Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anne Hendrata

Npm : 2131060105
Jurusan : Psikologi Islam
Falkultas : Ushuluddin dan Studi Agama
Dosen : Annisa Fitriani S.Psi, MA

RESUME

A. Pengertian Psikologi Sosial


Seperti yang dikemukakan oleh David G. Meyers (2012), "Social psychologists study attitudes
and beliefs, conformity and independence, love and hate. To put it formally, Social Psychology
is the scientific study of how people think about, influence, and relate to one another. Dari
pendapat Meyers tersebut, kita dapat mengambil sebuah gambaran umum mengenai psikologi
sosial. Psikologi sosial adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana individu
memikirkan, memengaruhi, dan berhubungan satu sama lain. Psikologi sosial tidak sekadar
berspekulasi terhadap perilaku sosial kemasyarakatan, tetapi juga menggunakan metode ilmiah
dengan sangat berhati-hati, baik dalam merancang maupun melaksanakan penelitian agar dapat
menjelaskan berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang rumit dan kompleks dengan lebih
akurat. Berdasarkan berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukannya, "formula"
psikologi sosial kemudian dapat diaplikasikan dalam berbagai kebijakan untuk menyikapi
situasi-situasi tertentu dalam kehidupan nyata di lapangan.

Psikologi sosial, yang terkenal dengan jargon stimulus-respons (S-R), lebih melihat bagaimana
individu berinteraksi dan berhubungan satu sama lain dalam konteks sosialnya. Dengan kata lain,
psikologi sosial adalah studi ilmiah terhadap perilaku individu dalam setting sosial-budayanya.
Psikologi sosial lebih menekankan perilaku sosial manusia. Kini, berbagai topik kajian psikologi
sosial sudah sangat bervariasi. Dalam kajian psikologi sosial, perilaku sosial dipahami sebagai
produk dari faktor biologis bawaan yang dihasilkan dari evolusi dan faktor budaya yang muncul
dalam perjalanan sejarah. Terdapat semacam interaksi antara dasar-dasar bawaan dan faktor
belajar dari lingkungan sosial budaya individu. Oleh karena tema kajian dan keahliannya
tersebut, psikolog sosial banyak dimanfaatkan sebagai konsultan dalam berbagai bidang
pekerjaan, misalnya dalam pengembangan organisasi sosial, bisnis, dan komunitas nonprofit.
Beberapa contoh pekerjaan yang biasanya ditekuni oleh psikolog sosial antara lain mengurangi
konflik antaretnis, desain komunikasi massa (misalnya, iklan), dan memberi nasihat terkait cara
yang efektif untuk mendidik anak dalam konteks sosial kemasyarakatan yang terus berubah.
Psikolog sosial juga dapat membantu pengobatan pasien kejiwaan dan rehabilitasi narapidana.

B. Perbedaan dan Irisan Psikologi Sosial dengan Disiplin Ilmu Lain


1. Psikologi Sosial dan Sosiologi
Terdapat perbedaan yang sangat jelas di antara kedua disiplin ilmu ini. Kajian sosiologi,
misalnya, cenderung berfokus pada tingkat kelompok (group level), sementara kajian
psikologi sosial lebih berfokus pada tingkat individu (individual level). Psikolog sosial
lebih sering melakukan eksperimen dengan memanipulasi beberapa variabel dan
menentukan efek dari manipulas ini dengan menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif
yang ketat. Sementara itu, sosiolog lebih melihat realitas sosial dalam kondisi yang
sebenarnya. Meskipun terdapat beberapa perbedaan, bidang ilmu sosiologi dan psikologi
sosial jelas sangat berkaitan.

2. Psikologi Sosial dan Psikologi Klinis


Psikologi klinis adalah bidang ilmu psikologi yang membahas dan mempelajari kesulitan
kesulitan serta rintangan-rintangan emosional pada manusia, tidak memandang apakah
dia abnormal atau subnormal. Psikolog klinis tertuju pada gangguan-gangguan kejiwaan
yang dialami individu. Mereka melakukan kajian, mendiagnosis, dan menerapkan
program penyembuhan (treatment) terhadap masalah dan gangguan (disorders) psikologis
atau tingkah laku abnormal. Dengan demikian, psikologi klinis mencakup assessment
atau psikodiagnostik, penelitian, dan terapi bagi masalah masalah psikologis, gangguan
penyesuaian diri, maupun perilaku abnormal seseorang. Psikolog sosial tidak berfokus
pada gangguan psikologis, tetapi mereka melihat hal hal yang lebih spesifik, seperti
bagaimana individu berpikir, merasa, berperilaku, dan saling memengaruhi satu sama
lain. Meskipun demikian, terdapat banyak hal menarik yang menjadi irisan dari psikologi
klinis dan psikologi sosial. Salah satunya adalah kedua bidang ini dapat menjelaskan
bagaimana individu mengatasi kecemasan atau tekanan dalam situasi sosial; bagaimana
individu yang tertekan dan yang tidak tertekan melihat atau bertindak terhadap orang
lain;

3. Psikologi Sosial dan Psikologi Kepribadian


Psikologi kepribadian adalah ilmu yang mencakup upaya sistematis untuk
mengungkapkan dan menjelaskan pola pikir, perasaan, dan perilaku individu yang
memengaruhi kehidupannya sehari-hari. Bidang ini menekankan perlunya memahami
perbedaan antarindividu. Psikologi kepribadian berusaha untuk memahami perbedaan-
perbedaan individu yang relatif menetap dan stabil di berbagai situasi. Sementara itu,
psikologi sosial berusaha untuk memahami bagaimana faktor sosial memengaruhi
sebagian besar individu, terlepas dari perbedaan kepribadian yang dimiliki. Mekipun
demikian, psikologi kepribadian dan psikologi sosial memiliki keterkaitan yang sangat
erat.
4. Psikologi Sosial dan Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental
seperti berpikir, belajar, mengingat, dan bernalar. Dalam tingkatan tertentu, psikolog
sosial sering kali juga tertarik dengan proses-proses tersebut. Meskipun demikian,
psikolog sosial lebih tertarik pada bagaimana individu berpikir, belajar, mengingat, dan
bernalar dalam konteks sosialnya, serta bagaimana proses ini berkaitan dengan tingkah
laku sosial individu. Kognisi sosial dalam pandangan Baron dan Byrne (2000) merupakan
cara individu menganalisis, mengingat, dan menggunakan informasi mengenai kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa sosial. Kognisi sosial meliputi saat pertama kali
individu memperhatikan gejala-gejala sosial yang ada di sekelilingnya (attention);
memasukkan apa yang diperhatikannya itu ke dalam memori dan menyimpannya
(enconding); sampai pada apabila individu menemukan gejala yang mirip, individu
tersebut akan mengeluarkan ingatan yang dimilikinya dan membandingkannya. Manakala
ternyata ditemukan kesamaan, individu tersebut akan mengatakan sesuatu mengenai
gejala tersebut atau mengekspresikan kesamaan itu ketika menceritakan peristiwa yang
dialami (retrieval).

C. Ruang Lingkup Psikologi Sosial


Shaw dan Constanzo (1970), membagi ruang lingkup psikologi sosial ke dalam Raung lingkup
kajian psikologi 3 wilayah studi, yaitu:
1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang perseps
motivasi proses belajar, dan atribusi (sifat).
2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru
(imitasi), dll.
3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan,
kerja sama, persaingan, dan konflik.

Sementara itu, Michener dan Delamater (1986) secara sederhana membagi ruang lingkup
psikologi sosial menjadi:
1. Pengaruh individu terhadap orang lain;
2. Pengaruh kelompok terhadap anggotanya;
3. Pengaruh anggota kelompok terhadap kelompoknya sendiri; dan
4. Pengaruh kelompok terhadap kelompok lainnya.

Myers (2012) menerangkan wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:


1.Pikiran sosial, yang meliputi cara individu memersepsikan diri sendiri dan orang lain, apa yang
diyakini individu, penilaian yang dibuat individu; dan sikap yang dimiliki individu.
2. Pengaruh sosial, yang meliputi budaya, tekanan konformitas, persuasi, dan kelompok
kelompok sosial.
3. Hubungan sosial, yang meliputi prasangka, agresi, ketertarikan dan keintiman, serta bantuan.
D. Sejarah Psikologi Sosial
Pada tahun 1862, Wundt mengusulkan dua cabang psikologi: psikologi fisiologis dan psikologi
rakyat atau psikologi sosial (Volkerpsychologie). Setelah itu, di Jerman saja, pada tahun 1900-an
tercatat tidak kurang dari 200 artikel terkait psikologi sosial dipublikasikan per tahunnya. Wundt
memiliki konsep bahwa psikologi adalah "ilmu pikiran. Hal ini tidak sesuai dengan pandangan
ilmuwan Amerika yang umumnya merupakan behavioris. Dalam pandangan behaviorisme, yang
didasari oleh filsafat positivisme logis, pengetahuan harus dinyatakan dalam istilah yang dapat
diverifikasi secara empiris atau melalui pengamatan langsung.

Norman Triplett, seorang psikolog Amerika di Indiana University, dianggap sebagai orang
pertama yang melakukan penelitian psikologi sosial secara empiris. Pada tahun 1895, Triplett
mengajukan pertanyaan, "How does a person's performance of a task change when other people
are present?" la ingin mencari tahu mengapa kinerja seseorang dapat berubah ketika orang lain
hadir. Pebalap sepeda melaju lebih cepat ketika ia berpacu bersama pebalap lainnya. Pebalap
sepeda itu pun tampak lebih antusias.

Psikolog Inggris William McDougall dan sosiolog Amerika Edward Ross, yang secara terpisah
menerbitkan bukunya di tahun 1908. McDougall menyatakan, manusia berperilaku sosial karena
nalurinya. Sementara itu, Ross menerangkan perilaku sosial dengan teori struktur sosial. Menurut
Ross, manusia berperilaku sosial dikarenakan tata aturan dalam masyarakat yang harus mereka
ikuti. Floyd Henry Allport (1924) mengajukan teori yang berbeda tentang perilaku sosial.
Menurutnya, perilaku sosial tidak semata muncul karena dorongan insting dan bukan juga karena
pengaruh struktur sosial. Perilaku sosial, menurut Allport, terjadi karena berbagai macam faktor.

Perkembangan psikologi sosial mendapatkan kemajuan yang luar biasa sekitar tahun 1970
sampai tahun 1980 dengan berbagai penelitian mengenai atribusi, sikap (attitude), perbedaan
gender, diskriminasi seksual, psikologi lingkungan, psikologi massa, dan sebagainya. Pada
periode ini, penelitian penelitian psikologi sosial terapan juga mulai bermunculan (Baron &
Byrne, 2000)-seperti psikologi kesehatan, psikologi hukum, psikologi politik, psikologi
kepolisian, dan psikologi lingkungan. Pada masa-masa selanjutnya, perkembangan psikologi
sosial lebih bercirikan penelitian kognisi dan penerapannya yang semakin mutakhir dengan
menggunakan perspektif kultural yang multidimensi.

E. Manfaat Psikologi Sosial


Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kajian psikologi sosial di antaranya adalah:
1. Memberikan gambaran yang lebih ilmiah kepada masyarakat mengenai kiat-kiat menjalin
kehidupan ideal dalam bermasyarakat dan berbangsa berdasarkan temuan temuan ilmiah dalam
psikologi sosial. Saran-saran teoretis dan aplikatif yang terdapat di dalam psikologi sosial sangat
sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk
2. Dapat melakukan deteksi dini dan mengupayakan langkah-langkah pencegahan individu yang
sekaligus sebagai makhluk sosial. yang lebih akurat terhadap kemungkinan terjadinya konflik di
tengah masyarakat.
3. Memberikan solusi tepat manakala muncul konflik di tengah masyarakat.
4. Sebagai pedoman mengelola perbedaan yang muncul di tengah masyarakat.
5. Mengoptimalkan potensi sosial suatu komunitas untuk memajukan bangsa.

F. Perspektif Utama Psikologi Sosial

1. Perspektif Sosiokultural
Perspektif sosiokultural adalah konsep budaya, yang secara luas dapat didefinisikan
sebagai keyakinan, kebiasaan, adat istiadat, dan bahasa yang dimiliki bersama oleh
komunitas yang hidup pada waktu dan tempat tertentu. Edward Ross adalah tokoh utama
pada perspektif sosiokultural. Perspektif ini menekankan pengaruh kelompok yang lebih
besar terhadap kecenderungan perilaku seseorang. Contohnya seperti jaman sekarang
banyak anak-anak yang sudah terbiasa dengan telepon genggam, computer tablet, dana
masih banyak lagi. Dikarenakan anak-anak melihat orang tua atau orang dewasa disekitar
mereka selalu sibuk dengan gawai tersebut. Oleh karena itu, sudah tidak heran lagi bila
anak usia TK atau SD saat ini sudah menggunakan telepon genggam.

2. Perspektif Evolusioner
William McDougall adalah bapak perspektif evolusioner. Charles Darwin berpendapat
bahwa perspektif ini juga meyakinkan bahwa perilaku manusia berevolusi sejalan dengan
proses evolusi fisiknya. Perspektif evolusioner lebih focus pada kesamaan yang dimiliki
manusia tidak hanya kesamaan perilaku individu dalam berbagai kebudayaan, tetapi juga
kesamaan yang terdapat pada berbagai spesies binatang. Gagasan pokok dari perspektif
ini adalah selesksi alam (natural selection). Seleksi alam merupakan suatu pandangan
yang menyatakan bahwa setiap spesies memiliki sejumlah karakteristik yang dapat
membantunya untuk tetap bertahan hidup dan mempertahankan kelangsungannya.

3. Perspektif Pembelajaran Sosial


Perspektif evolusioner ini disebut pembelajaran sosial karena perilaku sosial diperoleh
dari proses belajar yang berkaitan dengan hadiah dan hukuman. Perspektif pembelajaran
sosial lebih menekankan pada pengalaman-pengalaman unik seseorang dalam keluarga,
sekolah, atau kelompok sebaya tertentu. Menurut perspektif ini perilaku sosial didorong
oleh pengalaman pribadi individu dengan hadiah dan hukuman sebagai factor utamanya.

4. Perspektif Fenomenologis
Perspektif ini menekankan interpretasi subjektif individu terhadap situasi sosial tertentu.
Perspektif ini juga mempercayai adanya kaitan anatara interpretasi subjektif individu
terhadap situasi dan tujuan individu pada saat terjadinya situasi yang dimaksud.

5. Perspektif Kognitif Sosial


Perspektif kognitif sosial memang focus pada proses-proses mental, seperti perhatian,
interpretasi, penilaian, dan ingatan terhadap pengalaman-pengalaman sosial. Dalam
hubungannya dengan lingkungan perspektif kognitif sosial justru mengatakan bahwa
manusialah yang aktif bertindak terhadap lingkungannya. Pandangan ini menyangkut apa
yang menjadi perhatian individu terhadap situasi sosial tertentu, bagaimana ia
menafsirkannya, dan bagaimana ia mengaitkan situasi saat ini dengan pengalaman-
pengalaman tertentu dalam ingatannya.

G. Metode Penelitian
Terdapat 2 metode pengujian hipotesis, yaitu metode eksperimental dan non-eksperimental,
yaitu:

1. Metode Penelitian Eksperimental


Eksperimental adalah pengujian hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
suatu perlakukan terhadap objek penelitian. Metode eksperimental juga menyangkut
intervensi dalam bentuk manipulasi terhadap satu atau lebih variabel bebas dan kemudian
mengukur pengaruh manipulasi tersebut terhadap satu atau lebih variabel terikat. Tidak
semuan fenomena sosial dapat diuji dengan menggunakan eksperimental.

2. Metode Penelitian Non-Eksperimental


Metode penelitian non-eksperimental ini dapat terbentuk survey, metode observasi, dan
metode korelasional.
a) Metode survey
Survei biasanya bertumpu pada inventori self-report. Sebelum peneliti melakukan
survey peneliti dengan hati-hati mempersiapkan sejumlah pertanyaan, yang sering
kali berbentuk daftar pertanyaan tertulis yang diatur dalam urutan tertentu.
Kelebihan dari metode survey dalah peneliti psikologi sosial bisa mendapatkan
data dalam sejumlah besar dengan waktu yang relative cepat, mudah, dan murah.
b) Metode observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati seseorang dan menggambarkan perilaku
sosialnya secara cermat. Dalam banyak kasus, pengamatan itu dilakukan langsung
dilapangan. Observasi dapat juga dilakukan didalam laboratorium.
c) Metode korelasional
Pendekatan penelitian nomotetik, naturalistik, dan ex post facto ini dimaksudkan
untuk mengetahui arah dan intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih
guna mendapatkan kesimpulan yang diperlukan.Metode ini juga dapat
dipergunakan untuk menguji hubungan asosiatif antara konstruk-konstruk teoretis
tertentu, atau untuk menentukan fit tidaknya suatu model teoretis dengan data
empirisnya.
d) Metode analisis wacana
Analisi merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang
digunakan secara ilmiah, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan terhadap para
pengguna sebagai suatu elemen masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai