Anda di halaman 1dari 12

LEARNING DISABILITY A.

Pengertian Learning Disability (LD) Ketidakmampuan belajar adalah


istilah awam (bukan istilah diagnostik) yangmerujuk pada masalah yang signifikan dalam
menguasai satu atau lebih keterampilan berikut:mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,
bernalar, dan matematika. Ketidakmampuanbelajar tidak termasuk gangguan penglihatan,
pendengaran, atau fisik, cacat intelektual;gangguan emosional atau kerugian lingkungan.
Gangguan emosional dan sosial dankekurangan adaptif lainnya dapat terjadi dengan masalah
belajar, tetapi mereka tidak dengansendirinya merupakan ketidakmampuan belajar (IDEA, 2004).

Aktivitas belajar bagi setiap


individu, tidak selamanya
dapat berlansung secara wajar.
Kadang – kadang lancar,
kadang – kadang tidak, kadang
– kadang dapat cepat
menangkap
apa yang dipelajari, kadang
terasa amat sulit. Dalam
hal semangat terkadang
semangat
tinggi,tetapi terkadang juga
sulit untuk mengadakan
konsentrasi. Dalam hal
dimana anak
didik/siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, itulah
yang disebut dengan kesulitan
belajar.
Kesulitan belajar siswa
mencakup pengetian yang
luas, diantaranya : (a)
learning
disorder. Sedangkan Learning
Disorder atau kekacauan
belajar adalah keadaan dimana
proses
belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respons
yang bertentangan. Pada
dasarnya,
yang mengalami kekacauan
belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi
belajarnya
terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil
belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang
dimilikinya.
Learning Disorder adalah
keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan
belajar,
potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau
terhambat oleh
adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga
hasil belajar yang
dicapainya lebih
rendah dari potensi yang
dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah
terbiasa dengan olah raga
keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut
gerakan
lemah-gemulai
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlansung secara wajar.Kadang –
kadang lancar, kadang – kadang tidak, kadang – kadang dapat cepat menangkapapa yang
dipelajari, kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangattinggi,tetapi
terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Dalam hal dimana anakdidik/siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitanbelajar.Kesulitan belajar
siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learningdisorder. Sedangkan Learning
Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana prosesbelajar seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,yang mengalami kekacauan belajar, potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnyaterganggu atau terhambat oleh adanya respons-
respons yang bertentangan, sehingga hasilbelajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya.Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karenatimbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan
belajar,potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat
olehadanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebihrendah dari potensi yang dimilikinya.Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras
seperti karate, tinju dansejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang
menuntut gerakanlemah-gemulai.

B. Karakteristik Learning DisabilityBeberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan


belajar, antara lain :

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknyaatau di bawah potensi yang dimilikinya. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yangsudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang
diperolehnya selalu rendah c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan
selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. d. Menunjukkan sikap-sikap
yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,dusta dan sebagainya. e.
Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakanpekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat
pelajaran, tidakteratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. f. Menunjukkan gejala emosional
yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung,pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalammenghadapi nilai rendah, tidak
menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

C .Tingkat Keparahan Learning Disability

 Integrasi: adalah tahapan di mana masukan dirasakan ditafsirkan, dikategorikan,


ditempatkansecara berurutan, atau terkait dengan pembelajaran sebelumnya. Siswa
dengan masalah didaerah-daerah mungkin tidak dapat menceritakan sebuah cerita dalam urutan
yang benar, tidakdapat mengingat urutan informasi seperti hari-hari dalam seminggu, mampu
memahami sebuahkonsep baru, tetapi tidak dapat menggeneralisasikannya ke area lain dari
pembelajaran, ataudapat mempelajari fakta- fakta, tetapi tidak dapat menempatkan fakta bersama
untuk melihat“gambaran besar.” Sebuah kosakata miskin dapat menyebabkan masalah dengan
pemahaman.  Penyimpanan: Masalah dengan memori dapat terjadi dengan memori jangka
pendek ataubekerja, atau dengan memori jangka panjang. Kesulitan memori paling banyak terjadi di
wilayahmemori jangka pendek, yang dapat membuat sulit untuk mempelajari materi baru tanpa
banyakpengulangan yang lebih daripada biasanya. Kesulitan dengan memori visual dapat
menghambatbelajar mengeja.  Output: Informasi keluar dari otak baik melalui kata-kata, yaitu,
bahasa output, atau melaluiaktivitas otot, seperti menunjuk, menulis atau menggambar. Kesulitan
dengan output bahasadapat membuat masalah dengan bahasa lisan, misalnya, menjawab
pertanyaan padapermintaan, di mana seseorang harus mengambil informasi dari penyimpanan,
mengatur pikirankita, dan menaruh pikiran ke dalam kata-kata sebelum kita berbicara.
Hal ini juga dapatmenyebabkan masalah dengan bahasa yang ditulis untuk alasan yang sama.
Kesulitan dengankemampuan motorik dapat menyebabkan masalah dengan keterampilan
motorik kasar danhalus.

Orang dengan kesulitan motorik kasar mungkin canggung, yaitu, mereka mungkin rentanterhadap
tersandung, jatuh, atau menabrak sesuatu. Mereka juga mungkin mengalami kesulitanberjalan,
memanjat, atau belajar naik sepeda. Orang dengan kesulitan motorik halus mungkinmengalami
kesulitan mengancingkan kemeja, mengikat tali sepatu, atau dengan tulisan tangan. Gangguan
Fungsi Defisit dalam bidang pengolahan informasi dapat terwujud dalam
berbagaiketidakmampuan belajar yang spesifik. Hal ini dimungkinkan bagi seorang individu
untukmemiliki lebih dari satu kesulitan. Hal ini disebut sebagai komorbiditas ketidakmampuan
belajarDi Inggris, diagnosis ganda Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada co-
terjadinyakesulitan belajar.

Gangguan membaca (ICD-10 dan DSM-IV Kode: F81.0/315.00) Gagguan yang sering terjadipada
gangguan belajar. Dari semua siswa dengan kesulitan belajar spesifik, 70% -80% memilikidefisit
dalam membaca. The “Disleksia Developmental” istilah ini sering digunakan
sebagaisinonim untuk membaca kecacatan, namun, banyak peneliti menyatakan bahwa ada
berbagai jenis ketidakmampuan membaca, yang merupakan 4 salah satu disleksia.
Sebuahketidakmampuan membaca dapat mempengaruhi setiap bagian dari proses membaca,
termasukkesulitan dengan pengenalan kata akurat atau fasih, atau keduanya, kata
decoding, tingkatmembaca, prosodi (membaca oral dengan ekspresi), dan pemahaman
bacaan. Sebelum“disleksia” istilah menjadi terkenal, ini ketidakmampuan belajar dulu dikenal
sebagai “kebutaankata.” Indikator umum dari membaca kecacatan termasuk kesulitan
dengan kesadaranfonemikkemampuan untuk memecah kata-kata menjadi suara komponen
mereka, dan kesulitandengan pencocokan kombinasi surat kepada suara tertentu (suara-simbol
korespondensi). Gangguan Ekspresi Menulis (ICD-10 dan DSM-IV-TR kode 315,2) Gangguan bicara
dan bahasajuga dapat disebut Disfasia / Aphasia (kode F80.0-F80.2/315.31 di ICD-10 dan DSM-IV).
The DSM-IV-TR kriteria untuk Gangguan Ekspresi Menulis adalah:

 Keterampilan menulis diukur dengan tesstandar atau penilaian fungsional) yang jatuh jauh di
bawah yang diharapkan didasarkan padausia kronologis individu, kecerdasan diukur, dan
pendidikan usia yang tepat, (Kriteria A ) Kesulitan ini juga harus menyebabkan penurunan
yang signifikan terhadap prestasi akademik dantugas-tugas yang memerlukan komposisi teks
tertulis (Kriteria B)  Jika defisit sensorik hadir,kesulitan dengan keterampilan menulis boleh
melebihi jumlah yang biasanya dikaitkan dengandefisit sensorik, (Kriteria C).

Individu dengan diagnosis dari


gangguan Ekspresi Menulis
biasanya
memiliki kombinasi kesulitan
dalam kemampuan mereka
dengan ekspresi tertulis
sebagaimana
dibuktikan oleh kesalahan tata
bahasa dan tanda baca dalam
kalimat, paragraf organisasi yang
buruk, kesalahan ejaan ganda,
dan tulisan tangan berlebihan
miskin. Sebuah gangguan dalam
ejaan atau tulisan tangan tanpa
kesulitan lain dari ekspresi
tertulis umumnya tidak
memenuhi
syarat untuk diagnosis ini. Jika
tulisan tangan yang buruk
adalah karena adanya
penurunan
koordinasi motorik, diagnosis
Developmental dyspraxia harus
dipertimbangkan. The
“dysgraphia”
istilah telah digunakan
sebagai istilah menyeluruh
untuk semua gangguan
ekspresi tertulis.
Lainnya, seperti Asosiasi
Disleksia Internasional,
gunakan “dysgraphia” istilah
untuk merujuk
kepada kesulitan dengan tulisan
tangan
Individu dengan diagnosis dari gangguan Ekspresi Menulis biasanyamemiliki kombinasi kesulitan
dalam kemampuan mereka dengan ekspresi tertulis sebagaimanadibuktikan oleh kesalahan tata
bahasa dan tanda baca dalam kalimat, paragraf organisasi yangburuk, kesalahan ejaan ganda, dan
tulisan tangan berlebihan miskin. Sebuah gangguan dalamejaan atau tulisan tangan tanpa kesulitan
lain dari ekspresi tertulis umumnya tidak memenuhisyarat untuk diagnosis ini. Jika tulisan
tangan yang buruk adalah karena adanya penurunankoordinasi motorik, diagnosis
Developmental dyspraxia harus dipertimbangkan. The “dysgraphia”istilah telah digunakan
sebagai istilah menyeluruh untuk semua gangguan ekspresi tertulis.Lainnya, seperti Asosiasi
Disleksia Internasional, gunakan “dysgraphia” istilah untuk merujukkepada kesulitan dengan
tulisan tangan.

5  Gangguan Matematika (ICD-10 dan DSM-IV kodeF81.2-3/315.1) Kadang-kadang disebut


dyscalculia, gangguan matematika dapat menyebabkankesulitan seperti konsep-konsep matematika
pembelajaran (seperti kuantitas, nilai tempat, danwaktu), fakta kesulitan menghafal
matematika, angka kesulitan mengatur, dan memahamibagaimana masalah diatur pada
halaman. Dyscalculics sering disebut sebagai memiliki gangguan“akal nomor”.  Non ICD-10/DSM
Gangguan belajar nonverbal adalah ketidakmampuan belajarnonverbal sering terwujud dalam
kecanggungan motorik, miskin keterampilan visual-spasial,hubungan sosial bermasalah,
kesulitan dengan matematika, dan keterampilan organisasi miskin.Orang-orang ini sering memiliki
kekuatan tertentu dalam domain verbal, termasuk pidato awal kosakata besar, awal
keterampilan membaca dan mengeja, retensi hafalan-memori danpendengaran yang sangat
baik, dan fasih ekspresi diri. Gangguan berbicara dan mendengarkan:Kesulitan yang sering co-
terjadi dengan ketidakmampuan belajar termasuk kesulitan denganmemori, keterampilan
sosial, dan fungsi eksekutif (seperti keterampilan organisasi danmanajemen waktu).
D. Etiologi Learning Disability Menurut Subini, Dkk tahun 2012 faktorfaktor yang menyebabkan
kesulitan belajar antaralain: 1. Faktor Internal, Faktor internal dibagi menjadi 2 : Faktor jasmaniah,
yang meliputi faktorkesehatan (kemampuan mengingat, kemampuan pengindraan seperti melihat,
mendengarkan danmerasakan ) dan cacat tubuh, dan Faktor psikologis, yang meliputi usia, jenis
kelamin, kebiasaanbelajar, intelegensi, perhatian, bakat, minat, emosi dan motivasi/cita-cita,
perilaku/sikap, konsentrasi,kemampuan/unjuk hasil kerja, rasa percaya diri, kematangan, dan
kelelahan. 2. Faktor Eksternal,Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
sekitar anak. Meliputi 3 hal(Subini, 2012), yaitu :Faktor Keluarga (genetik, pola asuh orang tua
terhadap anak, cara mendidikanak, relasi orang tua dengan anak, susunan rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orangtua, serta latar belakang kebudayaan). Faktor Sekolah (guru, metode
mengajar, fasilitas, kurikulumsekolah, relasi guru dengan anak, relasi antar anak, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu, standarpelajaran, kebijakan penilaian, keadaan gedung, dan tugas rumah yang
diberikan). Faktor Masyarakat(kegiatan anak dalam masyarakat, teman bergaul, dan juga bentuk
kehidupan dalam masyarakat).Hasil uji yang didapatkan menyatakan bahwa hubungan antara faktor
internal dan faktor eksternaldengan kesulitan belajar pada anak sangat kuat, karena faktor-
faktor tersebut sangat berkaitandengan tahap perkembangan dalam diri anak.

E. Intervensi Learning Disability Peran Guru dan Orang Tua

Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhankhusus
adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual mau-pun
intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan ling-kungan
sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran,salah satunya
adalah melalui intervensi psikologi. Berkebutuhan khusus lebih memandangpada kebutuhan anak
untuk mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secaraoptimal, sedang pada luar
biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yangmemer-lukan perlakuan khusus.

Oleh karena itu peran guru


dan orang tua memiliki
kontribusi yang sangat besar
dalam mendeteksi anak
berkebutuhan khusus sejak
dini. Semakin dini terdeteksi,
maka akan
semakin baik intervensi yang
dilakukan. Deteksi dini dan
intervensi efektif dapat
dilakukan
saat anak usia minimal 7 tahun
dan sebelum 12 tahun
Oleh karena itu peran guru dan orang tua memiliki kontribusi yang sangat besardalam
mendeteksi anak berkebutuhan khusus sejak dini. Semakin dini terdeteksi, maka akansemakin baik
intervensi yang dilakukan. Deteksi dini dan intervensi efektif dapat dilakukansaat anak usia minimal
7 tahun dan sebelum 12 tahun

Intervensi Psikologi Anak Kesulitan Belajar

Salah satu intervensi psikologis yang ada di Indonesia untuk anak kesulitan belajaradalah dengan
Melani's Metacognitive Intervention. Berdasarkan hasil uji yang dilakukankepada 150 anak
kesulitan belajar (Mix Method), intervensi ini telah terbukti berhasil sepertiintervensi untuk
masalah recovery kesulitan belajar belajar. Intervensi metakognitif dapatmeningkatkan
kesadaran diri sebagai kontrol diri untuk anak-anak untuk diri danlingkungannya yang
berpengaruh terhadap fungsi kognitif (Barrow, 1990; Matlin, 2000;Freeman, 2005 dalam
Arnaldi, 2011a). Pelatihan dengan kondisi ini penting sebagai upayauntuk pemulihan kondisi
psikologi anak dan juga untuk melatih metode kognitif metakognitiffunction.Metode ini sangat
mudah untuk dilaksanakan, karena metode ini dekat denganmetode pembelajaran yang
mereka terima di sekolah. Intervensi ini dibagi menjadi 3 tahap,pertama adalah terapi dengan
menggunakan wawancara, saran, dan metafora. Kedua, denganpelatihan kognitif. Fungsi dan
pelatihan dengan pelatihan memikirkan strategi untukmencapai pengolahan informasi yang
optimal (William Pierce, 2003 dalam Arnaldi 2011a).Tujuan dari pelatihan adalah untuk
menciptakan anak dengan proses kognitif yang baik.Penelitian untuk kereta intensif 8 bulan
membuktikan bahwa skor anak di sekolah meningkatsecara signifikan. (Arnaldi, 2011a).

Bagaimana metode ini bekerja adalah didasari dengan melihat dan mengamati bagaimanaproses
kognitif pada anak. Latar belakang penentuan proses kognitif tersebut adalah didasaripernyataan
Smith dan Strick (1999 dalam Arnaldi, 2011) yang mengkategorikan anak-anakdengan kesulitan
belajar dengan short attention span, difficulty following directions, socialimmaturity, difficult with
conversation, inflexibility, poor planning and organizational skills,absentmindedness, clumsiness,
lack of impulse control. Masalah utama pada anak-anakdengan kesulitan belajar yang
disebabkan oleh kesulitan dalam fungsi kognitif, afektifmasalah, dan adaptasi perilaku. Tapi
masalah utama adalah sulit untuk ditelusuri karena anak-anak dengan belajar cacat ditemukan
dalam kondisi sudah rumit. Penampilan darikompleksitas terjadi karena variabel laten yang
sulit untuk diungkapkan terutama anak-anak dengan kognitif distorsi (Melani, 2006 dalam Arnaldi,
2011b) yang. Dalam rangka untukmengungkapkan tiga masalah secara terpisah, peneliti merancang
parameter yang mengacupada asumsi bahwa fungsi kognitif adalah kontrol dari tiga fungsi yang
memiliki masalah(Riegler & Riegler, 2004 dalam Arnalddi, 2011) Parameter ini
dikembangkan dariTaksonomi Bloom (Krathwol, 2001 dalam Arnaldi, 2011) yang digunakan
dalam studievaluasi. Peneleliti melakukan beberapa pengembangan dan modifikasi untuk
membuatparameter untuk mengamati tahap pembangunan kognitif manusia yang digunakan
sebagaipedoman untuk intervensi (Arnaldi, 2011).

Intervensi metakognitif dapat meningkatkan kesadaran diri sebagai kontrol diri untukanak-anak
untuk diri mereka sendiri dan lingkungannya yang berpengaruh terhadap fungsikognitif (Barrow,
1990; Matlin, 2000; Freeman, 2005 dalam Arnaldi, 2011b). Pelatihanmetode metakogitif
dengan kondisi ini penting sebagai upaya untuk kondisi pemulihanpsikologi anak dan juga
untuk melatih fungsi kognitif.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th
ed. Arlington, VA: APA.Haspani, S.Pd. 2011. Learning disorder (kekacauan belajar) yang disebabkan
oleh kurangnya minatbelajar siswa. Belinyu.Subini, Nini, Dkk, 2012, Psikologi Pembelajaran, Mentari
Pustaka, Yogyakarta. Suryani S.Pd. M.Si, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar

Anda mungkin juga menyukai