Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DIABETES MELITUS
DOSEN PENGAMPU: YASMIN, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5

1. KARTIKA SRI ANGGRAINI (PO7247320061)


2. SAPRIYANI (PO7247320042)
3. MAIKEL MARCELINO (PO7247320024)
4. M RIFQI ALDIANSYAH (PO7247320022)
5. HUSDANIATI (PO7247320016)
6. SAFIRA PUTRI MAPPIASSE (PO7247320041)
7. CINDY MAGAMA (PO7247320006)
8. DEAN ALFREDO (PO7247320008)
9. WIDYAWATI (PO7247320051)
10. HERMIN SRI HANDAYANI (PO7247320015)
11. YUNINGSI WALELANG (PO7247320057)

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan karena atas berkat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Diabete Melitus”
guna memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pemerintah dalam PM & PTM.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi.

Penulis

Tolitoli, 6 April 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
KONSEP TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR............................................3
A. Pengertian................................................................................................................3
B. Etiologi......................................................................................................................3
C. Patofisiologi..............................................................................................................5
D. Gejala Klinis..............................................................................................................5
E. Komplikasi.................................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................7
G. Pengobatan..............................................................................................................8
H. Perawatan................................................................................................................9
I. Pencegahan..............................................................................................................11
BAB III..............................................................................................................................13
PEMBAHASAN.................................................................................................................13
A. Upaya dan Tindak Lanjut Pemerintah Dalam Menanggulangi Penyakit DM........13
B. Tujuan.....................................................................................................................14
C. Strategi....................................................................................................................14
D. Kondisi Terkini Kasus penyakit DM........................................................................15
BAB IV..............................................................................................................................16
PENUTUP.........................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah

kumpulan gejala pada seseorang dikarenakan kadar gula darah yang meningkat

(glukosa), sehingga pankreas bekerja kebih keras untuk memproduksi insulin guna

menyeimbangkan kadar gula di dalam darah (Dyah restuning, 2015). Diabetes elitus

juga merupakan penyakit metabolisme timbul dengan gejala yang khas, yaitu

polidipsia, polifagia, dan poliuria terkadang mengakibatkan penurunan berat badan

(Perkeni, 2011). Diabetes melitus bisa mengakibatkan gangguan Integritas Kulit

disebabkan karena tingginya kandungan glukosa sehingga darah menjadi pekat dan

menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga dapat memunculkan luka (Hermand,

2013).

Diabetes Melitus merupakan penyakit dengan dampak serius, salah satunya

gangguan Integritas Kulit karena adanya penyempitan pembuluh darah sehingga

menimbulkan ulkus diabetik (Maghfuri ali, 2016). Terjadinya ulkus diabetik

disebabkan oleh tingginya glukosa dalam darah dan tidak cukupnya sediaan insulin

yang dihasilkan tubuh, sehingga glukosa tidak dapat dikirim ke sel tubuh untuk

dijadikan sumber energi yang dapat menopang sistem kerja organ, sehingga organ

tidak dapat bekerja secara optimal (Damayanti & Kurniawan, 2014). Glukosa dengan

jumlah banyak menyebabkan darah menjadi pekat sehingga aliran darah tidak lancar,

aliran darah yang tidak lancar menyebabkan neuropati pada saraf perifer karena

suplai oksigen dan nutrisi kejaringan terhambat sehingga kondisi tersebut

mempengaruhi proses penyembuhan luka (Perkeni, 2015).

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari diabetes melitus?

2. Apa saja etiologi diabetes melitus?

3. Bagaimana patofisiologi diabetes melitus?

4. Bagaimana gejala klinis dari diabetes melitus?

5. Apa saja komplikasi dari diabetes melitus?

6. Bagaimana pengobatan, perawatan, serta pencegahan diabetes melitus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari diabetes melitus?

2. Untuk mengetahui etiologi diabetes melitus?

3. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes melitus?

4. Untuk mengetahui gejala klinis dari diabetes melitus?

5. Untuk mengetahui komplikasi dari diabetes melitus?

6. Untuk mengetahui pengobatan, perawatan, serta pencegahan diabetes melitus?

2
BAB II

KONSEP TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan


hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
dan neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013).

B. Etiologi
Umumnya Diabetes Melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel β dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu Diabetes Melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat
terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui (Smeltzer dan
Bare, 2015). Diabetes Melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing
manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
1. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Konsumsi
makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam
jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat
dan pastinya akan menyebabkan Diabetes Melitus.
2. Obesitas (kegemukan)

3
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes Melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang Diabetes Melitus.
3. Faktor genetik
Penyebab Diabetes Melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita Diabetes Melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan
cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untu proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipedemia dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Melitus.
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab Diabetes
Melitus. Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit Diabetes Melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori
yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun di dalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar Kortikosteroid yang tinggi menyebabkan kehamilan Diabetes Melitus
Gestasional.
8. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

4
C. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena
menurunnya insulin atau defisiensi insulin (Fatimah, 2015). Defisiensi
insulin terjadi karena :
1. Kerusakan
2. Menurunnya reseptor insulin pada jaringan perifer
3. Menurunnya reseptor glukosa di kelenjar pankreas

Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena sel-sel insulin gagal karena tidak
mampu merespons dengan baik atau biasa disebut dengan resistensi insulin
(Teixeria, 2011). Resistensi insulin disebabkan karena faktor genetik dan
lingkungan juga bisa menjadi penyebab terjadinya DM. Pasien DM tipe 2
produksi glukosa dalam hati berlebihan akan teteapi tidak terjadi kerusan
sel beta langrhans secara autoimun (Fatimah, 2015). Pada perkembangan
awal DM tipe 2 sel beta akan mengalami gangguan sekresi insulin, apabila
tidak segera ditangani makan akan menyebabkan kerusakan pada sel beta
pankreas. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, pankreas akan
mengelurkan hormon yang dinamakan insulin sehingga memungkinkan sel
tubuh akan akan menyerap glukosa tersebut sebagi energi. Hiperglikemia
pada pasien dm terjadi karena menurunnya penyerapan glukosa oleh sel
yang di ikuti dengan meningkatnya pengeluran glukosa dalam hati. Pengeluaran
glukosa dalam hati akan meningkat karena adanya proses
yang menghasilkan glukogenolisis dan glukoneogenesis.

D. Gejala Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus pada tahap awal sering
ditemukan:
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampaimelampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
osmoticdiuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.

5
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyakkarena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak
minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi(lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal inidisebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemakdan protein.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunansarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala

kronik dan gejala akut serta munculnya ulkus diabetic, yaitu :

1. Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :


a. Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan
b. Pasien akan banyak mengkonsumsi minum
c. Pasien akan lebih sering buang air kecil
Apabila gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul

gejala lain seperti menurunnya nafsu makan pasien dan berat

badan akan turun, mudah merasa lelah, pada keadaan tertentu

pasien akan koma.

2. kronis yang muncul antara lain:


a. Gejala Pasien biasanya akan mengeluh kesemutan
b. Kulit pasien akan terasa panas

6
c. Kulit pasien terasa tebal
d. Mengalami kram
e. Cepat mengantuk
f. Pandangan pasien kabur
g. Gigi mudah goyang dan sering lepas
h. Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah keguguran dan
prematuritas.
3. Luka diabetic
Luka diabetic atau sering biasa disebut ulkus diabetik luka yang disebabkan
karena pulsasi pada bagian arteri distal.

E. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai normal < 50
mg/dl
b. Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat secara
tiba – tiba dan dapat berkembang menjadi metabolisme yang berbahaya
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien
b. DM adalah pembekuan darah di sebagian otak, jantung koroner,
c. stroke, dan gagal jangung kongestif.
d.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu.
2. Kadar glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa.
Kriteria diagnostik menurut WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dL (7,8 mmol/L).

7
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradinal (pp) >200 mg/dL
(Hasdianah, 2014).
G. Pengobatan
1. Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbang dalam
Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi:
a. KH 60-70 %
b. Protein 10-15 %
c. Lemak 20-25 5
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 x seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,renang,
bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75-85% denyut
nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun).
3. Pengelolaan Farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
 Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
 Menurunkan ambang sekresi insulin
 Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah
normal.Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk.
3) Inhibitor alfa glukosidase
Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di
dalamsaluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial.
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai
sfekfarmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa

8
mengatasinasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat
resistensi insulintanpa menyebabkan hipoglikemia.

H. Perawatan
1. Kontrol gula darah
Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting dilakukan
untuk memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang
memadai.
2. Penanganan ulkus/ gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara
lain : bedah minor seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan
nekrotomi dengan tujuan untuk mengeluarkan semua jaringan nekrosis
untuk mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan dapat mempercepat
penyembuhan luka.
3. Memperbaiki sirkulasi darah
a. Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan obat
antiagregasi trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki
jaringan yang terserang.
b. Memperbaiki struktur vaskuler, merupakan tindakan yang dilakukan
dengan cara embolektomi, endarteriktomi atau biasa disebut dengan
rekontruksi pembuluh darah.

4. Penanganan infeksi
Berikan antibiotik jika terindikasi adanya infeksi
5. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol
infeksi dan infeksi, serta perluasan tepi luka.
a. Tissue managemen (Managemen jaringan)
Manajemen jaringan dilakukan melalui debridemen, yaitu menghilangkan
jaringan mati pada luka. Jaringan yang perlu dihilangkan adalah jaringan
nekrotik dan slaf. Manfaat debridemen adalah menghilangkan jaringan

9
yang sudah tidak tervaskularisasi, bakteri, dan eksudat sehingga akan
menciptakan kondisi luka yang dapat menstimulasi munculnya jaringan
yang sehat. Ada beberapa cara debridemen yang dapat dilakukan, berupa :
1) Debridemen mekanis Yaitu metode yang dilakukan dengan cara
menempelkan kasa lembab kemudian tutup atau letakkan kasa kering
diatasnya. Biarkan hingga kasa kering setelah kering angkat.
2) Debridemen bedah Pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan
tindakan medis berupa tindakan pembedahan atau operasi.
3) Debridemen autolitik
Tindakan pembalutan luka setelah dicuci atau dibersihkan.

4) Debridemen enzim
Debridemen enzim merupakan cara debridemen dengan menggunakan

enzim yang dibuat secara kimiawi untuk dapat mencerna jaringan mati

atau melonggarkan ikatan antara ikatan antara jaringan mati dan

jaringan hidup. Enzim ini bersifat selektif, yaitu hanya akan memakan

jaringan mati. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan jenis

debridemen ini adalah menghindari penggunaan balutan luka yang

mengandung logam berat seperti silver, mineral, seng, cairan basa atau

asam, karena dapat menginaktivasi enzim. Pada luka dengan skar (luka

jaringan nekrotik yang kering), maka kita perlu melakukan sayatan

pada skar dengan menggunakan pisau agar enzim dapat meresap pada

skar dan permukaan luka tetap lembab.

5) Debridemen biologi
Debridemen biologi dapat dilakukan dengan menggunakan belatung
yang sudah disteril. Jenis belatung yang digunakan adalah spesies Lucia
Cerrata atau Phaenica Sericata. Belatung ini diletakkan didasar luka
selama 1-4 hari. Belatung ini mensekresikan enzim preteolitik yang
dapat memecah jaringan nekrotik dan mencerna jaringan yang sudah

10
dipecah. Sekresi dari belatung ini memiliki efek anti mikrobial yang
membantu dalam mencegah pertumbuhan proliferasi bakteri,
termasuk Metchilin-resistant Staphylococcus aureus.

b. Kontrol infeksi dan inflamasi


Infeksi bisa bersifat lokal (termasuk didalamnya selulitis), atau sistemik
(sepsis). Tanda infeksi yaitu meningkatnya eksudat, nyeri, adanya
kemerahan (eritema) yang baru atau meningkatnya kemerahan pada luka,
peningkatan temperatur pada daerah luka, dan bau luka atau eksudat. Cara
yang dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh, debridemen,
pembersihan luka dan mencuci luka untuk menghilangkan bakteri, eksudat,
dan jaringan mati, serta memberikan balutan luka anti mikroba.
c. Mempertahankan kelembaban
d. Perluasan tepi luka
Salah satu tanda dari penyembuhan luka pasien bisa dilihat dengan luasnya
sel epitel menuju tengah luka (Yunita, 2015).

I. Pencegahan
Pencegahan DM berdasarkan Perkeni (2011) terdiri dari tiga tingkatan
yaitu:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah upaya pencegahan yang ditujukan pada
kelompok yang memiliki faktor risiko, yaitu kelompok yang belum mengalami
DM tipe 2 tetapi memiliki potensi untuk mengalami DM tipe 2karena memiliki
faktor risiko. Pelaksanaan pencegahan primer bisa dilakukan dengan tindakan
penyuluhan dan pengelolan pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko
tinggi merupakan salah satu aspek penting dalam pencegahan primer (Perkeni,
2011).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah suatu upaya pencegahan timbulnya
komplikasi pada pasien yang mengalami DM tipe Pencegahan ini dilakukan

11
dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyakit
sejak awal pengelolaan penyakit DM tipe 2. Program penyuluhan memegang
peran penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan dan menuju perilaku sehat (Perkeni, 2011).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah suatu upaya yang ditujukan pada pasien DM tipe
2 yang mengalami komplikasi untuk mencegah kecacatan lebih lanjut. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
berkembang dan menetap. Penyuluhan dilakukan pada pasien serta pada
keluarga pasien. Materi yang diberikan ialah mengenai upaya rehabilitasi yang
dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut agar dapat mencapai
kualitas hidup yang optimal (Perkeni, 2011). Pencegahan tersebut memerlukan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh antar tenaga medis. Kolaborasi yang baik
antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi,
bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi medis, gizi dan lain sebagainya) sangat
diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (Perkeni, 2011).

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Upaya dan Tindak Lanjut Pemerintah Dalam Menanggulangi Penyakit DM


Indonesia berkomitmen mencegah dan mengendalikan Diabetes melalui

pemberdayaan masyarakat. Sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian

Penyakit Tidak Menular (PTM), Pemerintah Indonesia telah membentuk Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, sebagai upaya terdepan pencegahan dan

pengendalian PTM.

Hal ini disampaikan Menkes Nila F. Moeloek saat menjadi salah satu Panelis

pada Ministerial Conference on Diabetes (MCOD) tanggal 26-27 November 2018 di

Singapura.

MCOD diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Singapura untuk tujuan

menempatkan pentingnya manfaat pencegahan dan pengendalian Diabetes dalam

agenda global, saling berbagi best practices internasional; pengalaman dan inovasi

dalam memodifikasi faktor risiko diabetes; serta membangun kapasitas dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat dan gaya hidup sehat.

Menurut Menkes, upaya efektif untuk mencegah dan mengendalikan diabetes

harus difokuskan pada faktor-faktor risiko disertai dengan pemantauan yang teratur

dan berkelanjutan dari perkembangan mereka. Delapan puluh persen kasus PTM

dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko umum. Sayangnya, faktor risiko

umum PTM di Indonesia masih relatif tinggi: sebesar 33,5% tidak melakukan aktivitas

fisik, 95% tidak mengonsumsi buah dan sayuran, dan 33,8% populasi usia di atas 15

tahun merupakan perokok berat.

13
Menkes menambahkan, untuk mencapai keberhasilan upaya pencegahan dan

pengendalian Diabetes, diperlukan kerja sama pemangku kepentingan lain di luar

sektor kesehatan, baik lintas sektoral di tingkat nasional, kerja sama kawasan

(regional) maupun secara global.

Check Menutup presentasinya, Menkes mengusung tema atau jargon dalam

kampanye upaya pencegahan dan pengendalian PTM di Indonesia, yaitu CERDIK yang

dalam bahasa Inggris dapat diartikan: Check health status routine and regularly

Encourage to avoid smoking and other tobacco product Raise physical activity Daily

consumption with healthy diet Implement adequate rest Keep balance between body

and mind.

B. Tujuan
Tercapainya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang profesional

dalam pengendalian diabetes melitus, terselenggaranya pemberdayaan masyarakat

menuju pengendalian DM, terselenggaranya kerja sama pemangku kepentingan lain

di luar sektor kesehatan, baik lintas sektoral di tingkat nasional, kerja sama kawasan

(regional) maupun secara global.

C. Strategi
Supaya masyarakat Indonesia terhindar dari ancaman diabetes militus (DM),

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan terus meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, dengan berhenti

merokok, perbanyak konsumsi sayur dan buah, serta rutin olahraga.

Dalam diskusi 'Indonesia Diabetes Leadership Forum', Direktur Pengendalian

Penyakit Tidak Menular menjelaskan bahwa Kemenkes melalui Direktorat

Pengendalian Penyakit Tidak Menular telah mengembangkan POSBINDU PTM (Pos

14
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular), sebagai perwujudan peran serta

masyarakat kegiatan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM, dan tindak lanjutnya

berupa konseling maupun penyuluhan.

Strategi lain yang dilakukan adalah dengan peningkatan jejaring kerja dan

kemitraan, termasuk dengan PT. Novo Nordisk yang telah menyelenggarakan

peningkatan kapasitas SDM kesehatan melalui program Inspire.

Selanjutnya, pengelolaan PTM lainnya di puskesmas melalui pendekatan

continuum of care. "Upaya promosi kesehatan dan perlindungan 'population at risk'

DM yang efektif dan didukung regulasi memadai terus digiatkan melalui Health in All

Policy untuk menjamin pelaksanaannya secara terintegratif melalui Triple Acs (active

cities, active community and active citizens)," kata dia menekankan.

D. Kondisi Terkini Kasus penyakit DM


Jumlah penderita diabetes pada 2021 tersebut meningkat pesat dalam sepuluh

tahun terakhir. Penderita diabetes tercatat meroket 167% dibandingkan dengan

jumlah penderita diabetes pada 2011 yang mencapai 7,29 juta.

Peningkatan jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

peningkatan antara 2000 hingga 2011. Dalam periode tersebut, jumlah penderita

diabetes meningkat 29% dari 5,65 juta pada 2000.

Pada 2021, jumlah kematian yang diakibatkan oleh diabetes di Indonesia

mencapai 236.711. Jumlah ini meningkat 58% jika dibandingkan dengan 149.872

pada 2011 lalu.

Secara umum, IDF memperkirakan jumlah penderita diabetes di dunia dapat

mencapai 783,7 juta orang pada 2045. Jumlah ini meningkat 46% dibandingkan

jumlah 536,6 juta pada 2021.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

B. Saran
1. Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga

pengertian masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah.

2. Mengerti serta menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus

3. Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini

sangat perlu agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.

4. Segeralah mulai melakukan olahraga kesehatan sebelum menjadi

penyandang cacat akibat penyulit diabetes.

5. Mengikuti semua nasehat dokter, baik dalam melakukan olah raga,

mengatur diit serta dalam cara meminum obat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34103462/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETES_MELLITUS

https://www.academia.edu/8201048/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETES_MELITUS

https://fk.uii.ac.id/diabetes-mellitus-dan-pengobatannya/

https://www.kemkes.go.id/article/view/18112700001/indonesia-tangani-diabetes-
melalui-pemberdayaan-masyarakat.html

https://m.liputan6.com/health/read/2133519/ini-dia-upaya-pemerintah-kurangi-
diabetesi

17

Anda mungkin juga menyukai