Ekonomi kreatif disebut sebagai salah satu sector ekonomi yang paling cepat berkembang
dan sangat transformative dalam hal peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan
pendapatan ekspor. Ekonomi kreatif telah menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di banyak
Negara dan unik karena diciptakan dari sumber daya yang tidak terbatas (ide). Tidak hanya
sumber daya yang tidak terbatas, tetapi juga memberikan nilai tambah yang tinggi terhadap
barang dan jasa. Ekonomi kreatif ini merupakan industri-industri yang berasal dari kreativitas,
keterampilan dan bakat individu yang memiliki potensi kekayaan dan penciptaan lapangan kerja
melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intelektual. Terdapat empat faktor yang menjadi
penentu ekonomi kreatif, yaitu kreativitas, warisan, ekonomi dan teknologi. Selain mendorong
pertumbuhan ekonomi, ekonomi kreatif juga mampu berkontribusi dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDGs).
Ekonomi kreatif dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan dan
kemakmuran, terutama bagi Negara-negara berkembang yang ingin mendiversifikasi ekonomi
mereka dan membangun ketahanan. Ekonomi kreatif juga sangat penting untuk tercapainya
target terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), misalnya pada tujuan
pembangunan berkelanjutan nomor 1 (memberantas kemisikinan ekstrem). Esensi pada tujuan 1
dapat dicapai melalui elemen sosial dan budaya, seperti pendidikan, kesehatan, dan kegiatan
pemberdayaan gender yang erat kaitannya dengan masalah kemiskinan, dengan pengembangan
ekonomi kreatif maka memungkinkan terjadinya peningkatan standar hidup sehingga esensi-
esensi yang ada pada tujuan 1 dapat tercapai. Selain itu, ekonomi kreatif juga dapat membantu
tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 8 dan 9. Ekonomi kreatif yang
berkembang dapat meningkatkan PDB perkapita, menyerap karyawan informal dan
menghasilkan lebih banyak pekerjaan dibidang kreatif yang terkait dengan pariwisata, serta
mampu meningkatkan teknologi industry di semua Negara. Yang mana hal-hal tersebut
merupakan perwujudan tercapainya target-target tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 8
dan 9. Dengan melihat dampak-dampak positf dari ekonomi kreatif tersebut bagi suatu Negara
maka ekonomi kreatif dapat dipastikan merupakan suatu sector ekonomi yang penting dan harus
dikembangkan.
Ekonomi kreatif di Indonesia resmi diukur oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Lima digit
kode Klasifikasi Standar Industri Indonesia (KBLI) ekomi kreatif digunakan sebagai kunci untuk
mengidentifikasi bisnis kreatif (terdapat 223 KBLI-ISIC lima digit ekonomi kreatif di Indonesia).
Pengukuran ekonomi kreatif di Indonesia telah dilakukan dua kali, yaitu pada tahun 2016 dan
2017. Pada tahun 2016 dilakukan Survei Khusus Ekonomi Kreatif 2016, sedangkan pada tahun
2017 ekonomi kreatif diukur melalui sensus ekonomi. Adapun hasil dari pengambilan data yang
dilakukan pada tahun 2016 dan 2017, yaitu :
Jumlah pelaku usaha ekonomi kreatif di Indonesia (2016) adalah sebanyak 8.2 juta;
Mayoritas pengusaha ekonomi kreatif adalah perempuan (55%);
Hampir 92% industry kreatif di Indonesia berasal dari usaha mikro kecil;
Rata-rata pendidikan pengusaha ekonomi kreatif adalah pendidikan pasca sekolah
menengah;
Proporsi usaha rintisan dalam ekonomi kreatif adalah 19.8%;
Ekonomi kreatif Indonesia didorong oleh tida industry dominan, yaitu seni kuliner,
fashion dan kriya;
Sebagian besar (92.6%) bisnis ekonomi kreatif memiliki pendapatan dibawah 300
juta rupiah per tahun;
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional tahun 2016 sebesar 7.4%;
Industry kreatif yang melakukan penelitian dan pengembangan adalah televise dan
radio (46.2%), pengembangan aplikasi dan game (51.4%) dan desain komunikasi
visual (44.9%);
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB pada tahun 2016 adalah 922.6 triliun
rupiah;
Ekspor komoditas ekonomi kreatif pada 2016 adalah 20 milyar dolar.
Isu yang terjadi pada ekonomi kreatif di Indonesia adalah adanya permasalahan dalam
penetapan tolok ukur untuk mengukur ekonomi kreatif karena berbagai masalah kategorisasi,
baik konseptual maupun praktis. Berbagai masalah kategorisasi yang dimaksud yaitu
penggunaan indikator yang berbeda dalam pengukuran ekonomi kreatif, seperti pemilahan data
bedasarkan pekerjaan, wilayah geografis, perkotaan-pedesaan, 16 industri ekonomi kreatif,
gender dan indicator lainnya. Hal-hal (isu) tersebutlah yang mengakibatkan munculnya banyak
tantangan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.