Laporan Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
Disusun oleh :
ELIANA MELDA
NIM : 2017110280
Laporan Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
Disusun oleh :
ELIANA MELDA
NIM : 2017110280
Laporan Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan
Disusun oleh :
ELIANA MELDA
NIM : 2017110280
Mengetahui : Menyetujui :
Ketua Program Studi Akuntansi Dosen Pembimbing
Laporan Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan
Disusun oleh :
ELIANA MELDA
NIM : 2017110280
Tim Penguji :
Menyetujui
Dekan Fakultas Ekonomi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulisan laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
dengan judul “ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN DI
KANTOR KELURAHAN ORO-ORO DOWO” akhirnya dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Terlaksananya Praktek Kerja Lapangan ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari semua pihak. Untuk itu penulis patut mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Nur Ida Iriani, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang.
2. Bapak Ahmad Mukoffi, SE. MSA. selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
3. Bapak Dr. Hendrik Suhendri, S.E., M.SA., CSRA. selaku Ketua Program Studi
jurusan Akuntansi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
4. Ibu Sri Andika Putri, S.Pd.,M.A. selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Hajar Iswantoro, S.Sos. selaku Kepala Kelurahan Oro-Oro Dowo tempat
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
6. Bapak dan Ibu selaku orang tua kandung yang selalu mendoakan sehingga tugas
Praktek Kerja Lapangan dapat berjalan lancar.
7. Teman-teman di kos yang selalu ada saat dibutuhkan.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini berisi tentang semua hasil kegiatan yang
dilakukan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kantor
Kelurahan Oro-Oro Dowo.
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk
memenuhi atau menyelesaikan salah satu tugas akhir pada kurikulum Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang. Kemudian untuk menambah wawasan dan
pengalaman bekerja yang akan menjadi bekal mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja.
ii
Sebagai akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak yang
belum sempurna, segala kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sangat diharapkan agar penulisan
laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi..........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan................................................................2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan..............................................................2
1.4 Khalayak Sasaran Atau Lokasi..................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Akuntansi..................................................................................12
4.2 Pengertian Pajak.........................................................................................13
4.3 Pajak Penghasilan Pasal 21.........................................................................24
4.4 Pajak Penghasilan Pasal 22.........................................................................32
4.5 Pajak Penghasilan Pasal 23.........................................................................35
iv
4.6 Penerapan Akuntansi Perpajakan...............................................................37
4.7 Permasalahan Yang Dihadapi.....................................................................40
4.8 Solusi Yang Ditawarkan.............................................................................40
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................41
5.2 Saran...........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................42
LAMPIRAN..............................................................................................................43
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Kegiatan......................................................................................................4
2. Tarif Pajak Aparat Sipil Negara Berdasarkan Golongan.......................................38
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Denah Lokasi.........................................................................................................8
2. Bagan Struktur Organisasi.....................................................................................10
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto Kegiatan PKL................................................................................................43
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Covid -19 atau Virus Corona adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).COVID -19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernafasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu,
hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. COVID-19 (coronavirus disease 2019)
adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus,
yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus corona. Kasus pertama penyakit
ini terjadi di Kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19
menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara,
termasuk Indonesia, dalam beberapa bulan.
Pajak adalah salah satu sumber utama penerimaan negara, dan bagi negara
semakin besar pajak akan semakin baik keuangan suatu negara, kontribusi pajak bagi
Pendapatan asli negara begitu besar dan sangat menunjang perekonomian suatu
bangsa. Pemerintah saat ini memperbaiki sistem pajaknya karena sistem lama
dianggap banyak mempunyai kelemahan-kelemahan, ini dilakukan untuk
mengamankan pendapatan negara dari sektor pajak agar tidak bocor, upaya ini
dilakukan agar penerimaan negara dari pajak dari tahun ke tahun terus meningkat.
Akuntansi Perpajakan adalah salah satu bidang akuntansi yang diterapkan
dengan tujuan untuk menetapkan besarnya pajak terutang. Secara sederhana
Akuntansi Perpajakan dapat didefinisikan sebagai bidang Akuntansi yang
mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi
perpajakan sehubungan dengan transaksi pada suatu instansi.
1
2
Tabel 1.
Daftar Kegiatan
No Hari/Tanggal Kegiatan
1. 04 Februari 2020 Perkenalan
2. 05 Februari 2020 Membantu memisahkan data
3. 06 Februari 2020 Menghitung pengeluaran
4. 07 Februari 2020 Mendata pemindahan data BPJS
5. 10 Februari 2020 Mengetik berita acara Musrenbang 2020
6. 11 Februari 2020 Izin
7. 12 Februari 2020 Membuat surat pengantar tugas
8. 13 Februari 2020 Membuat berita acara serah terima
administrasi hasil pekerjaan
9. 14 Februari 2020 Membuat surat pengantar tugas
10. 17 Februari 2020 Menulis surat inventaris
11. 18 Februari 2020 Membuat berita acara serah terima
administrasi hasil pekerjaan
12. 19 Februari 2020 Membuat berita acara serah terima hasil
pekerjaan
13. 20 Februari 2020 Mengetik berita acara Musrenbang 2020
4
5
Gambar 1.
Denah Lokasi
9
10
LURAH
SEKRETARIS
HERMA YUDIANTO
KASI PEM & TRANTIM UMUM KASI PRASARANA & SARANA KASI PEM
UMUM
ELZI LEONARDO, S.AP.,M.Si YUNI R BAIYANTI
IRMAWATI
NIP 19820710 200604 1 021 NIP 19640606 199003 2 012
NIP 19621027 198303 2 015
NIP 19640624 200701 2 010 NIP 19780214 201407 2 003 NIP 19760313 201407 1 007
12
13
14
untuk mendapatkan laba; oleh kreditur yaitu orang-orang yang memberi pinjaman
kepada perusahaan dan pihak lainnya).
4. Hukum pajak memiliki ketentuan dan istilah-istilah yang khas untuk bidang
tugasnya.
Dalam mempelaari bidang hukum, berlaku apa yang disebut Lex Specialis
derogat Lex Generalis, yang artinya peraturan khusus lebih diutamakan dari pada
peraturan umum atau jika sesuatu ketentuan belum atau tidak diatur dalam peraturan
khusus maka akan berlaku ketentuan yang diatur dalam peraturan umum. Dalam hal
ini, peraturan khusus adalah hukum pajak, sedangkan peraturan umum adalah hukum
publik atau hukum lain yang sudah ada sebelumnya.
Hukum pajak menganut paham imperative sedangkan hukum pidana
menganut paham opurtunitas. Paham imperatif menuntut pelaksanaan yang tidak
dapat ditunda. Misalnya dalam pengajuan kebaratan, sebelum ada keputusan dari
Direktur Jenderal Pajak bahwa keberatan tersebut diterima maka wajib Pajak yang
mengajukan keberatan terlebih dahulu membayar pajak, sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Sedangkan paham oportunitas pelaksanaannya dapat ditunda setelah ada
keputusan lain.
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku
pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Dalam kaitannya hubungan
antara wajib pajak dan fiskus, hukum pajak dibagi menjadi dua yaitu hukum pajak
materiil dan hukum pajak formil.
Hukum pajak material, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang
dikenai pajak (subjek pajak), berapa besar tarif, timbul dan hapusnya utang pajak,
dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh dari hukum
materiil adalah Undang-Undang Pajak Penghasilan. Sedangkan hukum pajak formil
memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan.
Hukum ini memuat antara ini tata cara penyelenggaraan atau prosedur penetapan
suatu utang pajak, hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para
wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang
pajak dan kewajiban pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.
16
Berdasarkan pola prosentase pajak, tarif pajak dibagi menjadi empat (4)
macam yaitu:
1. Tarif pajak proporsional/sebanding
Tarif pajak proporsional adalah prosentase pengenaan pajak yang tetap atas
berapapun dasar pengenaan pajaknya, sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contohnya adalah PPN
akan dikenakan tarif sebesar 10% atas berapapun penyerahan barang kena pajak
atau jasa kena pajak, PPh Badan yang dikenakan tarif sebesar sebesar 28% atas
berapapun penghasilan kena pajak.
2. Tarif pajak tetap
Tarif pajak tetap adalah jumlah nominal pajak yang tetap terhadap berapapun
yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh: Tarif atas bea materai.
3. Tarif pajak degresif
Tarif pajak degresif adalah prosentase pajak yang menurun seiring dengan
peningkatan dasar pengenaan pajaknya.
4. Tarif pajak progresif
Tarif pajak progresif adalah prosentase pajak yang bertambah seiring dengan
peningkatan dasar pengenaan pajaknya. Contohnya adalah Pajak Penghasilan
(PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi setiap terjadi peningkatan pendapatan dalam
level tertentu maka tarif yang dikenakan juga akan meningkat.
Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan kena pajak sampai dengan
Rp.50.000.000 akan dikenakan tarif pajak 5%, penghasilan kena pajak diatas
Rp.50.000.000 sampai dengan Rp.250.000.000 akan dikenakan tarif 15%,
penghasilan kena pajak diatas Rp.250.000.000 sampai dengan Rp.500.000.000 akan
dikenakan tarif 25% sedangkan penghasilan kena pajak diatas Rp.500.000.000
dikenakan tarif pajak 30%.
Jika kenaikan prosentase pajaknya semakin besar maka disebut tarif pajak
progresif progresif sedangkan jika kenaikan prosentase pajaknya semakin kecil maka
disebut tarif pajak progresif degresif dan jika kenaikan prosentase pajaknya tetap
maka disebut tarif progresif tetap.
18
pajak yang telah dibayarkan oleh Wajib Pajak melalui pemungutan atau pemotongan
pihak lain dalam tahun berjalan dan dapat dikreditkan pada total PPh yang terutang
pada akhir tahun saat pengisian SPT Tahunan, misalnya adalah Pajak Penghasilan
pasal 21, 22, 23, 24 dan PPN. Sedangkan contoh dari pajak final adalah sebagai
berikut:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi.
b. Penghasilan berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi penjualan saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura.
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan.
e. Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, yaitu sampai dengan Rp.
4.800.000.000,-
pembayar premi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai
suatu premi asuransi kerena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
Teori asuransi ditentang sebagai dasar pemungutan pajak karena (a) dalam
hal timbul kerugian, tidak ada penggantian secara langsung dari negara dan (b)
antara pembayaran jumlah pajak dengan jasa yang diberikan oleh negara tidaklah
terdapat hubungan langsung.
2. Teori Kepentingan
Dalam teori ini pembebanan pajak kepada masyarakat didasarkan atas
besarnya kepentingan masyarakat dalam suatu negara. Kepentingan yang
dimaksud adalah perlindungan masyarakat atas jiwa dan hartanya yang
seharusnya diselenggarakan oleh pemerintah, oleh sebab itu sudah sewajarnya jika
pengeluaran negara untuk perlindungan ini dibebankan kepada masyarakat.
Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang
harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul
Teori ini menyatakan bahwa biaya-biaya atas perlindungan yang diberikan
oleh negara kepada warga negara haruslah dipikul oleh segenap orang yang
menikmatinya dalam bentuk pajak. Dengan berdasarkan pada asas keadilan, maka
pajak yang dikenakan terhadap masyarakat tergantung dari daya pikul dari
masing-masing masyarakat. Daya pikul seseorang dapat diukur berdasarkan
besarnya penghasilan yang telah mempertimbangkan pengeluaran seseorang
sehingga masyarakat dengan penghasilan yang lebih tinggi memiliki daya pikul
yang lebih tinggi pula.
Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua pendekatan yaitu unsur
objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif dilakukan dengan melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan unsur
subjektif dilakukan dengan memperhatikan besarnya kebutuhan material yang
harus dipenuhi.
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari
22
a. Keadilan Horizontal
Keadilan horizontal berarti beban pajak yang sama kepada semua Wajib Pajak
yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan yang
sama tanpa membedakan jenis penghasilan atau sumber penghasilan.
b. Keadilan Vertikal
Keadilan vertikal berarti bahwa pemungutan pajak adil jika Wajib Pajak dalam
kondisi kemampuan finansial yang sama dikenakan pajak yang sama.
Menurut Musgrave dan Musgrave, terdapat dua macam asas keadilan
pemungutan pajak, yaitu:
1. Benefit Principle
Benefit Principle berarti bahwa untuk menciptakan sistem perpajakan yang
adil, setiap wajib pajak membayar pajak sebanding dengan manfaat yang
dinikmati dari pemerintah. Asas ini sering disebut sebagai Revenue and
Expenditure Approach.
2. Ability Principle
Ability Principle berpedoman bahwa untuk mewujudkan sistem perpajakan
yang adil maka pembebasan pajak didasarkan atas kemampuan Wajib Pajak
untuk membayar.
2. Asas Certainty
Penetapan pajak harus jelas, tidak dilakukan secara sewenang-wenang. Wajib
Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak terutang, kapan
harus dibayar dan batas waktu pembayarannya. Pemungutan pajak yang jelas akan
memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban Wajib Pajak, sehingga
akan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak.
3. Asas Convenience
Pemungutan pajak harus memperhatikan kenyamanan (convenience) dari wajib
pajak, dalam arti pajak harus dibayar oleh Wajib Pajak pada saat-saat yang tidak
menyulitkan Wajib Pajak, yaitu pada saat memperoleh penghasilan (pay as you
earn). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan Wajib Pajak berupaya
secara ilegal menghindari kewajiban membayar pajak karena pajak dipungut saat
penghasilan tersebut diterima.
24
4. Asas Economics
Biaya untuk pemungutan pajak harus seminim mungkin. Dengan biaya
pemungutan yang minimal diharapkan dapat menghasilkan penerimaan pajak
yang sebesar-besarnya. Dengan prinsip ini, maka pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, dapat melakukan rasionalisasi dalam
pemungutan pajak, sehingga hanya pajak yang menghasilkan penerimaan besar
dengan biaya rendah yang akan dikembangkan, sedangkan pajak yang
pemasukannya kecil dan memerlukan biaya yang besar akan ditinggalkan.
badan usaha milik daerah. Pegawai dapat dibedakan menjadi dua yaitu pegawai tetap
dan pegawai lepas. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi
kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,
termasuk di dalamnya adalah anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas yang secara teratur terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan
secara langsung.
Pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk
orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tabungan hari tua atau tunjangan
hari tua.
Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.
Berbeda dengan penerima honorarium, penerima upah adalah orang pribadi
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan. Upah
harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar hari kerja, upah
mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara mingguan, upah
borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar penyelesaian
pekerjaan tertentu sedangkan upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan
atas dasar banyaknya satuan produk yang dihasilkan.
Selain pegawai tetap, pegawai lepas, penerima pensiun, penerima honorarium
dan penerima upah, bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan juga merupakan subjek pajak
penghasilan pasal 21. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan terdiri dari:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
c. Olahragawan;
27
tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus,
premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan yang
biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.
Pegawai biasanya tidak hanya menerima gaji atau upah saja dalam satu
bulannya, masih ada komponen-komponen lain yang diperhitungkan dalam
pembayaran seorang pegawai, yaitu uang lembur, tunjangan, komisi, honorarium,
dam gratifikasi.
Secara lebih lengkap, objek PPh pasal 21 adalah:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun
bulanan, upah honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau
anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang
tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan,
tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transportasi, tunjangan pajak,
tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi
yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama
apapun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan
tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya dengan nama
apapun.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan:
a. Upah harian adalah upah terutang atau yang dibayarkan atas dasar jumlah dari
hasil kerja.
b. Upah mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.
c. Upah satuan adalah upah terutang atau yang dibayarkan atas dasar banyaknya
satuan yang dihasilkan.
d. Upah borongan adalah upah terutang atau yang dibayarkan atas dasar
penyelesaian pekerjaan tertentu.
4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon, dan pembayaran lain yang sejenis.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
29
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Dalam Negeri, terdiri dari:
a. Tenaga ahli, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai, dan aktuaris;
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pamahat, pelukis, dan seniman
lainnya;
c. Olahragawan;
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator;
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer, dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial;
g. Agen iklan;
h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala
bidang kegiatan;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
j. Peserta perlombaan;
k. Petugas penjaja barang dagangan;
l. Petugas dinas luar asuransi;
m. Peserta pendidikan, pelatihan; dan pemagangan;
n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya.
6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain terkait gaji yang diterima oleh
pejabat negara, PNS serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang
sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiun termasuk janda
atau duda dan atau anak-anaknya.
7. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun
yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
perhitungan khusus (deemend profit).
30
3. Tarif 2,5%
Tarif 2,5% adalah tarif efektif atas 50% dari tarif pasal 17. Tarif ini dikenakan
atas penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan akutuaris;
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model,peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat pelukis,
dan seniman lainnya;
3) Olahragawan;
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7) Agen iklan;
8) Pengawas atau pengelola proyek;
9) Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10) Petugas penjaja barang dagangan;
11) Petugas dinas luar asuransi;
33
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak (WP) dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu
akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali
PPAT kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan, yang
melakukan pekerjaan bebas dan orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan, atas pembayaran berupa sewa.
Tabel 2.
Tarif Pajak Aparat Sipil Negara Berdasarkan Golongan
Penerima Penghasilan Tarif
Golongan I dan II 0%
Golongan III 5%
Golongan IV 15%
40
B. Tarif Pajak
2% x Jumlah Bruto (tidak termasuk PPN)
1. Apabila yang menerima penghasilan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
maka dikenakan tarif 2%.
2. Apabila yang menerima penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, maka dikenakan tarif 4%.
5.1 Kesimpulan
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian
mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan
pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam
perusahaan, organisasi non-profit, dan lembaga pemerintah.
Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang,
sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung.
Akuntansi Perpajakan adalah salah satu bidang akuntansi diterapkan dengan
tujuan untuk menetapkan besarnya pajak terutang. Dengan adanya akuntansi
perpajakan yang baik tentunya akan memberikan dampak yang baik pula dalam
sebuah instansi.
Setelah melakukan penelitian tentang Analisis Penerapan Akuntansi
Perpajakan di Kantor Kelurahan Oro-Oro Dowo maka dapat disimpulkan bahwa
dalam hal Penerapan Akuntansi Perpajakan di Kantor Kelurahan Oro-Oro Dowo
sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku baik dalam penggunaan,
penghitungan dan pemotongan PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23.
Namun demikan, terdapat permasalahan yang dihadapi dalam penerapan Akuntansi
Perpajakan di Kantor Kelurahan Oro-Oro Dowo, tetapi sudah mendapatkan solusi.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Sebaiknya instansi mengadakan pelatihan atau seminar mengenai aplikasi yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Penerapan Akuntansi Perpajakan di Kantor Kelurahan Oro-Oro Dowo sudah baik
dan benar, namun perlu untuk selalu diawasi dan bisa juga dikembangkan guna
memperbaiki sistem dan selalu update dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
DAFTAR LAMPIRAN
44