Anda di halaman 1dari 5

D.

Kegiatan Pembelajaran 4

1. Tata Guna Lahan

2. Tujuan Materi Pembelajaran

Adapun tujuan dari materi pembelajaran ini adalah agar


a. mahsiswa mampu menjelaskan tentang tata guna lahan dan hubungannya
dengan tata ruang
b. mahasiswa mampu memperkirakan kebutuhan yang akan datang
c. mahasiswa mampu membuat perpetakan

3. Materi Pembelajaran

3.1. Umum
Lahan merupakan sumber daya alam menyangkut kebutuhan hidup setiap
orang, maka perlu diatur dan direncanakan penggunaannya. Penggunaan lahan
(guna lahan) mempunyai arti “kegiatan sehari-hari” yang ada diatas bidang lahan.
Dengan demikian ada penggunaan lahan untuk pertanian, industry, perumahan,
pendidikan dan sebagainya. Pola penggunaan lahan ini diatur atau direncanakan
ke dalam rencana tata guna lahan.
Fungsi-fungi kota terdiri atas fungsi-fungsi kediaman, pemerintahan,
perdagangan, tempat-tempat karya, rekreasi, sirkulasi (transportasi) dan
sebagainya. Sedangkan fungsi-fungsi Daerah atau Wilayah terdiri atas kegiatan
pertanian, perkebunan, persawahan, kehunian, sirkulasi dan sebagainya.
Tata guna lahan sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan masyarakat,
badan atau perorangan, yang disenut juga determinan (unsure penentu), yang
apada umumnya saling pengaruh mempengaruhi (interrelated), yaitu antara
unsure-unsur ekonomi, social dan umum. Unsur yang terkuat biasanya mejadi
penentu penggunaan lahan. Dalam hal ada pertentangan kepentingan, maka
Pemerintah harus menentukan determinan mana yang perlu didahulukan yang
pada dasarnya demi kepentingan umum.
Penggunaan lahan atau tata guna lahan agaknya dapat diibaratkan sisi lain
dari mata uang yang disebut Tata Ruang. Tata Guna lahan dapat dilihat sebagai
proyeksi vertikal tata ruang pada permukaan bumi, yaitu sesudah tata ruang
tersusun sesuai dengan tujuan.
Untuk dapat menguasai hal-hal tersebut, maka diperlukan
penyelidikan/survey mengenai:
a. Data fisiografis atau peta dasar (base map) dengan semua jaringan jalan, jalan
kereta api, stasiun dan pelabuhan, sungai dan danau, bangunan umum dan
tinggi rendah tanah (garis countour), yang untuk kota dipetakan dengan skala
1 : 25000. Skala peta ini bergantung pada luas kota, untuk rencana daerah
(regional) diperlukan peta dasar dari 1 : 50000 sampai 1 : 250000.
b. Survey tata guna lahan yang terlebih dahulu menetapkan penggolongan
penggunaan tanah. Untuk rencana rinci (peta dasar dengan skala 1 : 1000),
tentunya dibutuhkan tata penggunaan yang terinci pula, bahkan mungkin perlu
diketahui pengunaan setiap persil.
c. Survey tentang sosial-budaya. Sosial-budaya: pola guna lahan selalu
dipengaruhi oleh pola social-budaya masyarakat/kebiasaan, adat istiadat,
selera, dsb. Para perencana tata ruang perlu mengenal masyarakat yang (bakal)
menempati lingkungan yang direncanakan.
d. Survey nilai lahan. Nilai lahan ini pengaruh mempengaruhi dengan pola
penggunaan lahan. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat meningkatkan
harga lahan, karena memberikan nilai tambah kepada kawssan yang
dilayaninya. Sebaliknya pemanfaatan dan pemilikan jenis, kualitas atau lokasi
prasarana dan sarana dapat pula disesuaikan dengan nilai (harga) lahan.
Secara umum penggunaan lahan kota dapat digolongkan untuk perumahan,
bangunan umum, jalan raya, jalan kereta api, stasiun/pelabuhan, industry,
perdagangan, pemerintahan, rekreasi, tanah kosong.
e. Penyelidikan harga tanah dan status kepemilikan juga perlu dilakukan.
f. Selanjutnya penyelidikan mengenai tata air, daerah banjir dan system saluran
drainase untuk memperkuat pertimbangan mengenai tata guna tanah di masa
depan.
g. Penyelidikan masalah estetika dan sikap masyarakat.
Kebutuhan Yang Akan Datang
Tidak ada suatu standar yang berlaku dimanapun untuk menghitung
kebutuhan akan lahan di masa yang akan datang, karena kebutuhan akan lahan
terutama ditentukan oleh keadaan/kebutuhan perkembangan setempat.
Biasanya kebutuhan yang akan datang diperkirakan berdasarkan
perkembangan penduduk, kepadatan penduduk yang diingini dan komposisi
pekerjaan penduduk (employment). Perencanaan tata guna lahan memperkirakan
hal-hal berikut:
1. Interrelasi dengan perencanaan transportasi dan utilitas
2. Lokasi, intensitas penggunaan, luas lahan, pengelompokkan atau distribusi
penggunaan serta arah perkembangannya untuk berbagai fungsi kota dan
daerah yang memerlukan ruang
3. Pengaruh tata guna lahanterhadap air
Perencanaan tata guna lahan sangat bergantung pada
1. proyeksi penduduk dan determinan-determinan social lainnya
2. proyeksi ekonomi
3. pengertian atau penguasaan (pengetahuan, pemahaman yang mendalam) akan
interrelasi antara seluruh jenis penggunaan lahan.
Unsur-unsur pokok atau unsur-unsur utama yang menjadi dasar perencanaan
adalah:
1. Unsur penduduk: jumlah, komposisi menurut umur, kelamin, anak umur
sekolah, susunan keluarga, stratifikasi social, struktur social, ekonomi dan
social budaya, dsb.
2. Pengaruh transportasi: sistem transpotasi mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap tata guna lahan dibanding dengan prasarana yang lain, karena
semua kegiatan selalu berupaya dekat pada sistem transportasi, terutama
prasarana berupa jalan raya, sedang jalan rel dan sarana transportasi jenis lain
pengaruhnya lain lagi. Maka ada penggunaan lahan yang disebut ”guna lahan
pembangkit lalu lintas” (Traffic generating land use), karena kegiatan diatas
bidang lahan tsb merupakan daya tarik dan sumber kegiatan lalu lintas.
Dengan demikian tata guna lahan berkaitan erat dengan sistem prasarana dan
sarana, dan juga terjadi interaksi antara penggunaan lahan .
Tata guna lahan merupakan proyeksi tata ruang pada lahan. Maka
perencanaan tata ruang perlu memperhatikan hubungan yang saling mendukung
antara fungsi ruang yang satu dengan fungsi ruang yang lain. Artinya perencanaan
penggunaan lahan perlu memperhitungkan hubungan yang serasi antar fungsi
lahan. Tata guna lahan memerlukan penelitian dan pemikiran yang
memperhatikan beragam unsur dan memperhitungkan syarat-syarat geografis dan
perkembangan serta pengembangan sosio-ekonomi seluruh wilayah sebagai upaya
utamanya. Dengan demikian rencana penggunaan lahan menentukan berbagai
zona/daerah dan tipe-tipe kegiatan pertanian (alam,hutan) dan berbagai kegiatan
ekonomi lainnya, tempat-tempat serta bagian-bagian untuk keperluan pemukiman.
Kadar atau tingkat intensitas penggunaan lahan untuk pemukiman/perumahan,
industry, pertanian serta penggunaan cadangan air, dsb, perlu diperhatikan serta
dicatat, karena berarti perbedaan intensitas akan menyebabkan dampak atau
pengaruh yang berbeda pula.
Perencanaan wilayah selain dinyatakan dalam bentuk uraian kata-kata tentang
kebijaksanaan, tujuan, unsure waktu, biaya, dsb, juga dituangkan kedalam peta-
peta. Peta-peta ini menunjukkan fungsi atau kegiatan pertanian, kehutanan,
pedesaan, perkotaan, industri, jaringan transportasi, dsb.

3.2 Tata Guna Lahan Wilayah/Kota


Tata guan lahan menempati posisi penting dalam proses perencanaan tata
ruang umumnya, dan perencanaan wilayah atau perencanaan kota dan desa pada
khususnya.
Secara umum penggunaan lahan wilayah dikelompokkan sebagai berikut:
pertanian, hutan, perkebunan, kota/desa, padang rumput, tanah tandus, rawa-rawa,
danau, jalan raya, jalan kereta api, dan insutri.
Dalam membicarakan penggunaan lahan (land use) dimaksud pula ruang
diatas permukaan tanah maupun yang dibawahnya. Seperti pertambangan terbuka
atau dibawah permukaan tanah, jalur penerbangan disekitar pelabuhan udara,
pemasangan dan penggunaan pipa dibawah tanah, dsb. Dalam perencanaan tata
guna lahan wilayah, terutama dekat pantai perlu diantisipasi perubahan tata guna
lahan karena perubahan alamiah yang banyak disebabkan oleh waktak sungai
antara lain karena keadaan disebelah hilirnya.
Perpetakan
Perpetakan (subdivision) merupakan pembagian sebidang lahan yang luas
ataupun terbatas, dikota atau daerah, menjadi petak-petak untuk berbagai
keperluan, seperti jaringan jalan dan prasarana/utilitas lainnya, perumahan,
berbagai jenis bangunan sarana pemerintah (kantor kecamatan,kelurahan,pemadan
kebakaran, dsb) social (pendidikan,kesehatan,ruang terbuka/open space) dan
komersial (pasar,toko,dsb). Dengan demikian rancangan perpetakan merupakan
bagian penting dari upaya pemberian bentuk kepada/bagi seluruh kota.
Pekerjaan perpetakan memerlukan wawasan, imajinasi, dan pandangan
kedepan, sehingga tak mudah terjebak dalam kebutuhan sesaat atau berjangka
pendek, memperhitungkan perkembangan berjangka panjang, misalnya jalan-
jalanyang terasa cepat menjadi terlalu sempit dan perlu perlebaran dengan segala
konsekuensinya.
Perpetakan biasanya sangat mendapat perhatian didalam daerah perkotaan,
karena guna lahanyang intensif dan mempunyai nilai tinggi, tetapi diperlukan juga
didaerah luar kota dalam perencanaan wilayah.

Anda mungkin juga menyukai