Anda di halaman 1dari 13

Efektivitas Sosial Media sebagai Sarana Dakwah

Sadat Irfan1, Yusi Aprila2, Khania Ulfah3, Wilda Alawiyah4

Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak

Sosial media menjadi salah satu tren yang kini tidak luput dari aktivitas
masyarakat. Keberadaan sosial media menandakan manusia telah masuk pada zaman
modern yang ditandai pesatnya perkembangan di bidang IPTEK atau teknologi. Hal
ini berdampak pula pada keberadaan agama Islam yang turut mengikuti
perkembangan zaman terutama dakwah yang kini dapat dilakukan menggunakan
sosial media sebagai salah satu medianya. Kehadiran berbagai macam sosial media
dengan fitur-fitur yang ditawarkan menimbulkan pertanyaan apakah penggunaan
sosial media tersebut terbukti efektif bila dijadikan sebagai media berdakwah. Maka
dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas sosial media
terutama Facebook, Instagram, serta Whatsapp sebagai sarana dakwah. Penelitian ini
didasari pada metode studi literatur yang telah dilakukan oleh penulis. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa sosial media sebagai sarana dakwah memiliki respon
yang positif di kalangan masyarakat.

Kata-kata kunci: Dakwah, Sosial media, Efektivitas Dakwah

Abstract

Social media is one of the trends that is now inseparable from community
activities. The existence of social media indicates that humans have entered the
modern era marked by rapid developments in the field of science and technology or
technology. This also has an impact on the existence of the Islamic religion which
follows the times, especially da'wah which can now be done using social media as
one of the media. The presence of various kinds of social media with the features
offered raises the question of whether the use of social media is proven to be effective
when used as a medium for preaching. Therefore, this study aims to determine the
effectiveness of social media, especially Facebook, Instagram, and Whatsapp as a
means of da'wah. This research is based on the literature study method that has been
carried out by the author. Based on the results of the study, it is known that social
media as a means of da'wah has a positive response in the community.

Keywords: Da'wah, Social media, Effectiveness of Da'wah

Pendahuluan

Pada zaman modern ini segala sesuatu sudah berubah kearah yang lebih maju
ditandakan dengan adanya kemajuan pada bidang IPTEK atau teknologi, terutama
pada kemajuan gadget atau gawai. Sekarang hampir semua orang memiliki
handphone sebagai sarana komunikasi yang bertujuan untuk kerja, sekolah atau
kebutuhan lainnya. Seiring dengan berkembangnya zaman ini, begitu pula dengan
islam yang turut berkembang juga mengikuti zaman. Islam berdasarkan bahasa
berakar dari kata “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan
selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah SWT.
Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran
Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri, serta
menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat tetapi juga menyelamatkan. Secara
istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat
manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Dalam Islam terdapat juga dakwah, menurut bahasa dakwah berasal dari kata
da'a yang artinya memanggil, mengundang, ajakan, imbauan dan hidangan. Dalam
Al-Qur’an, kata dakwah ini memiliki makna hampir sama dengan tabligh, nasihat,
tarbiyah, tabsyir, dan tanzdir. Namun jika dikaji lebih mendalam, kata-kata tersebut
memiliki makna dan penggunaan yang berbeda. Abdul Wahid dalam bukunya
Gagasan Dakwah mengatakan, secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab dari
kata da'a-yad'u-da'watan. Kata tersebut memiliki kesamaan makna dengan an Nida'
yang artinya memanggil, mengajak, menyeru. Dakwah juga dapat diartikan sebagai
suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang lain atau kepada
masyarakat agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama secara
sadar, sehingga membangkitkan dan mengembalikan potensi fitri orang itu, dan dapat
hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Pada zaman modern sekarang ini dimana gempuran teknologi sudah merebak
kemana – mana, setiap orang berkomunikasi melewati smartphone dimana di dalam
smartphone tersebut ada banyak sekali kegiatan positif yang bisa dilakukan dan salah
satunya adalah berdakwah atau mendengarkan dakwah melewati smartphone. Ketika
seorang ahli agama berdakwah terdapat visi dan misi di dalamnya yang sudah
dijalankan oleh salah satu nabi besar kita yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Visi
Rasul dalam berdakwah adalah “memanusiakan manusia”. Hal ini dapat difahami dari
ungkapan beliau: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Kemuliaan manusia sangat ditentukan dari akhlaknya. Dengan kata lain “akhlak”
merupakan tolok ukur untuk tinggi rendahnya atau mulia/hinanya keberadaan
seseorang. Dengan demikian sangat beralasan jika Rasulullah Saw menentukan visi
tersebut diatas.

Adapun misi Rasulullah Saw adalah “amar ma’ruf nahi mungkar”. Rasulullah
SAW mengajak orang-orang untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan larangan.
Metoda yang digunakan Rasulullah SAW pun sangat sederhana dan mudah ditiru
karena sebelum Rasulullah Saw mengatakan dan atau melakukan sesuatu, terlebih
dahulu beliau yang mempraktekkannya (dakwah bi al hal), jadi tidak sulit bagi orang
lain untuk mencontohnya. Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni
dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan yang diridhai Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-
masing.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa metode dakwah yang


digunakan Rasululllah SAW sangat sederhana, namun banyak sekali tantangan yang
beliau hadapi. Namun, Rasullullah SAW tetap teguh pada pendiriannya untuk
menyadarkan umatnya dari perbuatan syirik, kufur dan bentuk kerusakan lainnya
menuju kehidupan yang damai dan islami. Strategi dakwah Rasullullah SAW adalah
brilian yang artinya dakwah Rasulullah SAW dilakukan secara bertahap diawali
dengan dakwah secara sembunyi-sembunyi yang hanya ditujukan bagi keluarga dan
sahabat terdekatnya yang disebut dengan assa-biqunal al-awwalun yaitu, Khodijah,
Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib, Ummu Aiman dan Zaid Bin Harisah. Namun seiring
berjalannya waktu gerakan dakwah nabi ini kemudian bergeser secara terang-
terangan. Dalam hal tersebut kunci utama diterimanya dakwah Rasulullah adalah
karena beliau selalu istiqomah tanpa mengenal putus asa untuk terus berdakwah
ditengah tantangan godaan yang dihadapi. Kemudian Rasulullah akan
bertanggungjawab atas apa yang diucapkan di dalam dakwahnya sebab beliau akan
mempraktekkan terlebih dahulu sebelum mengatakan kepada umatnya. Metode
dakwah yang digunakan Rasulullah SAW yang pertama adalah metode ceramah,
metode ini dilakukan untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian,
penjelasan tentang sebuah masalah yang dihadapi beberapa orang. Kedua, metode
diskusi, metode ini dilakukan untuk menyampaikan beberapa ilmu dengan cara
berdiskusi sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda setiap masing-masing
orang. Ketiga, metode tanya jawab. Metode ini dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman. Keempat, metode propaganda yang
bertujuan untuk menyiarkan islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk namun
tidak bersifat paksaan.

Dalam berdakwah beberapa materi dakwah Rasulluh SAW mengenai akidah


islamiah sebab akidah dinilai sangat penting dalam pembentukan moralitas atau
akhlak manusia. Kemudian bersinggungan dengan masalah syariat, sebab syariat akan
menjadi kekuatan peradaban di kalangan umat muslim dan yang terakhir masalah
akhlak, masalah akhlak ini mencakup budi pekerti dan tingkah laku manusia.
Menurut Al-Farabi, ilmu akhlak ini membahas mengenai keutamaan yang membawa
manusia pada tujuan hidup yang tinggi yaitu kedamaian dan kebahagiaan.
Dewasa ini, para ahli agama dapat berdakwah melalui cara modern dengan
menggunakan media sosial contohnya penggunaan aplikasi Youtube, Instagram,
Tiktok ataupun Facebook. Dibandingkan menggunakan cara konvensional, cara
modern dinilai lebih luas dalam mencapai targetnya karena dapat mencapai hampir
seluruh umat muslim yang ada didunia. Ada banyak sekali hal positif yang terjadi
apabila dakwah dilakukan menggunakan cara modern. Media juga merupakan faktor
yang sangat penting bagi pembentukan citra, image maupun stigma, lantaran dari
medialah masyarakat atau publik mengetahui realitas yang tengah terjadi di tempat
lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryatmoko bahwa berita seharusnya
mencerminkan peran juru bicara derita kemanusiaan, maka, toleransi perlu
diciptakan.

Berdakwah dengan menggunakan media sosial juga merupakan hal yang sangat
efektif dan efisien, dilihat dari cepatnya penyebaran informasi hingga ke berbagai
penjuru. Dan berdakwah dengan menggunakan media sosial juga memiliki banyak
manfaat untuk mempermudah mad'u dalam mendapatkan informasi keagamaan.
Dakwah melalui media sosial dapat di nikmati dengan segala keadaan, karena
mengingat bahwa dakwah bukan hanya dilakukan di atas mimbar, melainkan dapat
dilakukan dengan beberapa metode. Namun, perlu diketahui lebih lanjut seberapa
efektif media sosial terutama Facebook, Instagram, serta Whatsapp bila digunakan
dalam media berdakwah agar informasi yang dihasilkan tepat sasaran terhadap para
pendengar. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan efektivitas dari media sosial yang
digunakan seperti Facebook, Instagram, serta Whatsapp sebagai sarana dakwah yang
sering digunakan. Berdasarkan permasalahan diatas, kami mahasiswa Pendidikan
Manajemen Perkantoran tertarik untuk melakukan penelitian jurnal dengan judul
“Efektivitas Sosial Media Sebagai Sarana Dakwah”.

Landasan Teori

1. Definisi Media Sosial


Menurut Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012), media sosial adalah media
yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, atau menjadi sosial secara daring
dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain. Selain itu,
menurut Mark Hopkins (2008) sosial media adalah istilah yang tidak hanya
mencakup berbagai platform Media Baru tetapi juga menyiratkan dimasukkannya
sistem seperti FriendFeed, Facebook, dan lain-lain yang pada umumnya dianggap
sebagai jejaring sosial. Idenya adalah bahwa berbagai platform media yang memiliki
komponen sosial dan sebagai media komunikasi publik. Terakhir, menurut Michael
Cross (2013) media sosial adalah sebuah istilah yang menggambarkan bermacam-
macam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang ke dalam suatu
kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang berbasis
web. Dikarenakan internet selalu mengalami perkembangan, maka berbagai macam
teknologi dan fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami perubahan.
Hal ini menjadikan media sosial lebih hypernym dibandingkan sebuah referensi
khusus terhadap berbagai penggunaan atau rancangan. We Are Social mencatat
jumlah pengguna media sosial secara global terus meningkat setiap tahunnya. Pada
Januari 2021, angkanya mencapai 4,2 miliar atau tumbuh 13,2% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dirinci, rata-rata lebih dari 1,3 juta
pengguna baru di media sosial setiap harinya sejak 2020. Angka tersebut setara
dengan 155 ribu pengguna baru setiap detik.

Adapun beberapa fungsi dari media sosial diantaranya yaitu:

1. Memperluas interaksi sosial manusia dengan menggunakan teknologi internet


serta web.
2. Menghasilkan komunikasi dialogis antara banyak audiens ( many to many).
3. Melaksanakan transformasi manusia yang tadinya pemakai isi pesan berganti
jadi pesan itu sendiri.
4. Membangun personal branding untuk para pengusaha maupun tokoh
masyarakat.
5. Sebagai media komunikasi antara pengusaha maupun tokoh masyarakat
dengan para pengguna media sosial yang lain.

2. Definisi Dakwah

Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja
kerja (fi’il) yaitu, da’a (‫( دعا‬yad’u (‫و يد‬LLL‫( ع‬yang artinya mengajak, menyeru,
mengundang atau memanggil. Secara terminologi dakwah mempunyai pengertian,
sebagaimana dikemukakan para ahli dakwah, diantaranya: Menurut M.S. Nasaruddin
Latif, dakwah yaitu setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat
menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mematuhi Alllah
SWT sesuai dengan garis akidah dan syari’ah serta akhlak Islamiyah. Dakwah juga
diartikan sebagai suatu kegiatan mengajak, mempengaruhi, menyeru dan memanggil
serta merubah seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik.” Secara defenisi
pengertian dakwah dapat diuraikan berdasarkan pendapat beberapa ahli, antara lain:
Menurut Ali Mahfuz mengatakan bahwa dakwah adalah “Mendorong manusia untuk
berbuat baik menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan danmelarang dari
yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”. Pengertian
lain dikatakan bahwa “dakwah Islamiyah adalah mengajak orang untuk meyakini dan
mengamalkan aqidah dan syari’at Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan
diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.”

Metode Penelitian

Ada pun jenis penelitian ini adalah studi literatur. Zed dalam penelitian
Kartiningsih (2015) mengatakan bahwa metode studi literatur adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Kartiningsih menambahkan bahwa
Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari
dasar pijakan/ fondasi utnuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka
berpikir, dan menentukan dugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis
penelitian. Sehingga para peneliti dapat mengelompokkan, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah orang – orang yang menggunakan media sosial
Facebook, Instagram dan Whatsapp.

Hasil dan Pembahasan

Pada studi literatur pertama yang membahas tentang efektivitas Facebook


sebagai media dakwah mengatakan bahwa, berdasarkan KOMINFO, 95 persen dari
penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Oleh
karena itu, penggunaan internet sebagai media dakwah bisa menjadi salah satu
alternatif yang efektif dalam melakukan dakwah Islam. Dalam Facebook terdapat
fitur untuk mengirimkan video dakwah oleh para ahli agama atau livestream secara
langsung untuk menyampaikan dakwah. Hal ini bisa dijangkau oleh seluruh
masyarakat Indonesia beragama muslim untuk melihat video tersebut karena
jangkauan dari jejaring facebook sendiri sangat luas. Selain itu dengan jumlah
pengguna yang banyak serta penggunaan navigasi yang mudah, dapat menjadikan
media sosial Facebook sebagai pilihan sarana dakwah masa kini. Maka, tak sedikit
dari para juru dakwah atau da’i memanfaatkan aplikasi Facebook yang ada sebagai
sarana dakwah Islam. Dengan melihat perkembangan pengguna Facebook yang ada
saat ini, berdakwah melalui sarana tersebut akan sangat efektif. Efektivitas facebook
ini dapat dilihat dari bagaimana Facebook dapat menyebar luas di masyarakat, yaitu
dengan pertumbuhan 73% pertahun dari total pengguna Facebook di Indonesia.
Selain itu, beberapa fitur yang terdapat di aplikasi Facebook ini dapat dimanfaatkan
bagi juru dakwah atau para ida’i sebagai sarana dakwah Islam yang akan
menjembatani kemajuan teknologi dan informasi dengan proses dakwah. Hal ini juga
bermaksud untuk merubah paradigma masyarakat yang beranggapan bahwa dakwah
Islam hanya dapat dilakukan dalam pengajian saja.
Pada studi literatur kedua yang membahas tentang efektivitas Instagram
sebagai media dakwah mengatakan bahwa, peneliti menyajikan 5 akun Instagram
yang menyediakan fasilitas dakwah dapat dilihat pada tabel berikut.

Fenomena dakwah di Instagram memunculkan pertanyaan tentang efektivitas


Instagram sebagai media dakwah. Dilansir dari detikInet, terdapat sejumlah
komunitas hijrah di berbagai wilayah Indonesia yang memanfaatkan media sosial
Instagram (Haryanto, 2017). Hal ini dilihat dari banyak ditemukannya kampanye
gerakan hijrah di Instagram. Berdasarkan pengamatan peneliti pada tanggal 25
Oktober 2018, ditemukan 4.451.704 kiriman tentang topik hijrah dengan tagar
#hijrah. Hal ini menandakan bahwa tidak sedikit anak muda yang mempelajari agama
melalui media sosial, salah satunya melalui Instagram. Akan tetapi, maraknya #hijrah
di Instagram belum cukup untuk mengindikasikan berhasilnya dakwah. Fenomena
hijrah di Instagram tidak menjamin adanya perubahan pada diri seseorang. Selain itu
peneliti mencoba metode kualitatif eksplanatif dengan pengumpulan data
menggunakan cara wawancara dan observasi dimana terdapat 7 partisipan yang
mengikuti akun Instagram pemuda hijrah dengan tabel sebagai berikut.
Sumber: (Nurrahmi & Farabuana, 2020)

Simpulannya para partisipan menunjukan respon positif dimana dakwah


melalui konten video melalui Instagram bisa dikatakan efektif. Hal ini dilihat dari
video dakwah pada akun Instagram Pemuda Hijrah yang mampu meningkatkan
pemahaman agama serta membentuk motivasi dan perilaku hijrah pada informan.
Namun, motivasi dan perilaku hijrah juga dipengaruhi intensitas dan atensi informan
dalam mengakses video dakwah di akun tersebut. Seseorang dengan tingkat intensitas
dan tingkat atensi yang lebih tinggi menghasilkan motivasi hijrah yang besar dan
perilaku hijrah yang lebih progresif.

Pada studi literatur terakhir yaitu efektivitas media sosial Whatsapp sebagai
media dakwah dimana partisipannya merupakan mahasiswa KPI UIN STS Jambi,
peneliti mengatakan bahwa efek yang paling menonjol dari berdakwah melalui
aplikasi Whatsapp Messenger adalah efek kognitif. Karena kebanyakan mahasiswa
KPI UIN STS Jambi hanya menerima dakwah tetapi hanya sebagian kecil yang
mengunggah ulang dakwah tersebut dan hanya sebagian kecil juga mahasiswa yang
menerapkan hasil dari dakwah tersebut. Mahasiswa KPI UIN ST Jambi lebih sering
mengunggah informasi-informasi yang beterkaitan dengan kuliah dari pada dakwah,
tetapi mahasiswa KPI UIN STS Jambi suka menerima informasi dakwah nya saja
karna bisa menambah pengetahuan Islami tapi hanya sebagian kecil yang
meunggahnya.
Mengingat dahulu dakwah islam yang dilakukan Rasulullah SAW dilakukan
dengan mendatangi rumah ke umah untuk memberikan materi seputar islam, saat ini
aktivitas dakwah dapat dilaksanakan dengan beragam metode, strategi dan media.
Generasi milenial yang bergantung pada teknologi seperti laptop, Ipad dan
smartphone menjadikan para kaum milenial menghabiskan waktunya dengan konten-
konten yang tersedia di sosial media. Kemajuan teknologi yang kita rasakan
diharapkan tidak menjadikan masyarakat kehilangan konten positif yang telah
tersedia di sosial media, seperti data yang telah dicantumkan di atas, bahwasannya
banyak akun yang memposting kajian islam yang dirasa cukup membuat remaja
milenial untuk mendaptkan siraman qolbu dari potingan tersebut.

Selain Facebook, Whatsapp dan Instagram, Youtube juga dikenal dan


dimanfaatkan sebagai media untuk berakwah. Terdapat beberapa ustadz di Indonesia
yang telah memanfaatkan Youtube sebagai media dalam menyiarkan dakwah seperti
Ustadz Aa Gym yang telah bergabung dengan youtub di tahun 2016 dan telah
memiliki subscriber mencapai 5 juta. Selain itu ada Ustadz Adi Hidayat yang telah
memiliki 369 ribu subscriber dan terdapat 172 video yang diunggah. Selanjutnya
Ustadz Hanan Attaki yang sudah tidak asing di telinga anak muda, sebab gaya
dakwahnya yang kerap membahas kehidupan anak muda, Ustadz Hanan Attaki telah
memiliki 823 subscriber Youtube. Dan yang terakhir ada Ustadz Abdul Somad yang
dikenal sebagai pendakwah yang digemari banyak orang karena ceramahnya diselingi
dengan lawakan. Ustadz Abdul Somad memiliki 1 juta subscriber di Youtube-nya.

Kesimpulan

Menggunakan media sosial sebagai media dakwah ternyata cukup efektif


terbukti dengan penelitian yang sudah dilakukan berbagai peneliti dari berbagai
macam media sosial seperti Facebook, Instagram dan Whatsapp menunjukan respon
positif. Meskipun tidak dipungkiri bahwa akan selalu ada dampak negatif dari
penggunaan media sebagai media dakwah, karena bisa saja clip video dakwah
terpotong dan malah memunculkan keambiguan.

Daftar Pustaka

Asmaya, E. (2020). Implementasi Metode Dakwah Islam Nabi Muhammad Saw Di


Indonesia. Komunika, 8(2), 230–231.

Dianto, I. (2018). Peranan Dakwah Dalam Proses Pengembangan Masyarakat Islam.


Hikmah, 12(1), 90. https://doi.org/10.24952/hik.v12i1.854

Ghafur, W. (2014). DAKWAH BIL-HIKMAH DI ERA INFORMASI DAN


GLOBALISASI Berdakwah di Masyarakat Baru. Jurnal Ilmu Dakwah
Walisongo, 34(2), 236–258. https://doi.org/10.21580/jid.v34.2.69

Ghazali, Z. (2017). PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK SEBAGAI


MEDIA DAKWAH DALAM MASYARAKAT VIRTUAL. Al-Muttaqin, IV(1),
85–90.

Hamdan, & Mahmuddin. (2021). Youtube Sebagai Media Dakwah. Palita: Journal
of Social Religion Research, 6(1), 63–80.

Khoiruzzaman, W. (2016). Urgensi Dakwah Media Cyber berbasis Peace Journalism.


Jurnal ilmu Dakwah, 36(2), 316–334.

NURMALAINI, N., Arfan, A., & Maulana, A. N. (2021). Efektivitas Whatsapp


Mesengger Sebagai Media Dakwah Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha …. Diambil dari
http://repository.uinjambi.ac.id/8183/

Nurrahmi, F., & Farabuana, P. (2020). Efektivitas Dakwah melalui Instagram.


Nyimak: Journal of Communication, 4(1), 1.
https://doi.org/10.31000/nyimak.v4i1.2326

Syamsudin. (2009). Strategi Dan Etika Dakwah Rasulullah Saw. Ilmu Dakwah, 4(14),
793–808.

Anda mungkin juga menyukai