Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur
dalam(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. Kristal merupakan susunan kimia
antara dua atomakan terbentuk bilamana terjadi penurunan suatu energi potensial
dari sistem ion ataumolekul yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang
elektron pada tingkat yang lebih rendah.
Kata kristal berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan
yangdingin atau beku. kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu
geologi, kimia dan fisika yang mempelajari bentuk luar kristal serta cara
penggambarannya. Berbagai bahan pembentuk bumi terbentuk oleh proses alam
yang panjang sejak terbentuknya bumi. Jangka waktu pembentukkan tersebut
dapat kita ketahui dalam ilmu geologi dengan mengamati batuan-batuan yang ada
di Bumi.
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral (terutama mineral golongan
silika/pada Bowen’s series). Yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah bahan
anorganik, terbentuk secara alamiah, seragamdengan komposisi kimia yang tetap
pada batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam
bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati prosesgeologi dan sebagai unit terkecil
dalam geologi adalah dengan mempelajari kristal.
Di alam jarang dijumpai mineral yang berbentuk kristal ideal,
kemungkinandijumpa tidak dalam bentuk kristal akan tetapi dinamakan kristal;
sebabsusunan atomnya teratur. Apabila gambaran tersebut teratur dan
simetrismaka mineral tersebut berbentuk kristal, tetapi apabila tidak
demikiandikatakan bukan kristal.Mata kuliah mineralogi dan kristalografi
mempelajari tentang penjajaranmineral-mineral penyusun yang terkandung dalam
penelitian atau penerimaannya dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat
bantu sepertimikroskop polarisasi.

Sistem Kristal 1
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu simetri kristal yang ada pada setiap
bentuk kristal.
2. Menentukan Klas Simetri atas dasar jumlah unsure simetri setiap kristal
3. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter
rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki
oleh semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal.
1.3 Alat dan Bahan
A. Alat
Adapun alat yang di gunakan pada saat praktikum sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Jangka
3. Busur
4. Pensil warna
5. Spidol warna
6. Penggaris Panjang
7. Penggaris segitiga siku-siku dan sama kaki
B. Bahan
Adapun bahan yang di gunakan pada saat praktikum sebagai berikut :
1. Lembar sementara
2. Maket sistem kristal
1.4 Prosedur Kerja
1.4.1 Sistem Kristal Isometrik
Adapun Langkah untuk menggambar system kristal isometric antara lain :
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dibuat garis pada LKS dengan Panjang sumbu a:b:c = 1 : 3 : 3 dikali
3 = 3 : 9 : 9 berbentuk seperti lambang tambah sebagai sumbu utama
dengan keterangan garis yang tegak lurus sebagai sumbu a, horizontal
sumbu b dan garis vertikal sumbu c.

Sistem Kristal 2
 Dibuat sudut dengan cara menarik dari sumbu a+ menuju b- dengan
besar sudut = 300 .
 Dibuat garis bantu sumbu b- dan sumbu b+ dengan jarak masing
masing masing 3 cm dari pusat sumbu sejajar dengan sumbu a garis
batu yang sejajar disumbu c+ dan c- dengan jarak yang sama sampai
akhirnya akan terbentuk 8 garis bantu yang sama dengan garis a.
 Dihubungkan masing masing garis bantu tersebut sehingga akan
membentuk sebuah kubus.
 Ditarik garis disetiap sisi lalu dihubungkan dengan garis putus putus
umtuk bagian dari garis tegas untuk tampakan bagian luar. Setelah
semua titik terhubung beri symbol pada setiap sumbu utama
intermediet dan bulat sumbu diagonal.
 Diwarnai semua bidang system isometric dengan warna yang berbeda
(guna mempermudah dan memprediksi kekeliruan).
1.4.2 Sistem Kristal Tetragonal
Adapun Langkah untuk menggambar sitem kristal tetragonal antara lain :
 Dibuat perbandingan Panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6 dikali 2 = 2 :
6 : 12. Dibuat sudut a-/b+ = 300 . kemudian diberi keterangan pada
garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a-, b+, b-.
 Dibuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-.
 Dituju bagian ketiga dari sumbu b+. dituju bagian ketiga dari sumbu
b-.
 Dibuat proyeksi bidang horizontal seperti Langkah kedua tadi.
 Dibuat proyeksi bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+
 Dibuat proyeksi bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-
 Menentukan macam sumbu simetri, jumlah sumbu simetri dan bidang
simetri. Tahap akhir adalah mewarnai bidang-bidang simetri yang
ada, baik bidang simetri utama maupun bidang simetri utama maupun
bidang simetri tambahan dengan warna yang berbeda.
1.4.3 Sistem kristal Hexagonal
Adapun langkah untuk menggambar sistem kristal hexagonal antara lain:
 Dibuat perbandingan panjang sumbu a : b : c : d = ∞ : 6 : 12 : 2

Sistem Kristal 3
 Dibuat garis dengan sudut a/b = 20˚
 Dibuat garis dengan sudut b/d = 40˚
 Diberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+ , a- ,b+ ,
b- , c+ , c- , d+ , dan d-
 Diproyeksikan garis dari bidang menuju bagian ketiga yang merupakan
pencerminan 1 bagian + , a- , b + , b- , c+ , c- , d+ , dan d-
 Diproyeksikan dari bidang horizontal seperti langkah diatas.
 Ditentukan garis lurus dan garis putus-putus
 Dibuat sumbu diagonalnya dan ditentukannya dengan lambang kotak
untuk sumbu utama dan bulat untuk sumbu diagonal.
1.4.4 Sistem Kristal Trigonal
Adapun langkah untuk menggambar sistem kristal trigonal antara lain :
 Dibuat sumbu utama dengan perbandingan a : b : c : d = ∞ : 6 : 12 : 2
 Dibuat garis dengan sudut a/b = 20
 Dibuat garis dengan sudut b/d = 40˚
 Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu b di ujung bawah sumbu d
dengan panjang sembarang namun tetap panjang.
 Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu a di ujung atas sumbu d dengan
panjang sampai bersentuhan dengan garis sebelumnya.
 Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu d di ujumg garis b sampai
bersinggungan dengan garis sebelumnya.
 Disetiap sudut bidang yang terbentuk (segitiga) dibuat garis yang
sejajar dengan sumbu c dengan panjang yang sama.
 Dihubungkan setiap titik yang terbentuk di garis sebelumnya hingga
membentuk bidang segitiga.
 Dibuat bidang simetrinya (4 bidang simetri). Diwarnai setiap bidang
dengan warna yang berbeda.
1.4.5 Sistem Kristal Orthorombik
Adapun langkah untuk menggambar sistem kristal orthorombik, yaitu :
 Dibuat sumbu utama dengan perbandingan a : b : c = 2 : 8 : 12
 Dibuat garis dengan sudut a/b = 300

Sistem Kristal 4
 Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu a dengan panjang yang sama di
setiap ujung sumbu b
 Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu c dengan panjang yang sama di
setiap ujung garis sebelumnya.
 Dihubungkan setiap ujung hingga membentuk bidang balok.
 Dibuat bidang simetri (3 bidang)
 Diwarnai setiap bidang dengan warna yang berbeda
1.4.6 Sistem Kristal Monoklin
Adapun langkah untuk menggambar sistem kristal monoklin, yaitu :
 Dibuat sumbu utama dengan perbandingan a : b : c = 2 : 8 : 12
 Dibuat garis dengan sudut a/b = 450
 Dihubungkan ujung sumbu a ke sumbu b sehingga membentuk bangun
datar
 Dihubungkan setiap ujung bangun datar ke sumbu c sehingga
membentuk bangun ruang
1.4.7 Sistem Kristal Triklin
Adapun langkah untuk menggambar sistem kristal triklin, yaitu :
 Dibuat sumbu utama dengan perbandingan a : b : c = 2 : 8 : 12
 Dibuat garis dengan sudut a/b = 450
 Dibuat garis dengan sudut b/c = 800
 Disetiap ujung sumbu b dan c (4 ujung) dibuat garis yang sejajar
dengan sumbu a dengan panjang yang sama
 Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu c dengan panjang yang sama
digaris langkah sebelumnya
 Dihubungkan setiap ujung hingga membentuk bangun ruang

Sistem Kristal 5
BAB II
DASAR TEORI
kristal adalah bahan padat yang secara kimia homogen dengan bentuk
geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom yang teratur, dibatasi oleh
bidang banyak polyhedron dengan jumlah dan kedudukan bidang-bidang
kristalnya tertentu dan teratur. Mineral memiliki sifat selalu kristalin, karena
mineral memiliki bentuk tertentu.
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari
sistemsistem kristal. Kristalografi sangatlah penting dalam bidang geologi,
terutama sebagai ahli geofisika harus mengenal ilmu geologi sekaligus
mendalaminya dengan mempelajari kristalografi.Bidang datar yang membatasi
bagian luar kristal tersebut disebut bidang muka kristal (Graha,1987).
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh
akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sudut simetri adalah
sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut ini
berpangkal dimulai pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang
akan sangat berpengaruh pada bentuk dari sistem kristal itu sendiri (Hahn, 2002).
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan
dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila
bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama. Bidang simetri
aksial ini dibedakan menjad dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui
sumbu vertikal dan bidang simetri horizontal, yang berada tegak lurus
terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah adalah bidang yang hanya melalui
satu sumbu kristal diletakkan pada bidang berdiagonal itu
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Kristal
memiliki ciri – ciri permukaan terdiri dari bidang-bidang datar ataupun polieder
(bidang banyak) yang teratur Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika
mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal

Sistem Kristal 6
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau
struktur kristal yang sama. Tapi, secara umum kebanyakan kristal terbentuk secara
simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin (Berry, 1959).
Sistem kristal isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam
ruang tiga dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang
sama panjang dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan
sistem lain dari berbagai sudut pandang biasanya dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya,system Kristal isometric
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = c, yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Dan sudut antar
sumbunya a+ bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas : Tetaoidal,
Gyroida, Diploida, Hextetrahedral, Hexoctahedral. Beberapa contoh mineral
dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite.
Sistem kristal tetragonal sama dengan sistem isometrik, karena sistem
kristal ini mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus.
Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan,
dapat lebih panjang atau lebih pendek, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya (α,βdan γ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Sistem kristal
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu yaitu a : b : c = 1 : 3 : 6 (Aroyo,2006).
Sistem kristal hexagonal ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana
sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d
memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau
lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a=b=d≠c, yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak

Sistem Kristal 7
sama dengan sumbu c dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚; γ =
120˚. pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ (Vogel et all,1979).
Sistem trigonal mempunyai nama lain yaitu rhombohedral, selain itu
beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal hexagonal. Demikian
pula cara penggambaranya juga sama. Perbedaanya, bila pada sistem trigonal
terbentuk bidang dasar yang berbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan titik yang melewati sudutnya (Noor, 2009).

Sistem kristal orthorombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b


≠ c, yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚). Beberapa
contoh mineral dengan sistem kristal orthorombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, 1992).
Sistem kristal monoklin hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari
tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n, n tegak
lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sistem monoklin memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90°
≠ γ. Hal ini berarti pada sudut α dan β saling tegak lurus (90°), sedangkan γ tidak
tegak lurus atau dikatakan miring dengan sumbu lainnya (Hahn, 2002).
Sistem kristal triklin memiliki perbandingan sumbu a:b:c sembarang.
Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-
sumbunya.Sistem krital Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c, yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain, memiliki sudut kristalografi α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.

Sistem Kristal 8
3.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini yang berjudul Sistem Kristal dengan menggunakan
proyeksi orthogonal. Sistem yang pertama adalah sistem Isometrik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Pada saat pratikum pratikan
menggunakan perbandingan 3 kali perbesaran karena di aplikasikan pada kertas
LKS, sehingga memiliki perbandingan a : b : c = 3 : 9 : 9. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 3 cm, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 6 cm, dan
sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 6 cm. Dan sudut antar sumbunya a+ / bˉ =
30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu bˉ. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki
perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu
b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ =
90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Pada saat praktikum yang pertama dilakukan adalah bagaimana cara
menggambar sistem kristal isometrik. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal
berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini
berbeda dengan sistem lain dari berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar
seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti
berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau
dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada
tiga dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan
panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.Sistem kristal Isometrik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang
sumbu a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Sistem Isometrik
memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a1
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu
a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Sudut antara a1 dengan a2 = 90º, sudut antara a2 dengan a3 = 90º, sudut antara a3

Sistem Kristal 9
dengan a1 = 90º, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30º. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Sistem yang kedua adalah sistem tetragonal memiki perbandingan sumbu
a :b : c = 1 : 3 : 6. Pada saat praktikum praktikan menggunakan perbandingan 2
kali lebih besar karena diaplikasikan pada kertas LKS sehingga memiliki
perbandingan 2 : 6 : 9, artinya pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 2 cm, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 6 cm dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 9
cm. Sudut antar sumbunya adalah a+ / b- = 30ᵒ. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. memiliki sudut kristalografi α =
β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ )
tegak lurus satu sama lain (90˚). Pada sistem kristal Tetragonal jumlah unsur
simetri Tetragonal yaitu L4 4L2 5PC. Dengan penjelasan 3L4 , tiga adalah jumlah
sumbu pembentuk, L adalah gire sementara empat adalah jumlah kenampakan.
4L3 6 , empat adalah jumlah bidang vertikal, L adalah sumbu gire, dua adalah
jumlah bidang yang melewati/memotong sumbu utama jika bernilai empat maka
semua bidang melewati sumbu utama. 5PC, lima adalah jumlah bidang
permukaan. Pada sistem kristal Tetragonal terdapat sumbu utama, sumbu
intermediet, dan sumbu diagonal. Pada hasil gambar terdapat beberapa simbol.
Simbol persegi mewakili sumbu utama. Sumbu utama adalah sumbu sumbu
pokok yang tedapat dikristal baik sumbu a, b dan c. Simbol segitiga mewakili
sumbu intermediet. Sumbu intermediet adalah sumbu yang memotong bidang
diagonal. Sedangkan yang terakhir simbol lingkaran mewakili sumbu diagonal.
Sumbu diagonal adalah sumbu yang memotong kristal menjadi dua.
Sistem kristal hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b
= d ≠ c = ∞ : 3 : 1 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚; γ = 120º. Pada
saat pratikum pratikan menggunakan perbandingan 2 kali perbesaran karena di
aplikasikan pada kertas LKS, sehingga memiliki perbandingan a = b = d ≠ c = ∞ :
6 : 2 : 12. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai tak terbatas, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 6 cm, sumbu d ditarik garis dengan nilai 2 cm,
dan sumbu c ditarik garis 12 cm, dengan sudut antar sumbunya a / b = 20o dan b /
d = 40º. Pada sistem kristal hexagonal jumlah unsur simetri yaitu L6 , 6L 2 , 7PC.
Dengan penjelasan L61 adalah jumlah sumbu pembentuk, L adalah gire sementara

Sistem Kristal 10
enam adalah jumlah kenampakan. 6L2, enam adalah jumlah bidang permukaan, L
adalah sumbu gire, dua adalah bidang utama. 7PC, tujuh adalah jumlah bidang
permukaan dan notasi dari sistem kristal ini adalah D6h. Sistem kristal trigonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d = c = ∞ : 3 : 1 : 6 dan
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚; γ = 120º .
Pada saat pratikum pratikan menggunakan perbandingan 2 kali perbesaran
karena di aplikasikan pada kertas LKS, sehingga memiliki perbandingan a = b = d
= c = ∞ : 6 : 2 : 12. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai tak terbatas,
pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 6 cm, sumbu d ditarik garis dengan nilai 2
cm, dan sumbu c ditarik garis 12 cm, dengan sudut antar sumbunya a / b = 20º dan
b / d = 40º . Pada sistem kristal hexagonal jumlah unsur simetri yaitu L3 , 3L 2 ,
4PC. Dengan penjelasan L3,3adalah jumlah sumbu pembentuk, L adalah gire
sementara tiga adalah jumlah kenampakan. 3L2, tiga adalah jumlah bidang
permukaan, L adalah sumbu gire, dua adalah bidang utama. 4PC, empat adalah
jumlah bidang permukaan dan notasi dari sistem kristal ini adalah D3h. Sistem
kristal orthorombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c = 1 : 4 : 6
dan memiliki sudut kristalografi α=β= γ=90˚.
Pada saat pratikum pratikan menggunakan perbandingan 2 kali perbesaran
karena di aplikasikan pada kertas LKS, sehingga memiliki perbandingan a ≠ b ≠ c
= 2 : 8 : 12. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 2 cm, pada sumbu b
ditarik Sistem Kristal Hexagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin
13 garis dengan nilai 8 cm, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 12 cm, dengan
sudut antar sumbunya a / b = 30º. Pada sistem kristal orthorombik jumlah unsur
simetri yaitu 3L2 , tiga adalah jumlah bidang permukaan, L adalah sumbu gire,
dua adalah bidang utama. 3PC, tiga adalah jumlah bidang permukaan dan notasi
dari sistem kristal ini adalah D2h. Sistem kristal monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α = β
= γ = 90˚. Pada saat pratikum pratikan menggunakan perbandingan 2 kali
perbesaran karena di aplikasikan pada kertas LKS, sehingga memiliki
perbandingan a ≠ b ≠ c = 2 : 8 : 12. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 2 cm, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 8 cm, dan sumbu c ditarik
garis dengan nilai 12 cm, dengan sudut antar sumbunya a/b= 45º. Pada sistem

Sistem Kristal 11
kristal monoklin jumlah unsur simetri yaitu 3L2 , 3PC. Dengan penjelasan 3L2,
tiga adalah jumlah bidang permukaan, L adalah sumbu gire, dua adalah bidang
utama. 3PC, tiga adalah jumlah bidang permukaan dan notasi dari sistem kristal
ini adalah C2h. Sistem kristal triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
≠ b ≠ c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α ≠ β ≠ γ ≠ 90˚. Pada saat
pratikum pratikan menggunakan perbandingan 2 kali perbesaran karena di
aplikasikan pada kertas LKS, sehingga memiliki perbandingan a ≠ b ≠ c = 2 : 8 :
12. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 2 cm, pada sumbu b ditarik
garis dengan nilai 8 cm, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 12 cm, dengan
sudut antar sumbunya a / b = 45o dan b / c = 80º. Pada sistem kristal triklin jumlah
unsur simetri yaitu L 2 , PC. Dengan penjelasan L2 , satu adalah jumlah bidang
permukaan, L adalah sumbu gire, dua adalah bidang utama. PC, satu adalah
jumlah bidang permukaan dan notasi dari sistem kristal ini adalah C.Sumbu utama
adalah sumbu sumbu pokok yang tedapat dikristal baik sumbu a, b dan c. Simbol
segitiga mewakili sumbu intermediet. Sumbu intermediet adalah sumbu yang
memotong bidang diagonal. Sedangkan yang terakhir simbol lingkaran mewakili
sumbu diagonal. Sumbu diagonal adalah sumbu yang memotong kristal menjadi
dua dan bukan sumbu utama.
Pada tujuh sistem kristal terdapat pembagian kelas kristal sebanyak 32
kelas. Sistem Isometrik terdapat lima kelas yaitu tetoidal, gyroida, diploid,
hexetrahedral, dan hexaoctahedral. Pada praktikum ini, praktikan menggunakan
contoh kelas hexaoctahedral dimana didapatkan Herman Mauguin (Hm). Cara
mendapatkan nilai Hm tersebut adalah untuk empat menyatakan kelas
hexaoctahedral memiliki sumbu utama bernilai 4 dan huruf m menyatakan adanya
bidang simetri pada sistem kristal Isometrikyang tegak lurus dengan sumbu a. Dan
untuk, menyatakan bahwa sumbu simetri bernilai 3. Yang terakhir , menyatakan
pada sistem kristal Isometrik ada sumbu intermediet (diagonal) dan huruf m
menyatakan adanya bidang simetri diagonal yang tegak l hiurus terhadap sumbu
diagonal tersebut. Selanjutnya untuk Schoenflish (Sc) didapatkan simbol Oh
untuk sistem Isometrik, dimana O menyatakan bahwa sumbu c pada sistem kristal
Isometrik kelas hexaoctahedral bernilai 4. Sedangkan h melambangkan bahwa
sistem Isometrik ini memiliki bidang simetri horizontal, bidang simetri vertikal.

Sistem Kristal 12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan (menjawab dari tujuan yang kalian buat)
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang
tiga dimensi yang tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama
panjang dan sama sudut potong satu sama lain. Sistem Tetragonal sama
dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini mempunyai tiga sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus.
2. Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sudut
simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan
pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya.
3. Cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat
persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a, b, c dan
seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau
perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga
dimensi dari garis-garis sumbu.
4.2 Saran
Diharapkan pada saat praktikum penggambaran sistem kristal,asisten
memperlihatkan salah satu sampel mineral kepada praktikan agar praktikan
mengetahui contoh mineral secara kasat mata dan semoga pada pratikum
selanjutanya dalam memberi penjelasan asisten lebih perlahan agar praktikan
dapat mudah mengerti dan memahami matei yang diberikan.

Sistem Kristal 13
DAFTAR PUSTAKA

Aroyo, Mois I. 2006. Historical Introduction. International Tables for


Crystallography : Spinger.
Berry, L., & Mason. 1959. Petrology. New York: Mc-Graw Hill Book Co.
Graha.1987. Batuan dan Mineralogi.Bandung.

Noor, D. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.

Hahn, Theo. 2002. International Tables for Crystallography. Volume A : Space


Group Symmetry. Berlin, New York : Springer-Verlag.

Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London : Dorling Kindersley

Sapiie, Benyamin. 2006. Geologi Fisik. Bandung : ITB.

Vogel, Arthur I. Svehla, G. 1979. Vogel’s Textbook of Macro and Semimicro


Qualitative Inorganic Analysis (5th ed). London : Longman.

Sistem Kristal 14

Anda mungkin juga menyukai