Anda di halaman 1dari 28

Diet luka bakar

oleh : rieska indah m, s.gz, m.sc


Gambaran umum
Gambaran umum
▸ Luka bakar (burn injury) adl trauma yg terjadi krn adanya kontak dgn sumber panas,
seperti listrik, bahan kimia, api, air panas, radiasi/sunburn dan frozen bite
▸ Penentuan derajat keparahan luka bakar berdasarkan persentase dari Luas
Permukaan Tubuh (LPT), lokasi dan derajat kedalaman trauma dari kulit yg terbakar.
▸ Estimasi LPT diperhitungkan dgn menggunakan metode antara lain Rules of Nine
atau The Lund-Browder Burns Chart
▸ Lokasi trauma luka bakar yg berhubungan dgn jalur pernafasan memiliki tingkat
keparahan yg lebih berat dbndgkan dgn bagian tubuh lain, sdgkn derajat
kedalaman luka bakar adl superfisial (Grade I), parsial superfisial (derajat II), parsial
(Grade IIA), parsial dalam (Grade IIB) dan dalam atau full thickness (Grade III)

3
lANJUTAN
▸ Standar pengkajian awal luka bakar meliputi ABCDE (Airway - Breathing -
Circulation - Disability - Exposure)
▸ Luka bakar mayor yg lebih atau sama dgn 20% permukaan tubuh disertai atau tanpa
trauma pada saluran nafas/jalur inhalasi dpt menyebabkan trauma dan kondisi
kritis dgn respons metabolik berat yg dikenal dgn Fase Ebb dan Fase Flow
▸ Fase Ebb adl fase yg terjadi pertama kali pascatrauma yg ditandai dgn kondisi
hipovolemik sedangkan fase Flow terjadi setelah fase Ebb yg ditandai dgn adanya
katabolisme (respons akut) dan anabolisme (respons adaptif)
▸ Meningkatnya metabolisme pada kondisi luka bakar dpt mengakibatkan nitrogen
balans negatif dan kehilangan massa otot (wasting)

4
pengkajian gizi
Pengkajian gizi
▸ Antropometri
▸ Klinis atau fisik
▸ Diagnosis Gizi
▸ Intervensi Gizi
▸ Tujuan Diet
▸ Syarat dan Prinsip Diet

6
PENGKAJIAN GIZI
▸ Pengkajian gizi terindikasi pada kondisi luka bakar mayor, yaitu dgn luas luka bakar lebih atau
sama dgn 20% LPT / lokasi trauma disekitar wajah atau tangan atau pada jalur
pernafasan/inhalasi
▸ Pengkajian gizi pada luka bakar dpt ditentukan melalui status gizi sebelum luka bakar (BB,TB
dan IMT), persentase dan lokasi luka bakar, fungsi dan kondisi saluran pencernaan atau
gastrointestinal, tingkat nyeri dan kondisi premorbid serta riwayat diet dan pola makan
sebelum masuk rumah sakit
▸ Dlm waktu 24-48 jam pertama pasca trauma, terapi cairan harus segera diberikan pada 8 jam
pertama dan 50% sisanya diberikan dlm 16 jam setelahnya
▸ Output urin dpt digunakan utk perhitungan laju titrasi cairan pengganti melalui intravena
▸ Kebutuhan cairan pada kondisi ini adl sekitar 2-3,1 ml per kg BB per persentase LPTsehari.
▸ Monitoring cairan dpt dilakukan melalui kadar natrium darah, konsentrasi osmolar dan BB

7
Antropometri
▸ Pada pasien yg bedbound, penimbangan dianjurkan menggunakan bed scale
▸ Pada pasien yg dpt berkomunikasi dan tdk mengalami trauma pada jalur
inhalasi riwayat penimbangan BB dan pengukuran TB sebelumnya dpt
ditanyakan
▸ Estimasi BB menggunakan LiLa tdk dpt digunakan utk memprediksi BB pada
luka bakar, khususnya luka bakar pada bagian lengan atas (upper arm)
▸ Kondisi seperti edema, asites, atau amputasi merupakan perancu dlm
penentuan status gizi menggunakan antropometri
▸ Pemeriksaan klinis jauh lebih baik dan diandalkan dlm penentuan status gizi

8
Klinis atau fisik
▸ Pemeriksaan klinis atau fisik pada luka bakar sgt kompleks dan holistik
▸ Airway atau jalur /inhalasi menjadi pemeriksaan yg plng penting
▸ Tdpt 3 jenis trauma inhalasi yaitu keracunan karbon monoksida, luka pada
saluran pernafasan atas (upper airway injury) yg gejalanya dpt timbul selama 1
jam atau lebih dan luka pada saluran pernafasan bawah (lower airway injury)
dgn gejala yg timbul berjam2 hingga berhari2 setelah trauma
▸ Trauma inhalasi oleh karbon monoksida mengakibatkan terganggunya proses
transport oksigen ke jaringan

9
Lanjutan
▸ Pada traum inhalasi berat tdpt tanda dan gejala yg khas, yaitu luka bakar di
wajah, leher dan mulut; rambut dan bulu hidung terbakar; mukosa kemerahan
dan kering; edema pada idah dan faring; dada sesak; napas serak; mendengkur
dan stridor (bunyi sumbatan respirasi); batuk atau dispnea serta banyaknya
sekresi sputum
▸ Resiko spesi pada luka bakar amat tinggi khususnya pada luka bakar di atas
40%
▸ Tanda2 klinis pada sepsis luka bakar yaitu suhu >38,50C atau <36,50C, takikardia,
hipotensi, intoleransi makanan enteral berat ditambah dgn nilai biokimia
leukositosis atau leukositopenia, trombositopenia dan identifikasi patologi
jaringan
10
biokimia
▸ Indikator biokimia dpt digunakan dlm menilai prognosis pada
trauma luka bakar
▸ Kadar CRP (C-reactive Protein) sbg penanda inflamasi,
albumin dan pre -albuminn, glukosa darah, analisis gas darah,
asam laktat, elektrolit, serum transaminase, DPL (Darah
perifer Lengkap), fungsi ginjal (ureum/kreatinin) dan
prokalsitonin pada infeksi tertentu dpt digunakan sbg data
monitoring biokimia
11
RIWAYAT DIET
▸ Jika memungkinkan, kebiasaan dan pola makan serta
informasi mengenai alergi terhadap jenis makanan atau bahan
makanan tertentu dpt diketahui melalui anamnesi riwayat diet
pada keluarga,misal ibu atau istri/suami

12
diagnosis gizi
▸ Berdasarkan pengkajian gizi, terdpat beberapa diagnosis gizi dgn
masalah/problem gizi yg mungkin terjadi pada trauma luka bakar :
1. Prediksi asupan energi dan zat gizi suboptimal
2. Asupan makanan dan minuman melalui oral tdk adekuat
3. Asupan enteral atau parenteral nutrisi tdk adekuat atau berlebih
4. Asupan cairan tidak adekuat atau berlebih
5. Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi
6. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
7. Gangguan fungsi saluran gastrointestinal

13
intervensi gizi
▸ Merencanakan intervensi gizi berdasarkan diagnosis gizi melalui
penyelesaian masalah/problem gizi termasuk penyebab atau
etiologi yg ditandai dgn adanya tanda dan gejala
▸ Strategi dari intervensi gizi secara umum adl utk memperbaiki
masalah gizi seperti asupan, kondisi klinis serta prilaku terkait gizi.
▸ Pada trauma luka bakar, risiko malnutrisi cukup tinggi krn respons
metabolisme, inflamasi, penurunan imun tubuh dan toleransi diet
terutama bila lokasi trauma di sekitar wajah dan tangan

14
tujuan diet
1. Meminimalkan respons stress metabolik dgn mengontrol suhu lingkungan
dan rasa nyeri, mempertahankan balans cairan dan elektrolit serta perawatan
luka dini
2. Memenuhi kebutuhan gizi dgn memberikan energi, protein dan mikronutrien
yg adekuat utk mencegah penurunan BB yg tdk diinginkan (lebih dari 10%
biasanya) dan mempertahankan balans nitrogen positif
3. Mencegah stres pada saluran cerna dgn pemberian enteral nutrisi scr
kontinu dan antacid jika diperlukan
4. Mencegah terjadinya komplikasi krn overfeeding
5. Membantu memperbaiki dan atau mengembalikan aktivitas normal
15
SYARAT DAN PRINSIP DIET
▸ Kebutuhan Energi
- Dlm memperhitungkan estimasi kebutuhan energi pada trauma luka bakar mayor banyak
faktor atau kondisi klinis yg harus diprerhatikan seperti sepsis, demam, trauma multipel
atau stres krn operasi yg dijalani
- Mempertahankan BB jg menjadi salah satu tujuan utama intervensi gizi sampai proses
penyembuhan luka bakar selesai
- Setelah itu, mengontrol BB dan status gizi normal baru dpt dilakukan
Standar emas (gold standard) utk menentukan kebutuhan energi adl dgn menggunakan
Indirect calorimetry yg merupakan metode paling akurat
- Namun jika tdk tersedia, beberapa formulasi perhitungan kebutuhan energi dpt digunakan
pada kondisi luka bakar.

16
lanjutan
▸ Formula Ireton-Jones merupakan formula yg paling sering
digunakan utk trauma luka bakar krn memperhitungkan
kondisi luka bakar dan penggunaan ventilator
▸ Formula perhitungan lainnya seperti Toronto, Modified
Schoffield, Xie et al serta ASPEN pada pasien kritis 25-35
Kkal/Kg BB/hari

17
Sumber Keterangan Perhitungan kebutuhan
Ireton Jones Dengan ventilator dan obes pasien Dengan ventilator, EE = 1925 - 10A + 5W
+281S + 292 T +851 B
Obes pasien, EE = 606S + 9W - 12A +
400V + 1444
A = umur (tahun)
W = berar aktual (kg)
S = jenis kelamin (1 = laki2, 0 =
perempuan)
T = trauma (1=ada, 0=tidak ada)
B = luka bakar (1=ada, 0= tidak ada)
V = dengan ventilator (1=ada, 0= tidak
ada)
Toronto formula Untuk semua pasien Estimated Energy Requirements:
[-4343 + (10,5 x %TBSA) + (0,23x kkal) +
(0,84x Harris Benedict) + (114xT (0C)) -
(4,5 x days post-burn) x Activity factors
Activity factors non-ventilated:
Confined to bed : 1,2
Minimal ambulation : 1,3
Moderate act : 1.4
ventilated-dependent :1,2
18
kebutuhan protein
▸ Kebutuhan protein pada luka bakar akan meningkat krn adanya protein urin, proses
glukoneogenesis dan penyembuhan luka
▸ Balans nitrogen dpt digunakan utk mengevaluasi efektivitas pemberian protein.
▸ Monitor pre-albumin, retinol binding protein dan transferin dpt digunakan utk
mengkaji respons inflamasi dan adekuasi terapi gizi yg digunakan
▸ Protein dpt diberikan sekitar 1,5-3 g/Kg BB/hari dgn memperhitungkan rasio
nitrogen dgn kalori non-protein (N:NPC) antara 1:100 - 1:120 (bergantung %LPT luka
bakar)
▸ Tp utk luas luka bakar ≥50% LPT N:NPC= 1:180, glutamin dpt diberikan sekitar
0,35-0,57 g L-GLN/kg BB/hari dan arginin 2-7 kali kebutuhan normal diyakini
memiliki efek positif pada kondisi luka bakar.
19
▸ Kebutuhan protein berdasarkan %LPT luka bakar :

% LPT luka bakar Protein


< 10 1,2 - 1,5 g/Kg BBA atau BBI

10 - 15 1,2 - 1,5 g/Kg BBA atau BBI

15 - 35 1,2 - 1,5 g/Kg BBA atau BBI

>35 23 - 25 % total Energi

20
▸ Perhitungan kebutuhan protein menggunakan BB aktual adl dgn kondisi :
1. Dengan % LPT luka bakar <10% kebutuhan 1,2 g/kg BB/ hari
2. Dengan % LPT luka bakar >10% kebutuhan 1,5-2 g/kg BB/hari
3. Dgn IMT >30 kebutuhan 2 g/kg BB/hari
4. Dgn target N:NPC = 1:120 - 150
Rumus perhitungan :
N : NPC = Total energi selain protein
Protein (g)/6,25
1 gram protein setara dgn 6,25 gram nitrogen
21
Kebutuhan karbohidrat
▸ Pemberian karbohidrat sekitar 50-55% total energi atau 5 mg
glukosa/kg BB/menit jika parenteral
▸ Monitor pemberian karbohidrat dgn kontrol gula darah

22
kebutuhan lemak
▸ Lemak diberikan ≤ 30% total energi dan mengandung 2-3%
asam linoleat
▸ Jenis lipid yg dianjurkan pada akses parenteral adl yg
mengandung omega 3 sbg antioksidan terutama pada
kondisi dgn Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS)
tinggi

23
Kebutuhan cairan
▸ Penentuan kebutuhan cairan menggunakan The Parkland formula
▸ Perhitungan :
▸ Cairan utk 24 jam = (4 x kg BB x %LPT)
▸ Dgn % LPT derajat 2 dan 3 ditambahkan bersama
▸ Pemberian :
▸ 50% total cairan diberikan dlm waktu 8 jam pertama (hitung dlm ml/jam)
▸ 50% total cairan lainnya diberikan selama 16 jam berikutnya (hitung dlm
ml/jam)

24
kebutuhan vitamin dan mineral
▸ Kebutuhan vitamin dan mineral pada trauma luka bakar mayor meningkat
dan lebih tinggi dari kebutuhan normal
▸ Vitamin A diberikan 5000 U/1000 kkal/hari, vitamin C 2x500 mg/hari
▸ Pemberian mineral harus memperhatikan kondisi hiponatremia,
hiperkalemia, hipokalsemia, hipofosfatemia dan hipomagnesemia
sehingga monitor natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium darah
sebaiknya dilakukan dgn baik
▸ Suplementasi zink 220 mg/hari dlm bentuk zinc sulfate dianjurkan krn
merupakan co-factor dlm metabolisme energi dan sintesis protein
▸ Pemberian mikronutrien lain yg direkomendasikan
25
▸ Pemberian suplementasi mikro-mineral berdasar %LPT luka bakar :
% LPT Luka bakar Lama pemberian Suplemen
20 - 40 7 - 8 hari
40 - 60 14 hari
>60 30 hari

▸ Pada luka bakar > 20% Vitamin C 1000 mg/hari


▸ Vitamin A 10.000 UI/hari
▸ Vitamin E 400 UI 2 kali sehari

26
Kebutuhan serat
▸ Pada kondisi akut (Fase Ebb) sebaiknya diberikan diet rendah
atau tanpa serat
▸ Sedangkan setelah itu, serat dpt diberikan bertahap
mencapai kebutuhan sesuai AKG

27
thanks !

28

Anda mungkin juga menyukai