Anda di halaman 1dari 36

Skrining Gizi di Rumah Sakit

IIN FATMAWATI
Malnutrition Rumah Sakit

 Digunakan untuk menggambarkan kekurangan, kelebihan atau


ketidakseimbangan zat gizi yang menghasilkan efek tidak baik
pada komposisi tubuh, fungsi serta outcome klinis
 Merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi rumah sakit
 Dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit (dikarenakan
oleh penyakitnya) maupun asupan zat gizi yang tidak cukup
 Dapat juga terjadi selama masa rawat inap
Etiologi

Ada dua faktor yang saling berhubungan yang menyebabkan


terjadinya malnutrition di rumah sakit:
- Faktor langsung  asupan zat gizi dan penyakit yang mendasarinya
- Faktor tidak langsung  meliputi pendidikan, budaya, pekerjaan,
kebersihan lingkungan dan faktor fasilitas pelayanan kesehatan
Kejadian malnutrition di rumah sakit secara langsung maupun tidak langsung
disebabkan beberapa hal:
- Tinggi dan berat badan tidak diukur secara rutin
- Sarana dan keterampilan yang belum memadai dalam melakukan penilaian
status gizi secara antropometri maupun biokimia
- Kurangnya tenaga dalam pelaksanaan sehingga perhatian dalam pemberian
makanan berkurang
- Belum ada pencatatan pada rekam medik berapa banyak pasien
menghabiskan makanannya sehingga asupan gizi tidak dicatat (belum adanya
peraturan dan pedoman pelaksanaan asuhan gizi dan dukungan gizi)
 Malnutrition di rumah sakit dapat terjadi akibat dari intake makan tidak
memenuhi kebutuhan zat gizi yang disebabkan penurunan asupan zat gizi,
peningkatan kebutuhan zat gizi karena penyakit yang diderita atau gangguan
utilisasi zat gizi
 Sebagian besar kejadian malnutrition di rumah sakit tidak terdeteksi karena
banyak tenaga klinis yang yang belum mempertimbangkan pentingnya gizi
dalam penyembuhan pasien dan tidak dilakukannya monitoring status gizi
secara rutin
 American Society Parenteral Enteral Nutrition (ASPEN)  malnutrition
diakibatkan oleh penyakit atau trauma:
- Intake zat gizi yang tidak adekuat (asupan yang kurang, nafsu
makan turun, gangguan menelan, depresi dan tidak sadarkan diri)
- Malabsorbsi karena kondisi patologis dari lambung, usus, pankreas
dan hati
- Proses zat gizi yang berubah karena adanya kebutuhan metabolik
yang meningkat/berubah dan disfungsi hati
- Kehilangan zat gizi yang berlebihan karena muntah, masalah tube
feeding, diare, dehidrasi akibat operasi, fistula dan stoma
 Di negara berkembang penyebab gizi kurang adalah penyakit,
baik penyakit yang akut maupun kronik, melalui beberapa
mekanisme diantaranya respon terhadap trauma, infeksi atau
peradangan sehingga akan mengubah metabolisme, nafsu
makan, penyerapan atau asimilasi dari zat gizi
 Gangguan mekanisme pada saluran cerna seperti mual, muntah,
efek katabolik, sindrom kaheksia, efek pengobatan (kemoterapi,
golongan morphin, antibiotik, dsb) yang menyebabkan anoreksia
atau kesulitan menelan, dimensia, imobilitas dan gangguan gigi
geligi dapat memperburuk situasi sehingga berisiko tinggi
menyebabkan penurunan status gizi
SKRINING GIZI
Komponen/prinsip skrining gizi (ESPEN 2002):
1. Bagaimana kondisi saat ini (What is the
condition now)?
2. Apakah kondisinya stabil (Is the condition
stable)?
3. Apakah kondisi akan memburuk (Will the
condition get worse)?
4. Akankah proses penyakit mempercepat
penurunan status gizi (Will the disease process
accelerate nutritional deterioration)?
Skrining gizi
tepat

MALNUTRISI
Identifikasi
Intervensi gizi
BERISIKO tepat

Mencegah Mempercepat
timbulnya proses
malnutrisi penyembuhan
SKRINING GIZI
Kapan dilakukan?
 Dalam kurun waktu 24 jam dari kedatangan pasien di
rumah sakit

Siapa yang melakukan?


 Tenaga medis (perawat, dokter, ahli gizi) dan tenaga
non-medis
SKRINING GIZI
Informasi lebih lanjut yang dikumpulkan
selama skrining gizi tergantung pada:
 Lokasi informasi akan diperoleh (rumah, klinik, rumah
sakit, fasilitas perawatan jangka panjang)
 Tahap kehidupan atau jenis penyakit
 Data yang tersedia
 Definisi prioritas risiko
SKRINING GIZI
Tujuan skrining adalah mengidentifikasi orang-orang yang telah
berisiko gizi, yang cenderung berisiko gizi, dan yang
membutuhkan assessment lebih lanjut
Contoh:
 Lansia
 Memiliki asupan gizi yang rendah
 Kehilangan kemampuan untuk makan secara mandiri
 Kesulitan mengunyah dan menelan
 Terbaring di tempat tidur
 Memiliki pressure ulcers (singular decubitus)
 Patah tulang pinggul
 Demensia
 Menderita dua atau lebih penyakit kronis
Peranan Skrining Gizi

Malnutrition yang tidak dideteksi dan ditangani dengan baik dapat


menyebabkan efek:
- Gangguan respon imun yang dapat meningkatkan risiko infeksi
- Penurunan kekuatan otot dan kelelahan
- Penurunan fungsi otot pernapasan  kesulitan bernapas, ↑ risiko
infeksi dada dan gagal napas
- Gangguan thermoregulasi
- Gangguan penyembuhan luka dan memperlambat penyembuhan
- Apatis dan depresi
- ↑ lama rawat inap di RS
 Hasil skor skrining gizi dapat menunjukkan perlu tidaknya intervensi
gizi, semakin tinggi skor akan semakin besar risiko malnutrition
 Rekomendasi ASPEN  intervensi dukungan gizi diperlukan pada
pasien dengan hasil skrining dan penilaian status gizi menunjukkan
berisiko malnutrition atau malnutrition rekomendasi Grade C
 Hal ini menunjukkan bahwa skrining dan penilaian status gizi sangat
berkaitan dengan intervensi gizi dan merupakan bagian dari
asuhan gizi
- Skrining gizi di rumah sakit  penggunaan tes atau metode
diagnosis lain untuk mengetahui apakah seseorang memiliki
penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan gejala apa
pun.
- Skrining gizi digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko
ataupun mengalami malnutrition
- Informasi yang digunakan dalam skrining meliputi diagnosis
penyakit, informasi riwayat penyakit, penilaian fisik dan tes lab.
- Skrining gizi minimal dilakukan dalam waktu 24 jam terhitung saat
pasien mulai masuk rumah sakit
- Skrining gizi merupakan proses yang sederhana dan cepat yang
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan serta cukup sensitif untuk
mendeteksi pasien yang berisiko malnutrition
 Hasil skrining gizi meliputi :
- Pasien yang tidak berisiko, tetapi membutuhkan skrining ulang
setelah jangka waktu tertentu (misalnya seminggu setelah dirawat
di rumah sakit)
- Pasien yang berisiko dan memerlukan terapi gizi, yaitu pelayanan
gizi standar (pasien fraktur, tbc)
- Pasien berisiko tetapi membutuhkan terapi gizi khusus
- Ada keraguan apakah pasien berisiko atau tidak  pasien dirujuk
kepada ahli gizi untuk penilaian lebih lanjut.
NUTRITION SERVICES SCREENING
ASSESSMENT (NSSA)
 Kehilangan nafsu makan > 48 jam
 Kesulitan mengunyah/menelan
 Intoleransi/alergi makanan
 Lama rawart inap > 7 hari
 > 65 tahun dengan tindakan operasi
 < 50% makanan dikonsumsi
 Terlihat malnutrisi
 Modifikasi diet
The Short Nutritional Assesment Questionnaire (SNAQ)

- SNAQ adalah skrining yang dapat dilakukan pada pasien dewasa


di rumah sakit. SNAQ berisi 3 pertanyaan
 apakah kehilangan berat badan sebesar 6 kg dalam 6 bulan
terakhir atau 3 kg dalam 1 bulan kemarin,
 apakah ada penurunan nafsu makan selama 1 bulan kemarin dan
 apakah menggunakan minuman suplemen, makanan enteral
pada bulan kemarin
Malnutrition Universal Screening Tool (MUST)

 Direkomendasikan oleh British Association of Parenteral and Enteral


Nutrition (BAPEN) ,
 4 pertanyaan yaitu : perubahan berat badan, jumlah makanan
yang dimakan , berat badan sekarang dan tinggi badan.
 risiko rendah dengan skor 0 dan perlu pengukuran ulang secara
periodik, risiko sedang dengan skor 1 dan risiko tinggi dengan skor
diatas 2.
 Intervensi gizi perlu diberikan pada pasien dengan risiko tinggi,
yaitu dengan memperbaiki asupan zat gizi melalui dukungan nutrisi
dan pendekatan tim serta dilakukan monitoring secara periodik
SUBYEKTIF GLOBAL ASSESSMENT (SGA)
Penilaian berdasarkan riwayat medis dan fisik

 Riwayat Medis
Penurunan Berat Badan
Perubahan asupan makanan
Gejala gastrointestinal
Perubahan fungsional tubuh
Perubahan
metabolisme yg
mempengaruhi kebutuhan gizi
 Pemeriksaan Fisik
Kehilangan lemak subkutan
Kehilangan massa otot
Edema
Ascites
Gambaran metode sga

Riwayat Medis:

1. Penurunan BB dlm 6 bln terakhir (kg)


 < 5%  kehilangan “ringan”
 5-10%  kehilangan potensial scr mutlak
 >10%  kehilangan signifikan scr mutlak
2. Asupan makanan berdasarkan pola
makan pasien sehari-hari (derajat &
durasi)
Normal
Abnormal
3. Gejala gastrointestinal
 Anoreksia
 Mual
 Muntah
 Diare
4. Kapasitas fungsional pasien
Tanpa stres
Stres ringan
Stres sedang
Stres berat
Kategori SGA:
 Status gizi baik (skor A)
 Status gizi sedang atau diduga
malnutrisi (skor B)
 Status gizi buruk (skor C)
LANGKAH 1. PENGKAJIAN GIZI
Data Subyektif

 Berkaitan dengan riwayat penyakit


- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang,
- Riwayat Penyakit dahulu
- Riwayat Penyakit keluarga
 Berkaitan dengan riwayat gizi
- Sosial ekonomi
- Aktifitas
- Pantangan/alergi makanan
- Masalah gastrointestinal
- kebiasaan makan/pola makan
NUTRITION CARE ALGORITHM (ASPEN, 2011)

Anda mungkin juga menyukai