yang mendapat alokasi anggaran cukup
tinggi, minimal 20% dari APBN dan APBD sesuai mandate UUD 1945 dan UU
Sisdiknas.
Mutu pelayanan pendidikan di Indonesia masih belum prima. Skor survey
Program for International Student Assesment (PISA) Indonesia pada tahun 2018 kembali
menempatkan Indonesia di peringkat belakang (72 dari 77 negara) dengan skor rata-rata
382 untuk kemampuan membaca, matematika, dan sans. Stagnan dari tahun 2003.
Peningkatan anggaran sector pendidkan belum berjalan beriringan dengan
peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
B. Korupsi di Sektor Pendidikan
Korupsi yang terjadi terkait dengan pelayanan pendidikan (dlihat dari peruntukan
anggarannya, pelaku korupsinya, dan/atau instansi terjadnya korupsi). Sector pendidikan
selalu masuk dalam top 5 korupsi yang ditindak oleh APH (ICW, 2016-2021).
Penelitian dalam sector pendidikan ini terfokus pada :
1) Seberapa massif korupsi sector pendidikan jika dilihat dari penindakan yang
dilakukan oleh APH?
2) Bidang/program apa yang paling banyak dikorupsi?
3) Mengapa korupsi sector pendidikan banyak terjadi dan berlang?
4) Apa yang perlu dibenahi agar korupsi pendidikan dapat diminimalisir?
Korupsi dalam sector pendidikan telah ditindak oleh APH pada rentang waktu
2016 hingga September 2021. Data yang diperoleh berasal dari website APH, Putusan
kasus korupsi pendidikan dan pemberitaan media. Pendalam kajian dilakukan melalui
observasi lapangan serta wawancara.
Keterbatasan kajian :
- Bersumber dari pengumpulan mandiri atas data penindakan kasus korupsi yang
ditindak APH, kajian ini tidak dapat menyimpulkan meningkat atau menurnnya
korupsi sector pendidikan
- Terdapat faktor keaktifan dan focus APH dalam melakukan penindakan kasus
korupsi
- Namun, dari kajian ini cukup tergambar masifnya korupsi sector pendidikan dan
titik permasalahannya.
240 kasus yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp. 1,605 triliun. Jika
ditarik mundur sejak 2006 hingga September 2021, terdapat 665 kasus korupsi
pendidikan yang ditindak APH dengan kerugian negara sebesar Rp. 2,905 triliun.
Sama dengan tren penindakan kasus korupsi secara umum, ASN adalah pihak
yang paling banyak ditetapkan sebagai tersangka oleh APH di korupsi sektor
pendidikan (46,4%). Terbanyak kedua berasal dari pihak sekolah, yaitu 25%
(terdapat ASN juga di dalamnya). Terbanyak ketiga berasal dari penyedia atau
rekanan pengadaan (20,1%).
Dilihat lebih rinci, ASN yang menjadi tersangka terbanyak berasal dari Dinas
Pendidikan, baik staf ataupun kepala dinas. Sedangkan dari sekolah, tersangka
terbanyak yaitu kepala sekolah.
Sumber data diperoleh dari pemantauan persidangan di pengadilan tindak pidana korupsi
pada pengadilan negeri Medan. Sepanjang tahun 2017 sampai dengan 2020, situasi permasalahan
korupsi di Sumatera utara tidak kunjung membaik. Serangkaian survei dan riset yang dilakukan
oleh lembaga lokal dan nasional. Baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun sebaliknya
menunjukkan sinyal bahwa Sumatra utara memiliki masalah yang kompleks di berbagai sektor.
Hasil survei tersebut diantaranya dilakukan oleh KPK di mana Sumatra utara setiap
tahunnya menempati posisi tiga besar juara kasus korupsi, lain dari Sumut juga disebut sebagai
provinsi dengan aparatur sipil terbanyak yang melakukan tindak pidana korupsi.
Penutupan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kasus korupsi sektor pendidikan di Sumut, dapat
disimpulkan bahwa permasalahan korupsi pendidikan terjadi dari hulu hingga hilir, di mana
pelakunya bukan saja orang orang yang memiliki jabatan yang tinggi, namun juga dilakukan oleh
Pamong warga dan kepala lingkungan yang berada ditengah tengah masyarakat, di mana
persoalan korupsi sektor pendidikan sangat berdampak pada masyarakat miskin dan tidak
mampu kesulitan akan akses pada pendidikan hanya memperpanjang jurang dan hibahkan
kemiskinan pada mereka.