Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESTABILAN SUDUT ROTOR

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
1. MUH. IQBAL FAJRI (D041181006)
2. HAYKAL DILFANSYAH (D041181031)
3. ASMAH NUR ARIFIN (D041181306)
4. ABD RAHIM (D041191332)
5. SITI ANNISA SYALSABILA (D041181507)
6. RAHMAT RAMADHANI IKBAL (D041191009)
7. SITI NAMIRAH APRILLIAH (D041191074)
8. YUSRIL ABDULLAH (D041191109)

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kestabilan Sudut Rotor ini.

Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak.
Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT dan seluruh pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam peyusunan makalah ini, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dalam penyusunan makalah ini yang lebih
baik dimasa yang akan datang.
Makassar, 9 September 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

SAMPUL...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
I.1 Latar Belakang...................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
I.3 Tujuan.................................................................................................................5
BAB II ISI.............................................................................................................................6
II.1 Sistem Tenaga Listrik.......................................................................................6
II.2 Kestabilan Sistem Tenaga Listrik...................................................................7
II.3 Kestabilan Sudut Rotor....................................................................................8
II.4 Small Disturbance.............................................................................................10
II.5 Transient Stability............................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................14
III.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
III.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Kestabilan sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari sistem untuk
menjaga kondisi operasi yang seimbang dan kemampuan sistem tersebut untuk kembali ke
kondisi operasi normal ketika terjadi gangguan. Sedangkan ketidakstabilan sistem dapat
terjadi dalam berbagai bentuk, tergantung dari konfigurasi sistem dan model operasinya.
Sistem akan masuk pada kondisi ketidakstabilan tegangan ketika terjadi gangguan,
peningkatan beban atau pada saat terjadi perubahan kondisi sistem yang disebabkan oleh drop
tegangan yang tidak terkontrol.
Penyebab utama ketidakstabilan tegangan adalah ketidakmampuan sistem tenaga
untuk memenuhi permintaan daya reaktif. Inti dari permasalahan ini biasanya berhubungan
dengan susut tegangan yang terjadi pada saat daya aktif dan daya reaktif mengalir melalui
reaktansi induktif pada jaringan transmisi. Secara mendasar masalah kestabilan berarti
menjaga sinkronisasi operasi sistemtenaga. Kestabilan pada sistem tenaga listrik merupakan
masalah yang sangat penting dalam penyediaan daya kepada konsumen. Masalah kestabilan
yang sering terjadi disini adalah masalah beban lebih, berkurangnya pasokan daya reaktif
yang pada akhirnya akan menempatkan sistem pada kondisi voltage collapse dan akan terjadi
kemungkinan terburuk yaitu terjadinya blackout. Kestabilan tegangan biasanya termasuk saat
terjadi gangguan besar ( termasuk kenaikan beban / transfer daya yang sangat besar ).
Tegangan akan mengalami osilasi, dan terjadi ketidakstabilan sistem kontrol. Ketidakstabilan
ini bisa terjadi akibat nilai gain pada statik var kompensator yang terlalu besar, atau deadband
pada tegangan yang mengatur shunt capacitor bank yang terlalu kecil. Maka dibutuhkan suatu
voltage security, yaitu kemampuan sistem, tidak hanya untuk beroperasi secara stabil, tetapi
juga stabil saat kondisi terburuk atau saat terjadi kenaikan beban.
Stabilitas sistem tenaga telah menjadi perhatian utama dalam sebuah sistem operasi.
Perhatian itu muncul dari fakta bahwa pada kondisi keadaan mantap (steady-state), kecepatan
rata-rata untuk semua generator harus sama. Kondisi tersebut dinamakan pada operasi
sinkron dari sebuah sistem yang terinterkoneksi. Gangguan kecil atau besar pada sistem
tenaga berdampak pada operasi sinkron. Sebagai contoh, kenaikan atau keturunan tiba-tiba
pada beban , atau akibat rugi pembangkitan menjadi salah satu jenis gangguan yang
berpengaruh sangat signifikan terhadap sistem. Jenis lain dari gangguan adalah jaring
transmisi yang terputus, beban lebih, atau hubung singkat. Dengan demikian diharapkan
stabilitas sistem akan menuju ke keadaan mantap dalam waktu singkat setelah gangguan
menghilang.
I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :


1. Apa yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik?
2. Apa yang dimaksud dengan kestabilan sistem tenaga listrik?
3. Apa yang dimaksud dengan kestabilan sudut rotor?
4. Apa yang dimaksud dengan small disturbance?
5. Apa yang dimaksud dengan transient stability?
I.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kestabilan sistem tenaga listrik
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kestabilan sudut rotor
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan small disturbance
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transient stability
BAB II
ISI
II.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik sekarang ini merupakan kebutuhan tenaga listrik yang bukan saja
monopoli daerah perkotaan, tetapi sudah merambah ke desa-desa terpencil. Untuk melayani
daerah perkotaan dan pedesaan perlu di tingkatkan pula pembangunan jaringan distribusi
sehingga terjadi pemerataan pemakaian energi listrik. Mengingat pentingnya energi listrik
bagi kehidupan masyarakat dan bagi pembangunan nasional, maka suatu sistem tenaga listrik
harus bisa melayani pelanggan secara baik, dalam arti sistem tenaga listrik tersebut aman dan
andal. Aman berarti bahwa sistem tenaga listrik tidak membahayakan manusia dan
lingkungannya. Handal berarti sistem tenaga listrik dapat melayani pelanggan secara
memuaskan misalnya dalam segi kontinuitas dan kualitas. Hal ini akan terwujud apabila
proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan suatu
sistem tenaga listrik senantiasa mengikuti ketentuan standar teknik yang berlaku.
Prinsip kerja dari sistem tenaga listrik di mulai dari bagian pembangkitan kemudian
disalurkan melalui sistem jaringan transmisi pada gardu induk dan dari gardu induk
disalurkan serta dibagi-bagi kepada pelanggan melalui saluran distribusi. Pada pembangkitan
tenaga listrik terdapat proses pengubahan sumber energi primer menjadi energi listrik.
Prosesnya tersebut dapat berasal dari energy konvensional maupun non konvensional.
Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kertja yang berbeda,
sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Secara umum terdapat satu hal yang sama
pada pembangkit tenaga listrik adalah semuanya berfungsi untuk mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik dengan cara mengubah potensi energi mekanik yang berasal dari air,
uap, gas, panas bumi, nuklir.
Pada system tenaga listrik terdapat 3 bagian utama yaitu :
 Pusat Pembangkit Tenaga Listrik

Merupakan tempat memproduksi energi listrik yang terdapat mesin


membangkitkan tenaga listrik berupa generator, dilengkapi dengan gardu
induk penaik tegangan, dari tegangan rendah yang dihasilkan generator
dinaikan menjadi tegangan tertentu dengan transformator step up sebagai
penaik tegangannya.
 Saluran Transmisi

Merupakan saluran penyalur energi listrik, berupa : Saluran Udara Tegangan


Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk pusat pembangkit ke
gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.Sebelum energi listrik
ditransmisikan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menaikkan tegangan
yang disuplai dari generator menjadi 70 kV, 150 kV atau 500 kV, sebab
tegangan yang dihasilkan dari generator umumnya hanya berkisar antara 6,6
kV sampai 24 kV. Menaikkan tegangan berfungsi untuk mengurangi rugi daya
pada saluran trasnmisi dan untuk mengimbangi jauhnya jarak saluran
transmisi.
 Saluran Distribusi

berfungsi menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke


kelompok beban berupa gardu distribusi dan konsumen dengan mutu yang
handal dan memadai.

II.2 Kestabilan Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari unit-unit pembangkit yang terhubung
dengan saluran untuk melayani beban. Sistem tenaga listrik yang memiliki banyak mesin
biasanya menyalurkan daya kebeban melalui saluran interkoneksi. Tujuan utama dari sistem
saluran interkoneksi adalah untuk menjaga kontinuitas dan ketersediaan tenaga listtrik
terhadap kebutuhan beban yang terus meningkat. Semakin berkembang sistem tenaga listrik
dapat mengakibatkan lemahnya performansi sistem ketika mengalami gangguan. Salah satu
efek gangguan adalah osilasi elektromekanik yang jika tidak diredam dengan baik maka
sistem akan terganggu dan dapat keluar dari area kestabilannya sehingga mengakibatkan
pengaruh yang lebih buruk seperti pemadaman total (black out).
Keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga listrik terdapat keseimbangan antara
daya input mekanis pada prime mover dengan daya output listrik (beban listrik). Dalam
keadaan seperti ini, semua generator berputar pada kecepatan sinkron. Hal ini terjadi bila
setiap kenaikan dan penurunan beban harus diikuti dengan perubahan daya input mekanis
pada prime mover dari generator-generator. Bila daya input mekanis tidak cepat mengikuti
dengan perubahan beban dan rugi-rugi sistem maka kecepatan rotor generator (frekuensi
sistem) dan tegangan akan menyimpang dari keadaan normal terutama jika terjadi gangguan
makasesaat akan terjadi perbedaan yang besar antara daya input mekanis dan daya output
listrik dari generator.
Kestabilan sistem tenaga listrik dapat didefenisikan sebagai sifat yang memungkinkan
mesin bergerak sinkron dalam sistem untuk memberikan reaksinya terhadap gangguan dalam
keadaan normal serta balik kembali ke keadaan semula bila keadaan menjadi normal
(Stevenson, 1983:408)
Kelebihan daya mekanis terhadap daya listrik mengakibatkan percepatan pada putaran
rotor generator atau sebaliknya, bila gangguan tersebut tidak dihilangkan segera maka
percepatan (acceleration) dan perlambatan (deceleration) putaran rotor generator akan
mengakibatkan hilangnya sinkronisasi dalam sistem. Hilangnya sinkronisasi merupakan
ketidakseimbangan antara daya pembangkit dengan beban dan menimbulkan suatu keadaan
transien yang menyebabkan rotor dari mesin sinkron berayun karena adanya torsi yang
mengakibatkan percepatan atau perlambatan pada rotor tersebut. Ini terjadi bila torsi tersebut
cukup besar maka salah satu atau lebih dari mesin sinkron tersebut akan kehilangan
sinkronisasinya, misalnya terjadi ketidakseimbangan yang disebabkan adanya daya
pembangkit yang berlebihan maka sebagian besar dari energi yang berlebihan akan diubah
menjadi energi kinetik yang mengakibatkan percepatan sudut rotor bertambah besar,
walaupun kecepatan rotor bertambah besar, tidak berarti bahwa sinkronisasi dari mesin
tersebut akan hilang. Faktor yangmenentukan adalah perbedaan sudut rotor atau daya tersebut
diukur terhadap referensi putaran sinkronisasi.

II.3 Kestabilan Sudut Rotor

Kestabilan sudut rotor melibatkan studi elektromagnetik di system tenaga. Kestabilan


ini merupakan kestabilan mesin-mesin sinkron yang terpasang di dalam system untuk tetap
mempertahankan kesinkronannya setelah mengalami gangguan, tergantung dari kemampuan
system dalam menjaga atau mengembalikan keseimbangan antara torka mekanik dan torka
elektrik. Dalam kondisi tunak, system berada dalam keseimbanga ndimana kecepatan mesin
sinkron tetap. Ketika system mengalami gangguan, maka keseimbangan ini terganggu dan
rotor akan mengalami percepatan atau perlambatan.
Dalam sebuah mesin sinkron, penggerak utama memberikan torsi mekanis pada poros
mesin dan mesin menghasilkan suatu torsi elektromagnetik.

Pada saat terjadi gangguan, torsi mekanik lebih besar dari torsi elektromagnetik, dan
menghasilkan torsi percepatan sebagai berikut:
T a=T m−T e
Dimana:
T a: torsi percepatan
T m: torsi mekanis
T e: torsi elektromagnetik

Untuk sistem yang stabil selama gangguan, sudut rotor akan berosilasi di sekitar titik
keseimbangan. Ketika terjadi gangguan atau penambahan beban secara tiba-tiba dalam
jumlah besar, maka daya keluar elektris generator akan jauh melampaui daya masuk mekanis.
Jadi generator akan berputar lebih lambat sehingga sudut daya generator bertambah besar dan
daya masuk generator juga bertambah. Jika sudut rotor meningkat tanpa batas, mesin
dikatakan tidak stabil selama mesin terus mempercepat dan tidak mencapai keadaan
keseimbangan baru. Dalam multi mesin, mesin akan melepas sinkronisasi dengan mesin
lainnya. Waktu pemutusan kritis terjadi penurunan pada lokasi gangguan yang dekat dengan
generator utama.
Pengertian hilangnya sinkronisasi adalah ketidakseimbangan antara daya pembangkit
dengan beban menimbulkan suatu keadaan transient yang menyebabkan rotor dari mesin
sinkron berayun karenaa danya torssi yang mengakibatkan percepatan atau perlambatan
pada rotor tersebut. Ini terjadi bila torsi tersebut cukup besar, maka salah satu atau lebih dari
mesin sinkron tersebut akan kehilangan sinkronisasinya, misalnya terjadi ketidakseimbangan
yang disebabkan adanya daya pembangkit yang berlebihan, maka sebagian besar dari energi
yang berlebihan akan diubah menjadi energi kinetik yang mengakibatkan percepatan sudut
rotor bertambah besar, walaupun kecepatan rotor bertambah besar, tidak berarti bahwa
sinkronisasi dari mesin tersebut akan hilang, faktor yang menentukan adalah perbedaan sudut
rotor atau daya tersebut diukur terhadap referensi putaran sinkronisasi.
Kestabilan sudut rotor diklasifikasikan menjadi stabilitas sinyal kecil (small signal stability)
dan stabilitas transien (transient stability).Small signal stability adalah kestabilan sistem
untuk gangguan-gangguan kecil dalam bentuk osilasi elektromekanik yang tak teredam,
sedangkan transient stability dikarenakan kurang sinkronnya torsi dan diawali dengan
gangguan-gangguan besar.
Hubungan antaradayaterhadapsudut rotor, dapat digambarkan dalam grafik berikut:

Dengan pemodelan yang ideal, digunakan untuk merepresentasikan mesin sinkron. Nilai
daya yang bervariasi memiliki grafik sinus terhadap nilai sudut rotor.Berdasarkan grafik,
terlihat antara daya terhadap sudut rotor memiliki hubungan nonlinear yang sangat tinggi.
Ketika sudutnya nol, tidak ada daya yang ditransfer.Saat sudutnya ditingkatkan, transfer daya
meningkat hingga titik maksimum.Titik maksimum ini berlangsung hingga mencapai
nominal 90°. Peningkatan lebih lanjut dalam sudut menghasilkan penurunan daya yang
ditransfer. Dengan demikian terdapat nilai steady-state maksimum yang dapat ditransmisikan
antara dua mesin.Besarnya daya maksimum berbanding lurus dengan tegangan internal mesin
dan berbanding terbalik dengan reaktansi terhadap nilai tegangan.

II.4 Small Disturbance


Gangguan kecil pada kestabilan sudut rotor berkaitan dengan kemampuan suatu
system tenaga dalam mempertahankan sinkronisme pada gangguan kecil. Gangguan dianggap
kecil sehingga suatu persamaan sistem yang linearisasi diperbolehkan untuk tujuan analisis.
Stabilitas gangguan kecil ini tergantung kepada keadaan awal operasi suatu sistem.
Ketidakstabilan yang dihasilkan terdapat dua bentuk yaitu :
1) Kurangnya sinkronisasi torsi yang disebabkan oleh peningkatan sudut rotor melalui
modus aperiodoc atau non oscillatory
2) Peningkatan osilasi rotor yang disebabkan oleh kurangnya amplitudo torsi redaman
yang cukup

Pada system tenaga saat ini, osilasi redaman cukup merupakan masalah stabilitas sudut rotor
gangguan-kecil yang biasa terjadi. Untuk masalah ketidakstabilan aperiodic, sebagian besar
telah dapat diatasi dengan menggunakan regulator tegangan yang bekerja terus-menerus.
Akan tetapi, masalah ini dapat terjadi ketika generator yang beroperasi dengan eksitasi
konstan dikenakan tindakan pembatas eksitasi atau pembatas arus medan.
Small disturbance pada kestabilan sudut rotor dapat menjadi masalah local maupun
masalah global. Pada masalah lokal, melibatkan sebagian kecil dari suatu system tenaga,
biasanya terkait dengan osilasi sudut rotor pembangkit tunggal pada seluruh system tenaga.
Seperti osilasi mode pembangkit lokal. Stabilitas atau redaman dari osilasi tersebut
bergantung pada kekuatan dari system transmisi seperti system control eksitasi generator
ataupun output pembangkit. Pada masalah global, disebabkan oleh interaksi antara kelompok
generator besar serta memiliki efek yang luas. Hal ini melibatkan osilasi dari sekelompok
generator pada satu daerah berosilasi terhadap generator di daerah lain. Osilasi seperti ini
dikenal sebagai modus osilasi interarea.
Salah satu gangguan kecil pada system tenaga adalah perubahan beban pada suatu
pembangkit yang mengakibatkan osilasi pada kecepatan putar suatu generator yang
mengakibatkan terganggunya keserempakan dari system tenaga. Rotor dari semua generator
sinkron harus berputar dengan kecepatan yang sama pada system interkoneksi. Daya listrik
yang keluar dari suatu generator harus seimbang dengan daya mekanis yang akan masuk ke
generator selama operasi dalam keadaan mantap. Daya input mekanis ke generator
merupakan hasil perkalian torsi dengan kecepatan rotor, PM = TMω. Pada gambar, torsi
elektrik akan timbul untuk melawan torsi mekanis. Hal ini disebabkan karena terdapat beban
yang disuplai oleh suatu generator, dalam rangka untuk mempertahankan operasi dalam
kondisi tunak.Setiap saat nilai torsi mekanik harus seimbang dengan torsi elektrik.
Pada saat mengalami gangguan kecil, maka daya output elektrik dari generator akan berubah
dengan cepat, akan tetapi daya mekanik yang masuk ke suatu generator berubah dengan
lambat. Dengan adanya perbedaan respon kecepatan, maka muncul perbedaan temporer pada
keseimbangan daya pada rotor. Hal ini menyebabkan rotor mengalami perlambatan atau
percepatan, tergantung perbedaan nilai Torsi elektrik (Te) dan torsi mekanik (Tm).Ketika
kecepatan rotor berubah, maka sudut relative pada rotor juga ikut berubah.

II.5 Transient Stability


Kestabilan transien adalah kemampuan system tenaga listrik dalam mempertahankan
kondisi sinkronisasi ketika system mengalami gangguan transien, yaitu gangguan besar yang
bersifat tiba-tiba. Kestabilan transien terjadi ketika tegangan otomatis dan pengatur frekuensi
belum bekerja. Gangguan kestabilan transien dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu :
1. Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari system
2. Hubungan singkat (short circuit)

Gangguan hubung singkat merupakan gangguan yang paling sering terjadi dalam satu
system tenaga listrik. Gangguan hubung singkat ini dapat disebabkan adanya sambaran
petir, kegagalan isolasi, gangguan binatang dan ranting pohon. Saat terjadi hubung
singkat, arus yang mengalir menuju titik gangguan bernilai sangat besar sehingga
tegangan di sekitar titik gangguan akan menurun secara signifikan. Semakin besar arus
hubung singkat maka semakin rendah tegangan di sekitar titik gangguan. Hal ini akan
mengakibatkan kestabilan system menjadi terganggu. Selain itu dapat merusak peralatan
karena nilai arus yang sangat besar.
3. Starting pada motor

Pada saat motor di start, ada arus yang sangat tinggi yang besarnya 6 sampi 8 kali dari
arus nominal. Arus ini disebut dengan locked rotor current (LRC) yang nilainya
bervariasi pada tiap motor. Arus starting yang sangat besar ini akan mengakibatkan drop
tegangan pada sistem. Hal ini dikarenakan arus yang besar ini melewati impedansi
saluran, trafo sehingga drop tegangan pada saluran semakin besar. Selain itu arus starting
yang besar juga akan mengakibatkan rugi-rugi daya aktif pada saluran bertambah besar
sehingga dapat menurunkan frekuensi generator. Drop tegangan dan turunnyafrekuensi
ini dapat mengakibatkan kestabilan system menjadi terganggu.
4. Pembebanan secara tiba-tiba
Penambahan beban pada suatu system tenaga listrik dapat mengakibatkan timbulnya
gangguan peralihan jika:
a. Jumlah beban melebihi batas kestabilan keadaan mantap untuk kondisi tegangan
dan reaktansi rangkaian tertentu
b. Jika beban dinaikkan sampai terjadi osilasi, sehingga menyebabkan system
mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat Kembali

Apabila system tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara tiba-
tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi system akan turun
dengan cepat. Pada kondisi demikian system akan keluar dari keadaan sinkron walaupun
besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu daya maksimumnya, Hal ini
dikarenakan daya keluar elektris generator jauh melampaui daya masukan mekanis
generator atau daya yang dihasilkan penggerak mula, dan kekurangan ini disuplai dengan
berkurangnya energy kinetis generator. Sehingga putaran generator turun atau frekuensi
system turun, sudut daya bertambah besar dan melampaui sudut kritisnya, akibatnya
generator akan lepas sinkron atau tidak stabil. Sesaat dilakukannya pembebanan tersebut,
rotor generator akan mengalami ayunan dan getaran yang besar.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kestabilan dalam system tenaga listrik merupakan keadaan dalam mesin-mesin
listrik yang berjalan sesuai atau sinkron dalam system. Saat dalam kondisi stabil, system
berada dalam keseimbangan dimana kecepatan mesin sinkron tetap. Ketika system
mengalami gangguan, maka keseimbangan ini terganggu dan rotor akan mengalami
percepatan atau perlambatan.Adapun hal-hal yang menjadikan system itu tidak stabil, yaitu:
 Penambahan beban secara tiba-tibadalam jumlahbesar
 Perubahan sudut rotor
 Adanyadaya pembangkit yang berlebihan

III.2 Saran
Menyadari bahwa para penyusun makalah masih jauh dari kata sempurna.
Kedepannya diharapkan lebih focus dan detail dalam memaparkan serta menyajikan
informasi terkait makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak serta lebih kredibel.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani. (2012). Kestabilan Sudut Rotor pada Sistem Kelistrikan Sul-Sel. Makassar:
Universitas Hasanuddin .
Afandi, A.N. 2005. Operasi Sistem & Pengendalian. Malang : Teknik Elektro Universitas
Negeri Malang.

Budiastra, I Nyoman, Ida Bagus Gede Manuaba . (2014). Meredam Osilasi Pada Sistem
Tenaga Listrik Menggunakan Metode Hibrid Evolutionary Computational Pada
Sistem Interkoneksi Kelistrikan Jawa Bali.Denpasar : Universitas Udayana, 5-6
Fathurochman, Arfanizar. (2016). Analisis Stabilitas Transien Dan Tegangan Pada Sistem
Tenaga Listrik Akibat Instalasi Pembangkitan Terdistribusi.Surabaya : Institut
Sepuluh Nopember
Readysal Monantun, Syufrijal. 2013. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Paket Keahlian
Teknik Ketenagalistrikan. Diakses dari
http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/3.6_.1_.a_._Jaringan_Distribusi_Tenaga_Li
strik-smt1-kls_IX_(Buku_C3)--26Nop2014_.pdf

Sudawan, M. A., & Anwar. (2018). Analisis Kestabilan Transient Sudut Rotor pada Sistem
Kelistrikan SULSERABAR. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Surusa, F. E., Suyono, H., & Wijono. (n.d.). Analisis Steady State Dan Dinamik Pada
Perencanaan Pengembangan Pembangkit Sistem Gorontalo. Jurnal Arus Elektro
Indonesia (JAEI) , 9-14.
KELOMPOK 3

1. MUH. IQBAL FAJRI (D041181006)


Transient Stability
Satukan video
2. HAYKAL DILFANSYAH (D041181031)
Materi tambahan berkaitan dengan kestabilan sudut rotor
3. ASMAH NUR ARIFIN (D041181306)
Kestabilan Sudut Rotor
4. ABD RAHIM (D041191332)
Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
5. SITI ANNISA SYALSABILA (D041181507)
6. RAHMAT RAMADHANI IKBAL (D041191009)
Sistem Tenaga Listrik
7. SITI NAMIRAH APRILLIAH (D041191074)
Small Disturbance
Satukan makalah
8. YUSRIL ABDULLAH (D041191109)
Small Disturbance
Buat Powerpoint

Anda mungkin juga menyukai