Anda di halaman 1dari 12

81 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

PEMAHAMAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL PAKAR HADIS


DAN PAKAR FIKIH SEPUTAR SUNNAH NABI
(Studi Kritis atas Pemikiran Syaikh Muhammad Al-Ghazali)

Mukhlis Mukhtar

UIN Alauddin DPK pada STAI DDI Maros


Email: muhlismuhtar@ymail.com

Abstrct: This article outlines the problems and contextual expert understanding of textual
tradition and fiqh scholars about the Sunnah of the Prophet, (The criticism of the notion
of Shaykh Muhammad al-Ghazali). From the results obtained by the understanding that
assessment; Sheikh Muhammad Al-Ghazali was a productive scientist and muballiq. He
was very critical in exploring the teachings of Islam are not easily influenced by an
opinion that has been established and do not be fooled by the saheeh's a tradition, for his
understanding judged have a discrepancy with the main source of understanding the
Quran. Understand a verse or hadith textual understanding is absolutely necessary it's
just not just stop there. Therefore, understanding the contextual needs to be seen to be a
verse or hadith is not understood partially. In this case, the need for cooperation between
jurists and muhaddis in researching and examining a Nabawiyyah Sunnah, because a
series of narrators in the sanad is strong does not guarantee the validity of honor can
help her.

Kata Kunci: Tekstual, Kontestual, Pakar hadis, Pakar fikih, Sunnah Nabi.

I. PENDAHULUAN membatasi bahasan mereka yang


berkenaan dengan Rasul saw., hanya
Di kalangan ulama ada yang mem-
dalam persoalan-persoalan yang ada
bedakan pengertian sunnah dan hadis dan
kaitannya dengan kaidah-kaidah hukum.3
ada pula yang menyamakannya. Ulama
Sedang ulama fiqh melihat sunnah
hadis pada umumnya menyamakan
sebagai suatu amalan yang apabila
pengertian istilah sunnah dengan istilah
dikerjakan mendapat pahala dan apabila
hadis, yakni segala sabda, perbuatan,
ditinggalkan tidak akan mendapat
taqrir, dan sifat Rasulullah saw.1
siksaan.4
Pengertian yang dikemukakan oleh
Menurut Mahmud Syaltut, menge-
ulama hadis di atas didasari pada
tahui hal-hal yang dilakukan Nabi dengan
pandangan bahwa Nabi Muhammad saw.
mengkaitkannya dengan fungsi Nabi
sebagai uswat al-hasanah. Mereka
tatkala hal-hal itu dilakukan, sangat besar
mengarahkan perhatiannya kepada segala
manfaatnya.5P engetahuan tentang
apa yang berkaitan dengan pribadi agung
hubungan antara sunnah dan fungsi Nabi
itu, baik berkaitan dengan hukum atau
tersebut tampaknya akan berguna juga
tidak. Bahkan mereka menganggap bahwa
bagi upaya penelitian status sunnah.
segala sesuatu yang dinisbahkan kepada
Dalam sejarah, Nabi Muhammad
beliau, baik sebelum maupun sesudah
saw. berperan dalam banyak fungsi,
beliau diangkat menjadi nabi, adalah
antara lain sebagai Rasulullah, kepala
sunnah.2 Sementara itu, ulama ushul fiqh
82 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

negara, pemimpin masyarakat, panglima Pemahaman ulama yang berkaitan


perang, hakim, dan pribadi.6 Dengan dengan suatu teks hadis, ada yang
demikian, hadis yang merupakan sesuatu memahaminya secara tekstual dan ada
yang berasal dari Nabi mengandung pula yang kontekstual. Kedua ciri ini
petunjuk yang pemahaman dan penera- sebenarnya sudah dikenal bahkan
pannya perlu dikaitkan dengan peran Nabi dipraktikkan oleh para sahabat Nabi saw.7
tatkala hadis itu terjadi. Bagi penganut paham kontekstual,
Oleh karena itu latar belakang atau sebelum menjabarkan dan mengembang-
penyebab terjadinya suatu hadis mem- kan paham tersebut, maka setiap hadis
punyai kedudukan penting dalam pemaha- hendaknya dicari konteksnya terdahulu
man hadis. Mungkin saja suatu hadis atau diketahui asbab al-wurud-nya.
lebih tepat dipahami secara tekstual, Dalam kaitan tersebut, Muhammad
sedang hadis lainnya lebih tepat dipahami Al-Ghazali berupaya menjelaskan per-
secara kontekstual. bedaan pemahaman menyangkut sekian
Pemahaman secara kontekstual banyak Sunnah Nabi saw., kemudian
menghendaki pendekatan yang sesuai mendudukan masalahnya, baik dengan
dengan makna hadis. Dalam mencari menjelaskan maksud sunnah atau
pendekatan terhadap makna hadis, menolak ke-shahih-annya melalui buku-
sangatlah tergantung kepada kandungan nya Al-Sunnah Al-Nabawiyah Baina Ahl
matn hadis itu sendiri. Dan mungkin saja Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadis. Dari penjelasan
sebuah hadis cukup didekati dalam satu Muhammad Al-Ghazali itu khususnya
pendekatan, mungkin saja lebih dari dua penolakan sunnah yang dinilainya
pendekatan atau mungkin multi dimensi bertentangan dengan ayat-ayat alquran
pendekatan apabila kandungan hadis itu telah menimbulkan pro dan kontra.
lebih dari satu tema pokok. Bahkan ada yang menuduhnya sebagai
Upaya memahami hadis dengan salah seorang pengingkar sunnah,
memakai beberapa pendekatan yang sementara beliau sendiri beranggapan
relevan dengan kehidupan Rasul sangat bahwa apa yang dilakukannya justru
dibutuhkan agar hadis tidak dipahami merupakan salah satu bentuk dari
secara parsial. Penggunaan pemahaman pembelaannya terhadap sunnah Nabi saw.
hadis secara kontekstual dengan memakai Sehubungan dengan hal tersebut,
beberapa pendekatan bermaksud supaya maka penulis akan mencoba mengkaji
hadis itu tidak diartikan secara sempit buku yang ditulis Syaikh Muhammad Al-
dan kaku. Ghazali seputar pemahaman tekstual dan
Nabi Muhammad sebagai Rasul kontekstual terhadap Sunnah Nabi saw.,
maupun sebagai pemimpin negara tidak II. PEMBAHASAN
terlepas dari konteks beliau sebagai
manusia biasa yang dikelilingi oleh A. Latar Belakang Kehidupannya
kehidupan yang berlaku pada manusia 1. Biografi Syaikh Muhammad Al-
yang lain. Asumsi kita bahwa setiap kali Ghazali
Nabi mengeluarkan sebuah statement
merupakan refleksi sejarah kehidupan Syaikh Muhammad Al-Ghazali
beliau sebagai manusia juga. Oleh karena dilahirkan di Provinsi Buhaera, Mesir
itu, pemahaman secara kontekstual selalu pada tahun 1917. Daerah ini dikenal
memperhatikan data historis, kultur, banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam
maupun kehidupan sosial lainnya terkemuka pada zamannya, seperti
Rasulullah saw. Muhammad Abduh, Mahm-d Syalt-t,
83 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

Hasan al-Banna, dan Muhammad Al- yang menilai Muhammad Al-Ghazali


Madani.8 tetap seorang Ikhwan, dan mendukung
Muhammad Al-Ghazali sudah pembentukan sebuah partai Islam di
menghafal alquran 30 juz pada usia 10 Mesir.
tahun. Pendidikan dasar dan menengah- Muhammad Al-Ghazali wafat pada
nya, ia tempuh di Sekolah Agama. Pada hari sabtu tanggal 9 Syawal 1416 H.
tahun 1937, ia melanjutkan pendi- bertepatan dengan tanggal 6 Maret 1996,
dikannya pada jurusan Dakwah, Fakultas ketika ia berada di Saudi Arabia untuk
Ushuluddin, Universitas al-Azhar, Mesir, menghadiri seminar tentang Islam dan
dan lulus pada tahun 1941. Kemudian Barat.
melanjutkan ke Fakultas Bahasa Arab di 2. Karya-karyanya
Universitas yang sama dan selesai pda
tahun 1943. Semasa kuliah, ia direkrut Buku Muhammad Al-Ghazali yang
oleh Imam Hasan al-Banna hingga paling terkenal adalah Al-Sunnah al-
menjadi salah seorang anggota bahkan Nabawiyah Baina Ahl al-Fiqh wa Ahl
salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin.9 Hadis. Dalam buku ini, ia menyoroti
Setelah lulus di Universitas Al- beberapa hadis yang otentitasnya ia
Azhar dia menduduki posisi berpengaruh ragukan atau yang tidak dipahami
di negaranya dan negara-negara Arab sebagaimana mestinya.
lainnya. Di Mesir dia menjadi Direktur Al-Islam wa al-Ausa’ al-Iqtisadiyah
Departemnen Masjid, Direktur Jenderal membahas tentang ekonomi. Dalam buku
Dakwah, dan menjadi pejabat di ini, Muhammad Al-Ghazali dengan
Kementerian Wakaf. Dia juga mengajar sangat tajam menyoroti keadaan per-
di Universitas Al-Azhar Mesir, di ekonomian umat Islam saat itu dan
Universitas Raja Abd al-Aziz dan mengkritik penguasa dan sistem ekonomi
Universitas Umm al-Qura di Arab Saudi, yang tidak berpihak kepada masyarakat
Universitas Qatar serta menjadi Direktur kecil, sehingga menimbulkan kesenjangan
Akademis Universitas Islam Amir Abd al- ekonomi yang sangat jauh antara
Qadir al-Jazair.10 penguasa dan kroninya dengan masyara-
Selain sebagai pejabat dan kat bawah.
akademisi yang disegani, baik di alma- Al-Islam wa al-Istibdad al-Siyasi
maternya maupun di berbagai perguruan membahas tentang politik. Buku ini
tinggi lainnya, ia juga dikenal sebagai ditulis sebagai pernyataan sikap Ikhwan
da’i terutama di Timur Tengah. Materi al-Muslimin (diwakili oleh Muhammad
ceramahnya yang selalu segar, gaya Al-Ghazali) atas dibubarkannya organi-
bahasanya, semangat, dan keterbukaan- sasi Ikhwan al-Muslimin dan dipenjara-
nya, merupakan daya tarik dakwahnya.11 kannya para aktivisnya.
Al-Ghazali dicopot dari posisinya Fiqh al-Sirah. Melalui buku ini
dalam hai’ah tahshishiyyah (Badan Muhammad Al-Ghazali tampil sebagai
Legislatif Ikhwanul Muslimin) pada bulan pemikir yang ahli zikir, da’i yang
Desember 1953, setelah menurut laporan menguasai sastra dan bahasa Arab,
dia bersama dua anggota teras lainnya sekaligus kritikus hadis yang sangat
mencoba menggeser kepemimpinan mencitai Rasulullah saw.
organisasi itu dari Hasan al-Hudaibiy Perhatian Muhammad Al-Ghazali
(menurut dugaan atas persetujuan terhadap Alquran juga diaplikasikan
sebagian anggota Ikhwan, Gamal Abdul melalui buku yang ditulisnya, di antara-
Nasser dan para opsir bebas). Banyak nya: Nazarat fi alquran, Kayfa Nata’amul
ma’a alquran, Al-Muhawir al-Khamsah li
84 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

alquran al-Karim, dan Nahw Tafsir al- Muhammad Al-Ghazali menetapkan


Maud-i li Suwar alquran al-Karim. tujuh kriteria ke-shahih-an matn hadis:
Selain buku-buku tersebut, masih 1) Matn hadis sesuai dengan alquran
ada beberapa buku karyanya yang lain. 2) Matn hadis sejalan dengan matn
Tulisan Muhammad al-Ghazali hampir hadis shahih.
mencakup seluruh permasalahan umat 3) Matn hadis sejalan dengan fakta
Islam pada masanya, seperti pemahaman sejarah.
alquran dan hadis Nabi Muhammad saw., 4) Redaksi matn harus menggunakan
pemurnian aqidah dan pembaharuan bahasa Arab yang baik
hukum, perbaikan ekonomi umat dan 5) Kandungan matn hadis sesuai
reformasi sistem pemerintahan, dan dengan prinsip-prinsip umum ajaran
lainnya. Islam
6) Hadis itu tidak bersifat syaz (yakni
3. Kriteria Ke-shahih-an Hadis
salah seorang periwatnya berten-
Ulama dari berbagai bidang ke- tangan dalam periwayatannya
islaman sepakat bahwa hadis yang dapat dengan periwayat lainnya yang
dijadikan hujjah hanya hadis yang dianggap lebih akurat dan lebih
berkualitas shahih, maka para muhaddis dapat dipercaya).
menetapkan kriteria ke-shahih-an hadis, 7) Hadis tersebut bersih dari ‘illat.14
baik dari segi sanad maupun dari segi Secara umum tidak ada perbedaan
matn. yang mendasar antara Muhammad Al-
b. Kriteria Ke-shahih-an Sanad Hadis Ghazali dengan muhaddisin dalam
Menurut Muhammad Al-Ghazali, menentukan kriteria ke-shahih-an hadis.
Namun prakteknya, Muhammad Al-
ke-shahih-an sanad hadis hanya terdiri
Ghazali tidak konsisten dengan kriteria
dari dua syarat, yaitu:
yang ditetapkannya. Dalam menentukan
1. Setiap periwayat dalam sanad suatu ke-shahih-an matn hadis, ia hanya
hadis haruslah seorang yang dikenal berfokus pada kriteria pertama, yaitu
sebagai penghapal yang cerdas, teliti, matn hadis harus sesuai dengan prinsip-
dan benar-benar memahami apa yang prinsip alquran. Alquran harus berfungsi
didengarnya. Kemudian setelah ia sebagai penentu hadis yang dapat
meriwayatkannya, tepat seperti asli- diterima dan bukan sebaliknya. Hadis
nya.12 Pada konteks ini periwayat yang tidak sejalan dengan alquran harus
disebut dhabit. ditinggalkan sekalipun sanad-nya shahih.
2. Periwayat harus mantap kepribadiaan-
nya, bertakwa kepada Allah, serta B. Identifikasi Buku
menolak dengan tegas setiap pe- Buku Muhammad Al-Ghazali
malsuan atau penyimpangan.13 Pada yang berjudul Studi Kritis atas Hadis
konteks ini periwayat disebut ‘adil Nabi saw.: Antara Pemahaman Tekstual
Sedang keterhindaran dari syaz dan dan Kontekstual adalah hasil terjemahan
illat, menurut Muhammad al-Ghazali Muhammad al-Baqir dari buku aslinya
merupakan persyaratan ke-shahih-an yang berjudul As-Sunnah an-Nabawiyah
matn. Selain itu Muhammad Al- bayn Ahl Fiqh wa Ahl Sunnah dan diberi
Ghazali tidak mensyaratkan ketersam- kata pengantar oleh Prof. DR. M. Quraish
bungan sanad sebagai salah satu syarat Shihab. Buku ini terdiri dari 10 Bab,
ke-shahih-an sanad hadis. setiap bab mengandung beberapa topik
c. Kriteria Ke-shahih-an Matn Hadis bahasan. Oleh karena topik bahasan
setiap bab cukup banyak, maka penulis
85 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

akan mengambil satu atau dua topik saja peroleh siksa disebabkan tangisan
dalam pembahasan ini keluarga adalah orang kafir.18
Begitu pula Muhammad Al-Gazali
1. Masalah Ra’yu dan Riwayat
mengkritik adanya ulama yang mem-
Pedoman Muhammad Al-Gazali bolehkan melaksanakan shalat tahiyyat
untuk menilai suatu hadis dapat diterima masjid sementara khatib sedang ber-
atau tidak, ada lima persyaratan, tiga khotbah. Kebolehan itu bersifat khusus,
berkenaan dengan sanad dan dua dari dan semua orang yang sedang mendengar-
terakhir berkenaan dengan matn, yaitu: kan khutbah wajib meninggalkan kegia-
a) Periwatnya harus seorang yang dikenal tan lain.
sebagai penghafal yang cerdas dan 2. Sekitar Dunia Wanita
teliti sesuai dengan aslinya.
b) Memiliki integritas pribadi dan Dunia wanita banyak pula disoroti
ketaqwaan serta menolak setiap hadis oleh Muhammad Al-Gazali, dan pemaha-
palsu dan yang menyimpang. mannya pun sangat kontekstual. Misalnya
c) Kedua sifat di atas ini harus dimiliki pendapat yang menyatakan bahwa
oleh seluruh rangkaian periwayat “membiarkan wajah wanita dalam
hadis. keadaan terbuka adalah haram, sebab
d) Hadis tidak bersifat syadz yang demikian itu merupakan sumber
e) Harus bersih dari illat qadihah 15 kemaksiatan”.19
Pendapat ini dinilai Muhammad Al-
Menurut Muhammad Al-Ghazali, Ghazali tidak mendasar dan sesat, sebab
menemukan ‘illah dan keganjilan susunan dalam keadaan beribadah saja misalnya
matn hadis tidak hanya monopoli ulama shalat, haji, agama membiarkan wanita
hadis, tetapi ulama tafsir, ushul, kalam, membuka wajahnya. Apakah apa yang
fiqh, semua harus ikut bertanggung- dilakukan pada dua rukun Islam itu
jawab.16 Kerjasama dalam memeriksa dan
sebagai pembangkit nafsu. Ketika
menguji hadis Nabi saw. sangat diper-
pemahaman keliru ini dipraktekkan kaum
lukan. Oleh karena matn hadis ada yang wanita terpaksa mengenakan burqu’
berkenaan dengan aqidah, ‘ibadah dan (cadar).
mu’amalah. Mungkin juga sebuah hadis Dengan memakai pendekatan
berkaitan dengan urusan dakwah, perang
historis dan sosiologis, maka pemaha-
dan damai. mannya dapat dikontekstualkan.
Para fuqaha dalam hal memahami Seandainya semua wajah wanita
matn hadis berusaha menemukan hadis pada masa Rasul tertutup, mengapa kaum
yang lebih benar dan otentik dengan
muslim diperintah untuk menahan
meneladani metode sahabat dari pada pandangan mereka. Memang benar ada
sekedar riwayat yang tidak mendasar. sebagian wanita muslimah yang memakai
Misalnya, sikap Aisyah ketika mendengar cadar pada masa Nabi tetapi itu sudah
hadis yang mengatakan bahwa orang mati
merupakan tradisi mereka sejak masa
diazab karena tangisan keluarga ter- jahiliah atau sudah menjadi adat istiadat
hadapnya. Ia menolaknya dan bersumpah dan hal itu sama sekali tidak dapat
bahwa Nabi tidak pernah menyatakan hal dimasukkan sebagai ibadah karena tidak
itu, oleh karena bertentangan dengan
memiliki nas yang jelas.20
firman Allah “Tidaklah seseorang Dengan demikian Islam tidak men-
menanggung dosa orang lain” (Al-An’am: jadikan kaum wanitanya menjadi tidak
164).17 Menurut Aisyah yang dimaksud- luwes dalam berinteraksi dengan orang
kan dengan orang-orang yang mem- lain, selama kehormatannya tetap ter-
86 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

pelihara dengan baik. Dan harus ada hadis Nabi: “Pastilah gagal suatu
dibedakan antara adat istiadat dengan kaum yang menyerahkan urusan
ajaran agama. kepemimpinan kepada wanita”25
Mengenai emansipasi wanita, Menurut hemat penulis, Islam
Muhammad Al-Gazali berkomentar, saya mengakui wanita dapat menjadi
tidak menyukai rumah-rumah yang pemimpin minimal dalam rumah tangga
kosong dari ibu-ibu rumah tangga, namun suaminya. Ini berarti wanita juga
seorang wanita boleh saja beraktifitas di memiliki potensi untuk memimpin dan
dalam ataupun di luar rumahnya dengan pada saat wanita mempunyai kemampuan
tetap menjamin masa depan keluarga dan leadership yang lebih besar dari skala
rumah tangganya.21 Pada masa Nabi rumah tangga, maka wanita dapat saja
banyak wanita yang terlibat dalam tampil sebagai figur pemimpin yang
kegiatan-kegiatan sosial misalnya mereka potensial yang dapat melebihi kemam-
memberikan pelayanan medis dan mem- puan laki-laki yang tidak terdidik baik.
bantu menyiapkan perlengkapan perang. Bukankah dalam alquran Ratu Balqis
Adanya sebagian wanita muslim yang telah menunjukkan kecerdasan dan
hanya berdiam diri di rumah sebenarnya kearifannya dalam memimpin dan
lebih disebabkan oleh faktor budaya menyelidiki tawaran Nabi Sulaiman.
(cultur) suatu kaum. Di Indonesia saja Dalam soal kegagalan sebenarnya tidak
wanita yang tampil sebagai pejuang amat ada jaminan hanya laki-laki yang sukses.
banyak, bahkan ada daerah yang Seorang wanita yang teguh agamanya
menempatkan wanita sebagai tonggak pasti lebih baik daripada seorang laki-laki
utama rumah tangga. yang jelek akhlaknya.
Menurut M. Quraish Shihab, ajaran 3. Perihal Nyanyian
Islam pada hakikatnya memberikan
perhatian yang sangat besar dan Menurut Muhammad Al-Gazali
memberikan kedudukan terhormat kepada hadis ahad bersifat §anni, sedangkan
perempuan.22 Baik alquran maupun hadis hadis mutawatir bersifat qa¯’i. Prinsip-
selalu menempatkan perempuan sebagai prinsip akidah dan rukun-rukun Islam
komponen fungsional bagi kebangkitan harus ditetapkan secara mutawatir,
integrasi, eksistensi dan harmonitas adapun masalah fur­’iyah tidak ada
masyarakat.23 Itu artinya, wanita bukan- salahnya hadis ahad dipakai. Pernyataan
lah ciptaan Tuhan yang kurang bahwa hadis ahad harus dianggap
bermartabat di banding kaum lelaki. mendatangkan kenyakinan ilmiah sama
Dalam sebuah hadis Nabi saw. seperti hadis mutawatir adalah keliru.26
bersabda: “Kaum wanita adalah mitra Perihal nyanyian, menurut Ibn
sejajar dengan kaum pria”24 Itulah Hazm ”menjual alat catur, seruling,
sebabnya rahasia dibalik ucapan Ibn gambus, ketipung dan sebagainya adalah
Hazm bahwa tidak ada larangan dalam halal.26 Semua hadis yang diriwayatkan
Islam seorang perempuan untuk berkenaan dengan pelarangan nyanyian
menduduki jabatan apapun kecuali adalah maudhu’.27 Tidak sedikit nyanyian
sebagai khalifah. Adapun ayat yang yang dinyanyikan dengan cara yang sehat
menyatakan bahwa laki-laki adalah yang kata-katanya mengandung nasehat
pemimpin bagi kamu wanita berada yang mulia. Menurut Imam Syafi’iy dan
dalam lingkup rumah tangga. Mungkin Muhammad Al-Gazali sebagaimana yang
saja ada orang mengatakan bahwa ucapan dinyatakan Dr. Ubadah-bahwa untaian
Ibn Hazm itu tidak mendasar mengingat syair (lagu) sama saja kedudukannya
dengan ucapan biasa. Yang baik adalah
87 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

baik, dan yang buruk adalah buruk pula. tradisi berpakaian arab bukan berarti
Demikian pula halnya mendengarkan adalah pakaian Islam. Yang penting dari
nyanyian ada yang mubah, ada yang cara berpakaian Islam adalah tidak
dianjurkan, ada yang wajib, yang makruh mengumbar nafsu, tidak terbuka aurat,
dan yang haram hukumnya.27 dan tidak menampakkan kesombongan
4. Etika Makan-Minum, Berpakaian, dan dan boros.
Membangun Rumah 5. Kerasukan Setan
Muhammad Al-Gazali mengeritik Muhammad Al-Ghazali tidak mem-
tulisan seorang ulama India yang percayai jika ada manusia yang dirasuki
membahas tentang etika makan-minum setan. Sebab setan tidak mempunyai
dalam Islam. Menurut ulama India itu, kekuatan yang dapat memaksa, setan
makanan harus diletakkan di atas tanah tidak mampu membuat rintangan nyata di
bukan di atas meja, dan ketika makan hadapan manusia, begitu juga setan tidak
harus duduk bersila, atau duduk di atas mampu mendorong-dorong manusia agar
satu kaki atau kedua kakinya, tidak boleh minum minuman keras. Setan hanya
bersandar di kursi. Sebelum makan memiliki cara-cara untuk menipu dan
didahului dengan niat untuk memperoleh mengelabui manusia saja, tak lebih dari
kekuatan dalam ketaatan kepada Allah, itu.30Agar manusia terhidar dari tipu
makanan di satu wadah harus dimakan muslihat setan, maka Allah dan Rasul-
bersama-sama, dan sebelum makan wajib Nya menuntun manusia agar memohon
baca basamalah.28 perlindungan kepada Allah saw. dari
Sebagian dari apa yang dikatakan ganggung setan-setan.
itu tidak benar. Etika makan sebetulnya Sikap seperti itu lebih baik dari
merupakan tradisi yang berlaku di setiap pada menyebar-luaskan pikiran tentang
bangsa dengan tetap memperhatikan kode adanya setan-setan yang menghuni jiwa
etik universal. Membaca basmala dan manusia atau pun upaya-upaya untuk
tujuan untuk makan dan minum memang mengusirnya dengan cara yang tak masuk
diharuskan untuk mencari keridhaan akal.
Allah. Dalam Surah An-Nur: 61 “Tidak 6. Memahami alquran Secara
ada salahnya jika kamu makan bersama-
sama atau sendiri-sendiri….29 Dan Serius Kebiasaan sedikit membaca
sebagai syarat kesehatan hendaknya alquran dan lebih banyak membaca hadis
setiap orang makan dengan menggunakan dapat memberikan gambaran tentang
tangan kanan, sebab Islam telah men- Islam yang kurang tepat. Misalnya, Ash-
jadikan tangan kiri untuk menghilangkan Shan’ani berpendapat bahwa nadzar
kotoran. Hal ini hanya menyangkut adalah haram karena tidak mendatangkan
dengan pembagian fungsional. Boleh kebaikan, dengan menun-juk sebuah hadis
makan dengan tangan kanan langsung yang diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa
atau dengan pakai sendok, selama itu Nabi melarang perbuatan nadzar.31
memenuhi syarat kesehatan. Menurut Menurut Muhammad Al-Ghazali,
hemat penulis memang jangan kita bagaimana mungkin Ash-Shan’ani meng-
menimbulkan kesan Islam tidak menerima haramkan semua jenis nazar sedangkan
kemajuan teknologi untuk kesehatan dan Allah telah menjelakan dalam Surah al-
peradaban Insan: 7.32 Dari ayat tersebut dapat
Dalam soal berpakaian, pertanyaan- difahami bahwa tidak semua jenis nadzar
nya adakah Islam mempunyai model itu tidak boleh.
pakaian tersendiri? jawabannya tidak ada,
88 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

7. Hadis-hadis tentang Masa Kekacauan ditetapkan-Nya bagi alam semesta ini


Hadis-hadis tentang Dajjal semua- dengan penghuninya. Hubungannya
nya ahad. Secara tekstual ciri-ciri Dajjal dengan qa«a dan qadar, manusia adalah
yang disebutkan dalam sebuah hadis, ia jenis makhluk yang terpaksa dan bebas
sedang terbelenggu di sebuah pulau, di dalam waktu yang bersamaan. Manusia
Laut Arab atau Samudera Hindia. Di akan selamat atau binasa semata-mata
hadis lain disebutkan bahwa tertulis di dengan tindakan dan usaha kerasnya
antara kedua mata Dajjal huruf-huruf k-f-r sendiri. Pernyataan sebagian orang
(kafir). Dalam memahami hadis tentang menyatakan bahwa nasib manusia telah
Dajjal ini, menurut Muhammad Al- ditentukan dalam suatu kitab dan manusia
Ghazali, secara kontekstual ciri-ciri yang tidak berdaya sama sekali menghindari
disebutkan terdapat pada salah seorang apa yang telah tertulis sejak azali. Semua
pemimpin kaum Yahudi.33 itu merupakan pernyataan yang sesat dan
bohong.
8. Sarana dan Tujuan Tampaknya Muhammad Al-Ghazali
Nabi saw. bersabda: Kamu lebih cenderung pada paham qadariyah dan
mengerti tentang urusan-urusan duniamu. beliau sangat mengkritik penganut
Dengan demikian, Nabi tidak diutus jabariyah yang fatalis.Menu rutnya,
untuk mengajari manusia tentang paham fatalis adalah sebuah kebohongan
kerajinan tangan, pertungan, pertanian, kepada Allah dan penghancuran terhadap
begitu juga Nabi tidak diutus sebagai agama dan umat manusia.36
arsitek bangunan, jalan atau jembatan, Allah swt. menghukum orang yang
atau sebagai dokter spesialis. Tetapi Nabi berbuat jahat sesuai dengan keadilan-Nya,
diutus untuk menjelaskan prinsip-prinsip jika ingin, Allah dapat mengampuni
akidah, ibadah, dan tazkiyah. Juga hamba-Nya dan itu hak-Nya. Allah swt.
menyebarkan ajaran yang mempererat tidak akan berlaku zalim walaupun hanya
hubungan manusia dengan Tuhan atau seberat zarrah. Orang-orang yang pema-
manusia dengan sesamanya.34 hamannya keliru dan penilaiannya
Ini berarti bahwa manusia diberi menyimpang dari kebenaran, jangan
kebebasan untuk berkreasi dan memiliki kemudian membebankan kesalahan itu
pengetahuan keterampilan dalam menata kepada Allah.
dan mengatur hidupnya demi untuk
10. Penutup
memperoleh kebahagian di dunia.
Demikian pula syura (permusya- Pada bagian penutup Al-Gazali
waratan). Ini adalah prinsip Islam yang menyoroti beberapa beberapa ayat atau
agung. Namun sarana-sarana untuk hadis yang dipahami keliru. Di antaranya
memprakteknya serta penetapan pelbagai surah al-Baqarah: 223 “Istri-istri kamu
perangkatnya belum tersedia.35 Manusia adalah harz kamu maka datangilah har£
diberi kebebasan untuk menetapkan kamu itu bagaimana saja kamu
sarana-saran dengan memperhatian per- kehendaki…37. Harz ialah tanah tempat
adaban dan kebudayaan dimana syura itu menanam benih. Ayat ini dipahami secara
akan dilaksanakan. keliru oleh Nafi” (sebagai tabi’i) dan
9. Takdir dan Fatalisme35 telah dimasukkan dalam kitab-kitab hadis
shahih. Menurut Nafi’ seorang suami
Tidak masuk akal Tuhan tidak boleh melampui “tempat ia menanamkan
mengetahui urusan-urusan yang berkaitan benihnya” menurut yang dia kehendaki.
dengan apa dan siapa yang dicipta-Nya. Pemahaman ini menurut Al-Gazali hanya
Atau tidak mengetahui khi¯ah yang bagi kaum laki-laki yang mengalami
89 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

kelainan seks atau gangguan kejiwaan, Ghazali, tetapi dia mengemas metodenya
karena dapat memutarbalikkan fitrah dalam bentuk yang lebih modern.43 Satu
manusia dan bahkan membuka pintu bagi hal lagi sikap Yusuf Qardhawi yang lebih
penyakit kelamin atau AIDS.38 menguntungkan dirinya sebagai pem-
Muhammad Al-Ghazali lebih memper- baharu adalah selalu bersikap hati-hati
timbangkan pendekatan moral dan dalam menerapkan metodenya. Kehati-
kesehatan dari pada mengikuti hawa hatian inilah yang membedakan Yusuf
nafsu yang tidak normal. Qardhawi dengan Muhammad Al-
Ghazali. Kehati-hatian tersebut tampak
C. Telaah Kritis terhadap Pemikiran
pada diri Yusuf Qardhawi ketika men-
Syaikh Muhammad al-Ghazali
jelaskan hubungan alquran dengan
Muhammad Al-Ghazali berpendapat sunnah.
bahwa alquran merupakan sumber Nama-nama pembaharu yang
pertama dan utama dalam Islam untuk sejalan dengan pemikiran Muhammad Al-
melaksanakan berbagai ajaran, baik ushul Ghazali di bidang hadis, antara lain
maupun yang furu’.39 Oleh karena itu Muhammad Abduh, Taha Husain,
alquran haruslah berfungsi sebagai Muhammad Husain Haikal, Maududi, dan
penentu hadis yang dapat diterima dan tokoh-tokoh Ikhwan al-Muslimin.
bukan sebaliknya. Hadis yang tidak
III. KESIMPULAN
sejalan dengan alquran haruslah
ditinggalkan sekalipun sanad-nya shahih. Dari uraian yang telah di-
Pendapat Muhammad Al-Ghazali kemukakan, maka dapat ditarik beberapa
dibantah oleh Imam Al-Jauza’i. Menurut- kesimpulan sebagai berikut:
nya, memposisikan hadis secara struktural 1. Muhammad Al-Ghazali adalah seorang
sebagai sumber ajaran Islam kedua atau ilmuan dan muballiq yang produktif.
secara fungsional sebagai bayan terhadap Beliau sangat kritis dalam menggali
alquran merupakan suatu keniscayaan, ajaran Islam tidak mudah terpengaruh
sehingga alquran lebih membutuhkan dengan suatu pendapat yang sudah
kepada hadis daripada sebaliknya.40 mapan dan tidak terkecoh dengan ke-
Ali Mustafa Yaqub menilai bahwa shahih-an sebuah hadis, selama
Muhammad Al-Ghazali dalam mengkritik pemahamannya dinilainnya memiliki
hadis, ia tidak mengikuti kriteria kejanggalan pemahaman dengan
penulisan ilmiah dan tidak pula mengikuti sumber utama yaitu alquran.
metodologi kritik hadis yang telah dirintis 2. Memahami suatu ayat atau hadis secara
oleh muhaddisin.41 tekstual mutlak diperlukan hanya saja
Penilaian yang sama disampaikan pemahamannya tidak hanya berhenti
oleh Yusuf Qardhawi. Ia mengatakan sampai di situ. Oleh karena itu,
bahwa Muhammad Al-Ghazali tidak pemahaman secara kontekstual perlu
memperdulikan takhrij al-hadis dalam dilihat agar ayat atau hadis tersebut
meneliti hadis. Sementara para ahli hadis tidak dipahami secara parsial. Dalam
menempatkan kegiatan takhrij al-hadis hal ini, perlunya kerjasama antara
sebagai langkah awal untuk melakukan fuqaha dan muhaddis dalam meneliti
penelitian hadis.42 dan memeriksa suatu Sunnah
Di sisi lain, pandangan Muhammad Nabawiyyah, sebab rangkaian
Al-Ghazali juga mendapat dukungan dari periwayat dalam sanad yang kuat
Yusuf Qardhawi. Pendekatan Yusuf tidak menjamin dapat menolong
Qardhawi berisi banyak elemen yang kevalidan matn-nya. .
sama dengan pendekatan Muhammad Al-
90 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

DAFTAR PUSTAKA Muhammad Al-Ghazali, Al-Sunnah al-


Ab- Isa Muhammad bin Isa al-Turmuzi, Nabawiyah bayna Ahl Fiqh wa
Sunan al-Turmuzi, Jilid I. Beirut Ahl ¦adis, diterjemahna dengan
judul Studi Kritis atas Hadis
Dar al;-Fikr, 1400H./1980 M.
Nabi saw.: antara Pemahanan
Ahmad bin Musnad Imam
Hanbal, tekstual dan kontekstual. Cet.
Ahmad bin Hanbal, Jilid VI. VI; Bandung: Mizan, 1998.
Beir-t: Dar al-Fikr, t.th.
___________, Dust-r al-Wahdah al-
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis. Cet. Saqafiyah bayn al-Muslimin
IV; Jakarta: Pustaka Firdaus, Damaskus: Dar al-Qalam, 1996.
2004.
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-
Bustamin dan M. Isa H.A. Salam, Mugirah al-Bukhari, ¢a¥i¥ al-
Metodologi Kritik Hadis. Cet. I; Bukhari, Jilid IV. Beir-t: Dar al-
Jakarta: RajaGrafindo Persada, Kutub al-Ilmiyah, t.th..
2004.
Muhammad Quraish Shihab, Membumi-
Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran- kan Alquran: Fungsi dan Peran
Aliran Sejarah Analisa Wahyu dalam Kehidupan
Perbandingan. Cet. V; Jakarta: Masyarakat. Cet. VI; Bandung:
UI Press, 1986. Mizan, 1994.
John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, ____________, “Kata Pengantar” ter-
Dunia Islam Modern Jilid II, hadap buku Syaikh Muhammad
Cet. II; Bandung: Mizan, 2002. Al-Ghazali, Studi Kritis Atas
Khaeriyah Husain Thaha, Daur al-Um fi Hadis Nabi saw. Cet. VI;
Tarbiyah al-A¯fal al-Muslim Bandung: Mizan, 1998.
diterjemahkan oleh Hosen Arjas Yusuf Qardhawi, Kayfa Nata’amalu ma’a
Jamal, dengan judul Konsep Ibu al-Sunnah al-Nabawiyah. t.tp:
Teladan: Kajian Pendidikanm Al-Mansurah, 1990.
Islam. Surabaya: Risalah Gusti,
1994.
Catatan Akhir:
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi menurut
Pembela, Pengingkar dan
Pemalsunya Cet. I; Jakarta: 1
Lihat M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi
Gema Insani Press, 1995. menurut Pembela, Pengingkar dan
Pemalsunya (Cet. I; Jakarta: Gema Insani
__________, Hadis Nabi yang Tekstual Press, 1995), h. 13
dan Kontekstual.Cet. I; Jakarta: 2
Lihat M. Syuhudi Ismail, Pengantar
Bulan Bintang, 1994. Ilmu Hadits (Cet.II; Bandung: Angkasa,
__________, Pengantar Ilmu 1991), h. 12
Hadits.Cet.II; Bandung: 3
Ibid.
Angkasa, 1991. 4
Ibid.
Mahm-d Syalt-t, al-Islam ‘Aqidah wa 5
Lihat Mahm-d Syalt-t, al-Islam
Syari’ah. Kairo: Dar al-Qalam, ‘Aqidah wa Syari’ah (Kairo: Dar al-Qalam,
1966. 1966), h. 150
91 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

6 19
Lihat M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Lihat ibid., 52
yang Tekstual dan Kontekstual (Cet. I; 20
Lihat ibid., h. 55-56
Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 4 21
7
Lihat ibid., h. 60-61
Misalnya dalam kasus ketika Nabi 22
saw. memerintahkan sejumlah sahabatnya Lihat H.M. Quraish Shihab, Mem-
untuk pergi ke perkampungan Bani bumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu
Quraizhah. Sebelkum berangkat beliau dalam Kehidupan Masyarakat (Cet. VI;
Bandung: Mizan, 1994), h. 269.
berpesan: ‫ال يصلين احدكم العصر اال في بني قريضة‬ 23
Lihat H. Khaeriyah Husain Thaha,
Sebagian sahabat ada yang memahimya secara
Daur al-Um fi Tarbiyah al-A¯fal al-Muslim
teksttual sehingga mereka baru melakukan
diterjemahkan oleh Hosen Arjas Jamal,
shal;at Ashar setelah waktu Ashar berlalu
dengan judul Konsep Ibu Teladan: Kajian
karena merteka baru tiba di perkampungan itu
Pendidikanm Islam (Surabaya : Risalah Gusti,
setelah waktu Asahar berlalu. Sebagian tidak
1994), h. 12
memamahi secara tekstual tetapi kontekstual,
bahwa hadis itu dimnaknai sebagai pesan 24
Hadis dimaksud berbunyi : ‫االنساء‬
Nabi agar mereka bergegas untuk dapat tiba
‫ انما شقاءق الرجل‬Lihat: Abu-Isa Muhammad bin
di sana pada waktu shaalat Ashar, sehingga
mereka boleh saja shalat Ashar diperjalanan Isa al-Turmuzi, Sunan al-Turmuzi, Jilid I
walaupu n belum tiba di tempat yang dituju. . (Beirut Dar al;-Fikr, 1400H./1980 M.), h. 75;
Lihat: Muhammad Qurasih Shihab, “Kata juga lihat Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam
Pengantar” terhadap buku Syaikh Muhammad Ahmad bin Hanbal, Jilid VI (Beir-t: Dar al-
Al-Ghazali, Studi Kritis Atas Hadis Nabi saw. Fikr, t.th.), h.256 dan 377.
(Cet. VI; Bandung: Mizan, 1998) h. 8-9. 25
Hadis tersebut berunyi: ‫لن يفلح القوم‬
8
Lihat Bustamin dan M. Isa H.A. ‫لولهم الساء‬ Lihat dalam: Muhammad bin
Salam, Metodologi Kritik Hadis (Cet. I;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 99 Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah al-
9
Bukhari, ¢a¥i¥ al-Bukhari, Jilid IV, (Beirut:
Ibid. Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), h. 236
10
Lihat: John L. Esposito, Ensiklopedi 26
Lihat Muhammad Al-Ghazali, op. cit.,
Oxford, Dunia Islam Modern Jilid II, (Cet. II; h. 80
Bandung : Mizan, 2002), h. 113. 27
Ibid., h. 88
Lihat M. Quraish Shihab, “Kata
11
28
Pengantar”, op. cit., h. 7 Ibid., h. 91
29
12
Lihat Muhammad Al-Ghazali, Al- Ibid., h. 95
30
Sunnah al-Nabawiyah bayna Ahl Fiqh wa Ahl Ibid., h. 108
¦adis, diterjemahna dengan judul Studi Kritis 31
Lihat: Departemnn Agama RI, op.cit.
atas Hadis Nabi saw.: antara Pemahanan
h.. 555, ... ‫ليس عليكم جناح ان تاءكلوا جميعا او اشتاتا‬
tekstual dan kontekstual (Cet. VI; Bandung:
32
Mizan, 1998), h. 18 Lihat Muhammad Al-Ghazali, op.cit.,
13
Ibid. h. 120
33
14
Lihat Bustamin dan M. Isa H.A. Ibid., h. 131
Salam, op.cit., h. 104-105 34
‫يوفون بالنذر ويخافون يوما كان شره مستطيرا‬
15
Lihat: Muhammad Al-Ghazali, op. ….Mereka menunaikan nazar dan takut akan
cit., h. 26. suatu hari yang azabnya merata dimana-
16
Ibid., h. 27 mana…., Lihat: ibid.
35
17
Lihat : ibid, h. 29. ‫وال تزرو وازرة وزر اخرى‬ Lihat ibid., h. 152-153
36
dan seorang yang berdosa tidak akan memikul Lihat ibid., h. 163
37
dosa orang lain. Lihat ibid., h. 166
18
Ibid., h.30
92 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 81-92

38 41
Istilah fatalis atau predestination Lihat Muhammad Al-Ghazali, op.cit.,
bahwa perbuatan manusia telah ditentukan h. 192
dari azali oleh qada’ dan qadar Tuhan. Lihat 42
Muhammad Al-Ghazali,
Manusia mengerjakan perbuatannya dalam Dustur al-Wahdah al-Saqafiyah bayn al-
keadaan terpaksa. Paham ini sering disebut Muslimin (Damaskus: Dar al-Qalam, 1996), h.
pula dengan jabariyah artinya manusdia tidak 29
mempunyaiu kemerdekaan dalam menentukan 43
kehendaknya. Kebalikan dari paham ini Lihat Bustamin dan M. Isa H.A.
adalah qadariyah, bahwa manusia mempunyai Salam, op. cit., h. 2
44
kekuatan untuk meleksanakan kehendaknya. Lihat Ali Mustafa Yaqub, Kritik
Untuk lebih jelasnya lihat : Harun Nasution, Hadis (Cet. IV; Jakarta: Pustaka Firdaus,
Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa 2004), h. 92-93
Perbandingan ( Cet. V; Jakarta : UI Press, 45
Lihat Yusuf Qardhawi, Kayfa
1986 ) h. 31. Nata’amalu ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah
39
Lihat Muhammad Al-Ghazali, op. cit., (t.tp: Al-Mansurah, 1990), h. 161
h. 175 46
Ibid., h. 23
40
‫انى شيتم‬ ‫حركم‬ ‫نساؤكم حرث لكم فاءتوا‬
Lihat : Departemen Agama RI, op.cit., h. 54.

Anda mungkin juga menyukai