Kompre 3 Juni 2021
Kompre 3 Juni 2021
Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik adalah ciri atau sifat dari Gereja.
Dengan keempat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi
bersatu dalam diri Gereja. Keempat ciri itu saling berkaitan. Gereja tidak berdiri
dengan dirinya sendiri, tetapi berkat karunia Roh Kudus, dan Kristus yang
menjadikan Gereja.
Gereja didirikan atas dasar para Rasul memiliki tiga macam arti, yaitu :
4.1. Gereja tetap dibangun atas dasar para Rasul dan para Nabi.
4.2. Dengan bantuan Roh Kudus, Gereja menjaga ajaran, warisan iman, pedoman
sehat para Rasul dan meneruskannya.
4.3. Gereja tetap diajar, dikuduskan dan dibimbing oleh para Rasul sampai
kedatangan kembali Yesus. Sekarang tugas para Rasul itu diteruskan oleh para
Uskup, dibantu olh para Imam.
Keselamatan yang dihasilkan lewat penebusan Kristus bukan saja terarah kepada suatu
arah di masa depan akhir hidup manusia. Dia juga mencakup suatu peristiwa yang berlangsung
terus-menerus di dalam kehidupan nya di dunia ini, di mana setiap orang (pria dan wanita)
memenuhi panggilannya sebagai anak-anakAllah dan anggota tubuh Kristus untuk menguduskan
diri. Keselamatan Allah mencakup bukan saja soal pengampunan dosa, melainkan juga pada
partisipasi setiap orang Kristiani ke dalam cinta Kristus.
3. Peranserta Imam dan Jemaat
Gereja dibangun di atas dasar para rasul untuk meneruskan karya penyelamatan Kristus
sendiri. Kristus sebelum meninggalkan para rasul telah mempercayakan Ekaristi untuk
diteruskan dan dilaksanakan. Apa yang dilakukan oleh para rasul itulah yang diteruskan oleh
Gereja sampai pada hari ini. Di dalam “kesinambungan dengan praktek para Rasul, dalam
ketaatan kepada perintah Tuhan, Gereja merayakan Ekaristi sepanjang abad” (EE 27). Gereja
semesta yakni seluruh Jemaat, semuanya begabung bersama dalam persembahan Ekaristi sesuai
dengan martabat imamat rajawi mereka masing-masing. Partisipasi aktif Jemaatdalam Ekaristi
dimengerti dalam konteks keikutsertaan Jemaat dalam karya penebusan Yesus Kristus. Lewat
tahbisan suci, para imam dipanggil untuk bertindak in persona Christi capitis,dalam diri Kristus
sang Kepala (PO 2) teristimewa dalam menghadirkan kurban Ekaristi di tengah-tengah Gereja
(bdk. EE 29). Sementara itu, Jemaat sebagai kawanan yang diselamatkan Kristus dibangun
dengan berpusat pada Ekaristi Mahakudus (EE 33). Imam tertahbis dan Jemaatbersama-sama
membentuk satu persekutuan Gereja di dalam kesatuan dengan kurban Kristus yang
dipersembahkan dalam Ekaristi.
3.1 Imam menghadirkan kurban Kristus
Di dalam perayaanEkaristi, imam bertindak atas nama Kristus(in persona Christi capitis;
bdk. LG 10; 28; SC 33; CD 11; PO 2; 6). “Ia menyelenggarakan korban Ekaristi atas nama
Kristus, dan mempersembahkannya kepada Allah atas nama segenap umat” (LG 10). “Dan
dengan memaklumkan misteri-Nya mereka menggabungkan doa-doa umat beriman dengan
kurban Kepala mereka. Dalam kurban misa mereka menghadirkan sertamenerapkan satu-satunya
kurban Perjanjian Baru, yakni Kurban Kristus, yang satu kali mempersembahkan diri kepada
Bapa sebagai kurban tak bernoda, hingga kedatangan Tuhan” (LG 28).
Seorang imam dengan kuasa tahbisan imamatnya mempunyai kewajiban untuk
melestarikan kurban penebusan Yesus Kristus. Sepanjang sejarah Gereja, kehadiran imam
memberikan jaminan bahwa kurban Kristus senantiasa dihadirkan di tengah kehidupan Umat
Allah. Untuk halitulah, seorang imamditahbiskan. Rahmat imamat yang dimiliki oleh seorang
imam berasal dari Kristus sendiri, sang Imam Agung. Imam yang bertindak dalam diri Kristus
sang Kepala mengidentikkan hidup dan pelayanannya dengan Kristus sendiri sebagai sumber
keselamatan. Pada gilirannya dalam Ekaristi hanya imam yang diizinkan mendoakan Doa Syukur
Agung, sebab di dalamnya imam akan mengucapkan kata-kata konsekrasi atas roti dan anggur
mengulangi kata-kata Yesus sendiri.
Peran imam dalam Ekaristi bukan saja sebagai pelayan altar, tetapi bergerak lebih dalam
lagi dengan mengidentikkan dirinya sendiri di dalam Ekaristi seperti Kristus sendiri. Imam juga
menjadikan dirinya sendiri sebagai kurban pribadi, dan menyatukannya dengan kurban Kristus
yang berkenan kepada Bapa.12Spiritualitas pribadi imam bersumber dari Ekaristi, tumbuh dan
berkembang di dalamnya, dan pada akhirnya terarah kepadanya. “... Dan, dalam Kurban Ekaristi,
mereka akan menemukan –pusat sejati hidup dan pelayakan mereka –kekuatan rohani yang
dibutuhkan untuk mengolah anekatanggung jawab pastoral (EE 31). Kekuatan yang
memampukan seorang imam melayani Gereja berasal dari Ekaristi.Kurban Kristus dalam
perayaan Ekaristi merupakan perwujudan dari kehadiran Kristus sendiri.Dia hadir dalam Liturgi
Sabda, dalam Liturgi Ekaristi, singkat kata dalam keseluruhan perayaan itu. Penghadiran kurban
Kristus mengandaikan pelayanan imam yang dikaruniai rahmat imamat.
3.2 Pelayanan seorang Imam dalam Hidup Gerejawi
Oleh tahbisan, imam menjadi serupa dengan Imam Agung; ia mempunyai wewenang,
supaya bertindak dalam kekuatan dan sebagai pengganti pribadi Kristus sendiri (virtute ac
persona ipsius Christi; KGK 1548). Dalam konteks ini, imamat adalah suatu pelayanan “Adapun
tugas yang oleh Tuhan diserahkan kepada para gembala umat-Nya itu, sungguh-sungguh
merupakan pengabdian” (LG 24). Ia ada sepenuhnya untuk Allah dan manusia. Ia bergantung
seutuhnya dari Kristus dan imamat-Nya yang satu-satunya dan ditetapkan demi kesejahteraan
manusia dan persekutuan Gereja. Sakramen Tahbisan menyampaikan “satu kuasa kudus”, yang
tidak lain dari kuasa Kristus sendiri. Karena itu, pelaksanaan kuasa ini harus mengikuti contoh
Kristus, yang karena cinta telah menjadi hamba dan pelayan untuk semua orang (bdk. Mrk
10:43-45; 1 Ptr 5:3; KGK 1551). Imamat pelayanan adalah salah satu sarana yang digunakan
Yesus untuk melayani umat-Nya (EG 104).
3.3 Umat Menerima dan bersyukur
Ekaristi yang dirayakan menjadi bagi Jemaat suatu karunia agung Kristus yang
mencurahkan rahmat keselamatan-Nya yang tiada habis-habisnya. Untuk itu Jemaatdiundang
untuk menyambutnya, supaya mereka memperoleh hidup yang kekal. Setiap orang Kristiani
yang menyambut Tubuh Kristus dalam Ekaristi menerima karunia keselamatan Kristus, untuk
pengampunan dosa. Dengan menyantap tubuh dan darah Kristus manusia dimungkinkan untuk
bersatu dengan Kristus sendiri, karena manusia sudah disucikan lewat pengurbanan Kristus.
Gereja berdoa dalam liturgi sucinya mengikuti St. Yohanes Krisostomus demikian: “Kami
berseru, kami memohon dan kami meminta: utuslah Roh Kudus atas kami semua dan atas
persembahan ini ... agar semua yang mengambil bagian di dalamnya beroleh penyucian jiwa,
pengampunan dosa, dan menerima Roh Kudus” (EE 17).
Gereja yakin bahwa dengan mengambil bagian dalam kurban Ekaristi, bukan saja
Jemaatmenyambut Kristus, tetapi juga Kristus menyambut umat-Nya sendiri, memasukkan
umat-Nya ke dalam persatuan intim dengan diri-Nya. Seluruh tindakan Jemaatyang bergembira
atas karunia Ekaristi, pada saat yang sama adalah juga persembahan kurban pujian yang
berkenan kepada Allah. Kurban pujian inilah yang namanya Ekaristi. Umat menerima
keselamatan Kristus, dan pada saat yang sama itu pula memuji dan memuliakan Allah Bapa.
Gerakan menerima dan memuliakan dari umat membentuk satu kesatuan tindakan Ekaristi yang
sangat indah, merupakan wujud Gereja yang semakin bersatu erat dengan Kristus.
3.4 Buah-buah Ekaristi menguatkan Hidup Jemaat
Katekismus Gereja Katolik menyebut beberapa buah ekaristi. Berikut ini adalah buah-buah
Ekaristi yang diterima oleh Jemaat.
(1) Menerima komuni merupakan bentuk konkrit dan pendalamanpersatuan Jemaat dengan
Kristus. Komuni menumbuhkan kehidupan rahmat yang telah diterima melalui sakramen
Baptis. Kehidupan di dalam Kristus menjadi nyata melalui tugas hidup masing-masing
(KGK 1391-1392).
(2) Komuni melepaskan dan memisahkan Jemaat dari kuasa dosa. Komuni mengembalikan lagi
kekuatancinta yang terancam menjadi lumpuh dalam kehidupan sehari-
harikarenakecenderungan hidup tidak teratur (KGK 1393-1395).
(3) Ekaristi membangun Gereja(KGK 1396).
(4) Ekaristi mewajibkan Jemaat untuk menatap kaum miskin. Ketulusan hati dalam menerima
tubuh dan darah Kristus mendorong Jemaat untuk mengakui Kristus yang hadir nyata di
dalam orang-orang miskin, saudara-saudara-Nya(bdk. Mat 25:40) (KGK 1397).
(5) Ekaristi membangun kesatuan umat Kristen (KGK 1398-1400).
4. Missa sine populo
Paus Paulus VI menegaskan bahwa tidak ada misa bersifat privat (missa privata)bahkan
ketika imam merayakannya sendiri karena misa selalu merupakan tindakan Kristus dan tindakan
Gereja (Mysterium Fidei32; bdk. Daly, 2000). Kristus sendiri, Imam Agung abadi Perjanjian
Baru, mempersembahkan kurban Ekaristi melalui pelayanan imam. Demikian juga Kristus
sendirilah menjadi bahan persembahan dalam kurban Ekaristi. Ia sendiri sungguh hadir dalam
rupa roti dan anggur (KGK 1410; bdk. Redemptionis Sacramentum110).
Praktik ini, berulangkali dipuji dan dianjurkan oleh Magisterium, ditopang oleh teladan banyak
orang kudus. Dalam hal ini menonjollah St. Alfonsus Liguori, yang menulis, “dari semua devosi,
sembah-sujud terhadap Yesus dalam Sakramen Mahakudus adalah yang paling agung daripada
sakramen lain, yang paling berkenan kepada Allah dan paling bermanfaat bagi kita.” Ekaristi
adalah khazanah maha berharga: kita dimampukan berhubungan dengan maha-sumber rahmat
bukan hanya dengan merayakannya tetapi juga dengan berdoa di hadapannya di luar Misa…
[RS 129] Perayaan Ekaristi dalam kurban misa sungguh merupakan sumber dan tujuan
penghormatan yang diberi kepada Ekaristi di luar Misa…dengan adanya Ekaristi yang tersimpan
itu, di buka kesempatan untuk bersembah sujud kepada sakramen seagung ini dan
mempersembahkan kepadaNya hormat yang wajib diberikan kepada Allah. Oleh karena itu,
bentuk-bentuk sembah sujud yang bukan hanya bersifat pribadi tetapi juga umum dan komuniter,
seperti telah ditetapkan atau direstui oleh Gereja sendiri, harus ditunjang dengan sungguh-
sungguh.
[RS 131] …tak diizinkan menyimpan sakramen Terberkati ini di suatu tempat yang tidak dengan
pasti dapat diawasi oleh uskup diosesan atau dimana ada bahaya akan profanisasi. Di mana
terjadilah hal demikian, maka uskup diosesan hendaknya segera menarik kembali izin untuk
menyimpan Ekaristi yang mungkin sudah diberikan.
[RS 132] Tak seorang pun diizinkan membawa Ekaristi yang Mahasuci itu ke rumahnya atau ke
tempat apa pun yang bertentangan dengan hukum. Harus diingat juga bahwa memindahkan atau
menyimpan roti atau anggur yang telah dikonseklir itu untuk maksud sakrilegi atau
membuangnya, termasuklah pelanggaran berat (graviora delicta), dalam hal ini dosa yang hanya
dapat diampuni oleh Konggregasi Untuk Ajaran Iman.
[RS 135] Umat beriman sehari-hari hendaknya dengan tak berlelah mengadakan kunjungan-
kunjungan kepada Sakramen Mahakudus, sebagai ucapan syukur, suatu pengungkapan cinta
kasih dan pelunasan suatu utang ialah adorasi yang harus ditujukan kepada Kristus yang hadir di
dalamnya. Karena kontemplasi terhadap Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha-suci itu,
sebagai Komuni Kerinduan, menyebabkan suatu kesatuan erat orang beriman dengan Kristus,
seperti dengan amat cemerlang menjadi kentara dalam kehidupan begitu banyak orang kudus.
Kecuali jika ada alasan berat, gereja di mana disimpan Ekaristi Mahakudus, hendaknya terbuka
bagi umat beriman setiap hari sekurang-kurangnya selama beberapa jam, agar umat dapat berdoa
sejenak di hadapan Sakramen Mahakudus.
[RS 136] Pimpinan gerejawi setempat hendaknya dengan bijak mendorong adorasi Ekaristi,
entah hanya singkat ataupun lebih lama atau bahkan dengan hampir tak putus-putus, dengan
partisipasi umat. Karena selama beberapa tahun akhir-akhir ini di banyak tempat sembah-sujud
kepada Sakramen Mahasuci itu menjadi suatu kebiasaan harian dan menjadi sumber tetap
kesucian, walaupun ada juga tempat-tempat di mana secara nyata hampir tiada perhatian sama
sekali untuk ibadat dalam bentuk adorasi Ekaristis itu.