Anda di halaman 1dari 28

KONSEP ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative
atau mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,2003).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharapakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak
dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,2003).
Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosialnya (Depkes,2004).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana
seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau
berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif.
Menurut Carpenito, Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu
atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak. Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau menarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir,
berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Menurut Dalami, dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
B. Etiologi
Menurut Stuart & Sundeen (2003), Faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain yaitu:

Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
a. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan
antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya
yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan dikemudian hari. Bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada
masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
b. Masa Kanak-Kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina
hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah
lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya
komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh
menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat
memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak,
karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus
belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan
orang lain.
c. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim
dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi
individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang
ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman
sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan
jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun
teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik
akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan
perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.
d. Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan
perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta
peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk
suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling memberi dan menerima (mutuality).
e. Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-
anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan
individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat
meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh
dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara
orang tua dengan anak.
f. Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan
keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun
pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut
ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.

2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a. Sikap bermusuhan/hostilitas
b. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c. Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
d. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
b. Ekspresi emosi yang tinggi
c. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
4. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga
yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar
monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,
sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stresor Biokimia
a. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
c. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya
peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali
dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah
stuktur sel-sel otak.
3. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa;
perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan
yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada
klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress.
Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat. Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien
sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian
nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan
pada masing-masing tingkah laku adalahsebagai berikut:
a. Tingkah laku curiga: proyeksi
b. Dependency: reaksi formasi
c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f. Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi,
represi dan regrasi.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan
koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan
contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, musik, atau tulisan, (Stuart and sundeen,1998:349)

E. Rentang Respon Sosial

Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 1998)


Respon adaptif Rentang Respon Sosial Respon maladaptif
Solitut Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan

Keterangan dari rentang respon sosial : (Townsend M.C,1998)


1. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
untuk menentukan langkahnya
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal
4. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkungannya
6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan
orang lain atau lingkungannya
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu Mempunyai
penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Clorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek
samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal
(distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin
(amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil ( THP )
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur,
pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi,
ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive
Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi
penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan
kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain,
mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien
memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba,
dkk. 2008)
3. Terapi Kelompok
Definisi
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart &
Laraia, 2001 dikutip dari Keliat, 2005).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008
dikutip dari Keliat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang ditujukan kepada kelompok klien
dalam melakukan kegiatan untuk menyelesaikan masalah dan mengubah
perilaku maladaptif/destruktif menjadi adaptif/ konstruksi (Keliat, 2005).
Tujuan dan Fungsi Kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kelompok berfungsi
sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah (Keliat, 2005).
Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil
menurut Stuart & Laraia adalah 7-10 orang, menurut Lancester adalah 10-12
orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan menurut Beck adalah 5-10
orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi
yang terjadi (Keliat, 2005).
Lamanya Sesi
Menurut Stuart & Laraia waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi
fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap
kerja dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan
kelompok, dapat satu kali / dua kali per minggu, atau dapat direncanakan sesuai
dengan kebutuhan (Keliat, 2005).
Jenis-Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat jenis, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi
aktivitas kelompok orientasi realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat, 2005).
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi ( TAKS ) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial (Keliat, 2005).
Tujuan TAKS
Menurut Keliat (2005), tujuan umum TAK sosialisasi yaitu klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara,
tujuan khususnya adalah:
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
b. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
c. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain
e. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
f. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS
yang telah dilakukan

Aktivitas dan Indikasi


Aktivitas TAKS dilakukan sebanyak tujuh sesi yang melatih kemampuan
sosialisasi klien (terlampir). Klien yang mempunyai indikasi TAKS
adalah klien dengan gangguan hubungan sosial berikut:
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan
stimulus.
Sesi-Sesi Dalam Pelaksanaan TAKS
Sesi pertama bertujuan agar klien mampu memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Sesi kedua
bertujuan agar klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok. Sesi
ketiga bertujuan agar klien mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok. Sesi keempat bertujuan agar klien mampu menyampaikan
topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok. Sesi kelima
bertujuan agar klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi dengan orang lain. Sesi keenam bertujuan agar klien mampu
bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok. Sesi ketujuh
bertujuan agar klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan kelompok yang telah dilakukan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis
b. ALASAN MASUK
Tanyakan pada klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit, yang telah di lakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
c. FAKTOR PRESIPITASI / RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
d. FAKTOR PREDISPOSISI
Gangguan jiwa sebelumnya, anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pngalamn masa lalu klien yang tidak menyenagkan, riwat gangguan tumbuh
kembang.
e. STATUS MENTAL
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien ( sedih, takut, khawatir ), afek klien, interaksi selama
wawancara, presepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
f. ASPEK FISIK
Mengukur dan mengoservasi tanda – tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan,
ukur tinggi badan dan berat badan.
g. ASPEK PSIKOSOSIAL
1) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terdap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepusan klien sebagai laki – laki /
perempuan
c) Peran: tugas yang di emban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah
2) Genogram
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekatdalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
h. Aktifitas sehari – hari
1) Makan
2) BAB/ Bak
3) Mandi
4) Berpakaian / berhias
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Aktifitas di dalam rumah
9) Aktifitas di luar rumah
A. Analisa data
1. Isolasi sosial: menarik diri
a. Data subjektif
Klien mengatakan bigung dalam memulai pembicaraan karena menurut
klien tidak ada bahan pembicaraan untuk berinteraksi
b. Data objektif
Klien lebih banyak berdiam diri, kontak mata kurang, klien sering
menyendiri, klien tidak pernah memulai pembicaraan, maupun perkenalan,
afek tumpul (hanya mampu tertawa saat ada ssimulus perawat tertawa)

2. Gangguan konsep diri


a. Data subjektif
Klien mengatakan dirinya jelek, badannya terlalu kurus, klien mengatakan
malu bila bertemu dengan orang yang baru di kenal, klien mengatakan takut
berbicara banyak karena takut menyakiti hati orang lain.
b. Data objektif
Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. Klien jarang
memulai pembicaraan dengan orang lain. Klien tidak mau menatap wajah
lawan bicara
3. Koping individu tidak efektif
a. Data subjektif
Klien mengatakan bila dia marah dia lebih memilih untuk menyendiridan
berdiam diri tidak ingin berbicara dengan orang lain / terkadang dia
memarahi orang tuanya.
b. Data objektif

2. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Kekerasan, resiko tinggi
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
5. Motivasi perawatan diri kurang
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien di
rumah (Keliat,B.A,2005:201)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
(Kelliat,2005)

4. Rencana Tindakan Keperawatan

N Dx kep Perencanaan
o Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Isolasi Klien dapat Setelah di lakukan 1x 1. Bina hubungan saling percaya
sosial: berinteraksi interaksi, pasien dengan menggunakan prinsip

Menarik dengan orang menunjukan tanda-tanda komunikasi terapeutik:


pecaya terhadap perawat
diri lain sehingga
dengan menujukan: a. Sapa klien dengan nama baik verbal
tidak terjadi maupun non verbal
menarik diri 1. Ekspresi wajah
1. Klien bersahabat, menunjukan b. Perkenalkan diri dengan sopan
dapat rasa tenang , ada kontak
c. Tanyakan nama lengkap dan nama
membina mata, mau berjabat
panggilan yang disukai klien
hubungan tangan, mau

saling menyebutkan nama, d. Jelaskan tujuan pertemuan


mau menjawab salam,
percaya
mau duduk e. Jujur dan menepati janji
2. Klien
berdampingan dengan
dapat f. Tunjukan sikap empati dan
perawat, mau
menyebutkan
mengutarakan masalah
penyebab
yang dihadapi menerima klien apa adanya
Menarik diri.
3. Klien 2. Klien dapat g. Berikan perhatian kepada klien dan
dapat menyebutkan penyebab perhatikan kebutuhan dasar klien
menyebutkan menarik diri yang
2. Kaji pengetahuan klien tentang
keuntungan berasal dari:
perilaku menarik diri dan tandanya:
dan kerugian
a. Diri sendiri
berinteraksi a. “Dirumah klien tinggal dengan
dengan orang b.Orang lain siapa”
lain
4. Klien c. Lingkungan b. “Siapa yang paling dekat dengan
klien”
dapat
melaksanaka c. “Apa yang membuat klien dekat
n interaksi 1. Klien dapat denganya”

sosial secara berinteraksi


bertahap menyebutkan d. “Dengan siapa klien tidakdekat”
keuntungan dankerugian
5. Klien
berinteraksi dengan e. “Apa yang membuat klien tidak
dapat dekat”
orang lain. Misalnya:
mengungkap
kan a. Banyak teman
perasaanya
b. Tidak sendiri 1. Kaji pengetahuan klien tentang
setelah
keuntungan memiliki teman
berinteraksi c. Bisa diskusi,dll
dengan orang 2. Beri kesempatan kepada klien untuk
lain 2. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

6. Klien menyebutkan kerugian


bila tidak berinteraksi 3. Diskusikan bersama klien tentang
dapat
dengan orang lain. keuntungan berinteraksi dengan orang
memberdaya
Misalnya: lain
kan system
pendukung a. Sendiri 4. Beri penguatan positif terhadap

atau keluarga kemampuan mengungkapkan perasaan


b. Tidak memiliki tentang keuntungan berinteraksi
teman dengan orang lain
c. Sepi,dll 1. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berinteraksi dengan
4. Klien dapat orang lain
mendemonstrasikan
interaksi sosial secara 2. Beri kesempatan kepada klien untuk
bertahap antara: mengungkapakan perasaantentang
kerugian bila tidakberinteraksi dengan
a. Klien-perawat orang lain 3. Diskusikan bersama klien

b. Klien-perawat- tentang kerugian tidak


perawat lain
berinteraksi dengan orang lain
c. Klien-perawat-
perawat lain-klien lain 4. Beri penguatan positif terhadap
kempuan mengungkapkan perasaan
d. Klien-keluarga / tentang kerugian tidak berinteraksi
kelompok / masyarakat dengan orang lain

5. Klien dapat
mengungkapkan
perasaanya setelah
berinteraksi dengan
orang lain untuk:

a. Diri-sendiri

b. Orang lain

6. Keluarga dapat:

a. Menjelaskan perasaan
nya

b. Menjelaskan cara
merawat klien menarik
diri

c.Mendemonstrasikan
cara perawatan klien
menarik diri

d. Berpartisipasi dalm
perawatan klien menarik
diri

1. Kaji kemampuan klien membina


hubungan dengan orang lain.

2. Bermain peran tentang cara


berhubungan/berinteraksi dengan
orang lain.

3. Dorong dan Bantu klien untuk


berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap:

a. Klien-perawat

b. Kien-perawat-perawat lain

c. Klien-perawat-perawat lain-klien
lain

d. Klien
keluarga/komunitas/masyarakat

4. Beri penguatan positif terhadap


keberhasilan yang telah dicapai
5. Bantu klien untuk mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan
sosial

6. Dikusikan jadwal harian yang dapat


dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu, yaitu berinteraksi
dengan orang lain

7. Motivasi klien untuk mengikuti


kegiatan ruangan

8. Beri penguatan positif atas kegiatan


klien dalam kegiatan ruangan

1. Dorong klien untuk mengungkapkan


perasaanya bila berinteraksi dengan
orang lain

2. Diskusikan dengan klien tentang


perasaan keuntungsn berinteraksi
dengan orang lain

3. Beri penguatan positif atas


kemampuan klien mengungkapkan
perasaan keuntungan berhubungan
dengan orang lain

1. Bina hubungan saling percaya


dengan keluarga:

a. Salam,perkenalkan diri

b. Jelaskan tujuan

c. Buat kontrak
d. Eksplorasi perasaan klien

2. Diskusikan dengan anggota keluarga


tentang:

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku menarik diri

c. Akibat yang akan terjadi jika


perilaku menarik diri tidak ditanggapi

d. Cara keluarga menghadapi klien


menarik diri

3. Dorong anggota keluarga untuk


memberi dukungan

kepada klien dalam

berkomunikasi dengan

orang lain

4. Anjurkan anggota keluarga untuk


secara rutin bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu

5. Beri penguatan positif atas hal-hal


yang telah dicapai oleh keluarga
Ganggua Pasien Setelah dilakukan 1x 1. Bina hubungan saling percaya
n Konsep memiliki interaksi, pasien dengan menggunakan prinsip
Diri : konsep diri menunjukan: terapeutik:
Harga yang positif 1. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan ramah
Diri 1. Pasien bersahabat b. Perkenalkan diri dengan sopan
Rendah dapat 2. Menunjukan rasa c. Tanyakan nama lengkap dan
membina nama panggialan yang disukai
hubungan senang pasien
saling 3. Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya 4. Mau berjabat e. Jujur dan menempati janji
tangan f. Tunjukan sikap empati dan
5. Mau menyebutkan menerima pasien apa adanya
nama g. Beri perhatian dan perhatikan
6. Mau menjawab kebutuhan dasar pasien
salam
7. Pasien mau duduk
berdampingan dengan
perawat
8. Pasien mau
mengutarakan
masalah yang di
hadapi
Setelah 2x interaksi 1. Diskusikan dengan pasien
pasien dapat tentang pasien tentang:
2.Pasien menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki
dapat a. Aspek positif dan pasien, keluarga, lingkungan
mengidentifi kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki
kasi aspek dimiliki pasien. pasien
positif dan b. Aspek positif 2. Bersama pasien buat daftar
kemampuan keluarga tentang:
yang dimiliki c. Aspek positif a. Aspek positif yang dimiliki
lingkungan pasien, keluarga lingkungan
b. Kemampuan yang dimilki pasien
3. Beri pujian yang realitis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
Setelah 3x interaksi 1. Dilaksanakan pasien Diskusikan
pasien menyebutkan kemampuan pasien yang akan
kemampuan yang dilanjutkan pelaksanaanya
3. Pasien dapat dilaksanakan
dapat 1. Rencanakan bersama pasien,
membina Setelah 4x interaksi aktivitas yang dapat dilakukan
kemampuan pasien dapat membuat setiap hari sesuai kemampuan
yang dimiliki rencana kegiatan pasien
untuk harian 2. Tingkatkan kegiatan sesuai
dilaksanakan kondisi pasien
4. pasien a. Kegiatan mandiri
dapat b. Kegiatan dengan bantuan
merencanaka 3. Beri contoh cara pelaksanaan
n kegiatan kegiatan yang dapat pasien lakukan
sesuai dengan 1. Anjurkan pasien untuk
kemampuan Setelah 5x interaksi melaksanakan kegiatan yang telah
yang dimiliki pasien melakukan direncanakan
kegiatan sesuai jadwal 2. Pantau kegiatan yang
yang dibuat dilaksankan pasien
3. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan pasien
5. pasien 4. Diskusikan kemungkinan
dapat pelaksanaan kegiatan setelah
melakukan Setelah 6x interaksi pulang
kegiatan pasien memanfaatkan 1. Beri pendidikan kesehatan pada
sesuai system pendukung keluarga tentang cara merawat
rencana yang yang ada di keluarga pasien dengan harga diri rendah
dibuat a. Beri alasan setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama-nama
panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan
c. Tanyakan dan panggil nama
6. pasien kesukaan pasien
dapat d. Tunjukan sikap jujur dan
memanfaatka menepati janji setiap kali
n sistem berinteraksi
pendukung e. Tanyakan perasaan pasien dan
yang ada masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien

Ganggua Pasien dapat Setelah 5x interaksi 1. Bina hubungan saling percaya


n sensori mengontrol pasien meunjukan dengan menggunakan prinsip
persepsi: halusinasi tanda-tanda percaya komunikasi terapeutik:
Halusina yang kepada perawat: a. Sapa pasien dengan ramah baik
si dialaminya 1. Ekspresi wajah verbal maupun non verbal
(Lihat/de 1. Pasien bersahabat b. Tanyakan nama lengkap dan
ngar/pen dapat 2. Menujukan rasa nama panggilan yang disukai
ghidu/ra membina senang pasien
ba/kecap hubungan 3. Ada kontak mata c. Buat kontrak yang jelas
) saling 4. Mau berjabat d. Tunjukan sikap jujur dan
percaya tangan menepati janji setiap kali
5. Mau menyebutkan berinteraksi
nama e. Tunjukan sikap empati dan
6. Mau menjawab menerima apa adanya klien
salam f. Beri perhatian kepada pada
7. Mau duduk pasien dan perhatikan kebutuhan
berdampingan dengan dasar pasien
perawat g. Tanyakan perasaan pasien dan
masalah yang dihadapi pasien
1. Adakah kontrak sering dan
Setelah 5x interaksi singkat secara bertahap
1. Pasien pasien dapat a. Observasi tinglah laku pasien
dapat menyebutkan: terkait dengan halusinasinya
mengenal 1. Jenis halusinasi b. Tanyakan apakah pasien
halusinasinya 2. Isi mengalami sesuatu/halusinasi
3. Waktu c. Jika pasien menjawab iya,
4. Frekuensi tanyakan pa yang sedang
5. Respon dari klien dialaminya
terhadap halusinasi d. Katakan bahwa perawat
percaya pasien mengalamihal
tersebut, namun perawat sendiri
tidak mengalami apa yang
dirasakan klien
e. Katakan bahwa ada pasien yang
lain yang mengalami hal yang sama
f. Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien
1. Jika pasien tidak mengalami
halusinasi, klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan pasien:
a. Isi, waktu, frekuensi
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
2. Pasien menimbulkan halusinasi
dapat 1. Identifikasi bersama klien cara
mengontrol yang dilakukan jika terjadi
halusinasinya halusinasi
2. Diskusikan cara cara yang
digunakan pasien:
Setelah 5x interaksi a. Jika cara yang diguanakan
pasien menyatakan adaptif beripujian
perasaan dan responya b. Jika cara yang digunakan
saat mengalami maladaptive diskusikan kerugian
halusinasi: marah, cara tersebut
takut, sedih, senang, 3. Diskusikan cara baru untuk
cemas, jengkel memutuskan/mengontrol
timbulnya halusinasi
Setelah 5x interaksi a. Katakan pada diri sendiribahwa
pasien menyebutkan: itu tidak nyata (“Saya tidak mau
1. Tindakan yang dengar/lihat/penghidu/ raba/kecap
biasanya dilakukan pada saat halusinasi terjadi)
untuk mengendalikan b. Menemui orang lain
halusinasinya atauperawat/teman /anggota
2. Pasien dapat keluarga untuk menceritakan
menyebutkan cara tentang halusinasinaya
baru mengontrol c. Membuat dan melaksanakan
halusinasinya jadwal yang telah disusun
3. pasien dapat d. Meminta keluarga/
3. Pasien memilih cara untuk teman/perawat untuk menyapa jika
dapat mengendalikan terjadi halusinasi
dukungan halusinasinya 4. Bantu pasien memilih cara yang
dari keluarga 4. pasien melaksankan sudah dinjurkan dan latih untuk
dalam cara yang dipilih mencobanya
mengontrol untuk mengendalikan 5. Beri kesempatan klien untuk
halusinasinya halusinasinaya melakukan cara yang sudah dipilih
5. pasien dan dilatih jika berhasil diberi
mengikutsertakan pujian
terapi aktivitas 6. Anjurkan pasien mengikuti terapi
kelompok aktivitas kelompok

Setelah 5x pertemuan 1. Buat kontrak dengan keluarga


keluarga menyatakan untuk pertemuan (waktu, tempat
setuju untuk dan topik)
mengikuti pertemuan 2. Diskusikan dengan keluarga
dengan perawat, (pada saat pertemuan keluarga/
keluarga mempu kunjungan rumah)
menyebutkan a. Pengertian halusinasi
pengertian, tanda dan b. Tanda dan gejala halusinasi
gejala,proses c. Obat-obatan untuk halusinasi
terjadinya halusinasi d. Cara yang dapat dilakukan
pasien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi
e. Cara merawat anggota keluaraga
yang halusinasi dirumah (Beri
kegiatan berpergian bersama serta
pantau obat-obatan dan cara
pemberianya untuk mengatasi
halusinasi)

4. Pasien Setelah 5x interaksi 1. Diskusikan dengan pasien


dapat pasien dapat tentang manfaat dan kerugian tidak
memanfaatka menyebutkan: minum obat ( Nama, warna, dosis,
n obat 1. Pasien dapat cara, efek terapi, dan efek samping)
dengan baik mendemonstrasikan 2. Pantau pasien pada saat minum
pengguanaan obat obat
dengan benar 3. Beri pujian jika pasien
2. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar
menyebutkan akibat 4. Diskusikan akibat berhenti
berhenti minum obat minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
5. Anjurkan pasien untuk konsultasi
kepada dokter atau perawat jika
terjadi hal yang tidak diinginkan

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL


PADA PASIEN
SP 1
1. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah,siapa yang
dekat,yang tidak dekat,dan apa penyebabnya
2. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan

SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang)
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian(latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga
atau tamu,berbicara saat melakukan kegiatan harian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan(beberapa orang) & bicara saat
melakukan dua kegiatan harian,beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian(2 kegiatan baru)
3. Masukka pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 oarang ,berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian

SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,bicara saat melakukan empat kegiatan
harian.Beri pujian
2. Latih cara bicara social:belanja ke warung,meminta sesuatu ,menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang, orang
baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi

SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi.Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah isolasi social telah teratasi
SP Keluarga isolasi social
SP 1.
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian,tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi social
3. Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi social
4. Latih dua cara merawat,berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian.
SP 2.
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan kegiatan harian.Beri pujian.
2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien
berbicara(makan,sholat bersama.
3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan beri pujian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga.Beri
pujian.
2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan social,seperti
berbelanja,meminta sesuatu dan lain-lain.
3. Latih keluarga mengajak pasien berjalan
SP 4.
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga.Beri
pujian.
2. Jelaskan follow up,tanda kambuh rujukan.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 5.
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian atau RT,berbelanja,dan
kegiatan latihan follow up.Beri pujian.
2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga,melakukan control,ke pelayanan kesehatan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta.
ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: Trans Info Media.
Farida, Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:
EGC.
Nita, Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai