dwn150085F ns841 1603778942
dwn150085F ns841 1603778942
Khafizah Ulfa Ulya1, Ainun Muthoharoh2, Wahyu Ersila3, Wulan Agustin Ningrum 4
1
Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMPP
2
Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMPP
3
Program Studi Diploma Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan UMPP
4
Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMPP
E_mail : hafizahulfa29@yahoo.com
No Hp:08561004584
ABSTRAK
Asma merupakan salah satu penyakit yang mungkin saja tidak bisa disembuhkan secara total dan
tidak bisa disembuhkan dalam waktu dekat yang akan terbebas dari serangan asma berikutnya. Oleh
karena itu perlu dilakukan evaluasi terapi terkait dengan ketepatan penggunaan obat, tepat obat,
tepat dosis, tepat indikasi, tepat lama pemberian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi
penggunaan obat pada pasien geriatri di instalasi rawat jalan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
periode Januari-Desember tahun 2019. Metode penelitian ini menggunakan metode exhaustive
sampling, sampel dianalisa secara deskriptif jumlah sampel sebanyak 35 sampel diambil berdasarkan
kriteria inklusi yaitu data rekam mediknya lengkap, pasien yang di diagnosa penyakit asma dan
berusia 60 tahun keatas. Data diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pasien geriatri yang mengalami kasus asma yang terbanyak adalah perempuan
(54%) dengan kelompok usia lanjut usia (60-74 tahun) sebanyak (82%). Hasil evaluasi penggunaan
obat asma yang terjadi pada pasien geriatri meliputi tepat dosis sebanyak (85,7%), tepat indikasi
sebanyak (100%), tepat obat sebanyak (100%), tepat cara pemberian (100%). Berdasarkan data
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketepatan dosis dan juga ketepatan obat belum tepat
sehingga perlu adanya peningkatan ketepatan dosis dan obat asma pada pasien geriatri
Asthma is a disease that may not be completely cured and cannot be cured in the near future which
will be free from the next asthma attack. Therefore it is necessary to evaluate the therapy with the
right use of the drug, the right drug, the right dose, the right indication, the right time to offer it. This
study aims to see the evaluation of drug use in geriatric patients in the outpatient installation of Kraton
Hospital, Pekalongan The research method used the exhaustive sampling method, the sample was
analyzed descriptively, the number of samples was 35 samples taken based on inclusion criteria,
namely medical record data. complete, patients diagnosed with asthma and aged 60 years and over.
The data were then obtained descriptively. The results of this study indicate that the patients who
experience the most asthma cases are women (54%) with elderly (60-74 years) as much as (82%).
The results of the evaluation of asthma drug use that occurred in geriatric patients included the right
dose (85.7%), the right indication (100%), the right drug (100%), the right way to present (100%).
masyarakat dan memiliki angka kesakitan dan pada pasien geriatri klirens dari teofilin dapat
juga kematian yang tinggi. Selain itu asma juga menurun sehingga bisa memicu terjadinya
tidak hanya menyerang pada anak-anak tetapi kekambuhan pada gangguan jantung yang ada.
asma juga menyerang pada usia dewasa, dan Penggunaan pada steroid sistemik jangka
juga lansia. Saat diperkirakan sebanyak 235 panjang juga dapat berpotensi dapat
juta orang yang menderita penyakit asma di menggangu metabolisme pada tulang sehingga
dunia. Menurut Badan Penelitian dan dapat menyebabkan osteoporosis (Ikawati,
Pengembangan Kesehatan tahun 2018 2011).
berdasarkan laporan WHO Desember 2016, Ketidakpatuhan secara umum dapat
tercatat pada tahun 2015 terdapat 383.000 meningkatkan risiko berkembangnya masalah
orang yang meninggal dunia karena kesehatan atau memperpanjang atau
mempunyai penyakit asma. Berdasarkan memperburuk kesakitan yang sedang diderita.
laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien
tahun 2018 jumlah pasien asma sebanyak 2,4%. dalam berobat yaitu faktor obat dan faktor
Menurut data dari DINKES Provinsi JAWA penderita. Faktor obat yang mempengaruhi
TENGAH prevalensi dari kasus asma di Jawa kepathan adalah: pengobatan yang sulit
Tengah pada tahun 2012 yaitu sebesar 140.026, dilakukan tidak menunjukkan kearah
sedangkan pada tahun 2013 sebesar 113.028 penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek
dan kasus tertinggi di Kota Surakarta sebanyak samping obat. Faktor penderita yang
10.393. Menurut data dari RISKESDAS Jawa menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur,
Tengah (2018) prevalensi dari kasus asma jenis kelamin, pekerjaan, anggota keluarga,
sebanyak 26,2% dari kasus tersebut lebih saudara. Selain itu ketidakpatuhan penggunaan
banyak di derita pada geriatri dari usia 65-74 obat pada penderita asma membuat penderita
tahun sebanyak 4,5% sedangkan di usia 75 tidak mendapatkan pengobatan yang tepat
tahun keatas sebanyak 5,1%. sehingga kondisi dapat memburuk, derajat
Pengobatan pada pasien geriatri atau asma meningkat, menurunkan kualitas hidup
lanjut usia bisa mengalami penyakit serta meningkatkan risiko kematian (Sarafino.,
kardiovaskuler, maka lebih baik menghindari dkk, 2011).
penggunaan agonis β-2, karena penggunaan Pengobatan secara efektif telah
golongan tersebut dapat menyebabkan dilakukan untuk menurunkan morbiditas karena
takikardia. Jika masih tetap diperlukan, maka efektivitas terapi hanya tercapai jika ketepatan
lebih baik menggunakan kombinasi antara obat pada pasien telah sesuai. Penggunaan obat
agonis β-2 dengan antikolinergik. Penggunaan dikatakan rasional apabila pasien menerima
pada teofilin juga tidak dapat disarankan, atau pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan
harus dengan pengawasan yang ketat , karena selama waktu yang sesuai. Penggunaan obat
FARMASAINS Vol.xx.No.xx, bulan tahun
yang rasional harus memenuhi beberapa Penelitian ini dilakukan di RSUD Kraton
kriteria berikut tepat obat, tepat indikasi, tepat Kabupaten Pekalongan dengan rekam medis
dosis, dan tepat cara pemberian (Okti, dkk., periode Januari-Desember 2019. Analisis data
2016). Hasil studi pendahuluan yang peneliti menggunakan analisa univariate dengan SPSS
dari ketiga Rumah Sakit di Kabupaten versi 16 untuk mengetahui distribusi frekuensi
Pekalongan Pada tanggal 20 Januari 2020 dari hasil yang di dapat.
menyerahkan surat kepada petugas rekam HASIL DAN PEMBAHASAN
medis di RSUD Kajen, RSUD Kraton dan RSI Pada penelitian ini, jumlah pasien asma
PKU Muhammadiyah Pekajangan. yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 35
Setelah hasil yang didapat dari ketiga pasien. Karakteristik pasien asma di Intalasi
Rumah sakit tersebut adalah: data dari hasil rawat inap RSUD Kraton Kabupaten
rawat jalan RSUD Kajen sebanyak 65 pasien, Pekalongan periode Januari – Desember 2019
data dari RSUD Kraton sebanyak 53 pasien, ini dilihat berdasarkan jenis kelamin dan usia.
dan data dari RSI PKU Muhaamdiyah A. Karakteristik
Pekajangan sebanyak 47 pasien. Penderita 1. Jenis Kelamin
asma di Kabupaten Pekalongan tahun 2019 Tabel 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien
tertinggi di RSUD Kajen Kabupaten asma
Pekalongan yang berjumlah 65 pasien. Karakteristik Jumlah Persentase
METODE PENELITIAN (%)
Penelitian ini termasuk dalam penelitian Laki-laki 16 45%
observasional non-eksperimental dianalisis Perempuan 19 54%
secara deskriptif dengan pendekatan Total 35 100
Retrospektif.data rekam medis yang digunakan Berdasarkan tabel 1 jumlah pasien
yaitu pasien asma berusia 60 tahun keatasa di yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19
Instalasi Rawat Jalan RSUD Kraton Kabupaten (54%) pasien dan laki-laki sebanyak 16 (45%)
Pekalongan. Alat yang digunakan pada pasien. Dilihat dari hasil data tersebut bahwa
penelitian ini adalah lembar pengumpul data pasien asma pada pasien geriatri lebih banyak
dan daftar jurnal referensi terkait penelitian ini. pasien perempuan jika dibandingkan dengan
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu Data pasien laki-laki yang datanya lebih sedikit dari
rekam mediknya lengkap. perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Pasien yang didiagnosa penyakit asma Hasil penelitian ini sesuai dengan data dari
dan berusia 60 tahun keastas. Sedangkan sumber statistik asma pada WHO bahwa
kriteria ekslusinya adalah Data rekam medik prevalensi asma lebih tinggi pada perempuan
yang tidak bisa terbaca dengan jelas. dari pada laki-laki dengan persentase mencapai
60% (WHO, 2011).
Evaluasi Penggunaan Obat Asma Pada Pasien Geriatri....(Khafizah Ulfa Ulya, dkk)
2. Umur Fluxotid
Tabel 2. Karakteristik pasien asma Pulmicort
berdasarkan umur
Usia Frekuensi Persentase Mukolitik Ambroxol
(%) Duiretik Furosemid
60-74 tahun 29 82% Hipertensi Amplodipin
75-90 tahun 6 17% Spironolacton
Total 35 100 Adalat oros
Usia pada pasien asma geriatri pada Candesartan
penelitian ini dibagi mejadi 2 kategori yaitu, kortikosteroid Metil prednisolon
lanjut usia (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90 Dexamethason
tahun) (Azizah, 2011). Berdasarkan pada Tabel Ulkus Ranitidin
2. dapat dilihat bahwa usia pasien lebih bayak Lansoprazol
diderita oleh pada usia lanjut usia 60-74 tahun Anti Diabetes Acarbose
yaitu sebanyak 29 pasien (82%) kemudian Antihistamin Cetirizin
dibawahnya lagi pada pasien lanjut usia tua 75- Analgetik Paracetamol
90 tahun yaitu sebanyak 6 pasien (17%). Hal
ini disebabkan karena semakin tuanya umur Pada penelitian ini golongan obat yang
pasien maka rentang terjadinya penyakit sering digunakan adalah SABA yaitu sebanyak
semakin tinggi dan bisa rentang terkena 5 obat kemudian golongan obat hipertensi yaitu
penyakit. sebanyak 4 obat. Agonis beta 2 (SABA)
B. Pola Penggunaan Obat merupakan terapi pilihan pada serangan asma
1. Golongan Obat Asma dan sangat bermanfaat sebagai terapi pada
Berdasarkan data penelitian pada asma. Mekanisme dari golongan obat ini adalah
kelompok usia pasien asma pada geriatri di bekerja dengan menstimulasi reseptor beta 2
Instalasi Rawat Jalan RSUD Kraton Kabupaten adrenergik yang mengakibatkan relaksasi otot
Pekalongan periode Januari-Desember 2020 polos pada jalan nafas (PDPI, 2010).
didapatkan data golongan obat tertera dalam 2. Penyakit Penyerta
tabel Penyakit penyerta pada pasien geriatri
Tabel 4.3 Golongan Obat Yang di diketahui dari diagnosis medis dokter.
Gunakan Tabel 4.4 Karakteristik Pasien
Golongan Obat Nama Obat Berdasarkan Penyakit Penyerta
SABA Ventolin Penyakit penyerta Jumlah
Salutamol Dispepsia 6
Lasal Hipertensi 4
FARMASAINS Vol.xx.No.xx, bulan tahun
dalam rentang dosis minimal dan juga dosis per indikasi pengobatan dilakukan berdasarkan
hari maka peresepan dikatakan tepat dosis pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang
(Untari., dkk, 2018). dialami oleh pasien.
Tabel 3. Distribusi frekuensi tepat dosis obat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tepat indikasi
asma pada pasien geriatri obat asma pada pasien geriatri
Tepat Frekuensi Persentase Tepat Frekuensi Persentase
Dosis (%) Indikasi (%)
Tepat 30 85,7% Tepat 35 100%
Tidak 5 14,3% Tidak Tepat 0 0
Tepat Total 35 100
Total 35 100 Berdasarkan data hasil dari penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian diatas diatas, semua pasien asma termasuk dalam
didapatkan sebanyak 30 pasien (85,7%) masuk kategori tepat indikasi. Obat yang dikaji
dalam kategori tepat dosis dan sebanyak 5 berdasarkan golongan obat, dimana semua obat
pasien (14,3%) tidak sesuai dengan literatur yang didapat oleh pasien sudah termasuk dalam
yang ada. Penggunaan obat yang belum sesuai obat yang diindikasikan untuk penyakit asma.
dengan literatur yang ada, selain itu pemberian Tepat indikasi yaitu obat yang digunakan
obat pada lansia seharusnya mendapatkan obat sesuai dengan indikasi dan juga diagnosa pada
dengan perhitungan dosis yang sesuai dengan pasien, artinya keputusan pemberian resep obat
literatur dan juga usia, karena keadaan fisik didasarkan pada indikasi yang ditemukan pada
dari pasien sudah mulai menurun sehingga pasien dan juga terapi obat yang diberikan
pemberian dosis harus sesuai dengan literatur merupakan terapi obat yang aman dan juga
yang ada (Syamsuni, 2016). Penggunaan obat efektif.
yang tidak tepat bisa berakibat fatal pada pasien 3. Tepat Obat
dan juga bisa mengalami overdosis, mengalami Ketepatan pemilihan obat dilihat dari kesesuain
risiko berkembangnya masalah kesehatan atau dari pemberian obat anti asma yang dapat
memperpanjang atau bisa juga memperburuk dilihat dari ketepatan kelas lini terapi, jenis dan
kesakitan yang diderita oleh pasien (Kemenkes juga kombinasi obat bagi pasien (Untari.,dkk,
RI, 2011). 2018). Berikut hasil penelitiannya.
2. Tepat Indikasi Distribusi Frekuensi Tepat Obat asma pada
Tepat indikasi merupakan kesesuian pasien geriatri
pemberian obat antara indikasi obat dengan Tepat Obat Frekuensi Persentase
diagnosa dari dokter. Pemilihan obat dilakukan (%)
dengan mengacu dari penegakkan diagnosa Tepat 35 100%
pada pasien, lalu dilakukan penilaian ketepatan Tidak tepat 0 0
FARMASAINS Vol.xx.No.xx, bulan tahun