PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN PRAKTIKUM
2
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat
lubang tembak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak dengan penerapan
metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
3
PEMBAHASAN
4
2.1.4 Kesimpulan
Sebelum melakukan peledakan kita harus mengetahui tahapan- tahapan
peledakan dimulai dengan: pembersihan lahan, penentuan titik bor, proses
drilling, pengisian bahan peledak, persiapan peledakan, pengamanana area,
peledakan.
5
2.2 Acara II Kriteria Penggalian Dan Alat Bor
2.2.1 Pendahuluan
Dalam dunia pertambangan ada banyak cara dan teknik yang dipakai
untuk mendapatkan solusi terhadap suatu permasalahan. Salah satunya adalah
mengenai pembongkaran batuan (bahan galian) yang sangat keras, dimana
batuan tersebut tidak dapat dibongkar secara manual maupun mekanis. Maka
dipilih teknik pemboran dan peledakan. Untuk itu diperlukan suatu
pengenalan dengan mengikuti praktikum pemboran dan peledakan ini.
2.2.2 Latar Belakang Teori
Cara menentukan kriteria penggalian yaitu :
a. Kriteria penggalian menurut RMR
6
Gambar 2.2 Hubungan laju penggalian roadheader vs RMR (sandbak
1985)
7
c. Kriteria penggalian menurut kecepatan seismik
8
Gambar 2.7 Grafik kriteria kemampugaruan
Rumus :
9
Cara kerja pemboran mata bor ada tiga jenis, tumbuk, putar, putar
tumbuk.
1. Metode pemboran perkusif (percussive drill)
Pada pemboran ini energi dari mesin bor (rock drill) diteruskan oleh batang
bor dan mata bor untuk menemukan batuan. Komponen utama dari mesin bor
ini ialah piston yang mendorong dan menarik tangkai (shank) batang bor.
Energi kinetik piston diteruskan ke batang bor dalam bentuk gelombang kejut
(shock wave) yang bergerak sepanjang batang bor dengan kecepatan ±
5000m/detik (setara kecepatan suara pada baja).
2. Metode Rotari (Rotary drill)
Berdasarkan sistem penetrasinya, metode rotary terbagi menjadi 2 sistem
yaitu tricone dan drag bit. Disebut tricone jika penetrasinya berupa gerusan
(crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya berupa potongan. Sistem
tricone digunakan untuk batuan sedang hingga lunak, system drag bit
digunakan untuk batuan lunak. Contoh alat bor dengan sistem ini adalah
hydrolic rotary drill
3. Metode Rotary Perkusif (Rotary-percussive drill)
Pada pemboran Rotary-perkusif, aksi penumbukan oleh mata bor
dikombinasikan dengan aksi putaran, sehngga terjadi proses peremukan dan
pengerusan permukaan batuan. Metode ini dapat digunakan pada bermacam-
macam jenis batuan.
10
b. Down the Hole Hammer ( DTH Hammer)
Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar yang sumber
dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH Hammer dipasang dibelakang
mata bor, didalam lubang sehingga hanya sedikit energi tumbukan yang
hilang akibat melewati batang bor dan sambungan-sambungannya. Contoh
dari alat bor dengan menggunakan sistem tumbuk putar adalah jack hammer.
11
PEMBAHASAN
12
2.2.4 Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembongkaran batuan yang sangat keras
dengan menggunakan metode peledakan dan pembongkaran.
13
2.3 Acara III Bahan Peledak Dan Kesetimbangan Oksigen
2.3.1 Pendahuluan
Secara umum BP dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur
padat, cair atau gas yang berkondisi metastabil dan dapat melakukan reaksi
kimia dengan cepat tanpa ada unsur lainnya, seperti oksigen atmosfir.
Reaksnya dapat dipicu secara mekanis kejut atau panas. Ketahanan untuk
melakukan reaksi mencerminkan sensitivitas bahan peledak.
2.3.2 Latar Belakang Teori
14
Gambar 2.10 Klasifikasi bahan peledak menurut JJ Manon, 1976
15
Karakteristik gas hasil peledakan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. ZOB ( zero oxygen balance ); terjadi kesetimbangan rekasi kimiawi
sehingga semua gas bereaksi dan terbentuk smoke.
Contoh :
16
PEMBAHASAN
17
2.3.4 Kesimpulan
Dari prinsip kesetimbangan oksigen tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
segitiga detonasi bahan peledak dapat dikatakan terbakar jika kecepatan <1600
m/s, dan dikatakan meledak jika kecepatan >1600 m/s.
18
2.4 Acara IV Perlengkapan Dan Peralatan Peledakan
2.4.1 Pendahuluan
1. Peralatan Peledakan
Alat – alat yang diperlukan untuk menguji dan menyalakan
rangkaian peledakan.
2. Perlengkapan Peledakan
Material yang diperlukan untuk membuat rangkaian peledakan
sehingga isian handak dapat dinyalakan.
19
SUMBU LEDAK 1. Sumbu ledak Tergantung detonator
2. Detonatring yang dipakai
Relay /Dellay
connector
3. Initator (detonator
listrik/biasa)
LISTRIK 1. Detonator listrik 1. Blasting machine/
2. Connecting wire exploder
2. Blasting machine tester
: - Rheostat
-Blasting VOM meter
3. Circuit tester :
- Galvanometer
- Voltmeter
4. Tamper
5. Leading wire
NON LISTRIK 1.Detonator non listrik 1. Exploder
(Nonel, Hercudet) 2. Gas supply unit (untuk
2. Connector hercudet)
3. Sumbu ledak (untuk 3. Circuit tester
nonel)
20
a. Du Pont Rheostat
b. Du Pont Blasting Glavanometer
c. Du Pont Blasting Voltohmeter
Cramper :
Alat khusus yang digunakan untuk menjepit atau mengikat kuat
detonator biasa dengan sumbu api
Sumbu api dikategorikan juga sebagai sumbu non-electric
Cara penggunaan :
21
Masukan sumbu api ke dalam detonator biasa. Persyaratan
pemotongan sumbu api harus dippenuhi sebelum dimasukan
kedalam detonator biasa.
Yakinkan bahwa sumbu api benar-benar telah menyentuh ramuan
pembakaran dalam detonator biasa.
Posisikan cramper pada ujung detonator biasa, kemudian jepit
detonatornya. Saudara bisa melakukan penjepitan lebih dari satu
kali untuk meyakinkan sambungan cukup kuat.
22
f. Gas beracun (fumes)
g. Kemasan (package)
4. Perlengkapan bahan peledak terdiri dari detonator, sumbu api, sumbu
ledak, dll.
23
PEMBAHASAN
24
2.4.4 Kesimpulan
Dalam melakukan kegiatan peledakan yang perlu diperhatikan adalah
perlengkapan dan peralatan peledakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan
dan peledakan tidak mengalami misfire.
25
2.5 Acara V Rancangan Dan Efek Peledakan
2.5.1 Pendahuluan
Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang
diinginkan, maka perlu suatu perencanan ledakan dengan memperhatikan
besaran-besaran geometri peledakan.
2.5.2 Latar Belakang Teori
Berikut akan dijelaskan perhitungan geometri peledakan menurut C.J.
Konya (1990). Seperti pada gambar 2.12
26
Dimana :
B = burden (ft)
De = Diameter bahan peledak (inchi)
SGe = SG bahan peledak
Stv = Relative bulk strength (ANFO = 100)
Tabel 2.2
Faktor koreksi terhadap jumlah baris dalam satu lubang ledak
CORRECTION FOR NUMBER OF Kr
ROW
One or two rows of holes 1,00
Trird and subsequent rows or buffer blast 0,9
Tabel 2.3
Posisi lapisan batuan
CORRECTION FOR ROCK DEPOSITION Kd
Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00
Tabel 2.4
Faktor koreksi terhadap struktur geologi
CORRECTION FOR GEOLOGY Ks
STRUCTURE
27
Heavy cracked, frequent with joint, weakly 1,30
cemented 1,10
Layers 0,95
Thin well cemented layers with tight joint
Massive intact rock
(L+ 7 B)
s=
8
Keterangan :
S = spacing (m)
L = tinggi jenjang (m)
B = burden (m)
Tabel 2.5
Persamaan untuk menentukan jarak spacing
Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4
( L+2 B)
Instantaneous S= S = 2.B
3
28
( L+2 B)
Delay S= S = 1,4.B
8
3. Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian
bahan peledak. Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak
stemming adalah :
Stv 0,33
T = 0,45 x De x [ ]
SGr
Keterangan :
De = Diameter lubang ledak, (inchi)
Stv = Relative Bulk Strength (ANFO =100)
4. Subdrilling
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada dibawah
garis lantai jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relative
rata setelah peledakan. Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling
menurut Konya adalah sebagai berikut :
J = 0,3 . B
Keterangan :
J = subdrilling (m)
B = burden (m)
5. Waktu Tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan
perbedaan waktu peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh
peledakan secara beruntun. Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada
peledakan beruntun dalam tiap-tiap baris. Detonator tunda digunakan
untuk peledakan beruntun antar baris lubang ledak, maka persamaan yang
digunakan untuk menentukan waktu tundanya adalah sebagai berikut :
Tr = Tr x B
Keterangan :
29
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = konstanta waktu tunda
B = burden (ft)
Tabel 2.6
Konstanta waktu tunda antar baris
Akibat yang dihasilkan Konstanta Tr
Keras, Airblast berlebihan, back break, dll 2
Runtuhan tinggi dekat jenjang, airblast moderat 2-3
Tinggi runtuhan cukup, airblast dan back break cukup 3-4
Runtuhan berpencar dengan back break minimum 4-6
Casting peledakan 7-14
Keterangan :
de = loading density, lb handak/ft kolom isisan
SGe = berat jenis bahan peledak
De = diameter bahan peledak (inchi)
Untuk menentukan banyaknya bahan peledak pada setiap lubang
digunakan
E = Pc x de x N
Keterangan :
E = jumlah bahan peledak
Pc = tinggi kolom isisan
30
de = loading density (kg/m3)
N = jumlah lubang ledak
Notasi :
B = burden S = spacing H = kedalaman lubang ledak
L = tinggi jenjang T = stemming PC = panjang isian handak
J = subdrilling
31
1. Penentuan Burden (B)
Dimensi yang pertama kali ditentukan ialah burden (B), yang
diturunkan berdasarkan diameter lubang tembak atau diameter mata bor
atau diameter dodol bahan peledak (handak).
Untuk menentukan burden, R.L Ash (1967) mendasarkan pada acuan
yang dibuat secara empiric, yaitu adanya batuan standart dan bahan
peledak standart. Batuan standart memiliki bobot isi 160 lb/cuft, da bahan
peledak standart memiliki berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12000
fps. Apabila batuan yang akan diletakan sama dengan batuan standart dan
bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart, maka digunakan
burden ratio (Kb) standart yaitu 30. Tetapi apabila batuan yang akan
diledakan tidak sama dengan batuan standart dan bahan peledak yang
dipakai bukan pula bahan peledak standart maka harga Kb-standart itu
harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuai (adjustment factor).
Jika :
De = diameter lubang ledak = diameter dodol handak
B = burden
Kb = burden ratio
Kb x De
B= ft atau B =
12
32
Dengan :
Dstd 1/3
Af1 = ( )
D
2
SGVe
Af2 = ( 2
SGstd x Vestd
Keterangan :
SG = BJ handak yang dipakai
Ve = VOD handak yang dipakai
Jadi :
Kb Terkoreksi x De
B= meter
39,3
2. Spacing (S)
Ks = S/B
Ks = Spacing ratio (1,00-2,00)
S = Ks. B ( meter)
Ukuran spacing dipengaruhi oleh :|
Cara peledakan yang digunakan : serentak atau beruntun
Fragmentasi yang diinginkan
Delay interval
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari hasil
ketentuan, akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (bolder) dan
tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing
adalah sebagai berikut :
Peledakan serentak = 2B
Peledakan dengan delay interval lama (second delay) S = B
33
Peledakan dengan milisecond delay S antara 1 B hingga 2 B
Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus. Santara 1,2 B hingga 1,8
B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam
baris yang sama S =1,15 B
3. Stemming (T)
Kt = T/B
Kt = Stemming Ratio (0,75 - 1,00)
T = Kt. B
Fungsi stemming :
Meningkatkan Confining pressure dari akumulasi gas hasil ledakan
Menyeimbangkan tekanan didaerah stemming
4. Kedalaman lubang ledak (H)
Kh = H/B
Kh = Hole dept ratio ( 1,5 - 4,0)
H = Kh.B (meter)
Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi
(kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik.
5. Subdrilling (J)
Kj = J/B
Kj = subdrilling ratio ( 2,0 - 0,3)
J = Kj.B (meter)
34
Panjang subdrilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi jenjang dan
kemiringan lubang ledak.
6. Charge Lenght ( PC)
PC =H–T
PC = panjang kolom isian (meter)
H = kedalaman lubang tembak (meter)
T = stemming (meter)
7. Loading Density (de)
Loading density ialah jumlah isian handak per meter panjang kolom isian
de = 71,63 De2/SC
de = 0,508 De2(SG)
de = loading density (kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = BJ bahan peledak
Jadi jumlah handak dalam stu lubang ledak (E) = PC.de.Kilogram
8. Powder factor (P)
Pf = W/E
Pf = powder factor (ton/kg)
W =berat batuan yang diledakan (ton)
E = berat bahan yang digunakan(kg)
Efek Peledakan
Efek peledakan yang dimaksud adalah pengaruh adanya peledakan
terhadap lingkungan sekitarnya dengan keamanan yaitu :
- Ground vibration (getaran tanah)
- Air blast (suara ledakan)
- Fly rock (batu terbang)
Ground Vibration
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elastis. Pada daerah
ini tegangan yang diterima mineral lebih kecil dan kuat tarik mineral sehingga
hanya menyebabkan bentuk dan volume.
Air Blast (Suara Ledakan)
35
Suara ledakan (air blast) adalah suara yang ditimbulkan oleh atau pada
saat terjadi ledakan air blast tidak seperti yang didengarkan seperti biasa,
tetapi merupakan gelombang tekanan yang terjadi pada atmosfer yang
terindikasikan oleh frekuensi tinggi, frekuensi rendah bahkan yang tidak
terdengar sekalipun.
Fly Rock
Batu terbang yaitu batu yang terlempar secara liar pada saat terjadi
peledakan. Batu terbang dapat terjadi oleh beberapa sebab, antara lain
karena :
- Penempatan lubang bor tidak tempat
- Kesalahan pola penyalaan
- Lantai jenjang kotor
- Evaluasi pemboran tidak tepat
- Kesalahan penyambungan
- Jumlah isian terlalu banyak
- Karena ada struktur retakan, kekar, dan sebangainya.
36
PEMBAHASAN
37
2.5.3 Kesimpulan
Sebelum melakukan peledakan kita harus merancang geometri peledakan
sesuai dengan yang dibutuhkan prusahaan dan meminimalisir efek dari peledakan
tersebut.
38
2.6 Acara VI Perhitungan Fragmentasi
2.6.1 Pendahuluan
Jumlah boulder merupakan salah satu kriteria keberhasilan suatu
peledakan. Perkiraan jumlah boulder diperoleh dari persamaan fragmentasi
model Kuz-ram. Faktor-faktor yang terkait dalam memperkirakan jumlah
boulde dengan menggunakan persamaan model Kuz-Ram diantaranya adalah
faktor batuan. Untuk mendapatkan nilai faktor batuan digunakan pembobotan
massa batuan, yaitu blastability index.
2.6.2 Latar Belakang Teori
A. Perhitungan Tingkat Fragmentasi Hasil Peledakan
Parameter pembobotan massa batuan yang berhubungan dengan
peledakan berdasarkan nilai indeks peledakan, yang disusun oleh Carlos L
Jimeno (1995), dapat dilihat dibawah ini :
Untuk menghitung nilai rock factor masing-masing batuan maka terlebih
dahulu harus dihitung nilai blastability indexnya. Parameter pembobotan
massa batuan berdasarkan nilai indeks peledakan, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.7
Pembobotan massa batuab di lapangan
PARAMETER PEMBOBOTAN
1. Rock mass description (RMD)
1.1 Powdery7/friabel 10
1.2 Blocky 20
1.3 Totally massive 30
2. Joint plane spacing (JPS)
2.1 Close (Spasi < 0,1 m) 10
2.1 intermediate (spasi 0,1 -1 m) 20
2.3 Wide (Spasi > 1m) 50
3. Joint plane orientatione (JPO)
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
39
3.3 Strikr normal to face 30
3.4 Dip into face 40
4. Specific grafity infuence
SGI = 25 x SG – 50
5. Hardness (H) 1-10
40
Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai
berikut :
X
Xc = 1/ n
(0,693)
Perhitungan prosentase bongkah adalah sebagai berikut :
X
Rx = e−( Xc )
Dimana :
Rx = Prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = Ukuran ayakan (cm)
n = indek keseragaman
41
PEMBAHASAN
42
2.6.4 Kesimpulan
Jumlah boulder merupakan salah satu kriteria keberhasilan suatu
peledakan. Faktor-faktor yang terkait dalam memperkirakan jumlah boulder
dengan menggunakan persamaan model Kuz-Ram diantaranya adalah faktor
batuan. Untuk mendapatkan nilai faktor batuan digunakan pembobotan massa
batuan,yaitu:blastabilityindex.
43
2.7 Acara VII Peledakan Tambang Bawah Tanah
2.7.1 Pendahuluan
Peledakan bawah tanah mempunyai beberapa tunuan, yaitu :
1. Meledakkan batuan dengan tujuan menghasilkan ruangan untuk gudang, jalan,
saluran, terowongan pipa, dan lain sebagainya.
2. Meledakan batuan dengan tujuan mengambil material/operasi penambangan.
Dari kedua jenis kegiatan diatas terowongan merupakan bagian yang
terpenting dari keseluruhan kegiatan. Terowongan umumnya dibuat dengan
arah mendatar, miring, atau vertikal kebawah maupun ke atas.
2.7.2 Latar Belakang Teori
Daur waktu kerja pembuatan terowongan adalah :
1. Pemboran
2. Pemuataan bahan peledak
3. Peledakan
4. Pembersihan asap (ventilasi)
5. “scaling” (“grouting” apabila diperlukan)
6. Pengangkutan
7. Mempersiapkan pemboran dan lain-lain selanjutnya.
Dari jenis-jenis pekerjaan diaatas yang perlu diperhatikan khusus adalah
pekerjaan pemboran. Lubang ledak harus dibor tepat ditempat yang telah
ditentukan dan dengan kemiringan yang benar atau dengan perkataan lain
pemboran lubang ledak harus sempurna.
Untuk pemboran lubang ledak bawah tanah dapat dilakukan dengan 2
metode, yaitu :
1. Handheld Drilling, dengan menggunakan alat bor Jackleg.
2. Mechanized Drilling, dengan menggunakan alat bor Jumbo Drill
Perbedaan utama antara peledakan bawah tanah dengan peledakan
dipermukaan tanah adalah :
1. Peledakan bawah tanah dilakukan kearah satu bidang bebas (free face),
sedangkan peledakan dipermukaan tanah dilakukan kearah dua atau lebih
bidang bebas.
44
2. Tempat peledakan atay ruangan bawah tanah lebih terbatas.
Oleh karena itu batuan akan lebih sukar untuk diledakan dan perlu dibuat
bidaang bebas kedua yang akan merupakan arah peledakan selanjutnya.
Dalam pembuatan terowongan bidaang bebas kedua diperoleh dengn
membuat “cut” pada permukaan terowongan. Macam-macam “cut” yang
dipergunakan untuk membuat terowongan adalah “paralel hole cut”, “V-cut”,
“fun-cut” dan lain-lain.
45
Posisi “cut” yang tinggi akan memberikan kemudahan pemuatan hasil
peledakan, tetapi konsumsi bahan peledak lebih tinggi karena banyak
“stoping” kearah atas.
46
PEMBAHASAN
47
2.7.4 Kesimpulan
Untuk membuat terowongan pada tambang bawah tanah kita harus
membuat cut holes (berfungsi sebagai bidang bebas), cut spreader holes
(untuk memperlebar bidang bebas), floor holes (meledakan bidang lantai),
stoping holes (untuk meledakan bagaian tengah dan penampang lubang
bukaan), wall holes (bagian dinding kiri dan kanan), dan roof holes
(meledakan bagian atap ). Dan harus memperhatikan ventilasi udara
tambgang bawah tanah karena ruang gerak terbatas.
48
BAB III
KESIMPULAN
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kritik
Peralatan untuk praktikum peledakan untuk saaat ini belum memadai dan
pada saat praktek peledakan belum sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
4.2 Saran
Diharapakan untuk praktikum peledakan selanjutnya bisa diupauyakan lagi
untuk peningkatan peralatan praktikum, agar bisa menunjang saat berjalannya
praktikum dan mendapatkan hasil output yang maksimal.
50
DAFTAR PUSTAKA
51