Kel. 5 Diabetes Melitus
Kel. 5 Diabetes Melitus
DIABETES MELITUS
DOSEN PENGAMPU: YASMIN, S.Kep, M.Kep
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan karena atas berkat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Diabete Melitus”
guna memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pemerintah dalam PM & PTM.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
KONSEP TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR............................................3
A. Pengertian................................................................................................................3
B. Etiologi......................................................................................................................3
C. Patofisiologi..............................................................................................................5
D. Gejala Klinis..............................................................................................................5
E. Komplikasi.................................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................7
G. Pengobatan..............................................................................................................8
H. Perawatan................................................................................................................9
I. Pencegahan..............................................................................................................11
BAB III..............................................................................................................................13
PEMBAHASAN.................................................................................................................13
A. Upaya dan Tindak Lanjut Pemerintah Dalam Menanggulangi Penyakit DM........13
B. Tujuan.....................................................................................................................14
C. Strategi....................................................................................................................14
D. Kondisi Terkini Kasus penyakit DM........................................................................15
BAB IV..............................................................................................................................16
PENUTUP.........................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah
kumpulan gejala pada seseorang dikarenakan kadar gula darah yang meningkat
(glukosa), sehingga pankreas bekerja kebih keras untuk memproduksi insulin guna
menyeimbangkan kadar gula di dalam darah (Dyah restuning, 2015). Diabetes elitus
juga merupakan penyakit metabolisme timbul dengan gejala yang khas, yaitu
disebabkan karena tingginya kandungan glukosa sehingga darah menjadi pekat dan
menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga dapat memunculkan luka (Hermand,
2013).
disebabkan oleh tingginya glukosa dalam darah dan tidak cukupnya sediaan insulin
yang dihasilkan tubuh, sehingga glukosa tidak dapat dikirim ke sel tubuh untuk
dijadikan sumber energi yang dapat menopang sistem kerja organ, sehingga organ
tidak dapat bekerja secara optimal (Damayanti & Kurniawan, 2014). Glukosa dengan
jumlah banyak menyebabkan darah menjadi pekat sehingga aliran darah tidak lancar,
aliran darah yang tidak lancar menyebabkan neuropati pada saraf perifer karena
1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari diabetes melitus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari diabetes melitus?
2
BAB II
A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
B. Etiologi
Umumnya Diabetes Melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel β dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu Diabetes Melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat
terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui (Smeltzer dan
Bare, 2015). Diabetes Melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing
manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
1. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Konsumsi
makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam
jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat
dan pastinya akan menyebabkan Diabetes Melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
3
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes Melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang Diabetes Melitus.
3. Faktor genetik
Penyebab Diabetes Melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita Diabetes Melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan
cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untu proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipedemia dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Melitus.
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab Diabetes
Melitus. Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit Diabetes Melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori
yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun di dalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar Kortikosteroid yang tinggi menyebabkan kehamilan Diabetes Melitus
Gestasional.
8. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
4
C. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena
menurunnya insulin atau defisiensi insulin (Fatimah, 2015). Defisiensi
insulin terjadi karena :
1. Kerusakan
2. Menurunnya reseptor insulin pada jaringan perifer
3. Menurunnya reseptor glukosa di kelenjar pankreas
Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena sel-sel insulin gagal karena tidak
mampu merespons dengan baik atau biasa disebut dengan resistensi insulin
(Teixeria, 2011). Resistensi insulin disebabkan karena faktor genetik dan
lingkungan juga bisa menjadi penyebab terjadinya DM. Pasien DM tipe 2
produksi glukosa dalam hati berlebihan akan teteapi tidak terjadi kerusan
sel beta langrhans secara autoimun (Fatimah, 2015). Pada perkembangan
awal DM tipe 2 sel beta akan mengalami gangguan sekresi insulin, apabila
tidak segera ditangani makan akan menyebabkan kerusakan pada sel beta
pankreas. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, pankreas akan
mengelurkan hormon yang dinamakan insulin sehingga memungkinkan sel
tubuh akan akan menyerap glukosa tersebut sebagi energi. Hiperglikemia
pada pasien dm terjadi karena menurunnya penyerapan glukosa oleh sel
yang di ikuti dengan meningkatnya pengeluran glukosa dalam hati. Pengeluaran
glukosa dalam hati akan meningkat karena adanya proses
yang menghasilkan glukogenolisis dan glukoneogenesis.
D. Gejala Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus pada tahap awal sering
ditemukan:
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampaimelampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
osmoticdiuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
5
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyakkarena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak
minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi(lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal inidisebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemakdan protein.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunansarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala
6
c. Kulit pasien terasa tebal
d. Mengalami kram
e. Cepat mengantuk
f. Pandangan pasien kabur
g. Gigi mudah goyang dan sering lepas
h. Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah keguguran dan
prematuritas.
3. Luka diabetic
Luka diabetic atau sering biasa disebut ulkus diabetik luka yang disebabkan
karena pulsasi pada bagian arteri distal.
E. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai normal < 50
mg/dl
b. Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat secara
tiba – tiba dan dapat berkembang menjadi metabolisme yang berbahaya
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien
b. DM adalah pembekuan darah di sebagian otak, jantung koroner,
c. stroke, dan gagal jangung kongestif.
d.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu.
2. Kadar glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa.
Kriteria diagnostik menurut WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dL (7,8 mmol/L).
7
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradinal (pp) >200 mg/dL
(Hasdianah, 2014).
G. Pengobatan
1. Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbang dalam
Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi:
a. KH 60-70 %
b. Protein 10-15 %
c. Lemak 20-25 5
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 x seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,renang,
bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75-85% denyut
nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun).
3. Pengelolaan Farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah
normal.Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk.
3) Inhibitor alfa glukosidase
Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di
dalamsaluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial.
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai
sfekfarmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa
8
mengatasinasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat
resistensi insulintanpa menyebabkan hipoglikemia.
H. Perawatan
1. Kontrol gula darah
Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting dilakukan
untuk memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang
memadai.
2. Penanganan ulkus/ gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara
lain : bedah minor seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan
nekrotomi dengan tujuan untuk mengeluarkan semua jaringan nekrosis
untuk mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan dapat mempercepat
penyembuhan luka.
3. Memperbaiki sirkulasi darah
a. Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan obat
antiagregasi trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki
jaringan yang terserang.
b. Memperbaiki struktur vaskuler, merupakan tindakan yang dilakukan
dengan cara embolektomi, endarteriktomi atau biasa disebut dengan
rekontruksi pembuluh darah.
4. Penanganan infeksi
Berikan antibiotik jika terindikasi adanya infeksi
5. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol
infeksi dan infeksi, serta perluasan tepi luka.
a. Tissue managemen (Managemen jaringan)
Manajemen jaringan dilakukan melalui debridemen, yaitu menghilangkan
jaringan mati pada luka. Jaringan yang perlu dihilangkan adalah jaringan
nekrotik dan slaf. Manfaat debridemen adalah menghilangkan jaringan
9
yang sudah tidak tervaskularisasi, bakteri, dan eksudat sehingga akan
menciptakan kondisi luka yang dapat menstimulasi munculnya jaringan
yang sehat. Ada beberapa cara debridemen yang dapat dilakukan, berupa :
1) Debridemen mekanis Yaitu metode yang dilakukan dengan cara
menempelkan kasa lembab kemudian tutup atau letakkan kasa kering
diatasnya. Biarkan hingga kasa kering setelah kering angkat.
2) Debridemen bedah Pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan
tindakan medis berupa tindakan pembedahan atau operasi.
3) Debridemen autolitik
Tindakan pembalutan luka setelah dicuci atau dibersihkan.
4) Debridemen enzim
Debridemen enzim merupakan cara debridemen dengan menggunakan
enzim yang dibuat secara kimiawi untuk dapat mencerna jaringan mati
jaringan hidup. Enzim ini bersifat selektif, yaitu hanya akan memakan
mengandung logam berat seperti silver, mineral, seng, cairan basa atau
asam, karena dapat menginaktivasi enzim. Pada luka dengan skar (luka
pada skar dengan menggunakan pisau agar enzim dapat meresap pada
5) Debridemen biologi
Debridemen biologi dapat dilakukan dengan menggunakan belatung
yang sudah disteril. Jenis belatung yang digunakan adalah spesies Lucia
Cerrata atau Phaenica Sericata. Belatung ini diletakkan didasar luka
selama 1-4 hari. Belatung ini mensekresikan enzim preteolitik yang
dapat memecah jaringan nekrotik dan mencerna jaringan yang sudah
10
dipecah. Sekresi dari belatung ini memiliki efek anti mikrobial yang
membantu dalam mencegah pertumbuhan proliferasi bakteri,
termasuk Metchilin-resistant Staphylococcus aureus.
I. Pencegahan
Pencegahan DM berdasarkan Perkeni (2011) terdiri dari tiga tingkatan
yaitu:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah upaya pencegahan yang ditujukan pada
kelompok yang memiliki faktor risiko, yaitu kelompok yang belum mengalami
DM tipe 2 tetapi memiliki potensi untuk mengalami DM tipe 2karena memiliki
faktor risiko. Pelaksanaan pencegahan primer bisa dilakukan dengan tindakan
penyuluhan dan pengelolan pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko
tinggi merupakan salah satu aspek penting dalam pencegahan primer (Perkeni,
2011).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah suatu upaya pencegahan timbulnya
komplikasi pada pasien yang mengalami DM tipe Pencegahan ini dilakukan
11
dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyakit
sejak awal pengelolaan penyakit DM tipe 2. Program penyuluhan memegang
peran penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan dan menuju perilaku sehat (Perkeni, 2011).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah suatu upaya yang ditujukan pada pasien DM tipe
2 yang mengalami komplikasi untuk mencegah kecacatan lebih lanjut. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
berkembang dan menetap. Penyuluhan dilakukan pada pasien serta pada
keluarga pasien. Materi yang diberikan ialah mengenai upaya rehabilitasi yang
dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut agar dapat mencapai
kualitas hidup yang optimal (Perkeni, 2011). Pencegahan tersebut memerlukan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh antar tenaga medis. Kolaborasi yang baik
antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi,
bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi medis, gizi dan lain sebagainya) sangat
diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (Perkeni, 2011).
12
BAB III
PEMBAHASAN
pengendalian PTM.
Hal ini disampaikan Menkes Nila F. Moeloek saat menjadi salah satu Panelis
Singapura.
agenda global, saling berbagi best practices internasional; pengalaman dan inovasi
harus difokuskan pada faktor-faktor risiko disertai dengan pemantauan yang teratur
dan berkelanjutan dari perkembangan mereka. Delapan puluh persen kasus PTM
dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko umum. Sayangnya, faktor risiko
umum PTM di Indonesia masih relatif tinggi: sebesar 33,5% tidak melakukan aktivitas
fisik, 95% tidak mengonsumsi buah dan sayuran, dan 33,8% populasi usia di atas 15
13
Menkes menambahkan, untuk mencapai keberhasilan upaya pencegahan dan
sektor kesehatan, baik lintas sektoral di tingkat nasional, kerja sama kawasan
kampanye upaya pencegahan dan pengendalian PTM di Indonesia, yaitu CERDIK yang
dalam bahasa Inggris dapat diartikan: Check health status routine and regularly
Encourage to avoid smoking and other tobacco product Raise physical activity Daily
consumption with healthy diet Implement adequate rest Keep balance between body
and mind.
B. Tujuan
Tercapainya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang profesional
di luar sektor kesehatan, baik lintas sektoral di tingkat nasional, kerja sama kawasan
C. Strategi
Supaya masyarakat Indonesia terhindar dari ancaman diabetes militus (DM),
masyarakat untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, dengan berhenti
14
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular), sebagai perwujudan peran serta
masyarakat kegiatan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM, dan tindak lanjutnya
Strategi lain yang dilakukan adalah dengan peningkatan jejaring kerja dan
DM yang efektif dan didukung regulasi memadai terus digiatkan melalui Health in All
Policy untuk menjamin pelaksanaannya secara terintegratif melalui Triple Acs (active
peningkatan antara 2000 hingga 2011. Dalam periode tersebut, jumlah penderita
mencapai 236.711. Jumlah ini meningkat 58% jika dibandingkan dengan 149.872
mencapai 783,7 juta orang pada 2045. Jumlah ini meningkat 46% dibandingkan
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
B. Saran
1. Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/34103462/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETES_MELLITUS
https://www.academia.edu/8201048/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETES_MELITUS
https://fk.uii.ac.id/diabetes-mellitus-dan-pengobatannya/
https://www.kemkes.go.id/article/view/18112700001/indonesia-tangani-diabetes-
melalui-pemberdayaan-masyarakat.html
https://m.liputan6.com/health/read/2133519/ini-dia-upaya-pemerintah-kurangi-
diabetesi
17