a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknyaatau di bawah potensi yang dimilikinya. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yangsudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang
diperolehnya selalu rendah c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan
selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. d. Menunjukkan sikap-sikap
yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,dusta dan sebagainya. e.
Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakanpekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat
pelajaran, tidakteratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. f. Menunjukkan gejala emosional
yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung,pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalammenghadapi nilai rendah, tidak
menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Orang dengan kesulitan motorik kasar mungkin canggung, yaitu, mereka mungkin rentanterhadap
tersandung, jatuh, atau menabrak sesuatu. Mereka juga mungkin mengalami kesulitanberjalan,
memanjat, atau belajar naik sepeda. Orang dengan kesulitan motorik halus mungkinmengalami
kesulitan mengancingkan kemeja, mengikat tali sepatu, atau dengan tulisan tangan. Gangguan
Fungsi Defisit dalam bidang pengolahan informasi dapat terwujud dalam
berbagaiketidakmampuan belajar yang spesifik. Hal ini dimungkinkan bagi seorang individu
untukmemiliki lebih dari satu kesulitan. Hal ini disebut sebagai komorbiditas ketidakmampuan
belajarDi Inggris, diagnosis ganda Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada co-
terjadinyakesulitan belajar.
Gangguan membaca (ICD-10 dan DSM-IV Kode: F81.0/315.00) Gagguan yang sering terjadipada
gangguan belajar. Dari semua siswa dengan kesulitan belajar spesifik, 70% -80% memilikidefisit
dalam membaca. The “Disleksia Developmental” istilah ini sering digunakan
sebagaisinonim untuk membaca kecacatan, namun, banyak peneliti menyatakan bahwa ada
berbagai jenis ketidakmampuan membaca, yang merupakan 4 salah satu disleksia.
Sebuahketidakmampuan membaca dapat mempengaruhi setiap bagian dari proses membaca,
termasukkesulitan dengan pengenalan kata akurat atau fasih, atau keduanya, kata
decoding, tingkatmembaca, prosodi (membaca oral dengan ekspresi), dan pemahaman
bacaan. Sebelum“disleksia” istilah menjadi terkenal, ini ketidakmampuan belajar dulu dikenal
sebagai “kebutaankata.” Indikator umum dari membaca kecacatan termasuk kesulitan
dengan kesadaranfonemikkemampuan untuk memecah kata-kata menjadi suara komponen
mereka, dan kesulitandengan pencocokan kombinasi surat kepada suara tertentu (suara-simbol
korespondensi). Gangguan Ekspresi Menulis (ICD-10 dan DSM-IV-TR kode 315,2) Gangguan bicara
dan bahasajuga dapat disebut Disfasia / Aphasia (kode F80.0-F80.2/315.31 di ICD-10 dan DSM-IV).
The DSM-IV-TR kriteria untuk Gangguan Ekspresi Menulis adalah:
Keterampilan menulis diukur dengan tesstandar atau penilaian fungsional) yang jatuh jauh di
bawah yang diharapkan didasarkan padausia kronologis individu, kecerdasan diukur, dan
pendidikan usia yang tepat, (Kriteria A ) Kesulitan ini juga harus menyebabkan penurunan
yang signifikan terhadap prestasi akademik dantugas-tugas yang memerlukan komposisi teks
tertulis (Kriteria B) Jika defisit sensorik hadir,kesulitan dengan keterampilan menulis boleh
melebihi jumlah yang biasanya dikaitkan dengandefisit sensorik, (Kriteria C).
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhankhusus
adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual mau-pun
intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan ling-kungan
sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran,salah satunya
adalah melalui intervensi psikologi. Berkebutuhan khusus lebih memandangpada kebutuhan anak
untuk mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secaraoptimal, sedang pada luar
biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yangmemer-lukan perlakuan khusus.
Salah satu intervensi psikologis yang ada di Indonesia untuk anak kesulitan belajaradalah dengan
Melani's Metacognitive Intervention. Berdasarkan hasil uji yang dilakukankepada 150 anak
kesulitan belajar (Mix Method), intervensi ini telah terbukti berhasil sepertiintervensi untuk
masalah recovery kesulitan belajar belajar. Intervensi metakognitif dapatmeningkatkan
kesadaran diri sebagai kontrol diri untuk anak-anak untuk diri danlingkungannya yang
berpengaruh terhadap fungsi kognitif (Barrow, 1990; Matlin, 2000;Freeman, 2005 dalam
Arnaldi, 2011a). Pelatihan dengan kondisi ini penting sebagai upayauntuk pemulihan kondisi
psikologi anak dan juga untuk melatih metode kognitif metakognitiffunction.Metode ini sangat
mudah untuk dilaksanakan, karena metode ini dekat denganmetode pembelajaran yang
mereka terima di sekolah. Intervensi ini dibagi menjadi 3 tahap,pertama adalah terapi dengan
menggunakan wawancara, saran, dan metafora. Kedua, denganpelatihan kognitif. Fungsi dan
pelatihan dengan pelatihan memikirkan strategi untukmencapai pengolahan informasi yang
optimal (William Pierce, 2003 dalam Arnaldi 2011a).Tujuan dari pelatihan adalah untuk
menciptakan anak dengan proses kognitif yang baik.Penelitian untuk kereta intensif 8 bulan
membuktikan bahwa skor anak di sekolah meningkatsecara signifikan. (Arnaldi, 2011a).
Bagaimana metode ini bekerja adalah didasari dengan melihat dan mengamati bagaimanaproses
kognitif pada anak. Latar belakang penentuan proses kognitif tersebut adalah didasaripernyataan
Smith dan Strick (1999 dalam Arnaldi, 2011) yang mengkategorikan anak-anakdengan kesulitan
belajar dengan short attention span, difficulty following directions, socialimmaturity, difficult with
conversation, inflexibility, poor planning and organizational skills,absentmindedness, clumsiness,
lack of impulse control. Masalah utama pada anak-anakdengan kesulitan belajar yang
disebabkan oleh kesulitan dalam fungsi kognitif, afektifmasalah, dan adaptasi perilaku. Tapi
masalah utama adalah sulit untuk ditelusuri karena anak-anak dengan belajar cacat ditemukan
dalam kondisi sudah rumit. Penampilan darikompleksitas terjadi karena variabel laten yang
sulit untuk diungkapkan terutama anak-anak dengan kognitif distorsi (Melani, 2006 dalam Arnaldi,
2011b) yang. Dalam rangka untukmengungkapkan tiga masalah secara terpisah, peneliti merancang
parameter yang mengacupada asumsi bahwa fungsi kognitif adalah kontrol dari tiga fungsi yang
memiliki masalah(Riegler & Riegler, 2004 dalam Arnalddi, 2011) Parameter ini
dikembangkan dariTaksonomi Bloom (Krathwol, 2001 dalam Arnaldi, 2011) yang digunakan
dalam studievaluasi. Peneleliti melakukan beberapa pengembangan dan modifikasi untuk
membuatparameter untuk mengamati tahap pembangunan kognitif manusia yang digunakan
sebagaipedoman untuk intervensi (Arnaldi, 2011).
Intervensi metakognitif dapat meningkatkan kesadaran diri sebagai kontrol diri untukanak-anak
untuk diri mereka sendiri dan lingkungannya yang berpengaruh terhadap fungsikognitif (Barrow,
1990; Matlin, 2000; Freeman, 2005 dalam Arnaldi, 2011b). Pelatihanmetode metakogitif
dengan kondisi ini penting sebagai upaya untuk kondisi pemulihanpsikologi anak dan juga
untuk melatih fungsi kognitif.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th
ed. Arlington, VA: APA.Haspani, S.Pd. 2011. Learning disorder (kekacauan belajar) yang disebabkan
oleh kurangnya minatbelajar siswa. Belinyu.Subini, Nini, Dkk, 2012, Psikologi Pembelajaran, Mentari
Pustaka, Yogyakarta. Suryani S.Pd. M.Si, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar