Anda di halaman 1dari 14

KEWAJIBAN BERDAKWAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi

Mata Kuliah Tafsir Dakwah dan Komunikasi

Di IAIN Kendari

Oleh : Kelompok 2

SYAHRUL MUBARAK / 2020030105035

INDAH GITA CAHYANI / 2020030105031

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah saw. Penulis bersyukur kepada Ilahi Robbi yang telah
memberikan hidayah serta taufiknya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Dengan diterbitkannya makalah ini, kami berharap agar para mahasiswa dapat
memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan / berkenaan dengan “AYAT-
AYAT TENTANG KEWAJIBAN BERDAKWAH”.

Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dosen Irdawati Saputri M.Ag., selaku dosen Mata Kuliah Tafsir Dakwah dan
Komunikasi yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi
mahasiswa yang berilmu.
2. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa, dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu, kepada para pembaca dan pakar penulis memohon saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Kendari, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

A. Kewajiban Berdakwah Q.S An Nahl ayat 125........................................................5

B. Kewajiban Berdakwah Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110.........................................6

C. Kewajiban Berdakwah Q.S Al-Maidah ayat 67, 78, dan 79....................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

B. Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan


memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah swt. sesuai dengan
garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Dalam dakwah merupakan perjuangan
untuk menerangkan yang ma’ruf atas yang mungkar, perjuangan menegakkan
yang hak dan menghapus kebatilan maka, dakwah masuk dalam kategori
jihad. Umat Islam, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya, dituntut untuk
melakukan dakwah di manapun ia berada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kewajiban Berdakwah Q.S An Nahl ayat 125 ?
2. Bagaimana Kewajiban Berdakwah Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110 ?
3. Bagaimana Kewajiban Berdakwah Q.S Al-Maidah ayat 67, 78, dan 79 ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Kewajiban Berdakwah Q.S An Nahl ayat 125
2. Mengetahui Kewajiban Berdakwah Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110
3. Mengetahui Kewajiban Berdakwah Q.S Al-Maidah ayat 67, 78, dan 79

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjelasan Q.S An Nahl ayat 125 Tentang Kewajiban Berdakwah

‫سبِيلِ ِه‬ َ ْ‫سنُ ِإنَّ َربَّ َك ُه َو َأ ْعلَ ُم ِب َمن‬


َ ْ‫ض َّل عَن‬ َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم ِبالَّتِي ِه َي َأ ْح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّ َك ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬ َ ‫ْد ُع ِإلَى‬
َ‫َو ُه َو َأ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِدين‬

Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An
Nahl: 125)1

 Isi Kandungan Surat An Nahl Ayat 125

Berikut ini isi kandungan Surat An Nahl ayat 125 yang kami sajikan dari
sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Al-Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al
Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Qur’an karya Sayyid
Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.

1. Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah menyeru manusia


kepada agama-Nya. Kewajiban ini juga berlaku bagi umat Islam.
2. Ayat ini menjelaskan tiga metode dakwah yakni hikmah, mauidhah
hasanah (pengajaran yang baik), dan jidal (debat) dengan cara yang
baik.
3. Allah hanya mewajibkan dakwah, sedangkan apakah seseorang
mendapat hidayah atau tidak adalah urusan Allah. Bukan kewajiban
seorang Da’i.
4. Allah maha mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang
mendapat petunjuk. Diam aha mengetahui siapa yang mau menolak
dakwah dan siapa yang mau menerimanya.

1
H. Mukhlis Muhammad Hanafi,Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Perkata,
(Surabaya:Nur Ilmu, 2020),h.281

2
3

5. Ayat ini menenangkan Rasulullah kepada para Da’i agar tidak sedih
dan kecewa jika ada orang yang menolak dakwah.

Tiga metode dakwah pada ayat ini juga menunjukkan prioritas


implementasinya. Tiga metode dakwah itu adalah hikmah, mauidhah
hasanah dan jidal.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa;

Hikmah adalah kebijaksanaan. Yaitu cara yang bijaksana, akal budi


yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih guna menarik hati
orang kepada agama Allah. Hikmah itu bukan sekedar kata-kata
melainkan juga sikap hidup dan perbuatan. Bahkan sikap hidup dan
perbuatan bisa lebih berhikmah daripada kata-kata.
Mauidhatul Hasanah adalah pengajaran yang baik, pesan-pesan yang
baik sebagai nasehat. Sedangkan Jidal adalah debat.

Metode ini hanya ditempuh jika diperlukan. Ketika dakwah dibantah,


disanggah atau ditantang untuk beradu argumentasi maka hendaklah
perdebatan dilakukan dengan cara yang lebih baik.“Yakni lemah lembut,
tutur kata yang baik serta cara yang bijak. Setelah menunjukkan metode
dakwah, ayat ini mengisyaratkan bahwa kewajiban Da’i adalah
menyampaikan, bukan memberi hidayah. Hanya Allah Yang Kuasa
memberikan hidayah. Allah Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang
tersesat dan siapa yang mendapat petunjuk. Allah Maha Mengetahui siapa
yang mau menentang dakwah dan siapa yang mau menerimanya.
Sedangkan kewajiban Nabi dan kaum muslimin hanyalah berdakwah.

B. Penjelasan Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110

 Q.S Ali Imran ayat 104 dan Tafsirnya


ٰۤ
َ‫ول ِٕى َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُح ْون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُكنْ ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْدع ُْونَ اِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَْأ ُم ُر ْونَ ِبا ْل َم ْع ُر ْو‬
ُ‫ف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬
4

Terjemahnya:

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S Ali Imran: 104)2

Surat Ali Imran ayat 104 secara umum membahas tentang perintah dakwah
amar ma’ruf nahi munkar bagi setiap Muslim. Memerintahkan perkara ma'ruf
berarti menyerukan segala hal yang berkaitan dengan ajaran Islam. Lalu,
mencegah yang munkar berarti mencegah segala perbuatan yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Allah mewajibkan umat Muslim untuk memiliki teman yang
senantiasa mengajak kepada amar ma'ruf nahi munkar. Tidak lupa pula
mengerjakan al-khair dan menjauhi al-munkar seperti yang disebutkan di awal.

Menurut para ulama, al-Khair adalah semua bentuk kebaikan yang


dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah swt. dan menjauhkan diri dari murka-
Nya. Sedangkan al-munkar adalah semua bentuk perbuatan maksiat yang
memiliki pengaruh negatif terhadap orang lain, mencakup soal akidah, ibadah
maupun mu’amalah.
Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada
kebaikan ajaran Islam dan menyeruh kepada yang makruf dan melarang dari yang
mungkar. Merekalah yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang
melarang tadi (orang-orang yang beruntung) atau berbahagia. 'Min' di sini untuk
menunjukkan 'sebagian' karena apa yang diperintahkan itu merupakan fardu
kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula layak bagi setiap orang,
misalnya orang yang bodoh.

 Q.S Ali Imran ayat 110 dan Tafsirnya


َ‫ف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُ ْونَ ِباهّٰلل ِ ۗ َولَ ْو ٰا َمن‬ ِ ‫س تَْأ ُم ُر ْونَ بِا ْل َم ْع ُر ْو‬
ِ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬
ِ ‫ب لَ َكانَ َخ ْي ًرا لَّ ُه ْم ۗ ِم ْن ُه ُم ا ْل ُمْؤ ِمنُ ْونَ َواَ ْكثَ ُر ُه ُم ا ْل ٰف‬
َ‫سقُ ْون‬ ِ ‫اَ ْه ُل ا ْل ِك ٰت‬

2
H. Mukhlis Muhammad Hanafi,Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Perkata,
(Surabaya:Nur Ilmu, 2020),h.63
5

Terjemahnya:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran: 110)3

Dalam Surah Ali Imran ayat 110 ini memerintahkan setelah kewajiban
berdakwah bagi umat islam dan menjaga persatuan dan kesatuan, dalam ayat ini
juga dijelaskan bahwa kewajiban tersebut dikarenakan kamu (umat islam) adalah
umat terbaik dan paling utama di sisi Allah yang dilahirkan, yaitu ditampakkan
untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, karena kamu menyuruh berbuat
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah dengan
iman yang benar, sehingga kalian menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya serta beriman kepada rasul-rasul-Nya. Itulah tiga faktor yang
menjadi sebab umat Islam mendapat julukan umat terbaik.
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Jarir At-Thabari menghimpun paling
tidak dua pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan umat. Pendapat
pertama menerangkan bahwa yang dimaksud dengan umat adalah orang-orang
yang hijrah bersama Nabi saw dari Mekah ke Madinah (muhajirin). Keterangan
ini didapat dari jalur riwayat Ibnu Abbas dari Sa’id bin Jubair, al-Suddi, dan
Ikrimah. Pendapat kedua berasal dari riwayat Abu Hurairah dan Mujahid
mengatakan bahwa umat yang dimaksud ayat tersebut adalah siapa pun yang’/
memenuhi tiga kriteria utama: a) amar makruf, b) nahi munkar, dan c) beriman
kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan di dalam ayat.
Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya menjelaskan maksud dari kedua penafsiran di
atas. Menurutnya keutamaan para sahabat dibanding umat sebelumnya adalah
karena mereka hidup ketika Nabi saw telah diutus. Dibandingkan dengan masa
sebelum Rasul diutus, maka sahabat merupakan umat di masa yang terbaik.
Sedangkan keutamaan umat Nabi saw setelah beliau wafat adalah ketika mereka
melaksanakan tiga kriteria tadi: beriman, amar makruf, dan nahi munkar.
Keutamaan ini terletak pada perilaku dan tidak lepas dari ketentuan ayat

3
H. Mukhlis Muhammad Hanafi,Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Perkata,
(Surabaya:Nur Ilmu, 2020),h.64
6

sebelumnya: dengan tetap menjunjung tinggi al-khayr/kebajikan universal (Ali


Imran ayat 104) dan menjaga persatuan.

C. Penjelasan Q.S Al-Maidah ayat 67, 78 dan 79

 Q.S Al-Maidah ayat 67


‫س اِنَّ هّٰللا َ اَل يَ ْه ِدى‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫س ْو ُل بَلِّ ْغ َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَيْكَ ِمنْ َّربِّ َك ۗ َواِنْ لَّ ْم تَ ْف َع ْل فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر ٰسلَت َٗه ۗ َو ُ َي ْع‬
ِ ۗ ‫ص ُم َك ِمنَ النَّا‬ ُ ‫ٰيٓا َ ُّي َها ال َّر‬
َ‫ا ْلقَ ْو َم ا ْل ٰكفِ ِريْن‬
Terjemahnya:
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.
(Q.S Al-Maidah: 67)4

 Tafsir Surat Al-Maidah ayat 67


Dalam tafsir ini, menekankan tentang larangan agar tidak menunda amanat
yang sudah diemban oleh Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah swt.
Penundaan walau hanya sebentar dianggap sesuatu yang tercela dan tidak pantas
di lakukan oleh seorang utusan. Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad
supaya menyampaikan apa yang telah diturunkan kepadanya tanpa menghiraukan
besarnya tantangan di kalangan Ahli Kitab, orang musyrik dan orang-orang fasik.
Menganjurkan kepada Nabi Muhammad agar tidak perlu takut
menghadapi gangguan dari mereka dalam membentangkan rahasia dan keburukan
tingkah laku mereka itu karena Allah menjamin akan memelihara Nabi
Muhammad dari gangguan, baik masa sebelum hijrah oleh kafir Quraisy maupun
sesudah hijrah oleh orang Yahudi.
Apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad adalah amanat
yang wajib disampaikan seluruhnya kepada manusia. Menyampaikan sebagian
saja dari amanat-Nya dianggap sama dengan tidak menyampaikan sama sekali.
Demikianlah kerasnya peringatan Allah kepada Muhammad. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tugas menyampaikan amanat adalah kewajiban Rasul.

4
Ustadz Dr. H. Fahrur Rozi Abdillah, MA. al-Hafiz, Al-Qur’an Hafalan 8 Blok Hafazan Perkata
Latin, (Jakarta: Tim Al-Qosbah,2021),h.119
7

Tugas penyampaian tersebut tidak boleh ditunda meskipun penundaan itu


dilakukan untuk menunggu kesanggupan manusia untuk menerimanya, karena
masa penundaan itu dapat dianggap sebagai suatu tindakan penyembunyian
terhadap amanat Allah.

 Q.S Al-Maidah ayat 78

َ ‫سى ا ْب ِن َم ْريَ َم ٰۗذلِكَ بِ َما ع‬


َ‫َص ْوا َّو َكانُ ْوا يَ ْعتَد ُْون‬ ْ ِ‫لُ ِعنَ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِم ۢنْ بَنِ ْٓي ا‬
َ ِ‫س َر ۤا ِء ْي َل ع َٰلى ل‬
َ ‫سا ِن د َٗاو َد َو ِع ْي‬

Terjemahnya:
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan)
Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan
selalu melampaui batas”. (Q.S Al-Maidah: 78)5

 Tafsir (Ringkas Kemenag) Surat Al-Maidah ayat 78


Bila pada ayat-ayat yang lalu diterangkan tentang penyimpangan umat Nasrani,
pada ayat-ayat berikut dijelaskan tentang kutukan Allah pada orang Yahudi yang
kafir. Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir dari Bani Israil, yaitu mereka
yang selalu ingkar dan mengabaikan perjanjiannya dengan Allah, telah dilaknat
melalui atau dengan perantaraan lisan Nabi Dawud dan Isa putra Maryam.
Kutukan Allah yang demikian itu, disebabkan karena mereka durhaka dengan
tidak menepati janji yang telah diikrarkan dan selalu melampaui batas dalam
melaksanakan ajaran dan tuntunan agama, sehingga cenderung mengarah pada
kesesatan. Kebanyakan dari umat Yahudi itu bersikap melampaui batas, sehingga
mereka tidak berbeda satu sama lain, dan mereka juga tidak saling mencegah dari
perbuatan mungkar atau penyimpangan yang selalu mereka perbuat.
Sesungguhnya keadaan seperti ini mengisyaratkan betapa sangat buruk apa yang
selalu mereka perbuat selama itu.

5
Ustadz Dr. H. Fahrur Rozi Abdillah, MA. al-Hafiz, Al-Qur’an Hafalan 8 Blok Hafazan Perkata
Latin, (Jakarta: Tim Al-Qosbah,2021),h.121
8

 Q.S Al-Maidah ayat 79


َ ِ‫َكانُ ْوا اَل يَتَنَاه َْونَ عَنْ ُّم ْن َك ٍر فَ َعلُ ْو ۗهُ لَب‬
َ‫ْئس َما َكانُ ْوا يَ ْف َعلُ ْون‬
Terjemahnya:
“Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka
perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat”. (Q.S Al-Maidah: 79)6

 Tafsir Jalalain Q.S Al-Maidah ayat 79


(Mereka satu sama lain tidak pernah melarang) artinya sebagian di antara
mereka tidak pernah melarang sebagian lainnya (dari) kebiasaan (tindakan
mungkar yang biasa mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat) kebiasaan mereka dalam melakukan perbuatan mungkar
itu.
Dengan demikian bermakna, agama Islam itu adalah agama yang akan
menyelamatkan seluruh manusia tanpa terkecuali. Kemudian apabila pada hari ini,
kita menyampaikan pada perkara-perkara yang berkaitan dengan orang-orang
Yahudi maupun Nasrani, yaitu khususnya tentang kesesatan yang dilakukan,
seperti kemusyrikan dan kemaksiatan, maka sebenarnya bukan untuk mencela
mereka, bukan untuk menghina mereka, tetapi untuk menyampaikan kepada
mereka akan peringatan-peringatan.
Mudah-mudahan mereka sadar apabila mereka lalai, mereka menjadi ingat
apabila mereka tidak tau, dan semoga mereka dapat lembut hati karena diberi
petunjuk, diberi hidayah oleh Allah SWT, kemudian mereka mengikuti kebenaran
yang di sampaikan, maka sebenarnya mereka melakukan kebaikan untuk diri
mereka sendiri.

6
Ustadz Dr. H. Fahrur Rozi Abdillah, MA. al-Hafiz, Al-Qur’an Hafalan 8 Blok Hafazan Perkata
Latin, (Jakarta: Tim Al-Qosbah,2021),h.121
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dengan berlandaskan pada ayat-ayat suci
Al-Qur’an yang diturunkan langsung oleh Allah SWT. Istiqamah dalam
menyampaikan kebenaran kepada manusia dengan senantiasa menyeru pada yang
ma’ruf, dan mencegah dari kemungkaran. Dengan demikian perbuatan-perbuatan
yang baik itu akan mendatangkan keuntungan dan kebahagiaan baik untuk diri
sendiri maupun orang lain, baik di dunia maupun di akhirat. Begitu pula
sebaliknya, bahwa kemunkaran dan kejahatan itu akan selalu mendatangkan
kerugian dan kemudaratan baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
B. Saran
Maka pada hari ini, meskipun kita tidak diberi jaminan oleh Allah, seperti
yang diberikan Allah kepada Rasulullah dan para Nabi-nabi yang lainnya, tetapi
pada hari ini jika kita menyampaikan seruan kebaikan (dakwah), hendaklah
memberikan tumpuan, perhatian, kepada dakwah itu dengan sempurna. Jangan
takut dalam menyampaikan dakwah itu sendiri, karena realita kegagalan para
pendakwah yang banyak terjadi saat ini, ialah disebabkan karena adanya rasa
takut yang bersifat duniawai “sementara”, sehingga ketakutan-ketakutan tersebut
menjadi penyebab tidak tersampaikannya suatu kebenaran.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-an-nahl-ayat-125/

https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-202665562/isi-

kandungan-surat-ali-imran-ayat-110-perintah-menegakkan-amar-maruf-nahi-

munkar

https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-maidah-ayat-67-68/

https://tafsirweb.com/1962-surat-al-maidah-ayat-78.html

https://tafsirweb.com/1963-surat-al-maidah-ayat-79.html

https://tafsir.learn-quran.co/id

https://youtu.be/p-80IFREJhw

https://youtu.be/wGG7pPR9UX0
11

Anda mungkin juga menyukai