Anda di halaman 1dari 37

SPIRITUAL CARE

“FRAKTUR FEMUR”

Pembimbing:

dr. Risma Karlina Prabawati, Sp.S

Disusun oleh:

Rahma Mulyani 202020401011190

Kelompok J35

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

Kasus: Fraktur Femur

IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jombang
MRS : 11/08/2021

ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan bengkak dan nyeri pada paha kiri dan tidak bisa
digerakkan. Dialami sejak ± 2 hari yang lalu setelah pasien mengalami kecelakaan
lalu lintas. Kendaraan yang ditumpangi pasien menabrak mobil besar yg sedang
singgah di jalan. Pasien terhimpit di antara kendaraan tersebut. Selain nyeri dan
bengkak di paha kiri juga tidak bisa digerakkan. Terdapat pula luka memar di
bagian dahi dan pelipis. Pasien sempat dirawat di RSUD Jombang 2 hari kemudian
di rujuk ke RSUD dr. Soetomo.
Riwayat HT dan DM disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak lemah
• Status Kesadaran : E4V5M6, composmentis
• Keadaan Jiwa : Baik
• Tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
RR: 19 kali/menit
T : 36.7°C
• Status Generalis
Mata : Konjungtivaanemis (-/-), skleraikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Telinga : normotia, deformitas (-), sekret (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-) Thorax : simetris S=D, sonor
(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Cor : ictus cordis tidak terlihat, S1-2 normal. Abdomen
: peristaltik (+) normal, Nyeri tekan (-) Ekstremitas superior : Odem (-/-),
gerak (+/+), kekuatan (5/5) Ekstremitas Inferior : Odem (-/+), gerak (+/sulit
dinilai), kekuatan (5/sulit dinilai)
• Laboratorium
WBC : 12.400 /µL RBC :3.220.000
/µL Hb : 8.6 g/dl
PLT : 360.000 /µL CT : 8’30”
BT : 2’45”
• Foto Rontgen

GDS : 138 mg/dl Ureum darah :


25 mg/dl Kreatinin darah : 0.87
mg/dl SGOT : 57 u/l SGPT : 49
u/l
Kesan : Fraktur komunitf 1/3 distal os femur disertai dislokasi

patella DIAGNOSIS

Faktur tertutup 1/3 distal femur sinistra disertai dislokasi patella


PENATALAKSANAAN

Konservatif

• Pasang bidai

• IVFD RL

• Inj Cefotaxim IV/12jam

• Inj Ketorolac IV/12jam

• Inj Ranitidin IV/12jam

Operatif

• ORIF

SPIRITUAL SUPPORT

1. Mengajarkan doa-doa berkaitan aktifitas pasien selama di RS a.

Doa memohon kesembuhan

Artinya:
“Ya Allah Tuhan seluruh manuia, hilangkanlah rasa sakit ini.

Sembuhkanlah karena Engkau Dzat Yang Maha Penyembuh. Tiada

kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang Engkau datangkan.

Yaitu kesembuhan yang tidak meningalkan rasa sakit dan komplikasi


penyakit lainnya.” (H.R Bukhari no. 5742, Muslim no 2191)

b. Doa Sebelum dan Sesudah Makan

Adab makan dan Minum dalam Islam:

1. Memakan makanan halal

2. Mencuci tangan sebelum makan

3. Berdoa sebelum dan sesudah makan

4. Makan dengan tangan kanan

5. Tidak mencela makanan

6. Tidak berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang

7. Makan sambal duduk

c. Doa sebelum dan bangun tidur

Sunnah sebelum tidur:

1. Membaca Al-ikhlas, Al-falaq, An-nas


2. Meniup telapak tangan

3. Membaca ayat kursi

4. Berdzikir

5. Wudhu

6. Membaca doa

7. Posisi miring ke kanan/menghadap ke kiblat

8. Terlentang kaki kanan diatas kaki kiri

9. Membaca doa

10. Membersihkan tempat tidur

11. Usap kepala, wajah, dan badan

d. Doa Sebelum Minum Obat


2. Mengajarkan thoharoh bila diperlukan

Salah satu fardu wudu adalah membasuh kedua tangan sampai siku

siku. Selain itu, juga harus membasuh sedikit bagian tangan yang melewati

siku-siku agar mantap kesempurnaan dalam basuhan pada siku-siku

Dalam pemilihan cara bersuci, pasien tidak memiliki kontraindikasi

apapun untuk tidak terkena air, sehingga wudhu menggunakan air tetap dapat

dilakukan. Dalam kasus ini, pasien tidak mampu melakukan wudhu secara

mandiri karena kondisinya fraktur pada kaki kanan, sehingga perlu dibantu

orang lain. Tatacaranya sebagai berikut:

1. Pasien kesulitan untuk berdiri sehingga harus dibantu wudhunya dan

dilakukan langsung di bed, alat yang diperlukan sebagai berikut: a. Handuk

kering, ditaruh bawah tangan dan kaki pasien untuk menyerap tetesan air

ketika pasien sedang berwudhu

b. Air yang suci, bisa ditaruh di semptotan agar mudah digunakan

c. Baskom untuk menampung air setelah berkumur

d. Segelas air untuk berkumur

2. Bimbing pasien untuk melakukan niat wudhu


3. Mencuci kedua tangan, jika pasien menggunakan infus, maka bagian

yang ditutupi plester infus sebaiknya kita hindari dari air, air

ditampung di tangan pasien dan langsung digunakan untuk mencuci

kedua tangan sambil sela-sela jari dan punggung tangan harus basah

4. Berkumur, siapkan sebuah baskom untuk menampung buangan air

kumur, kemudian minta pasien untuk berkumur, tuangkan ke tangan

kanan atau tangan kiri yang memungkinkan, jika tangan kanan tidak

memungkinkan banyak bergerak, maka bisa menggunakan tangan kiri,

lalu gunakan untuk menghirup air kedalam hidung cukup sekali jika

bisa pastikan semua telah basah

5. Cuci wajah, gabungkan kedua telapak tangan, kemudian beri air

secukupnya lalu usapkan ke wajah, selama ada air yang mengalir di

wajah sudah bisa disebut sebagai mencuci wajah, ketika masih merasa

ada bagian yang belum basah maka bisa diulang lagi, selanjutnya basuh

jenggot karena bagian akar-akar jenggot harus basah cukup

menggunakan telapak tangan

6. Cuci tangan sampai siku, perhatikan posisi infus yang ada di tangan

sehingga bagian yang ada infusnya dipertahankan agar tetap kering,

kita awali dengan tangan kanan dulu menggunakan bantuan kanan

kiri, jika merasa ada bagian yang belum basah maka ulangi sekali lagi,
selanjutnya tangan kiri jika tangan kanan memungkinkan untuk

bergerak maka bisa menggunakan bantuan tangan kanan yang ada

infusnya

7. Usap bagian kepala, berikan sedikit air di kedua telapak tangan, lalu

gosokkan, kemudian usap kepala dari depan ke belakang, balik lagi

dari depan langsung disambung ke telinga

8. Mencuci bagian kaki, taruh handuk dibawah kaki pasien, pasien bisa

mencuci kaki sendiri sementara anda bisa membantu sekedar menuang

air atau membantu mencucinya, diawali dengan kaki kanan jika tangan

kanan pasien tidak mungkin banyak bergerak karena ada infus, maka

cukup menggunakan tangan kiri, tuangkan air ke tangan kiri atau bisa

juga langsung disemprotkan ke kaki kanan dan selanjutnya ke kaki kiri,

pastikan sela-sela jari dan tumit basah

9. Bimbing pasien untuk berdoa selesai wudhu

3. Mengajarkan ibadah khusus

Islam adalah agama kemudahan. Orang yang mengalami kesulitan

menjalankan ibadah karena kondisi tertentu, selalu diberi jalan kemudahan

oleh agama, pada prinsipnya orang sakit tidak dicabut kewajiban shalatnya.
Namun mendapatkan beberapa keringanan. Untuk itu dalam menetapkan

bentukbentuk keringanan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan,

antara lain:

a. Sakit tidak menggugurkan kewajiban sholat

Ini adalah prinsip yang paling dasar dan sangat penting. Sebab

banyak sekali orang yang keliru dalam memahami bentuk-bentuk

keringanan, sehingga terlalu memudah-mudahkan hingga keluar batas.

Tidak mentang-mentang seseorang menderita suatu penyakit,

lantas dia boleh meninggalkan shalat seenaknya. Kalau pun terpaksa

harus meninggalkan shalat, karena alasan sakit yang tidak mungkin

bias mengerjakan shalat, tetap saja shalat itu menjadi hutang yang

harus dibayarkan di kemudian hari

b. Lakukan yang bisa dilakukan

Seseorang yang sakit tetap diwajibkan untuk mendirikan shalat

dengan melakukan gerakan dan posisi-posisi shalat sebisa dan

semampu yang dia lakukan, meski pun tidak sampai sempurna.

Dalilnya adalah firman Allah SWT :

Artinya: Dan bertaqwalah kepada Allah semampu yang kamu bisa

(QS. At-Taghabun:16)

Dan juga sabda Rasulullah SAW :

Artinya: Bila kalian diperintah untuk mengerjakan sesuatu, maka

kerjakannya semampu yang bisa kamu lakukan. (HR.Bukhari) Prinsipnya,


apa pun gerakan dan bacaan shalat yang masih bisa dikerjakan, maka tetap

wajib untuk dikerjakan. Dan apa yang sama sekali sudah mustahil bisa

dilakukan, barulah boleh untuk ditinggalkan. Dalam konteks ini, kita tidak

mengenal prinsip take it or leave it akan tetapi prinsipnya adalah apa yang

tidak bisa didapat secara keseluruhannya, bukan berarti harus ditinggalkan

semuanya c. Keringanan sholat tidak boleh mengarang sendiri

Tidak mentang-mentang mendapatkan keringanan, lantas kita

boleh mengarang-ngarang sendiri bentuk keringanan seenak selera

kita. Keringanan yang Allah SWT berikan kepada orang sakit

bukanlah cek kosong yang boleh diisi seenaknya. Tetap saja ada

banyak keterbatasan syariah yang mengiringi.

Misalnya, orang sakit tetap wajib shalat sejumlah rakaat yang

telah ditetapkan, dan tidak boleh mengurangi jumlah rakaat. Yang

tadinya shalat Dzhuhur empat rakaat, tidak boleh tiba-tiba dikurangi

jadi tinggal 1 rakaat, dengan alasan lagi sakit. Begitu juga yang

seharusnya shalat itu 5 waktu dalam sehari semalam, tidak boleh kita

ubah jadi cuma 3 waktu saja.

Maka keringanan yang dijalankan harus bentuk bentuk

keringanan yang ada dalilnya dan tidak boleh keringanan yang seenak

selera pribadi. Keringanan yang ada dalilnya di antaranya, wudhu atau

mandi janabah boleh diganti dengan tayamum, dan bila tidak bisa

berdiri maka boleh sholat sambil duduk atau berbaring. Kemudian

keringanan sholat lainnya bisa tidak menghadap ke kiblat, gugur

kewajiban sholat berjamahnya dan gugur kewajiban sholat Jumat.

Dalam kasus ini, pasien terjadi fraktur pada neck femur dan
pinggulnya nyeri apabila duduk sehingga cara sholatnya bisa dengan

cara terlentang, tatacaranya sebagai berikut:

a. Pertama, tidur berbaring dengan meluruskan kedua kaki menghadap

pada kiblat. Kemudian kepalanya diangkat dan di bawahnya

diberi bantal sehingga wajah bisa menghadap ke kiblat, bukan

ke atas.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al

Majmu’ berikut;

Artinya: Hendaknya dia berbaring telentang dan kedua kakinya

menghadap kiblat, dan di bawah kepalanya diberi ganjalan

hingga wajahnya menghadap kiblat, bukan ke atas.

b. Kedua, niat dan bertakbiratul ihram dan bersedekap seperti shalat

dalam keadaan berdiri.

c. Ketiga, rukuk dengan menundukkan kepala sedikit sambil

meluruskan kedua tangan ke arah lutut kemudian I’tidal dengan

menegakkan kembali kepala

d. Keempat, sujud dengan menundukkan kepala lebih ke bawah

dibanding rukuk sambil meluruskan kedua tangan ke arah lutut.

Duduk diantara dua sujud tegakkan kembali kepala, sujud kedua

dengan menundukkan kepala lebih ke bawah dibanding rukuk

sambil meluruskan kedua tangan ke arah lutut

e. Kelima, tasyahud dengan meluruskan kedua tangan ke arah lutut,

dan jari telunjuk diangkat ketika sampai pada lafadz ‘illallah’.

f. Keenam, mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri sebagaimana


shalat pada umumnya atau berdiri.

4. Breaking bad news dari sisi islam

Mengingat bahwa menyampaikan berita buruk merupakan salah satu

bagian dari komunikasi, maka dengan mempelajari dan melatih keterampilan

berkomunikasi petugas medis akan mampu menyampaikan berita buruk

dengan cara yang dapat mengurangi ketidak nyamanan dan lebih memuaskan

pasien dan keluarganya. Penyampaian berita buruk dengan sikap dan cara

yang tepat dapat meningkatkan penerimaan pasien dan keluarga tentang

penyakitnya dan rencana terapi lebih lanjut, pendorong pencapaian tujuan

terapi yang realistis, memberi dukungan mental serta menguatkan hubungan

pada pasien. Adapun cara penyampain berita buruk kepada pasien sebagai

berikut:

1. Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang

akan disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil

laboratorium atau pun pemeriksaan penunjang ada saat percakapan

2. Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman.

Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis

lain atau pun dering telepon dan pilih ruangan yang menjamin privacy,

dan usahakan baik dokter maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang

nyaman.

3. Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir.

Perkenalkan diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan

hubungan mereka dengan pasien.

4. Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Tulislah

kata-kata spesifik jika perlu, yang akan disampaikan atau yang harus
dihindari dalam penyampaian.

5. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya. Mulailah diskusi

dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya sakit parah,

atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya

tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau

keluarganya dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan.

6. Memberi arahan kepada pasien agar senantiasa bersabar, berdoa dan

mendekatkan diri kepada Allah

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya

urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin.

Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya.

Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya".

(HR Muslim, No. 2999).

7. Menjelaskan bahwa semua ciptaan Allah yang hidup pasti akan menemui

kematian.

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal

Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (QS. Ar

Rahman: 26-27)

8. Tetap yakinkan pasien untuk tidak menyerah melawan penyakitnya.


Artinya: “Allah tidak akan menurunkan satu penyakit kecuali Allah

turunkan juga obatnya“ (HR. Bukhori)

9. Beri pasien arahan untuk tetap berzikir dan berdoa serta mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

5. Memberikan spiritual support

Bimbingan rohani juga bisa disebut upaya membentuk mental higienis

pasien dimana dengan keadaan mental yang higienis itu diharapkan akan

membantu proses penyembuhan sakit pasien. Berkenaan dengan hal itu

bimbingan rohani diperlukan bagi mereka adalah bimbingan rohani yang

dapat memberikan ketentraman jiwa dan itu banyak terdapat dalam ajaran

agama, karena agama merupakan kebutuhan psikis manusia Bimbingan

rohani Islam merupakan proses pemberian bantuan spiritual terhadap rohani

atau jiwa agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Bimbingan rohani Islam merupakan bagian dari bimbingan Islam

Tujuan bimbingan rohani adalah untuk memberikan bantuan kepada

orang lain berupa nasihat, pendapat, atau petunjuk agar dirinya mampu

menyembuhkan penyakit yang bersarang di dalam jiwanya. Lebih jelasnya

tujuan dari bimbingan rohani Islam, diantaranya yaitu:

1. Menyadarkan penderita agar pasien dapat memahami dan menerima

cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas

2. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang

dideritanya

3. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam melaksanakan

kewajiban harian yang dikerjakan dalam batasan kemampuannya 4.


Perawatan dan pengobatan ddikerjakan dengan berpedoman tuntunan agama

5. Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik

kedokteran dan tuntunan agama

Tidak setiap individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapi. Ada kalanya seseorang sama sekali tidak mengerti

apa yang harus dilakukan agar mampu keluar dari setiap permasalahan-

permasalahannya. Dalam kondisi seperti inilah, maka bantuan dari orang lain

yang lebih ahli sangat diperlukan dan tentu sangat membantu dirinya. Allah

pun menyarankan agar diri kita bertanya kepada ahlinya, jika kita sendiri

tidak memliki pengetahuan yang cukup terhadap suatu persoalan maka

ketika sakit menghampiri kita, ada dua hal yang mesti kita ingat:

1. Bahwa sakit yang kita alami ini datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala

”Tiada sesuatupun bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak

pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul

Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang

demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian

itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari

kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang

diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang

sombong lagi menyombongkan diri.” (Al-Hadid:22-23)

2. Bahwa sakit itu baik bagi kita.

Di balik sakit yang kita alami, terdapat hikmah dan faidah yang

besar, yang itu baik dan bermanfaat untuk kita. Tentunya apabila

ketika sakit itu datang kita hadapi dengan kesabaran. Diantara hikmah

dan faidahnya adalah:


a. Diampuni dosa dan kesalahan

”Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa

wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati,

pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.” (HR.

Bukhari-Muslim)

”Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa

penyakit dan lain-linnya, melainkan Allah menggugurkan

kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang

menggugurkan daunnya.” (Bukhari-Muslim)

b. Ditinggikan derajatnya

”Tidaklah seorang mukmin tertusuk duri atau yang lebih

kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan

dihapuskan darinya satu kesalahan.” (Diriwayatkan Muslim)

Dari Aisyah, dia berkata: ”Aku pernah mendengar

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang

artinya): ”Tidaklah seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok

sedikit pun, melainkan Allah menghapus darinya satu kesalahan,

ditetapkan baginya satu kebaikan dan ditinggalkan baginya satu

derajat.” (Ditakrij Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Isnadnya Jayyid)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang

artinya): ”Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki

kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa

menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya

dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai


ke kedudukan itu.” (Ditakhrij Abu Ya’la, Ibnu Hibban, dan Al

Hakim; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)


c. Pembuka jalan ke Surga

”Allah Subhanahu berfirman: ‘Hai anak Adam, jika engkau

sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama,

maka Aku tidak meridhai pahala bagimu selain surga.”’

(Ditakhrij Ibnu Majah; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)

Wahai Saudaraku, bukankah sakit merupakan bagian dari

musibah?

d. Keselamatan dari api neraka

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dari Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa beliau menjenguk

seseorang yang sedang sakit demam, yang disertai Abu Hurairah.

lalu beliau bersabda (yang artinya):

”Bergembiralah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman,

‘Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku

yang mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari

akhirat.” (Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah, dan AL-Hakim.

Menurut Syaikh Albani: isnadnya shahih)

e. Menjadikan kita ingat kepada Allah dan kembali kepada-Nya

Biasanya ketika seseorang dalam keadaan sehat wal afiat, suka

tenggelam dalam kenikmatan dan syahwat. Menyibukkan diri dalam

urusan dunia dan melalikan Allah, yang tidak jarang terjerumus dalam

kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Ketika Allah mencobanya dengan sakit

atau musibah lain, dia akan ingat kepada Allah, bertobat, dan

kembali memenuhi hak-hak Allah yang telah dia tinggalkan. Dari

Abdurrahman bin Sa’id, dari bapaknya, dia berkata, ”Aku

bersama Salman menjenguk orang yang sedang sakit di Kandah.

Tatkala Salman memasuki tempat tinggalnya, dia berkata,

”Bergembiralah, karena sakitnya orang mukmin itu akan

dijadikan Allah sebagai penebus dosanya dan penyebab

kewaspadaannya. Sedangkan sakitnya orang fajir itu laksana

keledai yang diikat pemiliknya, kemudian dia melepaskannya

kembali, namun keledai itu tidak tahu mengapa ia diikat dan

mengapa ia dilepas.”

Maksudnya, penyakit itu merupakan penebus dosa bagi

orang mukmin dan penyebab taubat dan kesadarannya dari

kelalaian. Berbeda dengan orang-orang fajir, yang tetap durhaka,

tidak terpengaruh oelah penyakitnya dan tidak mua kembali

kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa

dirinya, agar dia sadar dari kelalaian dan agar kembali kepada

kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat,

kemudian dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat

lalu dilepas lagi.

f. Mengingatkan kepada nikmat yang telah diberikan Allah Sakit dapat

mengingatkan kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan ketika

kita dalam keadaan sehat, dengan demikian kita semakin bersyukur

kepada Allah. Seorang penyair berkata:


”Seseorang tidak mengenal tanda-tanda sehat selagi dia belum

tertimpa sakit.”

g. Mengingatkan keadaan orang-orang yang sakit

Allah menimpakan sakit kepada kita agar kita mengingat

saudara-saudara kita yang sedang sakit, yang selama ini mereka

kita lalaikan, sehingga kita kembali sadar dan terketuk hati kita

untuk memenuhi hak-hak sauadara kita yang sedang sakit

tersebut, seperti: mengunjunginya, membantu keperluannya,

meringankan musibahnya, menghiburnya, membantukan

mencarikan obat, mendoakannya, dll.

h. Mensucikan hati dari berbagai penyakit

Keadaan yang sehat bisa mengundang seseorang untuk

bersikap sombong, bangga dan taajub kepada diri sendiri, sebab

dalam keadaan seperti itu dia bebeas berbuat apa saja. Namun

ketika sakit dataang menjenguknya, penderitaan menimpa

dirinya, maka jiwanya bisa melunak, sifat-sifat sombong,

takabur, dengki, membanggakan diri; dapat menjadi hilang

sehingga akhirnya ia tunduk dan pasrah kepada Allah serta tekun

beribadah kepada-Nya.

i. Menjadikan kita sabar

Abdul Malik bin Abjar berkata: ”Setiap orang pasti

mendapat cobaan afiat, untuk dilihat apakah dia bersyukur, atau

mendapat bencana untuk dilihat apakah dia bersabar.”

Sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata:

Saya menjenguk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


sedangkan beliau sedang menahan sakit karena demam, saya

berkata: ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau kelihatan sedang

menahan rasa sakit yang berat?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

wa Sallam berkata: ”Benar, sesungguhnya saya sedang menahan

sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.”

Abdullah berkata: Saya berkata: ”Hal itu karena engkau

mendapatkan dua pahala.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa

Sallam menjawab: ”Benar”, kemudian beliau melanjutkan:

”Tidak ada seorang muslim tertimpa musibah baik itu sakit

atau lainnya kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahnnya

sebagaimana pohon menjatuhkan daunnya.” (HR. Bukhari

Muslim)

Hadits di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menetapkan bahwa

apabila penyakit bertambah berat maka pahalanya

dilipatgandakan dan pelipatgandaan ini terus meningkat sampai

terhapusnya kesalahan-kesalahan semuanya. Dengan kata lain

beliau berkata: Beratnya penyakit mengangkat derajat,

menghapuskan kejelekan-kejelekan tanpa tersisa.

6. Memberikan religious helping (missal : nasehat untuk mengurangi denial

pasien terhadap kondisinya)

Adapun nasehat untuk mengurangi denial pasien terhadap penyakitnya

adalah sebagai berikut:

1. Berhusnuudzon atau berprasangka baik kepada Allah dan berusaha

mendekatkan diri kepada-Nya dengan menggabungkan antara takut


dan pengharapan, serta disertai amalan yang ikhlas. Hal ini

berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Artinya: “Janganlah seorang di antara (menginginkan) kematian

kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah.” [HR. Muslim

no. 2877, Abu Dawud no. 3113]

2. Percaya akan pertolongan dari Allah Swt. Allah tentu tidak pernah

membebani seseorang dengan ujian yang melebihi kemampuannya,

Allah yang lebih mengerti kemampuan hambaNya. Cara menyikapi

sakit menurut islam, wajib melaksanakan hal tersebut, wajib percaya

bahwa pertolongan Allah itu nyata. Seperti dalam firmanNya :

Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S.

Al-Insyirah :5-6)

3. Mengambil hikmah dari kejadian, bahwa setiap ujian yang diberikan

Allah tentu ada hikmahnya. Percayalah segala sesuatu selalu ada

kebaikan di dalamnnya.
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak
menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi

sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai

sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang

kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah:216)

4. Melakukan intropeksi diri, jika mungkin pernah berbuat salah atau

menyakiti orang lain hingga orang tersebut mendoakan keburukan

maka wajib segera meminta maaf dan menebus kesalahan

semampunya. Juga instropeksi diri mengenai ibadah kepada Allah,

apakah sudah maksimal, apakah sudah dilaksanakan dengan ikhlas,

ataukah barangkali saat ini sedikit sekali beribadah dan hanya fokus

pada kegiatan yang berhubungan dengan duniawi saja? Sedangkan

untuk akherat hanya memberi sisa waktu sekedarnya?

Artinya: “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah

disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan

banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. As-syuara:30)

7. Menghargai perbedaan keyakinan spiritual pasien (baik seagama maupun

non muslim)

Merawat pasien non muslim tidak serta merta berlaku aniaya terhadap

mereka. Bermuamalah dengan orang non muslim sama halnya dengan

bermuamalah dengan orang muslim. Perbedaan mendasarnya adalah Iman


yang tentu mempengaruhi urusan pahala dan rasa cinta. Ketika merawat

pasien muslim, tentunya akan bernilai pahala lebih besar karena saling

menyayangi sesama muslim adalah kewajiban.

Merawat pasien non muslim pun tidak asal pasien, pastikan bahwa

pasien tersebut bukanlah pasien yang memusuhi Islam. Perlu diingat bahwa

klasifikasi orang non muslim ada dua jenis. Jenis pertama adalah kafir harbi,

yakni mereka yang memerangi Islam dengan segala bentuk makar. Orang

seperti ini tidak layak mendapatkan belas kasih dari kaum Muslimin. Jenis

kedua adalah kafir dzimmi, yakni mereka yang tidak memerangi kaum

muslimin. Kafir jenis ini masih tetap mendapatkan haknya untuk menerima

perlakuan baik.

Pastikan ketika merawat pasien non muslim tersebut, para perawat

muslim memiliki tujuan dakwah. Berbicara sopan, mengenakan pakaian

yang rapi dan syar’i serta tidak menyentuh tanpa alas terhadap pasien lawan

jenis. Hal ini diharapkan dapat menjadi sarana dakwah bagi pasien tersebut.

Terlebih jika akhirnya mereka masuk Islam karena perawatan yang baik,

maka pahala besar akan terus mengalir kepada sang perawat muslim.

Oleh karena itu terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan

terhadap pasien non muslim, yang di antaranya adalah:

1. Mengucapkan salam “Selamat pagi / selamat siang / selamat sore/selamat

malam” dengan disertai sikap yang baik, sopan, dan tidak

mengganggu privasi dirinya.

2. Lalu kalau situasi mengizinkan dapat dilanjutkan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan kepada pasien atau keluarga yang menunggu,

misalnya :
a. Bagaimana keadaannya?

b. Apakah yang Anda rasakan?

c. Sudah berapa lama merasakan demikian?

d. Sudah diperiksa dokter?

e. Sudah berobat ke mana saja?

f. Apakah Anda merasa gelisah, bingung, pesimis atau optimis? 3.

Dapat diinformasikan kepada pasien dan keluarganya bahwa kalau memang

membutuhkan bimbingan rohani, diperbolehkan mendatangkan petugas dari

luar, asal tidak mengganggu pasien lain yang ada di sekelilingnya dan seizin

pihak rumah sakit.

4. Kepada pasien atau keluarganya petugas pelayanan kerohanian dapat

memberikan nasihatnya agar tetap tabah, sabar dalam menghadapi

ujian sakit, tenang dan tidak gugup serta optimis akan

kesembuhannya.

5. Petugas pelayanan kerohanian mohon pamit, dengan mengucapkan

Permisi Pak/Bu, semoga cepat sembuh.

8. Menerapkan adab islami dlm pelayanan kesehatan pasien. Pada hubungan

medik, hubungan dokter dan pasien adalah hubungan yang tidak seimbang,

dalam arti pasien adalah orang sakit yang awam dan dokter adalah orang

sehat yang lebih tahu tentang medis.

Dalam etika kedokteran islam tercantum nilai-nilai bahwa Qur’an dan

Hadits adalah sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai

hidup bahagia dunia akhirat. Etika kedokteran mengatur kehidupan, tingkah

laku seorang dokter dalam mengabdikan dirinya terhadap manusia baik yang

sakit maupun yang sehat. Etika kedokteran islam terkumpul dalam Kode Etik
Kedokteran Islam yang bernama Thibbun Nabawi, yang mengatur hubungan

dokter dengan orang sakit dan dokter dengan rekannya, lalu bagaimana

hubungan dokter dengan pasien

Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia

dan manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara

dokter dan pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda.

Masalah semacam ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan

dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya. Untuk

melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang

lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini,

seorang Dokter Muslim tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi

yang selama ini dianutnya.

Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan

bahwa seorang Dokter Muslim wajib:

1. Berkeyakinan atas Kehormatan Profesi


Bahwa profesi kedokteran adalah salah satu profesi yang sangat

mulia tetapi tergantung dengan dua syarat , yaitu :

a) Dilakukan dengan sungguh sungguh dan penuh kaikhlasan b)

Menjaga akhlak mulia dalam perilaku dan tindakan tindakannya

sebagai dokter

Seorang dokter diberi amanah untuk menjaga kesehatan yang

merupakan karunia Tuhan yang paling berharga bagi manusia,

sebagaimana dinyatakan dalam hadist Nabi yang berarti:

”Mohonlah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada sesuatupun yang

dianugerahkan kepada hambaNya yang lebih utama dari kesehatan.


(HR Ahmad al- Turmudzi , dan Ibn Majah).

Disamping itu dokter selalu menjadi tumpuan pasien, keluarga,

masyarakat, bahkan bangsa. Mengingat kedudukan profesi kedokteran

tersebut seharusnya dalam menjalankan profesinya tidak hanya berfikir

tentang materi tetapi lebih kepada pengabdian dan perbaikan umat.

Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut merupakan motivasi

untuk memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya dengan

masyarakat.

2. Berusaha menjernihkan jiwa

Kejernihan jiwa akan menentukan kualitas perbuatan manusia

secara keseluruhan, jika seseorang termasuk dokter hatinya jernih

maka perbuatannya akan selalu positif. Hal ini sejalan dengan

penegasan Rasulullah yang artinya: ”Ingatlah bahwa tubuh manusia

ada segumpal darah yang apabila baik maka seluruh tubuh menjadi

baik dan apabila

buruk maka seluruh tubuh menjadi buruk, ingatlah atau adalah hati”.

(HR Al Bukhari , Muslim, Ahmad, Al Darimi , dan Ibn Majah). 3. Lebih

mendalami ilmu yang dikuasainya

Dalam hadist Nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan

kewajiban sepanjang hidup. Sebagimana diketahui bahwa ilmu

pengetahuan itu dari hari ke hari selalu mengalami perkembangan.

Karena itu, agar setiap dokter tidak ketinggalan informasi dan ilmu

pengetahuan dan lebih mendalami bidang profesinya, maka dituntut

untuk selalu belajar. Dalam ajaran Islam sangat ditekankan dalam

mengamalkan segala sesuatu agar dilakukan secara professional dan


penuh ketelitian.

Selain itu sebagai seorang dokter diwajibkan:

a. Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit,

kekuatan tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak

sewajarnya, umur si sakit dan obat yang cocok dengan musim

itu, negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana ia sakit,

daya penyembuhan obat itu.

b. Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan

pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang

mudah dalam mengobati penyakit.

c. Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat

yang sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa

dan pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara

keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.

4. Menggunakan metode ilmiah dalam berpikir

Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan

metode ilmiah sesuai dengan kaidah logika ilmiah sebagaimana

terjabar dalam disiplin ilmu kedokteran modern. Ajaran Islam sangat

menekankan agar berfikir atau merenung terhadap berbagai sebab,

tujuannya agar mendapatkan keyakinan yang benar.

5. Mawas diri

Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung

jawab menyangkut nyawa dan keselamatan seseorang. Mereka sering

menjadi sasaran tuduhan, itu disebabkan adanya anggapan masyarakat

yang menganggap mereka adalah orang yang paling mengetahui


rahasia kehidupan dan kematian. Dengan senantiasa mawas diri,

seorang dokter muslim akan sadar atas segala kekurangannya sehingga

di masa mendatang akan memperbaikinya, juga akan terhindar dari

berbagai sifat tercela lain seperti sombong, riya, angkuh, dan lainnya.

Di samping sifat-sifat di atas, sesuai dengan tuntunan dalam

akhlak Islami, khususnya yang berhubungan dengan profesi

kedokteran, dokter muslim harus tulus ikhlas karena Allah SWT,

penyantun, peramah, sabar, teliti, tegas, patuh pada peraturan,

penyimpan rahasia, dan bertanggung jawab, dan lain-lain.

6. Ikhlas, penyantun, ramah, sabar, dan tenang

Dokter muslim juga harus ikhlas dalam menjalankan

pekerjaannya, semua dilakukan sebagai ibadah untuk mencari ridha

Allah SWT. Dokter muslim juga dituntut penyantun, ikut merasakan

penderitaan orang lain sehingga berkeinginan menolongnya. Dokter

muslim juga di tuntut ramah, bergaul dengan luwes dan

menyenangkan. Juga di tuntut bersikap sabar, tidak emosional dan

lekas marah, tenang,penyantun, ramah. Dokter muslim dituntut

memiliki kesabaran dalam menghadapi segala masalah, tidak

emosional dan tidak cepat marah. Dokter muslim juga dituntut

bersikap tenang, tidak gugup dalam menghadapi segawat apapun.

Dalam menjalankan profesinya, dokter muslim juga dituntut

melakukannya dengan teliti, bersifat hati-hati, cermat dan rapi.

SPIRITUAL SUPPORT
A. Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga terkait kondisi pasien: 1.

Memberikan motivasi dalam berdo’a dengan penuh keyakinan dan

pengharapan kepada Allah SWT untuk kesembuhan penyakitnya 2.

Menganjurkan pasien untuk bersikap sabar, ikhlas, dan tabah terhadap ujian

Allah ini. Allah memberikan ujian kepada hambanya sesuai kesanggupannya

3. Meyakinkan pada diri pasien bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya

karena Allah memberikan penyakit juga memberikann obatnya. 4.

Menginformasikan bahwa sakit adalah penggugur dosa

Mengingatkan tentang hal yang dijanjikan Allah dan himah kepada orang

yang sakit:

- Diampuni dosa dan kesalahan


- Ditinggikan derajatnya

- Pembuka jalan ke surga

- Keselamatan dari api neraka

- Menjadikan kita ingat kepada Allah

- Mengingatkan kepada nikmat yang telah diberian Allah

- Mensucikan hati dari berbagai penyakit

- Menjadikan kita sabar


No. Data Pasien Kegiatan Uraian
1. Nama : Ny. S Umur : Doa Doa memohon kesembuhan:
55 tahun Jenis Allahumma rabbannaasi
kelamin : adzhibil ba'sa isyfihi wa antas
Perempuan syafi laa syifaa'a illa
Pekerjaan : PNS syifaauka syifaa'an laa
Alamat : Jombang yughadiru saqama Artinya:
Tanggal Masuk RS: Ya Allah Tuhan seluruh
10/08/2021 manuia, hilangkanlah rasa

Tangga lpemeriksaan sakit ini. Sembuhkanlah

: 11/08/2021 karena Engkau Dzat Yang


Maha Penyembuh. Tiada
kesembuhan yang sejati
kecuali kesembuhan yang
Engkau datangkan. Yaitu
kesembuhan yang tidak
meningalkan rasa sakit dan
komplikasi penyakit lainnya.
Doa minum obat:
Bismillaahisy syafii
bismillahil kaafii
bismillaahil mu'aafii
bismillaahil ladzii laa
yadlurru ma'asmihi syai-un
fil ardli
walaa fis samaa-i huwas
samii'ul 'alimu.
Artinya: Dengan nama Allah
Tuhan yang menyembuhkan,
dengan nama Allah tuhan
yang menurunkan kesehatan,
Dengan nama Allah yang
dengan nama
Nya tidak ada sesuatu pun
yang berbahaya, baik di bumi
maupun di langit dan Dia
adalah Tuhan Yang Maha
Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Thaharah Pasien tidak memiliki
kontraindikasi apapun untuk
tidak terkena air, sehingga
wudhu menggunakan air tetap
dapat dilakukan.
Pasien tidak mampu
melakukan wudhu secara
mandiri karena fraktur neck
femur sehingga nyeri apabila
digerakkan, maka perlu
dibantu orang lain
Niat wudhu:
Nawaitul whudu-a lirof'il
hadatsii ashghori fardhon
lillaahi ta'aalaa
Artinya : "Saya niat
berwudhu untuk
menghilangkan hadast kecil
fardhu (wajib) karena Allah
ta'ala"
Doa selesai wudhu :
Asyhadu allaa ilaaha
illalloohu wahdahuu laa
syariika lahu wa asyhadu
anna muhammadan
'abduhuuwa rosuuluhuu,
alloohummaj'alnii minat
tawwaabiina waj’alnii minal
mutathohhiriina, waj'alnii
min 'ibadikash shaalihiina
Artinya: "Aku bersaksi, tidak
ada Tuhan selain Allah Yang
Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan aku mengaku
bahwa Nabi Muhammad itu
adalah hamba dan Utusan
Allah. Ya Allah, jadikanlah
aku dari golongan orang-
orang yang bertaubat dan
jadikanlah aku dari golongan
orang-orang yang suci dan
jadikanlah aku dari golongan
hamba-hamba Mu yang
shaleh"

Sholat Mengajarkan sholat dengan


terlentang
a. Pasien tidur terlentang
dengan kaki membujur ke
arah kiblat, dan wajah
menghadap kiblat. Jika
karena sesuatu hal
sehingga tidak
memungkinkan
menghadapkan wajah ke
arah kiblat, misalnya

karena posisi tempat tidur


maka cukup dengan
menghadapkan kedua
telapak kaki saja kearah
kiblat.
b. Pejamkan matanya sedikit
ketika takbir dan rukuk
c. Pejamkan matanyak secara
penuh untuk sujud.
d. Disertai dengan gerakan
lisan ketika membaca
bacaan-bacaan shalat.
e. Selanjutnya meneruskan
rukun sampai salam
dalam keadaan
terlentang.
Spiritual Mengingatkan tentang hal
support yang dijanjikan Allah dan
hikmah kepada orang yang
sakit:
• Diampuni dosa dan
kesalahan
• Ditinggikan derajatnya •
Pembuka jalan ke surga •
Keselamatan dari api neraka
• Menjadikan kita ingat
kepada Allah
• Mengingatkan kepada
nikmat yang telah diberian
Allah
• Mensucikan hati dari
berbagai penyakit
• Menjadikan kita sabar

Religious • Berhusnuudzon atau


helping berprasangka baik dan
(nasehat) berusaha mendekatkan diri
kepada Allah
• Percaya akan pertolongan
dari Allah Swt
• Mengambil hikmah dari
kejadian, bahwa setiap
ujian yang diberikan
Allah tentu ada
hikmahnya
• Melakukan intropeksi diri
tentang kesalahan yang
pernah diperbuat
Mengharg Pasien beragama islam,
ai sehingga perlu melakukan
Perbedaan spiritual care yaitu dengan
mengajarkan doa-doa,
thaharah, ibadah khusus,
spritual support, serta
religious helping kepada
pasien secara islami

Adab • Berkeyakinan atas


melayani Kehormatan Profesi
pasien • Berusaha menjernihkan
jiwa • Lebih mendalami ilmu
yang dikuasainya
• Menggunakan metode
ilmiah dalam berfikir
• Mawas diri
• Ikhlas, penyantun, ramah,
sabar, dan tenang

Anda mungkin juga menyukai