Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia yang paling berjasa terhadap seseorang adalah kedua orang


tua. Melalui keduanya Allah mentakdirkan keberadaannya. Ibunya yang
telah mengandungnya selama sembilan bulan dengan penuh susah
payah. Ibunya yang telah menyusuinya selama masa yang telah
dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang mengasuhnya, merawatnya dan
menyayanginya semasa kecilnya. Demikian juga ayahnya yang
membanting tulang untuk memenuhi segenap kebutuhannya, dan
mendidiknya hingga dewasa. Ayahnya yang melindunginya dari
berbagai marabahaya.Guru merupakan orang yang bejasa terhadap
sang murid atau dengan kata lain guru merupakan orang yang mendidik
dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan
orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu di
terapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua.

B.Rumusan Masalah

A.Memahami Ayat dan Hadits tentang Hormat dan Patuh Kepada Orang
Tua dan Guru ?

B.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Orang Tua ?

C.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Guru ?


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN………………………………………………………………
……… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. 2
PEMBAHASAN
…………………………………………………………………….. 3
MEMAHAMI AYAT DAN HADIS TENTANG HORMAT
KEPADA ORANG TUA DAN
GURU………………………………………………………. 1
2.SIKAP HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA.......2
3.SIKAP HORMAT DAN PATUH KEPADA
GURU..........................3
4.MENUNJUKKAN CONTOH PERILAKU YANG
MENCERMINKAN HOMAT DAN PATUH.............4
REVERENSI………………………………………………………………………
….5
PEMBAHASAN
A.Memahami Ayat dan Hadits tentang Hormat
dan Patuh Kepada Orang Tua dan Guru
Kedua orang tua dan guru masing-masing mempunyai
kedudukan yang terhormat, sehingga Rasulullah saw
bersabda :
‫اع ب ِْن‬ ِ َ‫ان ب ُْن ُعيَ ْينَةَ َع ْن اب ِْن َعجْ اَل َن َع ْن ْالقَ ْعق‬ ُ َ‫َّاح َأ ْنبََأنَا ُس ْفي‬ ِ ‫صب‬ َّ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ال‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ح َع ْن َأبِي هُ َري َْرةَ ق‬ ٍ ِ‫صال‬ َ ‫َح ِك ٍيم َع ْن َأبِي‬
‫ِإنَّ َما َأنَا لَ ُك ْم ِم ْث ُل ْال َوالِ ِد لِ َولَ ِد ِه ُأ َعلِّ ُم ُك ْم ِإ َذا َأتَ ْيتُ ْم ْال َغاِئطَ فَاَل تَ ْستَ ْقبِلُوا ْالقِ ْبلَةَ َواَل‬
‫يب‬ َ ‫ث َوالرِّ َّم ِة َونَهَى َأ ْن يَ ْستَ ِط‬ ِ ‫ار َونَهَى َع ْن الر َّْو‬ ٍ ‫تَ ْستَ ْدبِرُوهَا َوَأ َم َر بِثَاَل ثَ ِة َأحْ َج‬
- ‫ سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة‬- 309 : ‫ (رواه ابن ماجه‬.‫ال َّر ُج ُل بِيَ ِمينِ ِه‬
: ‫ صفحة‬- 1 : ‫ث َوالرِّ َّم ِة – الجزء‬ ِ ‫ار ِة َوالنَّه ِْي َع ْن الر َّْو‬ َ ‫بَاب ااِل ْستِ ْن َجا ِء بِ ْال ِح َج‬
374
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :
KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH
BAGI ANAKNYA, AKU AKAN MENGAJARI KALIAN, jika
kalian ingin buang hajat, maka janganlah menghadap
kiblat atau membelakanginya. Beliau memerintahkan
agar beristinja’ dengan tiga buah batu dan melarang
menggunakan kotoran hewan dan tulang. Dan beliau
juga melarang seseorang cebok dengan tangan
kanannya. (HR.Ibnu Majah : 309, sunan Ibnu Majah, Al-
Maktabah Asy=Syamilah, bab istinja bilhajar wannahyu
‘anir rauts warrammati juz : 1, hal. 374)
Dalam memahami hadits di atas, Imam Al-Ghzali
memberikan komentar dalam kitab Al-Ihya Ulumuddin
sebagai berikut :
‫ " بأن‬Z‫ لولده‬Z‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم " إنما أنا لكم مثل الوالد‬
‫ من نار‬Z‫يقصد إنقاذهم من نار اآلخرة وهو أهم من إنقاذ الوالدين ولدهما‬
‫ ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود‬:‫الدنيا‬
)‫(اإلحياء علوم الدين‬.‫الحاضر والحياة الفانية والمعلم سبب الحياة الباقية‬
Rasulullah saw bersabda : “KEDUDUKANKU BAGI KALIAN
SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA”. Maksudnya :
Beliau saw sebagai guru adalah menyelamatkan manusia
dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti di
akhirat. Dan ia lebih penting dari pada tugas kedua orang
tua yang menyelamatkan anaknya dari penderitaan di
dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang guru lebih
besar daripada hak kedua orang tua, karena orang tua
sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan
yang fana di dunia ini, sementara guru menjadi sebab
untuk meraih kebahagian dalam kehidupan jangka
panjang yang abadi di akhirat nanti. (Al-Ihya Ulumuddin(
Memahami komentar imam Al-Ghazali di atas, pantaslah
bila kita menghormati guru, dan salah satu cara
menghormatinya adalah “MENGAMALKAN ILMUNYA”.
Namun demikian, suatu ketika orang tua dapat berperan
ganda, yaitu sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai
guru. Begitu seorang anak lahir, orang tua yang pertama
kali mengumandangkan kalimat tauhid dan takbir di
telinga kanan dan kiri sang anak. Begitu mau
makan/minum orang tua pula yang pertama kali
mengajari berdoa, sehingga pantaslah apabila sangat
banyak dalil Al-Qur’an maupun hadits yang
memerintahkan untuk berbakti serta taat kepada kedua
orang tua, antara lain sebagai berikut :
‘’Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan HENDAKLAH KAMU
BERBUAT BAIK PADA IBU BAPAKMU DENGAN SEBAIK-
BAIKNYA. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS.Al-Isra’ : 23)
Dalam ayat tersebut, bagitu pentingnya berbakti kepada
kedua orang tua, maka perintah berbakti kepadanya,
langsung diabadikan dalam urutan sesudah perintah
beribadah kepada Allah. Anak wajib berbakti kepada
kedua orang tua, sewaktu orang tua masih hidup
ataupun sudah wafat. Sewaktu orang tua masih hidup,
berbakti kepadanya, antara lain dengan sikap dan tutur
kata yang menyejukkan, santun dan terhormat. Ketika
mereka telah wafat, cara berbakti kepadanya, antara lain
sebagai berikut :
‘’Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.Al-
Isra’ : 24)

B.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Orang Tua


Manusia yang paling berjasa terhadap seseorang adalah
kedua orang tua. Melalui keduanya Allah mentakdirkan
keberadaannya. Ibunya yang telah mengandungnya
selama sembilan bulan dengan penuh susah payah.
Ibunya yang telah menyusuinya selama masa yang telah
dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang mengasuhnya,
merawatnya dan menyayanginya semasa kecilnya.
Demikian juga ayahnya yang membanting tulang untuk
memenuhi segenap kebutuhannya, dan mendidiknya
hingga dewasa. Ayahnya yang melindunginya dari
berbagai marabahaya. Berbagai jasa orang tua diberikan
kepada anak sejak di dalam kandungan hingga ia lahir,
dan berkembang menjadi dewasa. Semua itu diberikan
oleh orang tua tanpa mengharapkan balasan apa-apa
dari si anak. Bahkan ketika dewasa pun orang tua tidak
serta merta melepasnya, tetapi tetap membantu
menyelesaikan segala persoalan hidupnya. Banyaknya
jasa orang tua itulah maka Islam menempatkan sikap
hormat kepada orang tua sebagai kedudukan kedua
setelah Allah. Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan
bahwa hormat dan berbakti kepada orang tua memiliki
kedudukan yang tinggi.
Taat dan Patuh pada Orang Tua hanya Sebatas dalam Hal
yang Baik. Hal ini dikarenakan tidak ada ketaatan didalam
kemaksiatan. Artinya seorang anak tidak boleh mentaati
kedua orang tuanya sehingga meninggalkan perkara-
perkara yang sifatnya kewjiban kepada Allah atau untuk
bermaksiat kepada Allah Subhanuhu wa Ta’ala. Tetapi hal
ini tidak menjadi alasan untuk tidak berbuat baik kepada
orang tua.Sebagaiman firman Allah dalam surat luqman
ayat yang ke 15, yang artinya:“kalau kedua orang tuamu
memaksa untuk menyekutukan Aku, dimana engkau
tidak memiliki ilmu tentangnya, janganlah engkau taat
kepadanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik”.
Perbuatan terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang anak
kepada orang tua adalah :
1)Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik.
2)Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang
lemah lembut.
3)Tawadhu(rendah hati).
4)Memberi infak atau sedekah kepada kedua orang tua.
5)Mendoakan kedua orang tua.
6)Mentaatinya dalam hal hal yang tidak bertentangan
dengan syariat Allah.
7)Mendengarkan nasihatnya
Beberapa perbuatan-perbuatan yang termasuk menyakiti
Ibu dan Ayah antara lain :
1)Menimbulkan ganguan kepada orang tua, baik berupa
perkataan ataupun perbuatan yang membuat orang tua
sedih atau sakit hati.
2)Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan
orang tua.
3)Membentak atau menghardik orang tua.
4)Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan
lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang
tuanya,padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
5)Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tsua,
mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain
6)Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau
menyiapkan makanan. Perkataan tersebut tidak pantas
bagi orang tua terutama jika mereka sudah sudah tua
dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan
tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidaklah
mengapa dan karena itu seorang anak harus berteima
kasih dan membantu orang tua.
7)Menyebut kejelekan orang tua dihadapan orang
banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8)Malu mengakui kedua orang tuanya.
9)Membuat orang tua susah atau mencaci maki
keduanya.

C.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Guru


Bagi seorang murid yang ingin mendapatkan ilmu dan
ilmunya berguna suatu saat nanti maka murid harus
menghormati guru serta taat kepadanya. Menghormati
guru merupakan hal yang paling penting diantara
kewajiban lainnya, bahkan dapat dikatakan antara
hormat dan taat manakah yang di dahulukan, maka
menghormati guru harus di utamakan. Dengan kata lain
menghotmati guru lebih penting dari pada mentaatinya.
Diantara cara menghormati guru adalah:
a. Tidak memulai berbicara dengannya kecuali dengan
izinnya
Jangan membuka pembicaraan terhadap guru. Sehingga
guru tersebut yang mengajaknya berbicara atau
mengizinkannya. Berbicaralah yang sopan dan rendah
hati. Tidak boleh dengan suara keras apalagi berteriak.
Jangan terlalu dekat atau terlalu jauh. Jangan
membicarakan sesuatu yang kurang disenangi oleh guru,
membuat tersinggung atau marah.
b. Tidak berjalan di depannya
Seorang murid harus meminta ijin terlebih dulu untuk
lewat didepan guru, menundukkan badannya untuk
menunjukkan sikap tawadlu’ terhadapnya. Atau
berhentilah menunggu hingga ada jalan untuk lewat.
Sebaliknya jika guru sedang lewat seorang murid harus
berdiri untuk memberi penghormatan,
menunjukkansikap tawadlu’, bersikap tenang, tidak
boleh menyapa, memanggil dan berbicara kecuali ucapan
salam.
c. Membersihkan Tempat Duduk Dan Mejanya
Meja guru harus selalu bersih dari segala kotoran atau
debu, baik ketika guru sedang hadir ataupun tidak. Posisi
tempatnya harus tertata rapi
d. Tidak menempati tempatnya
Seorang murid harus tahu tempat-tempat yang biasa
ditempati guru. Jangan menempati tempat duduknya,
duduk diatas kendaraannya atau memasuki ruangannya,
jangan pula tiba-tiba duduk di sampingnya. berdiri atau
lewat didepannya.
e. Tidak banyak bicara bersamanya
Berbicaralah yang penting saja jangan terlalu lama.
Jangan berbicara tentang sesuatu yang tidak disenangi
guru, menyinggung, menghina atau membuat marah
f. Tidak bertanya sesuatu tanpa izinnya
Jangan bertanya sebelum guru memberi kesempatan
atau mempersilahkannya. Bertanya harus dalam keadaan
tenang, jangan menanyakan sesuatu yang menyinggung
atau membuat marah guru. Jangan pula bertanya
sesuatu yang bukan ilmu. Atau bertanya dengan tujuan
yang tidak baik.
g. Mentaati perintahnya
Jika diperintah guru harus segera melaksanakan tanpa
harus menunda-nunda atau berpikir untuk menyusun
alasan. Demikian juga ketika dipanggil harus segera
memenuhi panggilannya tidak boleh “menoleh” kanan
kiri lebih dahulu, bertanya-tanyaatau berpura-pura tidak
tahu
h. Menghormati segala sesuatu yang berhubungan
dengan guru.
Seperti keluarganya, anak, istrinya dan barang-
barangnya. Seorang murid harus menghormati anaknya
sebagaimana menghormati guru walaupun anaknya
masih kecil. Jangan pula menyentuh, bermain dengan
barang-barang miliknya apalagi mengambil tanpa izinnya.
i. Tidak mengetuk pintu, tetapi harus bersabar hingga
keluar dengan sendirinya
Seorang murid tidak boleh bertamu pada waktu istirahat
atau tidur. Artinya ketika bertamu murid harus mencari
waktu yang tidak mengganggu guru. Danharus mengucap
salam. Jika sampai tiga kali salam tersebut tidak
terjawab, maka dia harus kembali. Dan tidak boleh
mengetuk pintunya sehingga guru tersebut keluar
dengan sendirinya.

D. Menunjukkan contoh perilaku yang


mencerminkan hormat dan patuh kepada orang tua
1.Pengertian Birrul Walidain
Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-
Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-
walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi,
Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua
orang tua.
2. Kedudukan Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa
dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga
berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang
sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat
jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses
reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa
dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung,
menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian
bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia
berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing,
melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya,
sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang
sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis
saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan
kepada orang tuanya dan dilarang untuk
mendurhakainya.
3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat
dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya
selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat
musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau
kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap
menjalin hubungan dengan baik.
Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua,
bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku
maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di
usia senja.
Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai
aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan,
jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan
saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya,
sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-
anak membantu orang tua terutama ibu. Dan
mengerjakan pekerjaan rumah.
Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah
kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirta.
Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih
bisa diteruskan dengan cara antara lain:
–Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
–Melunasi semua hutang-hutangnya
–Melaksanakan wasiatnya
–Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu
hidup
–Memuliakan sahabat-sahabatnya
–Mendoakannya.
4.Doa Anak untuk Orang Tua
Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya
dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran yaitu,
doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan
kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi
ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang
telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku
dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat)”.
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
5. ‘Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua.
Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang
dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan
oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa
istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran
Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua
orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti
dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua
bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari
mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah”
( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan
panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-
macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan
menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di
ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada
orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan
menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah
berusia lanjut)

KESIMPULAN
Berbakti kepada orang tua merupakan sebuah kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh seorang anak, sebagai
seorang anak kita tidak boleh menyakiti hatinya apalagi
menyia-nyiakannya karena orang tualah yang paling
berjasa daam hidup kita, mereka yang merawat kita dari
kita kecil sampai besar. Sewaktu kita kecil sampai dewasa
pun kasih sayangnya tidak berkurang sedikit pun. Oleh
karena itu, berbuat baiklah kepada orang tua kita dan
jangan pernah membuat orang tua kita menangis karena
kecewa, turutilah apa yang diperintahkan oleh keduanya
jika tidak menyimpang dari syariat Allah swt. karena
perintah berbakti kepada orang tua merupakan perintah
langsung dari tuhan setelah perintah bertakwa kepada
Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai