DOSEN PEMBIMBING :
Ns. MEISA DANIATI, S.Kep., M.Kep
OLEH :
Segala puja puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan limpahan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat
membaca makalah ini, dan telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
1.2 Rumusan masalah
1.3Tujuan
1.3.1Tujuan Umum
1.3.2Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
2.2 ANATOMI FISIOLOGI
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATIFISIOLOGI
2.5 Web Of Caution (WOC)
2.6 MANIFESTASI KLINIS
2.7 KLASIFIKASI
2.8 PENCEGAHAN
2.9 PENATALAKSANAAN
2.10 KOMPLIKASI
2.11 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
iii
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Analisa Data
3.4 Intervensi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gagal
Napas?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Gagal Nafas
2. Untuk mengetahui Etiologi dari Gagal Nafas
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Gagal Nafas
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada kasus Gagal Nafas
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Gagal Nafas
6. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Gagal Nafas
7. Untuk mengetahui Proses Keperawatan pada kasus Gagal Nafas
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pemalasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(paCO2) dan pH yang adekuat disebabkan olah masalah ventilasi difusi atau
pefusi. Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran 02 dan CO2 dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan
pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan
tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmllg (hiperkapnia).
Gagal nafas terdiri dari dua tipe, yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik, dimana msing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara structural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronchitis kronis, emfisema dan lain-lain.
3
1. Anatomi pernafasan
a. Rongga hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung
berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan
keluamya udara melalui proses pernapasan. Selain itu, hidung juga
berfungsi untuk mempertahan dan menghangatkan udara yang masuk,
sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang masuk dan
berperan untuk resonansi suara, sebagai tempat reseptor alfaktorius.
b. Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
c. Laring
Laring merupakan saluran pemapasan yang terdekat antara
orofaring dan trakea, fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya
udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esophagus dan
sebagai produksi suara. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan
terdiri atas:
1) Epiglotis, daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan.
2) Glotis, ostium antara pita suara dalam laring.
d. Trachea
Trachea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan
puncak paru, panjangnya sekitar 10-12 cm.
e. Bronkus
Bronkus merupakan cabang dan trakea yang bercabang dua
keparu-paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kanan lebih pendek
f. Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk
menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli
4
g. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah di batasi oleh diafragma. Terletak
dalam rongga dada atau toraks. Kodus paru dipisahkan oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah
besar.
h. Alveolus
Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus, jumlahnya
200-500 juta. Tempat terjadinya pertukaran O2 dan CO2. dan lebih
besar diameternya. Bronkus kin lebih horizontal, lebih panjang dan
lebih sempit.
2. Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pemapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut
pada waktu bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapisan membranc, yaitu membrane alveoli-kapiler,
yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membrane ini
dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari
sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95% jenuh oksigen,
Di dalam paru-paru, kerbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membrane alveolar-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan terakea, dihembuskan keluar
melalui hidung dan mulut. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga
darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan 02,
Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa
terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit 02; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluaran, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan.
5
dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan
memungut lebih banyak 02.
2.3 ETIOLOGI
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang
otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit
pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pemapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti
paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
3. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah
pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks,
pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin
meychabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar.
4. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pneumonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan
materi lambung yang bersifatasam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme
6
paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan
gagal nafas.
2.4 Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan
gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti brokitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (Penyakit
penambang batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut
biasanya paru-paru kembali kekeadaan asalnya. Indikator gagal nafas telah
frekuensi pernafasan dan kapasitas vital. frekuensi pernapasan normal ialah
16-20x/Menit. Bila lebih dari 20x/m tindakan yang dilakukan memberi
bantuan ventilator kerena "kerja pernafasan" menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (Normal 10-20 ml/kg).
7
8
2.6 MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda
a. Gagal nafas total
b. Gagal nafas parsial Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat
didengar/dirasakan.
c. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan selu
iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi.
d. Adanya kesulitan isflasi paru dalam usaha memberikani ventilasi
buatan.
2. Gagal nafas total
a. Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing din
whizzing.
b. Adanya retraksi dada
c. Hiperkapnia yaitu peurunan kesadaran (PCO2).
d. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun)
2.7 KLASIFIKASI
Berdasarkan pada pemeriksaan AGD, gagal nafas dapat dibagi menjadi 3
tipe. Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi, Tipe II yaitu kegagalan ventilasi,
tipe III adalah gabungan antara kegagalan oksigenasi dan ventilasi. Karena
sistem pernafasan terdiri dari dua bagian yang merupakan paru-paru dan
pompa yang ventilasi panu-paru, kegagalan pernafasan juga dapat
dikategorikan sesuai yang baik gagal paru-paru atau kegagalan pompa.
9
persamaan gas alveolar menunjukkan adanya peningkatan perbedaan antara
PAO2-PaO2, venous admixture dan Vd/VT. Dalam teori, setiap kelainan
yang menyebabkan gagal nafas tipe I atau tipe II dapat menyebabkan gagal
nafas tipe III.
2.8 PENCEGAHAN
Pencegahan gagal napas dapat dilakukan dengan mengobati penyakit
yang mendasarinya. Pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik,
misalnya, gagal napas dapat dicegah dengan memberikan pengobatan serta
fisioterapi hingga PPOK benar-benar terkontrol.
Pada pasien dengan trauma dada akibat kecelakaan, gagal napas dapat
dicegah dengan pemberian pertolongan pertama yang cepat dan tepat sesuai
dengan kondisi pasien.
2.9 PENATALAKSANAAN
Pada keadaan gawat darurat, penatalaksanaan gagal napas yang penting
adalah deteksi dini keadaan gagal napas, manajemen jalan napas, dan
oksigenasi. Berikut adalah strategi umum penatalaksanaan pasien dengan
gagal napas:
1. Kenali dini kondisi gagal napas atau ancaman gagal napas saat triase b.
Bila sudah menemukan, pertama-tama pastikan jalan napas paten.
2. Pertimbangkan kemungkinan intubasi
3. Sambil melakukan terapi, ambil sampel analisis gas darah, sebaiknya
sebelum terapi oksigen diberikan bila kondisi memungkinkan.
4. Koreksi hipoksemia dengan terapi oksigen
5. Lakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari penyebab gagal.
nupas dan penyakit penyerta lain yang dapat memperberat
keadaanpasien
6. Terapi spesifik sesuai etiologi: misalnya antibiotik pada
pneumonia,bronkodilator pada asma, pemasangan chest tube pada
pneumothoraks
7. Observasi tanda vital
8. Rawat intensif bila terdapat indikasi dan memenuhi kriteria rawat.
10
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi pada gagal napus dapat terjadi baik akibat kondisi penyakit
maupun akibat terapi yang diberikan.
a. Komplikasi Paru
Komplikasi paru yang terjadi umumnya berkaitan dengan tindakan
ventilasi mekanik yang diberikan kepada pasien. Beberapa komplikasi
yang dapat terjadi adalah:
1. Ventilator-associated pneumonia
2. Disfungsi diafragma akibat penggunaan ventilator
3. Barotrauma paru, misalnya pneumothoraks
4. Emboli paru
5. Fibrosis paru
6. Ruptur pembuluh darah paru
7. Cedera jalan napas
8. Fistula jalan napas (misalnya fistula trakcocsofagus)
9. Stenosis jalan napas
b. Komplikasi Jantung
1. Hipotensi
2. Gangguan irama jantung
3. Penyakit jantung iskemik
4. Hipertensi pulmonal.
5. Cor pulmonale pada gagal napas kronis
c. Komplikasi Gastrointestinal dan Ginjal
1. Distensi saluran cerna hingga pneumoperitoneum akibat ventilasi
mekanik
2. Stress ulcer
3. Acute kidney injury, umumnya terkait sepsis
d. Komplikasi Infeksi
1. Infeksi nosokomial akibat penggunaan ventilator, kateter urin,
maupun kanul intravena dalam waktu lama
2. Sinusitis
11
3. Sepsis
12
e) Penurunan haluan urine
f) Kapiler refill
g) Sianosis
b. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan fisik (Head to toe)
2) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
3) Eliminasi: kaji haluan urin, diare/konstipasi
c. Keadaan umum
Kaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan
suara bicara. Denyut nadi, frekuensi nafas yang meingkat,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi
Kesulitan bernafas tampak dalam perubahan irama dan
frekuensi pernafasan. Keadaan normal frekuensi
pernafasan 16-20x/menit dengan amplitude yang cukup
besar. Jika seseorang bernafas lambat dan dangkal, itu
menunjukan adanya depresi pusat pernafasan. Penyakit
akut paru sering menunjukan frekuensi pernafasan >
20x/menit atau karena penyakit sistemik seperti sepsis,
perdarahan, syok, dan gangguan metabolic seperti diabetes
militus.
b) Palpasi
Perawat harus memerhatikan pelebaran ICS dan
penurunan taktil fremitus yang menjadi penyebab utama
gagal nafas.
c) Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan saksama dan cermat dapat
ditemukan daerah redup- sampai daerah dengan daerah
nafas melemah yang disebabkkan oleh peneballan pleura,
13
efusi pleura yang cukup banyak, dan hipersonor, bila
ditemukan pneumothoraks atau emfisema paru.
d) Auskultasi
Auskultasi untuk menilai apakah ada bunyi nafas
tambahan seperti wheezing dan ronki serta untuk
menentukan dengan tepat lokasi yang didapat dari
kelainan yang ada.
2) B2 (Blood)
Monitor dampak gagal nafas pada status kardovaskuler
meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah
dan CRT.
3) B3 (Brain)
Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan
perawat karena merupakan gejala sekunder yang terjadi akibat
gangguan pertukaran gas. Diperlukanan pemeriksaan. GCS
unruk menentukan tiingkat kesadaran.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena
berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perlu
memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok.
5) B5 (Boowel)
Pengkajian terhadap status nutrisi klien meliputi jumlah,
frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhanya. Pada klien sesak nafas potensial terjadi
kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipnea
saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami
klien.
3) B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi
pada ekstermitas, turgon kulit, kelembaban, pengelupasan atau
bersik pada dermis/ integument
14
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan engan gangguan
aliran udara ke alveoli atau kebagian utama paru
2) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret/mucus, keterbatasan gerakan dada,
nyeri, kelemahan dan kelelahan.
3) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan,
penurunan ekspansi paru, pengesetan ventilator yang tidak tepat.
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
15
3. Intervensi Keperawatan
16
5. Adanya jalan napas buatan Kurangi tekanan balon secara
6. Sekresi yang tertahan periodic tiap shift
7. Hyperplasia dinding jalan napas Pasang oropharingeal airway
8. Proses infeksi (OPA) untuk mencegah ETT
9. Respon alergi tergigit
10. Efek agen farmakologi (mis. Cegah ETT terlipat
Anastesi) Berikan pre-oksigenasi 100%
Situasional selama 30 detik (3-6 kali ventilasi)
1. Merokok aktif sebelum dan setelah penghisapan
2. Merokok pasif Berikan volume pre-oksigenasi
3. Terpajan polutan (bagging atau ventilasi mekanik)
Gejalan dan Tanda Mayor 1,5 kali volume tidal
Subjektif Lakukan penghisapan lender
(tidak tersedia) kurang dari 15 detik jika
Objektif diperlakukan (bukan secara
1. Batuk tidak efektif berkala/rutin)
2. Tidak mampu batuk
Ganti fiksasi ETT setiap 24 jam
3. Sputum berlebih
Ubah posisi ETT secara
4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi
bergantian (kiri dan kanan) setiap
17
kering 24 jam
5. Meconium di jalan napas (pada Lakukan perawatan mulut (mis.
neonates) Dengan sikat gigi, kasa, pelembab
Gejala dan Tanda Minor bibir
Subjektif Laukakn perawatan stoma
1. Dyspnea trakeostomi
2. Sulit bicara Edukasi
3. Ortopnea Jelaskan pasien dan/atau keluarga
Objektif tujuan dan prosedur pemasangan
1. Gelisah jalan napas buatan kolaborasi
2. Sianosis Kolaborasi intubasi ulang jika
3. Bunyi napas menurun terbentuk mucous plug yang tidak
4. Frekuensi napas berubah dapat dilakukan penghisapan
5. Pola napas berubah
Kondisi Klinis Terkait
Infeksi saluran napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan Pertukaran Gas Pemantauan respirasi
dengan penumpukan cairan Definisi Definisi
dipermukaan alveoli ditandai dengan Oksigenasi dan/atau eliminasi Mengumpulka menganalisis data untuk
18
takipneu, penggunaan otot pernapasan karbondioksida pada membrane alveolus- memastikan kepatenan jalan napas dan
Definisi kapiler dalam batas normal. keefektifan pertukaran gas
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi Ekspetasi Tindakan
dan/atau eliminasi karbondioksida pada Meningkat Observasi
membrane alveolus-kapiler. Kriteria hasil Monitor frekuensi, irama,
Penyebab 1. Dyspnea menurun kedalaman dan upaya napas
1. Ketidak seimbangan ventilasi – 2. Bunyi napas tambahan menurun Monitor pola napas (seperti
perpusi 3. Gelisah menurun bradipnea, takipnea,
2. Perubahan membrane alveolus- 4. Takikardia membaik hiperventilasi, kussmaul, Cheyne
kapiler stoke, biot, ataksik
Gejala dan Tanda Mayor Monitor kemampuan batuk efektif
Subjektif Monitor adanya produksi sputum
1. Dyspnea monitor adanya sumabatan jalan
Objektif napas
1. PCO2 meningkat/menurun Palpasi kesimentrisan ekspansi
2. PO2 menurun paru
3. Takikardia Auskultasi bunyi napas
4. pH arteri meningkat/menurun
Monitor saturasi oksigen
5. bunyi napas tambahan
19
Gejala dan Tanda Minor Monitor nilai AGD
Subjektif Monitor hasil x-ray toraks
1. Pusing Terapuetik
2. Penglihatan kabur Atur interval pemantauan respirasi
Objektif sesuai kondisi pasien
1. Sianosis Dokumentasi hasil pemantauan
2. Diaphoresis Edukasi
3. Gelisah Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Napas cuping hidung pemantauan
5. Pola napas abnormal
Informasi hasil pemantauan
(cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1. Pneumonia
2. Infeksi saluran napas
3. Perpusi perifer tidak efektif Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
20
berhubungan dengan penurunan aliran Definisi Definisi
balik vena, edema, hopitensi Keadekuatan aliran darah pembuluh Menidentifikasi dan merawat area local
Definisi darah distal untuk mennunjang fungsi dengan keterbatasan sirkulasi perifer
Penurunan sirkulasi darah pada level jaringan Tindakan
kapiler yang dapat menganggu Ekspektasi Observasi
metabolisme tubuh. Meningkat Periksa sirkulasi perifer (mis.
Penyebab Kriteria hasil Nadi perifer ,edema, pengisian,
1. Hiperglikemia 1. Denyut nadi perifer meningkat kapiler, warna,suhu, anklebracial
2. Penurunan konsentrasi tekanan 2. Warna kulit pucat menurun indeks)
darah pengisian kapiler membaik Identifikasi faktor resiko
3. Peningkatan tekanan darah 3. Akral membaik gangguan sirkulasi (mis. Diabtes,
4. Kekurangan volume cairan 4. Turgor kulit membaik perokok, orang tua, hipertensi dan
5. Penurunan aliran arteri dan/atau kadar kolesterol tinggi)
vena Monitor panas,kemerahan, nyeri,
6. Kurang terpapar informasi atau bengkak pada ekstremitas
tentang faktor pemberat (mis. Terapuetik
Merokok, gaya hidup monoton, Hindari pemasangan infus atau
trauma, obesitas, asupan garam, pengambilan darah di area
imobilitas) keterbatasan perfusi hindari
21
7. Kurang terpapar informasi pengukuran tekanan darah pada
tentang proses penyakit (mis. ektremitas dengna keterbatasan
Diabetes mellitus, perfusi
hyperlipidemia) Hindari penekanan dan
8. Kurang aktivitas fisik pemasangan tourniquet pada area
Gejala dan Tanda Mayor yang cidera
Subjektif Lakukan pencegahan infeksi
(tidak tersedia) Lakukan perawatan kaki dan kuku
Objektif Lakukakn hidrasi
1. Pengisian kapiler >3 detik Edukasi
2. Nadi perifer menurun atau tidak Abjurkan berhenti merokok
teraba
Anjurkan berolahraga rutin
3. Akral teraba dingin
Anjurkan mengecek air mandi
4. Warna kulit pucat
untuk menghindari kulit terbakar
5. Turgor kulit menurun
Anjurkan menggunakan obat
Gejala dan TAnda Minor
penurun tekanan
Subjektif
darah,antikoagulan, dan penurun
1. Parastesia
kolesterol
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi
22
intermiten) Anjurkan minum obat pengontrol
Objektif tekanan darah secara teratur
1. Edema Anjurkan menghindari
2. Penyembuhan luka lambat penggunaan obat penyekat beta
3. Indeks ankle-brachial <0,90 Anjurkan melakukan perawatan
4. Bruit femoral kulit yang tepat
Kondisi Klinis Terkait Anjurkan program rehabilitas
1. Diabetes vaskuler
2. Anemia Ajarkan program diet untuk
3. Gagal jantung kongestif memperbaiki sirkulasi (mis.
4. Thrombosis arteri Rendah lemak jenuh, minyak ikan
5. Thrombosis vena dalam omega 3)
6. Kelainan jantung kongenital Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
4. Pola Napas Tidak efektif berhubungan Pola napas Manajemen Jalan Napas
23
dengan penurunan kemampuan Definisi
ekspetasi paru Insiprasi dan/atau ekspirasi yang Definisi
Definisi memberikan ventilasi adekuat Mengidentifikasi dan meneglola
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak Ekspetasi kepatenan jalan napas
memberi ventilas adekuat Membaik Tindakan
Penyebab Kriteria hasil Observasi
1. Depresi pusat pernapasan 1. Dispnea menurun Monitor pola napas (frekuensi,
2. Hambatan upaya napas (mis. 2. Penggunaan otot bantu napas kedalaman, usaha napas)
Nyeri saat bernapas, kelemahan menurun Monitor bunyi napas tambahan
otot pernapasan) 3. Pemanjangan fase ekpirasi (mis. Gurling, mengi, wheezing,
3. Deformitas dinding dada menurun ronkhi kering)
4. Deformitas tulang dada 4. Frekuensi napas membaik Monitor sputum (jumlah, warna,
5. Gangguan neuromuscular 5. Kedalaman napas membaik aroma)
6. Gangguan neurologis (mis. Terapuetik
Elektroensefalogram EEG Pertahanan kepatenan jalan napas
positif, cedera kepala gangguan dengan head-lift da chin-lift
kejang) (jawthrust jika curiga trauma
7. Maturitas neurologis servikal)
8. Penurunan energy
24
9. Obesitas Posisikan semi-fowler atau fowler
10. Posisi tubuh yang menghambat Berikan minuman hangat
ekspansi paru Lakukan pengisapan lender
11. Sindrom hipoventilasi Kurang dari 15 detik
12. Kerusakan inervasi diagfragma
Lakukan hiperoksigensi sebelum
(kerusakan asarf CS ke atas)
penghisapan endotrakeal
13. Cedera pada medulla spinalis
Keluarkan sumbatan benda padat
14. Efek agen farmakologis
dengan forsep McGill
15. Kecemasan
Berikan oksigen jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor
Edukasi
Subjetif
Anjurkan cairan 2000 ml/hari, jika
1. Dyspnea
tidak kontraindikasi
Objektif
Ajarkan teknnik batuk efektif
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
Kolaborasi
2. Pase ekspirasi memanjang
Kolaborasi pemberian
3. Pola napas abnormal (mis.
bronkodilator, ekspektoran,
Takipnea, bradipnea, hiperventilasi
motolitik,
kussmaul cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
25
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-
poterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
26
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
27
BAB III
LAPORAN KASUS
Kasus
Ny. W usia 45 tahun, dibawa ke IGD RSU Medika, dengan sesak nafas pasca kecelakaan
lalu lintas. Terdapat jejas pada regio dada kanan lateral bawah dan diarah kepada bagian
belakang, pasien mengalami penurunan kesadaran, nafas berat, sianosis, hasil pulse
oksimetri menurun 89%, tekanan darah 110/80 mmHg, dengan frekuensi RR 30 x/menit,
pendek dan dangkal, suhu tubuh 36,50 C nadi 110 x/menit dan lemah. Pasien
direncanakan dilakukan pemasangan ventilator.
3.1 Pengkajian
Nama pengkaji :
BIODATA PASIEN
Identitas
Nama : Ny. W
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pedagang
Usia : 45 tahun
No. RM : 16785
Identitas
Nama : Tn. T
28
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Nelayan
PENGKAJIAN PRIMER
Sumbatan :
- Terdapat broncospasme
Suara nafas :
2. Breathing ( pernafasan )
Sesak dengan :
- Frekuensi : 30 x/menit
Irama :
- Tidak teratur
Kedalaman :
- Dangkal
Reflek batuk :
- Tidak
Batuk :
- Non produktif
3. Circulation ( sirkulasi )
Sirkulasi perifer :
- Irama : teratur
29
- Denyut : lemah
- TD : 110/80 mmHg
- Ekstremitas : dingin
- Edema : tidak
4. Disability
5. Eksposure/Enviroment/Event
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh : Terdapat jejas pada regio dada kanan lateral
bawah dan diarah kepada bagian belakang
Pemeriksaan penunjang :-
PENGKAJIAN SEKUNDER
30
Pasien mengalami penurunan kesadaran, nafas berat, sianosis, hasil pulse : oksimetri
89%, TD 110/80 mmHg, dengan frekuensi RR 30 x/menit, pendek dan dangkal, suhu
tubuh 36,50 C, nadi 110 x/menit dan lemah.
- Rambut : panjang
Warna : hitam
Distribusi : rata
Tekstur : halus
- Mata
Sclera : putih
Pupil : isokor
- Hidung : simetris
3. Dada
Inspeksi : Terdapat jejas pada regio dada kanan lateral bawah dan diarah
kepada bagian belakang
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronkhi
4. Abdomen
31
Inspeksi : Bentuk Simetris
Palpasi : Timpani
5. Ekstermitas/Muskuluskeletal
6. Kulit/Intergumen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ph Normal : 7,35
PCO2 : 48,0
PO2 : 75
HCO2 : 25
32
3.3 Analisa Data
pH normal
PO2 : 75
HCO2 : 25
Vebtilasi perfusi
33
3.4 Intervensi Keperawatan
34
dan/atau keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan
napas buatan
kolaborasi
Kolaborasi intubasi ulang
jika terbentuk mucous plug
yang tidak dapat dilakukan
penghisapan
2. Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan respirasi
pertukaran gas
berhubungan dengan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
ventilasi perfusi
tindakan keperawatan tindakan keprawatan 24
24 jam dengan jam dengan kriteria hasil:
kriteria hasil:
Tindakan
Ekspetasi
Observasi
Meningkat
Monitor frekuensi,
Kriteria hasil irama, kedalaman
dan upaya napas
5. Dyspnea
Monitor pola napas
menurun
(seperti bradipnea,
6. Bunyi napas
takipnea,
tambahan
hiperventilasi,
menurun
kussmaul, Cheyne
7. Gelisah
stoke, biot, ataksik
menurun
Auskultasi bunyi
Takikardia membaik
napas
Monitor saturasi
oksigen
Terapuetik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
35
Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
kurangnya O2 dalam jaringan otak. Terdapat jejas pada regio dada kanan
lateral bawah dan diarah kepada bagian belakang. Berdasarkan hal tersebut
36
Airways terdapat broncospasma suara nafas terdengar ronchi,
irama tidak teratur, kedalaman dangkal, tidak ada reflek batuk, batuk
4.2 Saran
37
kelelahan, penurunan ekspansi paru, pengesetan ventilator yang tidak
gagal nafas
38
DAFTAR PUSTAKA
39