Prak Fisiologi Sistem Pencernaan
Prak Fisiologi Sistem Pencernaan
TUJUAN PRAKTIKUM
PRINSIP PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
Cara Kerja
1. Susun alat menurut gambar.
2. Hangatkan air dalam gelas beker pireks sehingga larutan Locke di dalam tabung perfusi
mencapai suhu 35oC.
3. Mintalah sepotong usus halus kelinci kepada asisten yang bertugas
4. Pasang sediaan usus tersebut sebagai berikut :
4.1.1. Ikatkan dengan benang salah satu ujung sediaan usus pada ujung pipa gelas
bengkok
4.1.2. Ikatkan ujung yang lain pada pencatat usus (usahakan supaya sediaan usus
tidak terlampau teregang)
5. Alirkan udara ke dalam larutan Locke dalam tabung perfusi dengan mengatus klem
pengatur aliran udara, sehingga gelembung udara tidak terlalu menggoyangkan sediaan
usus yang telah dipasang.
6. Selama percobaan, perhatikan suhu larutan Locke dalam tabung perfusi yang harus
dipertahankan pada 35oC, kecuali bila ada petunjuk lain.
I. Pengaruh Asetilkolin
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control
2. Tanpa menghentikan Tromol, teteskan 2 tetes larutan asetilkolin 1:1.000.000 ke dalam
cairan perfusi. Beri tanda saat penetesan.
3. Teruskan dengan pencatatan sampai pengaruh asetilkolin terlihat jelas
4. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh asetilkolin
sebagai berikut :
a. Pindahkan kaki tiga + kawat kasa dan gelas beker pireks dari tabung perfusi.
b. Letakkan Waskom kosong di bawah tabung perfusi.
c. Bukalah sumbat tabung perfusi sehingga cairan perfusi keluar sampai habis.
d. Tutup kembali tabung perfusi dan isilah dengan larutan Locke yang baru (tidak perlu
bersuhu 35oC) dan besarkan aliran udara sehingga usus bergoyang-goyang.
e. Buka lagi sumbat untuk mengeluarkan larutan Lockenya.
f. Ulangi langkah 10.4 dan 10.5 sebanyak dua kali, sehingga dapat dianggap sediaan usus
telah bebas dari pengaruh asetilkolin.
g. Setelah selesai hal-hal di atas, tutup kembali tabung perfusi dan isilah dengan larutan
Locke baru yang bersuhu 35oC.
h. Pasang kembali gelas beker pireks, kaki tiga + kawat kasa.
V. Pengaruh Suhu
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control pada suhu 35oC.
2. Hentikan tromol dan turtunkan suhu cairan perfusi dengan jalan mengganti air
hangat di dalam gelas beker pireks dengan air biasa.
3. Segera setelah tercapai suhu 30oC, Jalankan tromol kembali dan catatlah 10 kerutan
usus.
4. Hentikan tromol lagi dan ulangi percobaan ini dengan setiap kali menurunkan suhu
cairan perfusi 5oC, sampai tercapai suhu 20oC dengan jalan memasukkan potongan es
ke dalam gelas beker, sehingga diperoleh pencatatan keaktifan usus pada suhu 35OC,
30oC, 25oC dan 20oC.
5. Hentikan tromol dan naikkan suhu cairan perfusi sampai 35oC dengan jalan mengganti air
es di dalam gelas beker dengan air panas.
6. Segera setelah tercapai suhu 35oC, jalankan tromol kembali dan catat 10 kerutan usus.
Catatan :
- Penurunan suhu secara perlahan-lahan akan memberikan hasil yang lebih memuaskan.
- Peningkatan suhu sehingga normal boleh dilakukan lebih cepat daripada penurunan
suhu.
-Koefisien susu untuk setiap perbedaan 10oC (Q10) Merupakan perbandingan antara
frekuensi pada to dengan frekuensi pada (to 10) sebagai berikut
o
Frekuensi pada t
Q 10= o o
Frekuensi pada (t ± 10 C)
Namun demikian, pengukuran yang paling baik ialah dengan membandingkan kerja
(work-output) pada to dengan kerja pada (to 10). Menurut ilmu pesawat :
Kerja=Jarak × Beban
Oleh karena beban di sini dianggap selalu sama (yaitu berat alat pencatat), maka yang
Diperbandingkan di sini ialah jarak, yaitu :
Sehingga
Frekuensi
× Amplitudorata−rata pada t o
menit
Q10=
Frekuensi
× Amplitudorata−rata pada(t o ±10 o C )
menit
Ini akan memberi gambaran mengenai perbandingan kerja pada t o dengan kerja pada
(t o ±10 o C)
HASIL PERCOBAAN
(Guyton, 2016)
Pada intinya, perangsangan pada neuron simpatis sistem pencernaan akan
menginhibisi gerakan motoric dari usus sehingga gerakan makanan pun hampir tidak
ada. Oleh karena itu, dalam hasil pencatatan didapatkan adanya penurunan frekuensi
dan amplitude grafik dibandingkan dengan kontrol karena adanya pengaktifan sistem
saraf simpatis pada sistem pencernaan yang menurunkan motilitas usus halus.
(Guyton 2011)
V. Pengaruh Suhu
Awalnya, larutan Locke (berisi usus kelinci) bersuhu 35oC Untuk mengetahui
pengaruh suhu terhadap kontraksi otot usus ialah dengan merubah suhu Larutan.
Ketika suhu larutan diubah menjadi 30oC, terlihat adanya penurunan kekuatan
kontraksi otot usus. Kemudian ketika suhu diturunkan menjadi 25oC, penurunan
kekuatan kontraksi usus terlihat semakin jelas.
Pada praktikum ini, kita membuktikan bahwa penurunan suhu akan
mengurangi kekuatan kontraksi usus. Karena aktivitas enzim-enzim terganggu akibat
kenaikan suhu yang tidak pada optimalnya yang sangat mempengaruhi.
1. Guyton dan Hall. Buku ajar Fissiologi Kedokteran. Ed 12. Jakarta: EGC; 2016
2. Lauralee Sherwood Fisiologi Manusia : Dari Jaringan ke Sel, ed. 8 Jakarta. EGC. 2015
3. Hardcastle J, Hardcastle PT, Noble JM. The effect of barium chloride on intestinal
secretion in the rat. J Physiol [Internet]. 1983 Nov [cited 2017 Apr 16]; 344: 69-80.