Anda di halaman 1dari 17

BAHASA INDONESIA

( Ragam Bahasa, Sikap Bahasa, dan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar)

OLEH

ANISYA 190301127

DIAN MELVINA 190301079

FARADIBA SALSABILA 190301124

LINDA APRIANI 190301114

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ragam Bahasa, Sikap Bahasa, dan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar” dimana makalah ini
merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen, teman-
teman dan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu maupun semangat
bagi penulis.

Kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai instrospeksi
untuk lebih baik kedepannya. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Pekanbaru, 10 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................... 2

BAB I ................................................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN .................................................................................................................................................................. 2

A. Ragam Bahasa dan Karakteristiknya............................................................................................................................ 2

1.1 Ragam bahasa lisan dan tulisan .................................................................................................................................. 2

1.2 Ragam Bahasa Tulis ................................................................................................................................................... 2

1.3 Ragam Baku dan Tidak Baku ..................................................................................................................................... 3

1.4 Ragam bahasa sosial dan fungsional .......................................................................................................................... 4

B. Sikap Bahasa dan Karakteristiknya .............................................................................................................................. 4

2.1 Pengertian Sikap Berbahasa ....................................................................................................................................... 6

2.2 Ciri-ciri Sikap Bahasa................................................................................................................................................. 6

2.3 Jenis-jenis Sikap Bahasa ............................................................................................................................................ 6

C. Pengertian Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar ................................................................................................... 7

3.1 Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar .................................................................................................. 7

3.2 Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari ............................................................................... 8

3.3 Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia ................................................................................................................ 10

BAB III .............................................................................................................................................................................. 12

PENUTUP .......................................................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................................ 13

KUIS .................................................................................................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi yang dipakai dalam berbagai keperluan tentu tidak seragam,
tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Keanekaragaman itulah yang
dinamanakan ragam bahasa indonesia terdapat dua jenis ragam bahasa yaitu, bahasa formal dan bahasa
tidak formal. Ragam bahasa menurut topik pembicaraan mengacu pada pemakaian bahasa dalam bidang
tertentu, seperti bidang jurnalistik (persuratkabaran), kesusastraan, dan pemerintahan. Ragam bahasa
menurut hubungan pelaku dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada situasi formal atau
informal. Dengan adanya keanekaragaman bahasa didalam masyarakat, kehidupan bahasa dalam
masarakat dapat diketahui. Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai
perbedaan ragam bahasa. Oleh karena itu, penguasaan ragam bahasa menjadi tututan bagi setiap
penutur mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan masing - masing yang menghendaki kesesuaian
bahasa yang digunakan. Jadi ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya,yang timbul menurut
situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya variasi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ragam bahasa ?

2. Apa macam - macam dari ragam bahasa ?

3. Apa pengertian dari sikap bahasa ?

4. Apa ciri- ciri dari sikap bahasa ?

5. Apa pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

6. Apa manfaat menggunakan bahasa Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari ragam bahasa

2. Untuk mengetahui macam - macam dari ragam bahasa

3. Untuk mengetahui pengertian dari sikap bahasa

4. Untuk mengetahui ciri - ciri dari sikap bahasa

5. Untuk mengetahui pengertian dari bahasa Indonesia yang baik dan benar

6. Untuk mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ragam Bahasa dan Karakteristiknya
Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu
varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai
keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa.

Ragam bahasa dibedakan menjadi 3 yaitu :


1.1 Ragam bahasa lisan dan tulisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam
ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara
dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide.
Karakteristik ragam bahasa lisan :
1) Memerlukan kehadiran orang lain
2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
3) Terikat ruang dan waktu
4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

Kelebihan ragam bahasa lisan :


1) Dapat disesuaikan dengan situasi
2) Faktor efisiensi
3) Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan
agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
4) Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya
5) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh
penutur.
6) Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan
kognitif.

Kelemahan ragam bahasa lisan :


1) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
2) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3) Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
4) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

1.2 Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain
dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
2
Karakteristik ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
3) Tidak terikat ruang dan waktu
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis :


1) Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan
menyenangkan.
2) Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3) Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-
unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis :

1) Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan
harus disusun lebih sempurna.
2) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah
bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
3) Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa
tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.

1.3 Ragam Baku dan Tidak Baku


Ragam bahasa baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat
pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Karakteristik bahasa baku:
1) Tidak terpengaruh bahasa daerah
2) Tidak terpengaruh bahasa asing
3) Bukan ragam bahasa percakapan sehari-hari
4) Pemakaian imbuhannya secara eksplisit
5) Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
6) Tidak terkontaminasi dan tidak rancu

Fungsi bahasa baku


Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat
menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah
lain.
Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian,
bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa.
2. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Melalui
fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang
3
bersangkutan.
3. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise.
Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan
peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Penutur atau pembicara
(masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata
orang lain.

4. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan
kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya
pemakaian bahasa seseorang atau golongan.

Ragam bahasa tidak baku


Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa baku, dan
dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada situasi santai dengan keluarga,
teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu
bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.
Karakteristik bahasa tidak baku:
1). walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.
2). dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
3).dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
4). digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

Fungsi Bahasa Tidak Baku

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai (tidak resmi) sehari-hari yang
biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar. Fungsi penggunaan bahasa nonbaku adalah untuk
mengakrabkan diri dan menciptakan kenyamanan serta kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).
1.4 Ragam bahasa sosial dan fungsional

a. Ragam bahasa sosial

Ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang
digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab merupakan ragam sosial tersendiri.

b. Ragam bahasa fungsional

Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional, adalah ragam bahasa
yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam
fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam
fungsional menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam
lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.

B. Sikap Bahasa dan Karakteristiknya


4
Bahasa memiliki beberapa sifat yang berwujud bunyi. Kelima sifat bahasa itu adalah :
Bahasa merupakan perangkat bunyi. Bunyi itu bersistem dikeluarkan oleh alat bicara manusia. Setiap
bahasa memiliki bunyi-bunyi yang bersistem. Misalnya dalam bahasa Gorontalo bunyi ila bermakna nasi
sedangkan dalam bahasa Batolaki bermakna lenyap atau dapat juga bermakna kalah.
Hubungan antara bunyi bahasa dan objek (acuannya) bersifat arbiter. Artinya hubungan antara bunyi
dan wujudnya yang berupa benda atau konsep bersifat mana suka. Hal ini dapat dilihat pada bunyi makan
dalam bahasa Indonesia, pajoh dalam bahasa Aceh dan mangan dalam bahasa Gayo.
Bahasa itu bersistem karena setiap bahasa didunia ini memiliki sistem sendiri. Sistem bahasa Indonesia
berbeda dengan bahasa Inggris dan bahasa lain didunia ini.
Bahasa itu seperangkat lambang. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia itu berwujud lambang.
Misalnya, bunyi kuda kalau kita tuliskan dalam bahasa Indonesia.
Bahasa itu bersifat sempurna. Bahasa sebagai wahana komunikasi memiliki sifatnya yang sempurna.
Dengan demikian, dalam konteks manapun bahasa yang dipahami akan tetap dimengerti. Misalnya dalam
bahasa Indonesia kita mengenal kalimat dengan pola SPOK ( Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).

Fungsi bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran, Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau
alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.

Fungsi Personal atau Pribadi


Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap
terhadap apa yang diturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga
memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat
menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.

Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku
pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan
yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara

Fungsi Fatik
Dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa
berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial.
Ungkapan-Ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau
menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.

Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu untuk membicarakan objek atau peristiwa
yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang
melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan
bagaimana si penutur tentang dunia disekelilingnya.

Fungsi Metalingual atau Metalinguistik


5
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya,
bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.Biasanya bahasa dingunakan untuk
membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya disini bahasa
itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran
bahasa dimana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan.

Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa
itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan ; baik yang sebenarnya maupun yang
hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imajinasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng, dan
sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.

2.1 Pengertian Sikap Berbahasa

Sikap merupakan tingkah laku atau respon dari hasil suatu tindakan atau tutran seseorang. Dalam
kegiatan berbahasa juga menghasilkan berbagai sikap yang bisa disebut sikap berbahasa. Sikap ini akan
memengaruhi bagaimana bahasa itu digunakan, baik dari segi variasinya, tuturannya, maupun bentuknya.
Berbahasa adalah salah satu wujud kepribadian dan intelektualitas.

Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain
(Kridalaksana, 2001:197) dan Rusyana (1989, 31-32) menyatakan bahwa sikap bahasa dari seorang pemakai
bahasa atau masyarakat bahasa baik yang dwibahasawan maupun multibahasawan akan berwujud berupa
perasaan bangga atau mengejek, menolak atau sekaligus menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat
pemakai bahasa tertentu, baik terhadap bahasa yang dikuasai oleh setiap individu maupun oleh anggota
masyarakat.

2.2 Ciri-ciri Sikap Bahasa

Sikap merupakan kontributor utama bagi keberhasilan belajar bahasa. Garvin dan Mathiot (1968)
mengemukakan sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok, yaitu :
Kesetiaan bahasa (language loyality). Kesetiaan bahasa adalah keinginan mesyarakat mendukung
bahasa itu untuk memelihara dan mempertahankan bahasa itu bahkan perlu mencengahnya dari pengaruh
bahasa lain.
Kebanggan bahasa (language pride). Kebanggan bahasa mendorong seseorang atau masyarakat
pendukung bahasa itu untuk menjadikan sebagai penanda jati, lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm). Cenderung untuk mendorong orang
menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun.

2.3 Jenis-jenis Sikap Bahasa


Seperti ‘Sikap’ pada umumnya bahwa selalu memiliki dua sisi. Sisi jelek dan sisi baik. Begitu juga
dengan sikap bahasa. Sikap bahasa ada dua yaitu sikap positif dan sikap negatif.

1. Sikap positif
6
Sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa dan sesuai dengan situasi
kebahasaan.
Hal-hal yang menunjukkan sikap positif seorang terhadap bahasanya antara lain :
➢ Memakai bahasa sesuai dengan kaidah dan situasi kebahasaan.
➢ Memakai bahasa sendiri (Indonesia) tanpa dicampur dengan bahasa asing, walaupun lawan bicara
mengerti maksud pembicaraan tersebut, alangkah lebih baik menggunakan basa sesuai dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Memakai bahasa sesuai dengan keperluan.

2. Sikap negatif

Sikap negatif bahasa akan menyebabkan orang acuh terhadap pembinaan dan pelestarian bangsa. Mereka
menjadi tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri bahkan mereka merasa malu
memakai bahasa itu.
Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain :
➢ Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa inggris,
walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
➢ Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak
pernah merasa malu apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
➢ Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena
merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik.

C. Pengertian Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar


3.1 Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat tempat
terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa
Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang
baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya
itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur
dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai
sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya,
begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu
kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak
boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik
ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).
Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang baik, erat sekali
hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam
bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi
7
yang penting dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi,
dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan apa kita berbahasa.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus
memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa
kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang
khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita
berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan
tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian
mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa.
Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi,
karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim
pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada
media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media
lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang
ingin disampaikan kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel
atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin
disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis
itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan
pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita,
dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

3.2 Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di
rumah dan lain- lain hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya, “ Berapa
nih, Bu, ikannya ? “.
Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain- lain, menggunakan bahasa Indonesia
yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah
pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa
kurang ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga
mengikuti kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dalam
berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai
berikut :
1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang disampaikan
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat, atau waktu bahasa
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kedudukan
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio, televisi
5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum rapat, televisi, radio, dan surat
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik dan benar yang berarti
8
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang
benar. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan bahasa Indonesia yaitu :
1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
➢ Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur,
serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
➢ Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap serta
bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2. Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi
kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-
kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah
kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut
untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang
dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam
pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat
pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam
lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan
saja.
3. Kosakata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan
menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam
bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab,
dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa.
Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai
bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan
merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan
digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin
rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk
9
menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut
dinamakan tanda baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal
seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan
imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita
harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan
seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi
antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan
tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata
kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan
memilih ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa
yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan
membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa
bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

3.3 Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia


1. Mempermudah dalam komunikasi.

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila
ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan
mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang
sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai
macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin
dipahami oleh orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain, kita ingin
membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita
ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak
sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena itu,
seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh
orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh
masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan
kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya,
kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, nuansa tradisional.

10
2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social.

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan
pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu,
serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk
merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang
setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan
masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi,
berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial
tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita
hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan
bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau
orang-orang yang kita hormati.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda - beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks
ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis
mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan
(EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan
memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada. Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang
berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya menggunakan
bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat

B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam bahasa yang kita miliki,
kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik, yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Zaenal, Arifin, S. Amran Fasai, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Edisi
Baru.Jakarta: Akademika Pressindo.
Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka
Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya

13
KUIS

Sikap merupakan kontributor utama bagi keberhasilan belajar bahasa. Garvin dan Mathiot (1968)
mengemukakan sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok. Apa ciri- ciri dari sikap
bahasa yang dimaksud ?

a. Kesetiaan, Kebangsaan, dan Kesadaran

b. Kesetiaan, Kecintaan, dan Kemurnian

c. Kecintaan, Kebaktian, dan Kesetiaan

d. Kebaktian, Kesempurnaan, dan Keindahan

e. Kesucian, Keputihan, dan Keindahan

14

Anda mungkin juga menyukai