A. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative
atau mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,2003).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharapakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak
dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,2003).
Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosialnya (Depkes,2004).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana
seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau
berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif.
Menurut Carpenito, Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu
atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak. Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau menarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir,
berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Menurut Dalami, dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
B. Etiologi
Menurut Stuart & Sundeen (2003), Faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain yaitu:
Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
a. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan
antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya
yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan dikemudian hari. Bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada
masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
b. Masa Kanak-Kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina
hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah
lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya
komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh
menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat
memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak,
karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus
belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan
orang lain.
c. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim
dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi
individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang
ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman
sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan
jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun
teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik
akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan
perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.
d. Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan
perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta
peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk
suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling memberi dan menerima (mutuality).
e. Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-
anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan
individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat
meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh
dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara
orang tua dengan anak.
f. Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan
keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun
pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut
ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis
b. ALASAN MASUK
Tanyakan pada klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit, yang telah di lakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
c. FAKTOR PRESIPITASI / RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
d. FAKTOR PREDISPOSISI
Gangguan jiwa sebelumnya, anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pngalamn masa lalu klien yang tidak menyenagkan, riwat gangguan tumbuh
kembang.
e. STATUS MENTAL
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien ( sedih, takut, khawatir ), afek klien, interaksi selama
wawancara, presepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
f. ASPEK FISIK
Mengukur dan mengoservasi tanda – tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan,
ukur tinggi badan dan berat badan.
g. ASPEK PSIKOSOSIAL
1) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terdap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepusan klien sebagai laki – laki /
perempuan
c) Peran: tugas yang di emban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah
2) Genogram
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekatdalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
h. Aktifitas sehari – hari
1) Makan
2) BAB/ Bak
3) Mandi
4) Berpakaian / berhias
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Aktifitas di dalam rumah
9) Aktifitas di luar rumah
A. Analisa data
1. Isolasi sosial: menarik diri
a. Data subjektif
Klien mengatakan bigung dalam memulai pembicaraan karena menurut
klien tidak ada bahan pembicaraan untuk berinteraksi
b. Data objektif
Klien lebih banyak berdiam diri, kontak mata kurang, klien sering
menyendiri, klien tidak pernah memulai pembicaraan, maupun perkenalan,
afek tumpul (hanya mampu tertawa saat ada ssimulus perawat tertawa)
2. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Kekerasan, resiko tinggi
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
5. Motivasi perawatan diri kurang
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien di
rumah (Keliat,B.A,2005:201)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
(Kelliat,2005)
N Dx kep Perencanaan
o Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Isolasi Klien dapat Setelah di lakukan 1x 1. Bina hubungan saling percaya
sosial: berinteraksi interaksi, pasien dengan menggunakan prinsip
5. Klien dapat
mengungkapkan
perasaanya setelah
berinteraksi dengan
orang lain untuk:
a. Diri-sendiri
b. Orang lain
6. Keluarga dapat:
a. Menjelaskan perasaan
nya
b. Menjelaskan cara
merawat klien menarik
diri
c.Mendemonstrasikan
cara perawatan klien
menarik diri
d. Berpartisipasi dalm
perawatan klien menarik
diri
a. Klien-perawat
b. Kien-perawat-perawat lain
c. Klien-perawat-perawat lain-klien
lain
d. Klien
keluarga/komunitas/masyarakat
a. Salam,perkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan
c. Buat kontrak
d. Eksplorasi perasaan klien
berkomunikasi dengan
orang lain
SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang)
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian(latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga
atau tamu,berbicara saat melakukan kegiatan harian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan(beberapa orang) & bicara saat
melakukan dua kegiatan harian,beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian(2 kegiatan baru)
3. Masukka pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 oarang ,berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,bicara saat melakukan empat kegiatan
harian.Beri pujian
2. Latih cara bicara social:belanja ke warung,meminta sesuatu ,menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang, orang
baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi.Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah isolasi social telah teratasi
SP Keluarga isolasi social
SP 1.
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian,tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi social
3. Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi social
4. Latih dua cara merawat,berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian.
SP 2.
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan kegiatan harian.Beri pujian.
2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien
berbicara(makan,sholat bersama.
3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan beri pujian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga.Beri
pujian.
2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan social,seperti
berbelanja,meminta sesuatu dan lain-lain.
3. Latih keluarga mengajak pasien berjalan
SP 4.
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga.Beri
pujian.
2. Jelaskan follow up,tanda kambuh rujukan.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 5.
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
berkenalan,berbicara saat melakukan kegiatan harian atau RT,berbelanja,dan
kegiatan latihan follow up.Beri pujian.
2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga,melakukan control,ke pelayanan kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta.
ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: Trans Info Media.
Farida, Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:
EGC.
Nita, Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.