Anda di halaman 1dari 12

AKURASI PENCATATAN DAN PELAPORAN IMUNISASI CAMPAK BAYI

PADA BUKU KIA DAN BUKU KOHORT


Accuracy of Measles Immunization Records and Reporting in Maternal and Child Health Card and
Cohort Book

Rekha Finazis
Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, finazisrekha@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,
Surabaya, Jawa timur, Indonesia

ABSTRAK
Penyakit menular seperti penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi masih menjadi masalah di
Indonesia, salah satunya adalah penyakit campak. Pemerintah telah berupaya mencegahnya melalui program
imunisasi campak pada bayi berusia 9 bulan, namun masih ditemukan kasus campak di masyarakat, oleh
karena itu perlu dilakukan evaluasi terkait keberhasilan program imunisasi campak tersebut. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dari segi pencatatan dan pelaporan data imunisasi
campak khususnya terkait dengan kualitas data imunisasi campak. Populasi adalah 5 Pos pelayanan terpadu
(posyandu) dengan jumlah balita terbanyak di wilayah kerja Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)
Gunung Anyar Kota Surabaya. Jumlah responden adalah sebanyak 50 orang responden dengan rincian setiap
posyandu akan diambil 10 orang responden. Pemilihan sampel dilakukan melalui metode survei cepat.
Variabel yang diteliti adalah kualitas data imunisasi pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) / Kartu
Menuju Sehat (KMS) atau catatan kesehatan lainnya dibandingkan dengan data imunisasi pada buku kohort.
Variabel lainnya adalah kualitas data pada buku regiter bayi di posyandu dengan buku kohort. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase akurasi data campak di masyarakat dengan buku kohort masih
rendah di lima posyandu tersebut. Sementara itu, persentase akurasi daata pada buku register bayi di
posyandu dengan buku kohort juga terbilang sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas data
imunisasi campak yang tercatat masih terbilang rendah.

Kata kunci: imunisasi, campak, bayi, pencatatan, pelaporan

ABSTRACT
Communicable diseases such as diseases that can be prevented by immunization remain a problem in
Indonesia, one of which is measles. The government has sought to prevent measles immunization in infants
aged 9 months, but the measles case still found in Indonesia, so it’s necessary to evaluate the success of
programs related to measles immunization. This study was conducted to determine the problems that occur
in terms of recording and reporting of data related to measles immunization in particular measles
immunization data quality. The population was 5 integrated health care posts (Posyandu) with the highest
number of children under five in the region of the new Public health center (PHC) of Gunung Anyar
Surabaya. The number of respondents is as much as 50 respondents with details of each in integrated health
care post will take 10 respondents. The sample selection is done through a rapid survey method. The
variables studied were the quality of immunization data on maternal and child health cards (KIA/KMS) or
other records compared with immunization data on a cohort book. Other variables are the quality of data on
infants in integrated health care post register book by book cohort. The results showed that the percentage of
the suitability of the data of measles in the community with book five cohort remains low in the integrated
health care post. Meanwhile, the percentage of suitability data on the register books with babies in
integrated health care post cohort book is also fairly low. This suggests that the quality of data recorded in
measles immunization is relatively low.

Keywords: immunization, measles, infant, recording, reporting

PENDAHULUAN pertumbuhan mikrooganisme. Penyakit campak


merupakan penyakit akut yang mudah menular
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki melalui udara (air borne disease) yang berpotensi
penyakit infeksi tergolong tinggi. Berkembangnya menyebabkan kematian. Virus penyebab penyakit
penyakit infeksi yang tergolong tinggi diakibatkan campak tersebut aktif dan dapat berada di udara
pengaruh suhu lingkungan yang mendukung dalam jangka waktu yang lama atau di permukaan
184
Rekha Finazis, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan… 185

yang terinfeksi sampai dua jam. Gejala penyakit terserang penyakit ini. Imunisasi campak juga
campak biasanya ditandai dengan adanya panas merupakan pencegahan jangka panjang untuk
badan berkisar 380. Selain itu gejala lain yang khas pencegahan penyakit campak, karena pada sebagian
ditemukan adalah adanya kokplik’s spot dan bercak besar individu vaksin campak tersebut bersifat life
kemerahan atau rash. Penularan penyakit campak long.
dimulai saat 4 hari sebelum timbulnya ruam, hal World Health Organization (2013), menyatakan
inilah yang menyebabkan rantai penularan sulit bahwa beberapa negara berkembang di Asia dan
untuk diputus. Selain menimbulkan kematian, Afrika masih sering ditemukan kasus campak.
penyakit campak juga dapat menyebabkan Disebutkan juga bahwa penyakit campak merupakan
komplikasi serius termasuk kebutaan, ensefaliti, salah satu penyakit utama yang menyebabkan
diare berat, infeksi telinga dan pneumonia. kematian pada balita. Melihat begitu besar dampak
Daerah berisiko campak adalah daerah dengan yang disebabkan penyakit campak, World Health
cakupan imunisasi rendah yakni kurang dari 80%. Organization telah melakukan upaya pencegahan
Daerah risiko campak lainnya yakni daerah yang melalui vaksinasi campak.
padat dan kumuh, daerah rawan gizi, daerah yang Pemberian vaksin campak telah dilakukan dari
susah dijangkau dan jauh dari pelayanan kesehatan tahun 2000–2011 dan berhasil menurunkan 71%
serta daerah dengan kelompok masyarakat yang kasus campak di dunia. Oleh karena itu, cakupan
tidak menerima imunisasi. Walaupun penyakit imunisasi campak rutin menjadi indikator millenium
campak belum ditemukan obatnya, namun penyakit development goals terkait kesehatan balita (WHO,
ini dapat dicegah dengan imunisasi campak. 2013).
Daerah yang berisiko penyakit campak Indonesia, pada tahun 2011 terdapat 85,1%
terutama pada daerah dengan pelayanan kesehatan bayi yang telah diimunisasi campak. Persentase
yang kurang memadai akan dapat mengakibatkan tersebut telah memenuhi target pada tahun tersebut.
kejadian luar biasa. Kejadian luar biasa terjadi Walaupun telah berhasil memenuhi target cakupan
apabila ditemukan 5 atau lebih kasus klinis dalam imunisasi, namun masih ditemukan kematian akibat
waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi secara campak dan ditemukan 21.893 kasus campak.
mengelompok dan dibuktikan dengan adanya (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
hubungan epidemiologi. Kota Surabaya menjadi kota dengan jumlah
Adanya daerah dengan risiko campak yang kasus suspect campak tertinggi di Jawa Timur. Pada
berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa harus tahun 2012 terdapat 717 orang kasus suspect campak
diatasi agar daerah tersebut tidak menjadi endemis di kota Surabaya yang diperoleh dari pengamatan
campak. Endemis campak terjadi akibat adanya secara klinis (Dinas Kesehatan Kota Surabaya,
transmisi campak import secara terus menerus 2013). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
selama 12 bulan atau lebih di sebuah wilayah. wilayah kerja Puskesmas Gunung Anyar tercatat
Setiap tahunnya terdapat lebih dari 20 juta orang sebagai daerah tertinggi kasus suspect campak di
yang terkena campak (WHO, 2013). Berdasarkan Kota Surabaya yakni sebanyak 86 kasus (Dinas
data bulanan WHO (2013), tercatat sebanyak Kesehatan Kota Surabaya, 2013).
158.000 kematian global di tahun 2011 akibat Sebuah penelitian menyebutkan bahwa
campak. Artinya terdapat 18 kematian global setiap permasalahan yang masih terjadi pada pelaksanaan
jamnya. Selain itu disebutkan pula, bahwa penemuan program imunisasi di Jawa Timur adalah pada
kematian campak lebih dari 95% terjadi pada negara tahap penyelenggaraan program imunisasi.
berpenghasilan rendah dan kurang memadainya Penyelenggaraan imunisasi di Provinsi Jawa Timur
pelayanan kesehatan di negara tersebut. belum memberikan dampak yang optimal, hal ini
Imunisasi diberikan sebagai upaya pemeliharaan dibuktikan dengan adanya penemuan kasus campak
kesehatan anak agar anak tersebut terhindar dari di beberapa kabupaten/kota. Kejadian tersebut dapat
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena
imunisasi. Penggunaan vaksin campak dinilai aman, ada kelompok masyarakat yang belum mendapat
efektif dan murah. Imunisasi campak merupakan imunisasi sehingga masyarakat tersebut tidak
imunisasi dasar lengkap yang wajib diberikan pada memiliki kekebalan terhadap penyakit campak.
bayi usia 9 bulan. Selain itu, penyebab lainnya adalah kualitas
Pemberian imunisasi ini dilakukan mengingat pencatatan dan pelaporan program imunisasi yang
banyaknya anak usia kurang 5 tahun yang banyak masih rendah (Hargono, dkk, 2012).
186 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 184–195

Kota Surabaya menjadi satu-satunya kota yang rendah daripada di tingkat kabupaten/kota maupun
belum memenuhi target renstra tahun 2012 di Jawa provinsi (Tarigan, 2009).
Timur terkait cakupan imunisasi campak. Untuk Data imunisasi dasar penting untuk
Universal Child Immunization, Kota Surabaya hanya dipertanggungjawabkan tingkat akurasinya. Hal
mencapai sebesar 36,88% atau 59 desa/kelurahan ini dikarenakan data di tingkat puskesmas tersebut
yang telah UCI dari 160 desa/kelurahan. (Dinas akan dilaporkan hingga ke tingkat pusat. Evaluasi
Kesehatan Kota Surabaya, 2013) imunisasi dapat dilakukan pada faktor pencatatan
Puskesmas Gunung Anyar pada tahun 2012 dan pelaporan pada buku register kohort bayi dan
tercapai 84,45% cakupan imunisasi dan hanya ada anak balita. Hal ini dikarenakan angka cakupan
1 kelurahan dari 4 kelurahan di kecamatan Gunung imunisasi yang tinggi belum tentu menggambarkan
Anyar yang sudah mencapai UCI (Dinas Kesehatan fakta di lapangan.
Kota Surabaya, 2013). Pencatatan dan pelaporan register kohort bayi
Beberapa penyebab terkait ketidakberhasilan dan anak balita merupakan faktor penting yang
target UCI di Surabaya adalah karena tingginya mendukung untuk melakukan evaluasi imunisasi.
mobilitas penduduk. Selain itu juga disebabkan Gambaran angka cakupan imunisasi yang tinggi
belum semua sarana pelayanan kesehatan swasta belum menggambarkan fakta di lapangan. Data
melaporkan hasil cakupan imunisasi pada instansi imunisasi di dalam buku kohort maupun di dalam
yang terkait (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) / Kartu Menuju
2013). sehat (KMS) dengan kenyataan di lapangan bisa
Pada pertemuan nasional tahun 2010 terkait berbeda.Oleh karena itu, diperlukan adanya cross
evaluasi kegiatan akselerasi imunisasi dibahas check data pada buku kohort maupun di dalam buku
beberapa permasalahan yang dapat menghambat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) / Kartu Menuju
keberhasilan program imunisasi, salah satunya sehat (KMS). Selain itu, permasalahan seperti tidak
berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan ketahui jenis dan jumlah imunisasi secara pasti yang
imunisasi. Dalam pertemuan tersebut dijelaskan diberikan, akan berpengaruh pada keteraturan dalam
bahwa.di tahun 2009 data cakupan imunisasi pemberian imunisasi (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
pada 107 desa di 41 puskesmas di 22 Kab/Kota di 2010).
10 provinsi dari tingkat desa ke puskesmas akan Penelitian survei tahun 2010 menyebutkan
membaik ke tingkat yang lebih tinggi yang diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan program imunisasi
melalui data quality self assessment (Usmays, di Jawa Timur disebabkan antara lain karena ada
2010). belum diimunisasi atau kualitas pencatatan dan
Imunisasi campak merupakan tolak ukur pelaporan program imunisasi yang masih rendah.
kelengkapan imunisasi dasar wajib, maka akurasi Pada penelitian tersebut diketahui hasil coverage
data harus dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini survey cakupan imunisasi di Surabaya memiliki
tentu akan berkaitan dengan data pada tingkat 79,5% cakupan lengkap dan valid dose sebesar
terendah. Data di tingkat puskesmas adalah data 40,5%. (Hargono dkk, 2010). Oleh karena itu,
penting karena data tersebut akan menjadi bagian diperlukan upaya dalam menilai dan mengetahui
data dari tingkat kabupaten /kota bahkan hingga ke kualitas pencatatan dan pelaporan data imunisasi
tingkat provinsi dan pusat. Oleh karena itu, melalui khususnya terkait akurasi data imunisasi.
data quality self assessment diharapkan data di Tujuan utama dari penelitian ini adalah dapat
tingkat puskesmas akan meningkatkan kualitas data mengidentifikasi akurasi perbedaan penulisan tanggal
di tingkat kabupaten/kota hingga tingkat provinsi pemberian imunisasi campak pada buku Kesehatan
dan pusat. Ibu dan Anak (KIA) dengan buku kohort. Sebagai
Adapun evaluasi yang dilakukan untuk menilai tambahan, penelitian ini juga dapat mengidentifikasi
kualitas pencatatan dan pelaporan imunisasi telah akurasi perbedaan penulisan tanggal imunisasi
menjadi fokus World Health Organization melalui campak pada buku register bayi posyandu terhadap
alat penilaian melalui Data Quality Self Assessment buku kohort bayi.
sejak tahun 2004 di Indonesia (Departemen
Kesehatan RI, 2009). Penelitian lain yang berkaitan
METODE
dengan kualitas data imunisasi rutin melalui data
quality self assessment menyebutkan kualitas data Rancang bangun penelitian ini adalah cross
secara keseluruhan di beberapa puskesmas lebih sectional atau dapat dikatan data penelitian ini
Rekha Finazis, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan… 187

diambil dalam satu waktu. Jenis penelitian ini adalah quality self assessment di Puskesmas yang telah
deskriptif-evaluatif. Artinya penelitian ini dilakukan dimodifikasi sesuai kebutuhan dan kemampuan
untuk mengungkap fakta di lapangan yang berkaitan peneliti (Departemen Kesehatan RI, 2009). Peneliti
dengan penilaian terhadap sesuatu. Tempat penelitian berfokus pada persentase perbedaan pancatatan
adalah di lima posyandu di wilayah kerja Puskesmas tanggal imunisasi campak bukan pada banyaknya
Gunung Anyar Kota Surabaya. anak yang telah diimunisasi campak.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Sasaran penilaian kuantitatif pada data quality
ibu yang memiliki balita dan tinggal di 5 posyandu self assessment meliputi pencatatan hasil pelayanan
wilayah kerja Puskesmas Gunung Anyar Kota imunisasi di posyandu seperti buku KIA/KMS atau
Surabaya dan dapat dibuktikan melalui Kartu catatan kesehatan anak lainnya, dan buku register
Keluarga (KK). Penentuan 5 posyandu dilakukan bayi di posyandu serta buku kohort. Pedoman
secara purposive berdasarkan jumlah balita tersebut peneliti mengadopsi pernyataan yang
terbanyak di posyandu wilayah kerja Puskesmas menyebutkan bahwa verifikasi yang dilakukan adalah
Gunung Anyar Kota Surabaya. Data mengenai dengan mencocokkan data hasil pelayanan imunisasi
jumlah balita terbanyak per posyandu didapat dari pada pencatatan di tingkat yang lebih rendah dengan
laporan perkembangan SKDN di tingkat posyandu data yang dilaporkan di tingkat yang lebih tinggi.
wilayah kerja Puskesmas Gunung Anyar Kota
Surabaya per Januari 2014.
HASIL
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang
memiliki balita usia 1 sampai 3 tahun, serta Lima posyandu di wilayah kerja Puskesmas
memiliki buku KIA/KMS atau catatan imunisasi Gunung Anyar tersebar di 4 kelurahan di kecamatan
lainnya. Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak gunung anyar kota surabaya. Pada tiap-tiap posyandu
50 responden. Rincian dari total 50 responden diambil 10 orang untuk menjadi responden.
tersebut adalah pada tiap posyandu diwakili Karakteristik responden menurut usia terdiri dari
10 orang responden. Penentuan dan pengambilan usia ≤ 20 tahun, usia antara 21–30 tahun, usia
sampel menggunakan metode survei cepat atau door antara 31–40 tahun, usia antara 41–50, dan usia
to door. ≥ 51 tahun. Responden terbanyak (34%) berusia
Variabel pada penelitian ini adalah akurasi data 31–40 tahu, sebaliknya responden usia ≤ 20 tahun
tanggal pemberian imunisasi campak pada Buku adalah responden paling sedikit yakni sebesar 4%.
KIA/KMS atau catatan kesehatan lain dengan buku Selengkapanya dapat dilihat pada gambar di berikut
kohort. Selain itu, peneliti juga meneliti akurasi ini:
data tanggal pemberian imunisasi campak pada
buku register bayi di posyandu dengan buku kohort
sebagai variabel tambahan. Verifikasi ini dilakukan
dengan membandingkan 2 jenis media pencatatan
dan pelaporan data imunisasi yang digunakan di
lapangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner terkait status imunisasi.
Data yang diambil berupa data primer dan data
sekunder. Verifikasi dilakukan kepada responden di
masyarakat yang diperoleh dari data buku KIA/KMS
atau catatan kesehatan anak lainnya. Verifikasi inilah
yang menghasilkan data primer yang kemudian
akan dibandingkan dengan data sekunder. Analisis
dilakukan secara deskriptif dan hasil pengumpulan
data akan diolah menggunakan aplikasi komputer
yang akan ditampilkan dalam bentuk grafik batang
yang menggambarkan presentase keakuratan data Gambar 1. Karakteristik Responden menurut
imunisasi campak. Usia
Pedoman yang digunakan dalam melakukan Menurut jenis pekerjaan, dari 50 responden
penelitian ini adalah pedoman pelaksanaan data diketahui bahwa responden cenderung beragam
188 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 184–195

status pekerjaannya. Walaupun dapat dikatakan Pada gambar tersebut diketahui bahwa
beragam, namun jumlahnya terbilang sedikit. Oleh Posyandu C memiliki persentase sebesar 70%.
karena itu, kelompok ini dikategorikan ke dalam Artinya reponden di Posyandu C lebih banyak
kelompok lain-lain. Sebagian besar responden adalah membawa anak mereka untuk diimunisasi pada
70% ibu rumah tangga, selengkapnya dapat dilihat unit pelayanan swasta. Sebaliknya Posyandu E
pada gambar berikut : memiliki persentase sebesar 10%. Artinya pada
Posyandu E, responden lebih memilih imunisasi
di posyandu atau puskesmas untuk anak mereka.
Akibatnya media pencatatan imunisasi yang dimiliki
oleh responden sangat beragam tergantung tempat
dilakukan pemberian imunisasi.

Gambar 2. Karakteristik Responden menurut Jenis


Pekerjaan
Pada gambar tersebut juga dapat diketahui
bahwa sebanyak 8% responden yang bekerja sebagai
pengasuh. Selain itu, diketahui pula sebanyak 8%
responden dikategorikan kelompok lain-lain.
Saat dilakukan verifikasi di lapangan, diketahui Gambar 4. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
bahwa masyarakat tidak hanya mendapatkan
Menurut hasil penelitian terkait data imunisasi
imunisasi pada posyandu atau pukesmas tetapi
campak di 5 posyandu dengan membandingkan
masyarakat juga aktif melakukan imunisasi pada
buku KIA/KMS atau catatan kesehatan anak lainnya
unit pelayanan swasta, selengkapnya dapat dilihat
diperoleh hasil sebagai berikut:
pada gambar berikut ini:

Gambar 3. Persentase Masyarakat yang Imunisasi Gambar 5. Persentase Tanggal Pemberian Imunisasi
di Unit Pelayanan Kesehatan Swasta per Campak di Masyarakat dengan Buku
Posyandu Kohort
Rekha Finazis, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan… 189

Posyandu E memiliki persentase tertinggi 40% buku kohort maupun buku register bayi di posyandu
dibandingkan dengan posyandu lainnya terkait menjadi rendah dikarenakan data mengenai tanggal
akurasi data imunisasi campak di masyarakat pemberian imunisasi campak tidak tertulis bahkan
melalui buku KIA/KMS atau catatan kesehatan lain. terdapat beberapa balita yang belum tercatat pada
dengan buku kohort sebesar. Persentase 40% pada buku register posyandu atau buku kohort.
posyandu E memiliki arti bahwa 4 dari 10 responden Kelengkapan data yang kurang akan
di posyandu E yang memiliki data status imunisasi mempengaruhi akurasi data imunisasi. Dalam
yang sesuai antara buku KIA/KMS atau catatan pertemuan nasional evaluasi kegiatan akselerasi
kesehatan lain dengan data di buku kohort. imunisasi yang menyebutkan bahwa akurasi data
Pada Posyandu A, Posyandu B dan Posyandu adalah hal yang perlu mendapat diperhatikan karena
D memiliki persentase 0% terhadap data imunisasi terdapat perbedaan angka dengan rentang yang
campak di masyarakat dengan buku kohort. Hal cukup besar (Usmays, 2010).
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang Imunisasi campak memang merupakan
sesuai pada buku KIA/KMS atau catatan kesehatan imunisasi terakhir yang diberikan agar status
lain dengan buku kohort. Hal ini terjadi karena data imunisasi anak tersebut dapat disebut sudah
imunisasi pada buku kohort kurang lengkap. terimunisasi lengkap. Kartu imunisasi tidak hanya
Data yang kurang lengkap yang dimaksud mencatat tanggal imunisasi tetapi juga mencatat
dalam penelitian ini adalah tidak ditemukan tanggal beberapa data seperti jenis vaksin yang diberikan
pemberian imunisasi campak pada salah satu atau dan nama tenaga medis pemberi vaksin (Batubara
kedua media pencatatan imunisasi. Selain tidak dalam Ranuh, 2011). Responden yang membawa
ditemukan tanggal pemberian imunisasi, rendahnya anak mereka untuk diimunisasi di posyandu dan
akurasi data diakibatkan belum terdaftarnya nama puskesmas memiliki media pencatatan imunisasi
balita tersebut pada buku kohort. bayi yang biasanya berupa buku KIA atau KMS.
Saat melakukan verifikasi status imunisasi pada Untuk responden yang membawa anak mereka
buku KIA/KMS atau catatan kesehatan lain, peneliti ke unit pelayanan swasta, media pencatatan yang
juga melakukan cross check data pada buku register digunakan sangat beragam. Pada Keputusan Menteri
bayi di wilayah posyandu terhadap buku kohort Kesehatan Republik Indonesia No. 284 Tahun 2004
sebagai tambahan informasi. Adapun persentase tentang Buku kesehatan Ibu dan Anak disebutkan
akurasi data campak pada buku register bayi bahwa buku KIA merupakan buku yang berisi
posyandu dengan buku kohort di 5 posyandu adalah informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak dan
sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada buku KIA akan menggantikan KMS secara bertahap
data yang sesuai antara data imunisasi campak pada (Kemenkes RI, 2004).
buku register bayi posyandu dengan buku kohort. Dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa
Keadaan seperti ini diakibatkan oleh pengisian buku KIA yang dimiliki ibu dan anak merupakan
tanggal imunisasi pada kedua media pencatatan
belum lengkap. Selain penulisan tanggal pemberian
imunisasi yang belum dicatat semua, permasalahan
lain yang juga ditemukan di salah satu posyandu
adalah sebagian besar penulisan nama bayi bukan
nama lengkap, tetapi berupa nama panggilan.
Pada daftar nama tersebut ditemukan dua nama
panggilan yang sama. Akurasi yang rendah antara
buku register bayi di posyandu terhadap buku
kohort juga diakibatkan adanya balita yang belum
terdaftar pada salah satu maupun kedua media
pencatatan imunisasi tersebut. Hal ini akan sangat
mempengaruhi kualitas data pencatatan.

PEMBAHASAN
Persentase akurasi data imunisasi pada buku
KIA/KMS atau catatan kesehatan lainnya terhadap
Gambar 6. Kartu Menuju Sehat (KMS)
190 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 184–195

catatan kesehatan yang lengkap termasuk catatan kerja orang tua balita tersebut. Hal ini menunjukkan
imunisasi. Buku ini juga digunakan sejak anak lahir bahwa faktor orang tua memiliki daya ungkit yang
hingga berusia lima tahu. Oleh karena itu, buku KIA tinggi. Peran ibu dapat menentukan status imunisasi
diharapkan dapat mencatat semua data kesehatan ibu bayi, hal ini dikarenakan pengetahuan, sikap dan
dan anak secara lengkap dibanding KMS. Walaupun perilaku ibu memiliki hubungan dengan pemberian
penggunaan KMS masih ditemukan pada responden, imunisasi dasar pada bayi (Yulistyowati, 2008).
hal terpenting yang perlu diingat adalah tercatatnya Bayi yang tidak mendapat imunisasi campak,
data status imunisasi dengan mengesampingkan dikhawatirkan saat dewasa nanti bayi tersebut
media pencatatan yang digunakan. rentan terhadap penyakit campak. Pemberian
Data status imunisasi campak pada buku KIA/ imunisasi campak pada usia 9 bulan didasarkan atas
KMS atau catatan kesehatan lainnya diketahui bahwa pertimbangan maternal antibody yang dimiliki bayi
sebagian besar responden telah membawa anak (Kemenkes RI, 2012). Bayi yang diimunisasi kurang
mereka untuk diimunisasi campak hal ini dibuktikan dari 9 bulan akan meyebabkan vaksin bereaksi
dengan tercatatnya tanggal pemberian imunisasi. dengan maternal antibody (Setiawan, 2008). Oleh
Sebuah penelitian menyatakan bahwa ada hubungan karena itu, pemberian imunisasi campak harus sesuai
antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan pemberian jadwal yakni pada usia 9 bulan.
imunisasi dasar pada bayi (Mundari, 2014). Sebesar 40% kasus campak tertinggi di
Sebagian besar responden penelitian ini Indonesia dari tahun 2006–2011 berusia 1–4 tahun
berstatus sebagai ibu rumah tangga, yang memiliki (Kemenkes RI, 2012). Selain itu, dalam penelitian
waktu lebih banyak dalam mengurus anak. Selain tersebut juga mengungkapkan bahwa 30–50%
itu, penelitian tersebut menyebutkan bahwa jarak kasus pada KLB campak tidak mendapat imunisasi.
tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan Sebesar 80–95% bayi yang telah diimunisasi akan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap terlindung dari PD3I. Dalam hal ini, kekebalan
kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada bayi individu akan memutus rantai penularan pada anak
12 bulan. yang tidak diimunisasi sebesar 5–20%. Hal ini
Pada Posyandu C ditemukan fakta bahwa letak meupakan keuntungan sosial yang disebut herd
geografis tempat tinggal tidak mengecilkan semangat immunty (Ranuh, 2011).
responden untuk membawa anaknya imunisasi pada Hal yang yang diperhatikan dalam pencatatan
pelayanan kesehatan. Bahkan responden tersebut imunisasi adalah pencatatan tanggal lahir bayi dan
mengaku sering membawa anak mereka ke unit tanggal pemberian imunisasi. Penulisan tanggal
pelayanan swasta untuk imunisasi. Hal yang perlu lahir dan tanggal pemberian imunisasi harus
dicermati adalah bahwa tidak penting melakukan ditulis lengkap (tanggal, bulan, dan tahun). Hal ini
imunisasi dimanapun tetapi yang terpenting adalah dikarenakan tanggal lahir dan tanggal pemberian
anak responden tersebut telah diimunisasi. imunisasi akan berkaitan dengan valid doses. Valid
Responden yang belum membawa anak mereka doses merupakan dosis yang tercatat saat bayi
untuk diimunisasi campak, tidak akan ditemukan mencapai usia minimum untuk imunisasi dan tercatat
tanggal penulisan pemberian imunisasi campak. dengan jarak yang tepat antara dosis menurut jadwal
Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun imunisasi nasional (WHO, 2005).
2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan Persentase Tanggal Pemberian Imunisasi
bahwa pencatatan hasil imunisasi dicatat di buku Campak di Masyarakat dengan Buku Kohort yang
KIA pada hari itu juga yakni setelah pemberian sangat rendah diakibatkan oleh adanya data yang
pelayanan imunisasi (Kemenkes RI, 2013). belum terlaporkan secara lengkap pada buku kohort.
Saat dilakukan probing, responden yang Data dari posyandu, poskesdes, pustu dan puskesmas
tidak ditemukan catatan status imunisasi campak serta unit pelayanan swasta belum semua masuk ke
tersebut, mengaku bahwa belum memberi imunisasi dalam buku kohort. Hal ini dikarenakan beberapa
anaknya karena terkait kondisi kesehatan anaknya responden mengaku membawa anaknya untuk
saat itu yang sedang sakit. Oleh karena itu, kecil imunisasi langsung di pukesmas, rumah sakit, bidan
kemungkinan petugas lupa menulis status imunisasi swasta, ataupun dokter swasta.
pada buku KIA/KMS atau catatan kesehatan Untuk Posyandu C, masyarakat di posyandu
lainnya. tersebut lebih banyak imunisasi ke unit pelayanan
Alasan lain yang dikemukakan responden adalah swasta. Data imunisasi di unit pelayanan swasta
karena jadwal posyandu yang bersamaan dengan jam paling berisiko tidak terlaporkan. Hal ini merupakan
Rekha Finazis, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan… 191

salah satu penyebab kurang lengkapnya data akan berisiko data yang terlaporkan dengan akurat
imunisasi pada buku kohort sehingga mempengaruhi akan minim.
akurasi data. Format buku register bayi di posyandu yang
Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun berlaku hanya satu tahun tentu memliki kelemahan.
2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan Kader mencatat data bayi berdasarkan satu tahun
bahwa unit pelayanan imunisasi swasta berperan buku bukan berdasarkan satu tahun kehidupan bayi.
dalam mencatat hasil pelayanan imunisasi dan Apabila bayi tersebut dimasukkan pada buku register
melaporkan cakupan imunisasi (Kemenkes RI, tahun berikutnya, data tahun sebelumnya tidak
2013). Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan akan tercatat ulang. Kader akan kesulitan dalam
kerjasama yang baik antara pihak yang bersangkutan memeriksa riwayat imunisasi yang telah diberikan
dalam melaporkan cakupan imunisasi, sehingga pada balita tersebut. Oleh karena itu, data imunisasi
pelaporan data imunisasi khususnya pada unit perlu disimpan dengan baik dan sebaiknya kader
pelayanan swasta berjalan dengan baik. mencatat kembali data tersebut pada buku register
Terkait persentase akurasi perbedaan data yang baru.
tanggal imunisasi campak pada buku register bayi Akibat lain yang akan timbul saat kader
posyandu dengan buku kohort diketahui juga sangat tidak dapat menetukan jenis imunisasi yang akan
rendah dipengaruhi salah satu media pencatatan diberikan pada balita tersebut yakni terjadi hambatan
yang tidak lengkap dalam pengisian status imunisasi pada tahap perencanaan vaksinasi pada posyandu
campak bayi. Pada masing-masing wilayah kerja berikutnya. Penelitian di salah satu puskesmas
posyandu sudah memiliki buku register bayi yang menyimpulkan bahwa nilai pencatatan imunisasi
telah terstandarisasi di posyandu yang diisi oleh para yang rendah selain diakibatkan buku register bayi
kader posyandu. Kelengkapan data imunisasi pada yang tidak terisi lengkap tetapi juga karena buku
buku register bayi dapat dipengaruhi faktor kader tersebut setiap tahun berganti dan buku tersebut tidak
posyandu. Hal ini terkait sikap kader salah satunya dimanfaatkan untuk pelacakan drop out (Tarigan,
adalah kedisiplinan dalam mencatat data imunisasi 2009).
pada buku tersebut. Pengisian data imunisasi pada buku register
Manajemen waktu oleh kader sangat bayi di posyandu juga berkaitan dalam melihat valid
diperlukan mengingat beban kerja kader yang doses. Pada penjelasan pengisian register bayi dalam
utama bukan pada pencatatan dan pelaporan. wilayah kerja posyandu disebutkan bahwa kolom
Sumber daya kader posyandu yang tidak sebanding pemberian imunisasi hanya diisi tanggal dan bulan.
dengan jumlah peserta posyandu menjadi kendala Kenyataan yang terjadi di lapangan, kader mencatat
dalam mengimplementasikan program posyandu status imunisasi bayi dengan menuliskan tanggal,
(Handayani, 2011). Di beberapa posyandu wilayah bulan, dan tahun pemberian imunisasi. Dalam hal
kerja Puskesmas Gunung Anyar terdapat beberapa ini, kader telah melakukan hal yang benar walaupun
kader yang terdaftar pada posyandu tersebut sering tidak sesuai penjelasan pengisian buku tersebut.
tidak aktif. Fakta lain yang ditemukan di lapangan terkait
Saat posyandu, hal yang paling berisiko rendahnya data register bayi di posyandu adalah
terjadi pada posyandu adalah saat pencatatan status karena bayi yang rutin menimbang ke posyandu
imunisasi. Hal ini dikarenakan petugas imunisasi lebih memilih melakukan imunisasi di puskesmas
yang lebih memiliki wewenang dalam mencatat atau di unit pelayanan swasta saat jadwal imunisasi
status imunisasi bayi pada meja 5 dibanding kader. pada posyandu. Saat dilakukan probing kepada
Di sisi lain, kader juga memiliki tugas untuk responden terkait hal ini, mereka mengaku lebih
mencatat status imunisasi bayi pada buku register percaya imunisasi di puskesmas atau di unit
bayi di posyandu. pelayanan swasta, karena menurut mereka lebih
Konsekuensinya yang akan terjadi adalah kader terjamin higinitasnya.
akan mencatat kembali tanggal imunisasi pada buku Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun
register bayi posyandu di luar jam posyandu. Hal 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan
ini akan sangat mengkhawatirkan karena justru saat bahwa pelaksanaan imunisasi harus memerhatikan
pencatatan dilakukan di luar jam posyandu akan mutu pelayanan dengan menetapkan standar
mengganggu aktivitas keseharian kader. Selain itu, pemberian suntikan yang aman (safe injection
pencatatan yang dilakukan di luar jam posyandu practices) bagi penerima suntikan (Kemenkes RI,
192 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 184–195

2013). Hal terpenting yang perlu dicatat adalah program imunisasi. Data imunisasi yang rendah pada
bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi, tidak buku kohort dan buku register bayi disebabkan oleh
melihat dari tempat melakukan imunisasi. Hal ini beberapa hal yang sama. Data imunisasi pada buku
dikarenakan, pemerintah telah mengatur standar KIA/KMS atau catatan kesehatan lainnya belum
pelayanan imunisasi yang berlaku sama di semua dipindah ke dalam buku register bayi posyandu dan
pelayanan kesehatan. buku kohort bayi. Hal ini dikarenakan data pada
Untuk mengatasi kejadian seperti itu, diperlukan pada buku KIA/KMS atau catatan kesehatan lainnya
skrining atau pencatatan kembali status imunisasi yang dimiliki responden menyatakan bahwa anak
agar dapat menjaring balita yang belum diimunisasi mereka telah diimunisasi.
untuk diimunisasi pada waktu selanjutnya Penyebab yang sama tersebut juga
(Kemenkes RI, 2010). Dalam sumber tersebut, mengakibatkan dampak yang terjadi juga sama.
dijelaskan pula bahwa perlu adanya drop out follow Dampak tersebut misalnya terkait pemanfaatan data
up menggunakan buku register bayi. Hal inilah mengenai valid doses, banyaknya sasaran imunisasi,
yang menunjukkan bahwa pentingnya pengisian data dan cakupan imunisasi. Buku KIA/KMS atau catatan
imunisasi pada buku register bayi di posyandu. kesehatan lainnya merupakan sumber data awal di
Sebuah penelitian menyebutkan adanya masyarakat yang kemudian akan dilaporkan pada
beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat media pencatatan data imunisasi yang lebih tinggi.
pengetahuan dan keterampilan kader posyandu Buku register bayi di posyandu merupakan
yaitu meliputi umur, pendidikan, dan lamanya buku pegangan kader posyandu dan dapat
menjadi kader (Munfarida, 2013). Faktor-faktor dianggap sebagai media pencatatan perantara
inilah yang ditemukan pada beberapa kader di untuk melaporkan sasaran anak yang diimunisasi di
5 posyandu wilayah kerja Puskesmas Gunung Anyar. posyandu. Sementara itu, buku kohort merupakan
Selain itu disebutkan pula pemanfaatan data yang buku terakhir yang mencatat data imunisasi sebelum
belum dilaksanakan dengan baik, tentu didasarkan diolah ke pemantau wilayah setempat kesehatan ibu
pada peran aktif kader. Semakin tinggi pengetahuan dan anak.
kader maka kader akan lebih berperan aktif dalam Hal ini secara tidak langsung terjadi pada
pemberian motivasi pada orang tua (Indrawan, kartu imunisasi anak yang kurang dimanfaatkan.
2013). Kartu imunisasi merupakan instrumen penting yang
Media pencatatan di posyandu tidak hanya efektif dan murah, namun kurang dimanfaatkan
menggunakan buku register bayi di posyandu. Oleh (Brown, 2012). Penelitian yang pernah dilakukan
karena banyaknya media pencatatan yang dilakukan di Kecamatan Gunung Anyar menyatakan bahwa
oleh kader posyandu, tentunya akan berdampak sebesar 40% petugas puskesmas masih kurang dalam
pada beban kerja kader. Selain buku register bayi hal perencanaan kegiatan, pencatatan pelaporan dan
di posyandu yang wajib dimiliki di tiap posyandu, evaluasi kegiatan posyandu (Suwarti, 2006).
buku kohort merupakan media pencatatan yang juga Buku kohort merupakan buku yang mencatat
telah standar dan tersedia pada puskesmas dan wajib data imunisasi dari semua unit pelayanan kesehatan
dilakukan pengisian data imunisasi bayi. seperti pada posyandu, puskesmas pembantu,
Buku kohort mencatat seluruh data imunisasi poskesdes, puskesmas, dan unit pelayanan swasta.
dalam lingkup wilayah kerja puskesmas. Buku Apabila data imunisasi yang terlaporkan pada buku
kohort memiliki ukuran yang sangat besar, tidak kohort sangat rendah, maka data dan informasi pada
tersedianya buku kohort di posyandu karena buku Pemantau Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
tersebut terlalu besar sehingga kerepotan dalam Anak (PWS KIA) juga rendah.
membawa ke posyandu (Purwitasari, 2012). Buku Bidan terutama bidan kelurahan mengaku
kohort memiliki peranan yang sama dengan buku memiliki beban kerja yang banyak namun waktu
register bayi di posyandu. Hanya perbedaannya, yang tersedia kurang memadai, hal inilah yang
buku kohort diisi oleh petugas puskesmas. menjadi kendala. Seperti yang diketahui, bidan
Buku kohort mencatat riwayat kesehatan bayi melakukan banyak pencatatan dan pelaporan yang
sejak dilahirkan, termasuk juga mencatat riwayat harus dikerjakan, selain bertugas menjadi bidan
pemberian vitamin A, imunisasi dan penimbangan dipuskesmas (Senewe dkk, 2011).
bayi. Kenyataan di dalam pengisian data pada Grafik PWS KIA yang dihasilkan akan
buku kohort masih rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk menganalisis cakupan pelayanan
dimanfaatkan sebagai informasi khususnya untuk dari data kohort bayi. PWS KIA juga dimanfaatkan
Rekha Finazis, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan… 193

dalam menyusun rencana operasional di lintas sistemik dengan manajemen. Surveilans memiliki
sektor. Selain itu, data imunisasi yang telah sasaran data tertentu yang dikumpulkan, dianalisis,
diolah mengakibatkan cakupan imunisasi yang diinterpretasi, dan dilakukan diseminasi informasi
dihasilkan akan rendah sehingga akan berdampak untuk pengambilan keputusan secara terus menerus
pada terhambatnya target UCI (Universal Child dan sistematik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
Immunization) desa/kelurahan. tindakan, program, atau informasi yang berintegrasi
Pencatatatan dan pelaporan yang berjalan dengan ketersediaan teknologi pemecahan masalah,
dengan baik akan menghasilkan kualitas pencatatan seperti surveilans penyakit campak dengan
dan pelaporan yang baik. Kualitas pencatatan dan manajemen program imunisasi campak (Depkes
pelaporan inilah yang dibutuhkan dalam perencanaan RI, 2007).
program imunisasi. Oleh karena itu, pencatatan dan
pelaporan adalah salah satu komponen terpenting
KESIMPULAN DAN SARAN
dalam penyelenggaraan imunisasi. Kenyataan ini
juga membuka mata kita bahwa masalah dalam Kesimpulan
program imunisasi tidak hanya berkaitan dengan Hasil penelitian menemukan bahwa pencatatan
kualitas vaksin, tetapi hal yang sering dianggap data tanggal pemberian imunisasi pada buku register
kecil seperti pencatatan dan pelaporan juga dapat bayi di posyandu dan buku kohort rendah. Sebagian
mengakibatkan kesalahan yang besar. Hal yang besar reponden telah membawa anak mereka untuk
dimaksud tersebut adalah pencatatan imunisasi diimunisasi, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
dapat berdampak pada tingkat keberhasilan program tanggal pemberian imunisasi campak pada buku
imunisasi seperti pencapaian UCI desa/kelurahan. KIA/KMS atau catatan kesehatan anak lainnya.
Pada tahap perencanaan program imunisasi Status imunisasi pada buku KIA/KMS atau
sangat dibutuhkan informasi tentang status catatan kesehatan lainnya di posyandu belum
imunisasi, tempat melakukan imunisasi dan alasan dilakukan skrinig atau pemindaian sehingga
tidak memperoleh imunisasi di suatu wilayah data imunisasi yang masuk di buku register bayi
kerjanya. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah posyandu rendah. Hal tersebut berdampak pada
informasi tersebut tidak selalu dapat diperoleh akurasi data tanggal pemberian imunisasi, apabila
dari hasil pencatatan dan pelaporan rutin yang dibandingkan antara buku KIA/KMS atau catatan
ada. Sistem pencatatan dan pelaporan rutin yang kesehatan lain dan buku register bayi di posyandu
telah berjalan hanya mencatat status imunsasi anak dengan buku kohort masih rendah.
yang melakukan imunisasi pada tempat pelayanan Keadaan yang seperti itu juga yang
imunisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. menyebabkan pemanfaatan data pelaksanaan
Hal yang paling perlu dipikirkan ke depan adalah program imunisasi campak belum berjalan dengan
mengenai sistem pencatatan dan pelaporan yang baik terutama pada petugas kesehatan dan kader
sedang berjalan belum bisa mencatat alasan posyandu. Salah satu hal yang perlu diperhatikan
seseorang terkait belum mendapatkan imunisasi dalam pencatatan dan pelaporan adalah kedisiplinan
(Hargono, et al, 2012). petugas kesehatan dan kader posyandu dalam
Imunisasi juga dapat dihubungkan dengan mencatat dan melaporkan data imunisasi.
surveilans, imunisasi campak yang merupakan Kader di posyandu lebih menitikberatkan pada
program pencegahan pennyakit yang dapat data penimbangan bayi dibanding data imuniasi.
dicegah dengan imunisasi akan berhubungan Permasalahan yang ditemukan di posyandu adalah
dengan surveilans penyakit campak. Bidan dan kader kesulitan memanajemen waktu dalam
petugas surveilans saling bekerjasama dalam melakukan pencatatan data imunisasi pada buku
pengelolaan data di unit puskesmas. Bidan register bayi di posyandu. Hal ini juga dikarenakan
bertanggungjawab dalam pelaksanaan surveilans petugas kesehatan lebih berperan dalam pelayanan
rutin untuk kepentingan program seperti cakupan imunisasi pada meja 5 posyandu. Buku register
imunisasi campak. Sementara itu petugas surveilans bayi di posyandu yang berlaku satu tahun akan
bertanggung jawab terhadap penyakit-penyakit yang menyebabkan kader dan petugas kesehatan kesulitan
berpotensi wabah ataupun yang tergolong kejadian dalam meriwat imunisasi pada tahun sebelumnya
luar biasa seperti penyakit campak. dengan cepat.
Surveilans adalah suatu komponen alat Fungsi manajemen penyelenggaraan imunisasi
kesehatan masyarakat yang memerlukan hubungan belum optimal khususnya terkait hal pencatatan dan
194 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 184–195

pelaporan data imuinsasi. Hal tersebut berdampak dimanfaatkan sebagai bahan dalam merencanakan
pada data riil di lapangan. Hal ini dikarenakan data program imunisasi selanjutnya.
sasaran di lapangan tidak sesuai dengan sasaran yang
datang ke posyandu akibat banyaknya responden
REFERENSI
yang membawa anaknya untuk imunisasi pada
puskesmas dan unit pelayanan swasta. Keadaan Brown DW. 2012. Child immunization cards:
ini diperparah juga oleh kurang koordinasi dan essential yet underutilized in national
komunikasi dari pihak unit pelayanan swasta. immunization programmes. The Open Vaccine
Pelaporan data belum berjalan maksimal khususnya Journal. 5, 1–7.
data imunisasi dari unit pelayanan swasta. Departemen Kesehatan RI, 2007. Modul surveilans
KIA : peningkatan kapasitas agen perbekalan dan
Saran pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak.
Perlu diadakan skring status imunisasi pada Jakarta; PT Nisarindo Jaya Abadi.
balita yang datang ke puskesmas atau posyandu agar Departemen Kesehatan RI. 2009. Petunjuk
data imunisasi dapat tercatat pada buku register bayi pelaksanaan data quality self-assessment (DQS)
di posyandu dan buku kohort. Kemudian diperlukan di puskesmas. Jakarta; Departemen Kesehatan
manjemen waktu yang baik bagi kader dan petugas RI.
kesehatan dalam mencatat dan melaporkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2013. Profil
imunisasi. Pengaturan manajemen waktu bagi Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2012. Surabaya;
petugas kesehatan dan kader harus disesuaikan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Handayani ND. 2011. Evaluasi implementasi
Pengarsipan data imunisasi pada media pencatatan posyandu studi evaluatif implementasi program
yang dimiliki masyarakat, kader dan petugas pokok posyandu di wilayah kelurahan mojo
kesehatan harus disimpan dengan baik. surabaya. Skripsi. Surabaya; Universitas
Selanjutnya data yang telah tercatat pada buku Airlangga.
register bayi di posyandu dan pada buku kohort Hargono A, Windhu Purnomo, Suradi, Achsan, Yudi
harus dimanfaatkan sebagai informasi untuk program Efriyanto. 2010. Hasil coverage survey cakupan
imunisasi. Pemanfaatan informasi digunakan dalam imunisasi di 8 kabupaten/kota di jawa timur
menentukan perencanaan vaksin dan sasaran 2009–2010. Surabaya; Dinas Kesehatan Provinsi
imunisasi serta pelacakan drop out. Diharapkan Jawa Timur.
juga, informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk Hargono A, Windhu Purnomo, Suradi, Achsan, Yudi
program atau sektor lainnya seperti untuk surveilans Efriyanto. 2012. Survei cepat cakupan imunisasi
penyakit campak. Selain itu, diperlukan suatu dasar pada bayi di Kabupaten Lumajang Tahun
tindakan, program, atau informasi yang berintegrasi 2010. Jurnal. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
dengan ketersediaan teknologi pemecahan masalah Vol. 15 No. 1 Januari 2012: 55–60.
seperti surveilans penyakit campak dengan program Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010/Info Imunisasi
imunisasi campak. Lengkap. http://imunisasi.net (sitasi 11 November
Untuk di posyandu, perlu diadakan regenerasi 2013).
kader yang disertai peningkatan keterampilan, Indarawan I.B.M.D. 2013. Faktor yang berhubungan
pelatihan, dan pembinaan bagi para kader. Selain dengan peran aktif kader posyandu dalam
itu, pemberian imunisasi pada pelayanan imunisasi pencapaian UCI Kelurahan (Studi di wilayah
terutama pada posyandu harus memperhatikan mutu kerja puskesmas Mojo Surabaya). Skripsi.
pelayanan sesuai standart penyuntikan yang aman. Surabaya; Universitas Airlangga.
Pada unit pelayanan swasta, dibutuhkan koordinasi Kementerian Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri
dan komunikasi yang baik terkait data imunisasi di Kesehatan Republik Indonesia No. 284 Tahun
unit pelayanan swasta. 2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Harapan dari penelitian ini adalah masyarakat, Jakarta; Kementerian Kesehatan RI.
petugas kesehatan dan pihak lain yang bersangkutan Kementerian Kesehatan RI, 2010. Peraturan
dapat menyadari terkait pentingnya arsip pencatatan Menteri Kesehatan RI No. 482 Tahun 2010
imunisasi pada anak mereka. Hal yang terpenting tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional
juga adalah informasi dari penelitian ini dapat Universal Child Immunization 2010–2014.
Jakarta; Kementerian Kesehatan RI.
Rekha Finazis, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan… 195

Kementerian Kesehatan RI, 2012. Data Surveilans Setiawan IM. 2008. Penyakit campak. Jakarta;
dan KLB 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Sagung Seto.
RI. Suwarti, 2006. Model posyandu berdasarkan analisis
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan penilaian kebutuhan dan harapan masyarakat
Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013 tentang sesuai dengan kemampuan provider di kecamatan
Imunisasi. Jakarta: Kemenkes RI. gunung anyar kota surabaya. Tesis. Surabaya;
Mundari, R. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan Universitas Airlangga.
dengan kelengkapan pemberian imunisasi Tarigan I. 2009. Kualitas imunisasi data rutin
dasar pada bayi usia 12 bulan di Wilayah Kerja berdasarkan metode data quality self assessment
Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung. (DQS). Jurnal. Media Litbang Kesehatan, 15.
Skripsi. Surabaya; Universitas Airlangga. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/
Munfarida, S., 2013. Faktor yang berhubungan MPK/article/view/883 (sitasi 11 november
dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan 2013)
kader posyandu. Skripsi. Surabaya; Universitas Usmays. 2010. Imunisasi: kerja keras untuk masa
Airlangga. depan anak bangsa yang lebih baik.http://www.
Purwitasari, W., 2012. Indikator prediktif pencapaian pppl.depkes.go.id/_asset/_download/ Imunisasi,_
uci desa, pencapaian valid dose, pemberian kerjakeras.pdf
imunisasi, serta kualitas pengelolaan vaksin di World Health Organization. 2005. Immunization
Kabupaten Jember tahun 2012. Tesis. Surabaya; coverage cluster survey-reference manual.
Universitas Airlangga. Geneva; World Health Organization.
Ranuh I G., Suyitno H, Hadinegoro SR. Kartasasmita World Health Organization. 2013/Regional summary
CB. Isomoedijanto, Soedjatmiko, dkk., 2011. of reported measles cases.http://www.who.int/
Pedoman imunisasi Indonesia. Jakarta; Ikatan immunization_monitoring/diseases/measles_
Dokter Anak Indonesia. monthlydata/en/ (sitasi 11 November 2013).
Senewe, Felly Philipus. Yuwana Wiryawan., 2011. Yulistyowati T. 2008. Hubungan peranan ibu
Pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan dan peranan kader dengan status imunisasi
wilayah setempat – kesehatan ibu dan anak oleh campak pada crash program. Skripsi. Surabaya:
bidan di desa di Puskesmas Sepatan Kabupaten Universitas Airlangga.
Tangerang 2008. Jurnal Ekologi Kesehatan
Volume 10 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai