Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis dan Terapi Sengatan Ubur-Ubur

29 December 2016

Musim liburan di akhir tahun biasanya menjadi puncak kedatangan para turis di
berbagai tempat destinasi wisata, tidak terkecuali pantai. Pantai di Pulau Bali,
Lombok atau banyak daerah kepulauan di Indonesia menjadi destinasi wisata
banyak pelancong.

Namun, bagi dokter hal ini perlu menjadi perhatian yang tidak dapat diremehken.
Salah satunya adalah semakin maraknya aktivitas snorkeling. Salah satu resiko
gawat darurat ketika seseorang snorkeling adalah tersengat ubur-ubur (hewan laut
golongan Cnidaria) .

Sengatan ubur-ubur tidak hanya berdampak emergensi, bahkan dapat berakibat


fatal. Pasien yang tersengat ubur-ubur dapat meninggal jika tidak ditangani
segera.

Dibawah ini admin kutipkan pedoman diagnosis dan terapi sengatan ubur-ubur
dari BUKU EIMED BIRU PAPDI.

Diagnosis Sengatan Ubur-Ubur

Dari anamensis, pasien umumnya dapat menceritakan sumber paparan dan


petugas medis dapat membedakan jenis dari gejala yang ditemukan saat
memeriksa pasien

Pada pemeriksaan fisik sengatan ubur-ubur dapat ditemukan pemeriksaan tanda


vital:

1. Takikardi
2. Palpitasi
3. Hiperpnea
4. Nyeri kepala
5. Gelisah (berkeringat dan ketakutan)

Terdapat kemerahan pada kulit berbentuk seperti cambuk (whiplike) dan “fosted
ladder appearance”. Seluruh gejala bersifat progresif. Spasme otot terutama di
daerah punggung tidak jarang terjadi. Terjadi hipotensi mengikuti krisis hipertensi
sebelumnya dengan edema paru.

Pemeriksaan laboratorium diperlukan apabila terkena sengatan ubur-ubur jenis


Irukandji yaitu pemeriksaan enzim jantung serial serta pemeriksaan fungsi ginjal
dan urinalisis.

Terapi Non-Farmakologik

Pada sengatan Cnidaria dapat dipakai cuka atau air laut untuk menginaktivasi
racun ,namun sangat tergantung spesies yang mengenai

Terapi Farmakologik

1. Pemberian anti venom spesifik sesuai dengan etiologi. Pada sengatan


Cnidaria (Chironexfleckeri) 1 ampul antivenom yang diencerkan (1:10)
dalam saline secara i.v. atau 3 ampul tanpa diencerkan (@1,5 -4 ml) i.m.
di tiga lokasi tubuh yang berbeda. Pada kasus yang mengancam nyawa,
pemberian anti venom secara titrasi bertahap (mulai 1 ampul i.v. dapat
ditingkatkan hingga 3 ampul i.v. Dosis maksimal 6 ampul)
2. Obat analgetik
3. Epinefrin dan antihistamin

Untuk penjelasana lebih lanjut, kamu bisa baca di EIMED Biru PAPDI

Semoga Bermanfaat^^

Anda mungkin juga menyukai