Anda di halaman 1dari 11

ISSN 0853-8557

KAJIAN ANALISIS RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR


DI DESA TERONG KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL
Sri Aminatun1, Yunalia Muntafi2
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia, Indonesia
email: 075110501@uii.ac.id
2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia, Indonesia
email: yunalia@uii.ac.id

ABSTRACT
Bantul Regency has 16 landslides-prone villages located on the ridge morphology of the hills in
the eastern region and a small part of the western region of Bantul regency. Based on the
landslide map from BPBD in 2011, Terong village is one of the villages in Bantul regency
which experienced high intensity of landslide, so the risk analysis of landslide in detail is
needed as one of the disaster mitigation efforts in that region. This study aims to identify
residents who are in the landslide threat zone, both in a high threat zone and medium threat
zone. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach used to
give a clear picture about the number of citizens in each zonation. Sources of data used are
primary and secondary data sources through interviews and documentation. The results of the
study indicate that 1) the number of household in the high risk red zone is 1 household, in the
yellow risk zone is 22 household, and in the green risk zone is 1 household; 2) Terong village
has a high threat, medium vulnerability, and high capacity, which is means that it has a medium
risk value.
Keywords: landslide, mitigation, disaster risk zonation
PENDAHULUAN Daerah Kabupaten Bantul yang termasuk
dalam Pegunungan Selatan bagian barat
Bantul merupakan salah satu kabupaten di
secara umum tersusun oleh batuan yang
Yogyakarta yang selain rawan gempa bumi,
hampir seluruhnya terbentuk oleh batuan
juga rawan terhadap tanah longsor. Secara
endapan karena gaya berat (gravity
umum desa-desa di Kabupaten Bantul yang
depositional processes) setebal kurang lebih
rawan longsor terletak pada morfologi
4000m yang hampir seluruhnya mempunyai
perbukitan di wilayah timur dan sebagian
kemiringan ke selatan. Urutan stratigrafi
kecil di wilayah barat dari Kabupaten
mulai dari tua ke muda adalah: formasi
Bantul. Berdasarkan penelitian terdahulu
Kebo-Butak, formasi Semilir, formasi
dan atas dasar pengamatan lapangan, secara
Nglanggran, formasi Sambipitu, formasi
garis besar stratigrafi daerah Pegunungan
Oya, formasi Wonosari, dan formasi Kepek
Selatan dapat dinyatakan dalam dua macam
yang secara lebih detail disajikan pada
urutan, yang pertama adalah stratigrafi
Gambar 1.
bagian barat, yang bersumber pada hasil
penelitian Bothe (1929), sedangkan urutan Desa Terong adalah salah satu desa di
stratigrafi pada bagian timur yaitu bagian kabupaten Bantul yang sering mengalami
yang terletak di sebelah selatan dan tenggara longsor.
depresi (graben) Wonogiri-Baturetno.
Kondisi geologi lokasi rawan longsor di
Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut:

250 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 2, November 2016


ISSN 0853-8557

Gambar 1. Peta sebaran formasi stratigrafi di Kabupaten Bantul


1. Umumnya berada pada morfologi lereng kajian analisis risiko bencana tanah longsor
yang curam hingga sangat curam sesuai UU No.24 tahun 2007 dan United
Nation-International Strategi for Disaster
2. Penduduk tinggal di bagian bawah suatu
Reduction (UN-ISDR), 2007 dalam rangka
tebing bukit yang memanjang hampir
mengimplementasikan Kerangka Kerja
timurlaut-baratdaya dengan lereng
Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana
mencapai 90 derajat
(2015-2030).
3. Lereng tersusun atas tuf dengan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
ketebalan pelapukan yang sangat tipis
jumlah rumah (KK) yang berada di masing-
dan memiliki densitas relatif rendah
masing zona risiko bencana (merah, kuning,
(relatif gembur)
hijau) dan mengetahui nilai masing-masing
4. Pada bagian kaki bukit terdapat lereng parameter sebagai penentu nilai risiko
yang landai yang kemungkinan besar bencana tanah longsor di desa Terong,
merupakan hasil akumulasi material Dlingo.
runtuhan batuan (yang berlangsung
KAJIAN PUSTAKA
puluhan hingga ratusan tahun) dari yang
berukuran halus hingga berukuran Kajian analisis risiko bencana dengan
bongkah yang belum terkonsolidasi atau melakukan pemetaan risiko bencana belum
umumnya disebut sebagai koluvial ada standarisasi yang baku dalam
penyusunan peta risiko bencananya
5. Tuf umumnya terkekarkan dan telah
sehingga setiap lembaga atau institusi
mengalami pelapukan (lapuk ringan
memiliki metode yang berbeda. Begitupula
hingga lapuk kuat), membentuk retakan-
dengan pengkajian analisis risiko bencana
retakan yang cukup rapat hingga
longsor yang dilakukan pada Desa Terong.
sebagian luruh sebagai kerikil-kerakal,
khususnya dalam kondisi kering. Pemetaan risiko bencana longsor pada
penelitian ini memiliki kriteria dan
Oleh karena itu, dalam rangka mitigasi
paramater tertentu yang mungkin tidak jauh
bencana tanah longsor tersebut, diperlukan

Aminatun, Muntafi – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di desa Terong, Kecamatan Dlingo… 251
ISSN 0853-8557

berbeda dengan lemba-lembaga dan pola partisipatif yang melibatkan


institusi-institusi lain tetapi tetap memiliki masyarakat sebagai subjek sekaligus objek
prinsip parameter kajian peta dasar yang kajian serta pemangku kepentingan ditingkat
sama. Beberapa penelitian yang telah Desa dan Kabupaten. Hal ini dimaksudkan
dilakukan dan dijadikan referensi pada bahwa dalam melakukan kajian risiko
penelitian ini antara lain sebagai berikut ini. bencana tidak hanya bersifat parsial tetapi
juga dilakukan secara holistik sebagai
1. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat
bentuk pembelajaran bersama.
Studi Bencana Alam A), Universitas
Gadjah Mada pada tahun 2001 dengan
Peta Risiko Bencana
judul Penyusunan Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana Alam Tanah Penyusunan pemetaan risiko bencana tanah
Longsor di Kab. Kulon Progo, longsor ini menggunakan 3 kelas skoring
Yogyakarta yang menghasilkan peta dan metode pembobotan untuk masing-
risiko bencana tanah longsor Kab. Kulon masing parameter. Pembobotan komponen
Progo. penyusunan peta risiko tanah longsor
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
2. Penelitian yang dilakukan oleh Badan
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Perencana Daerah (BAPEDA) Provinsi
Risiko Bencana.
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008
dengan judul Metode Pemetaan Risiko
Pembobotan Parameter Ancaman
Bencana Prov. Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hasil penelitian adalah peta Pembobotan parameter ancaman yang
risiko bencana prov. DIY secara global. dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
3. Penelitian oleh Pusat Studi Bencana UPN Risiko Bencana disajikan pada Tabel 1.
Veteran Yogyakarta dengan topik
Pemetaan Risiko Bencana, Yogyakarta Penilaian dari pembobotan parameter
tahun 2009. pengaruh tanah longsor dilakukan dengan
Weighted Method yaitu dengan
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan memperhitungkan jumlah nilai maksimal
tersebut masih dalam bentuk global, pembobotan dikurangi dengan jumlah nilai
sehingga perlu dilakukan penelitian yang minimal pembobotan. Hasil pengurangan ini
lebih detail terkait kajian risiko bencana, dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan
khususnya bencana tanah longsor. yang dalam hal ini kita membaginya
Analisis Risiko Bencana menjadi 3 kelas kemudian akan dihasilkan
interval skor kriteria bahaya sebegai berikut:
Kajian risiko bencana longsor didasarkan
Skor Max  Skor Min
pada tiga parameter sesuai formula yang Interval  (2)
disepakati dalam Hyogo Framework for 3
Action yaitu: Interval = 45 – 15 = 10
3
R H
C
xV (1) Berdasarkan hasil skor tersebut, dapat dibuat
interval zona ancaman seperti yang disajikan
dengan: pada Tabel 2.
R = Risk (Risiko)
H = Hazard (Ancaman) Pembobotan Parameter Kerentanan
C = Capacity (Kapasitas) Pembobotan parameter kerentanan yang
V = Vulnerability (Kerentanan) dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Dalam kajian analisis risiko bencana longsor Risiko Bencana disajikan pada Tabel 3.
ini tidak hanya berdasarkan petimbangan
ilmiah semata tetapi juga mempertimbangan

252 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 2, November 2016


ISSN 0853-8557

Dengan menggunakan Weighted Method 25  9


didapat interval skor kriteria risiko, dengan Interval   5,335
3
perhitungan sebagai berikut:
Skor Max  Skor Min Hasil interval pembobotan kerentanan
Interval 
3 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 1. Pembobotan Parameter Ancaman Tanah Longsor
No Parameter Bobot Skor Maks Skor Min
1 Kelas Tekstur Tanah 1 3 1
2 Ketebalan solum Tanah 1 3 1
3 Tingkat Pelapukan Batuan 1 3 1
4 Kemiringan Lereng 5 15 5
5 Jenis Morfologi 3 9 3
6 Sejarah longsor 1 3 1
7 Kerapatan Vegetative 1 3 1
8 Penggunaan Lahan 1 3 1
9 Data curah hujan 1 3 1
Total 15 45 15
Tabel 2. Interval Pembobotan Ancaman
Inteval Skor Kriteria Kelas (Zona)
15 -24 Rendah Hijau
25 – 34 Sedang Kuning
35 – 45 Tinggi Merah
Tabel 3. Pembobotan Parameter Kerentanan Tanah Longsor
No Unsur Yang Dinilai Bobot Nilai Maksimal Nilai Minimal
1. Jumlah Kepala Keluarga dalam satu rumah 1 3 1
2. Jumlah anggota keuarga dalam satu rumah 1 3 1
3. Status kepemilikan rumah 1 2 1
4. Status kepemilikan lahan 1 2 1
5. Luas lahan 1 3 1
6. Jenis bangunan 3 9 3
7. Penggunaan lahan lainnya 1 3 1
Total 9 25 9
Tabel 4. Interval Pembobotan Kerentanan
Kelas
Inteval Skor Kriteria
(Zona)
9 – 14 Rendah Hijau
15 – 19 Sedang Kuning
20 -21 Tinggi Merah

Aminatun, Muntafi – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di desa Terong, Kecamatan Dlingo… 253
ISSN 0853-8557

Tabel 5. Pembobotan Parameter Kapasitas Tanah Longsor


Nilai Nilai
No Unsur Yang Dinilai Bobot
Maksimal Minimal
Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas,
1. 1 3 1
Polindes
2. Jumlah Sekolah 1 3 1
3. Jumlah Tenaga Medis 1 3 1
4. Kelembagaan PRB 1 3 1
5. Marka/tanda Jalur Evakuasi 1 3 1
6. Sistem Peringatan Dini 1 3 1
Total 6 18 6

Pembobotan Parameter Kapasitas Skor Max  Skor Min


Interval 
Pembobotan parameter kapasitas yang 3
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun 33,6  11,4
Interval   7,4
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian 3
Risiko Bencana disajikan pada Tabel 5.
Dengan menggunakan Weighted Method
Dengan menggunakan Weighted Method didapat interval skor kriteria risiko pada
didapat interval skor kriteria risiko, dengan Tabel 8.
perhitungan sebagai berikut: bobot (weight value) dari masing-masing
unit, klas atau tipe pada setiap peta
Skor Max  Skor Min parameter. Cara perhitungan yang
Interval  didasarkan pada perhitungan luas gerakan
3
tanahnya. Nilai kerapatan (density value)
18  6
Interval  4 dari tiap unit, klas atau tipe pada setiap peta
3 parameter dalah pencerminan dari luas
kejadian gerakan tanah pada satu satuan
Hasil interval pembobotan kapasitas (unit, klas atau tipe) per luas dari luas unit,
disajikan pada Tabel 6. klas atau tipe parameter.
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Tabel 6. Interval Pembobotan Kapasitas
Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri
Inteval Skor Kriteria Kelas (Zona)
atas seperangkat komponen yang tidak dapat
6 – 10 Rendah Merah dipisahkan satu dengan lainnya. Komponen
11- 14 Sedang Kuning tersebut adalah sebagai berikut:
15 – 18 Tinggi Hijau
1. Brainware (manusia)
Pembobotan Risiko Bencana 2. Data, berupa peta analog, data survey,
statistic, foto udara, data SIG
Pembobotan parameter risiko bencana yang sebelumnya, dll.
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun 3. Hardware (perangkat keras komputer
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian berikut kelengkapan pendukungnya dan
Risiko Bencana disajikan pada Tabel 7. perangkat keras komunikasi) mis:
Dengan menggunakan Weighted Method computer, scanner, digitizer,
didapat interval skor kriteria risiko, dengan 4. Software (perangkat lunak) misalnya:
perhitungan sebagai berikut: ArcGis, Map Info, Surfer, Autocad, dan
lain-lain.

254 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 2, November 2016


ISSN 0853-8557

Tabel 7. Pembobotan Risiko Bencana Tanah Longsor


Nilai Persentase/ Nilai Maks Nilai Min
No Unsur Yang Dinilai Nilai Min
Maks faktor Pengali Akhir Akhir
1. Ancaman/Hazard 45 15 0.5 22.5 7.5
Kerentanan/
2. 25 9 0.3 7.5 2.7
Vulnerabilty
3. Kapasitas/ Capacity 15 6 0.2 3.6 1.2
Jumlah 88 30 6 33.6 11.4

Software yang dipergunakan adalah ArcGis, dengan para key informan yang terdiri
Versi 9.3. Software ini digunakan untuk dari warga setempat, tokoh masyarakat,
menghitung persentase kemiringan lereng, tokoh perempuan dan pemuda, aparat
dan menghitung dan mengevaluasi unit, klas terkait di tingkat desa, kecamatan dan
atau tipe mana dari setiap individu peta yang kabupaten.
penting (berpengaruh) terhadap kejadian
3. Dokumentasi dengan cara mengumpul-
gerakan tanah.
kan data sekunder berupa dokumen-
dokumen yang diperlukan sebagai bahan
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan
kajian, termasuk dokumen kajian yang
Sumberdaya Mineral No.1452/K/10/MEM/
telah disusun sebelumnya.
2000 tentang Pedoman Teknis Pemetaan
Zona Kerentanan Gerakan Tanah, pemetaan 4. Melakukan assessment atau kajian secara
zona kerentanan tanah dapat dilakukan langsung di daerah kajian dengan
dengan pemetaan langsung, pemetaan tidak mengisi form yang telah dipersiapkan
langsung dan metoda gabungan. dengan parameter-paramter yang telah
ditentukan.
Selain menggunakan metode SIG, juga
Metode Analisa Data
dilakukan metode pendekatan berupa
metode kuantitatif (metode statistik). Analisis data dilakukan dengan cara sebagai
Metode ini didasarkan pada perhitungan berikut ini.
kerapatan (density) gerakan tanah dan nilai. 1. Menginventarisasi dan mengklasifikasi
data yang telah diperoleh berdasarkan
Tabel 8. Interval Pembobotan Risiko
masing-masing parameter.
Bencana
2. Data yang telah diinventrisasi dan
Inteval Skor Kriteria Kelas (Zona)
diklasifikasi berdasarkan masing-masing
26.3 – 33.6 Tinggi Merah
parameter tersebut selanjutnya
18.9 – 26.2 Sedang Kuning ditentukan tingkat dan besarnya
11.4 – 18.8 Rendah Hijau indikator yang didapat.
METODOLOGI 3. Tingkat dan besarnya indikator yang
Metode Pengumpulan Data telah dikelompokkan kemudian
ditabelkan.
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan
tahap-tahap berikut ini. 4. Dari masing-masing titik lokasi yang
telah ditabelkan kemudian ditentukan
1. Observasi dengan cara melakukan tingkat kerawanan masing-masing titik
pengamatan langsung dan melakukan lokasi.
pengukuran.
5. Dari tingkat kerawanan yang ditentukan
2. Wawancara dan FGD (Focus Group kemudian dianalisis berupa analisis
Discussion) dengan cara berdialog face to
face atau diskusi kelompok terarah

Aminatun, Muntafi – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di desa Terong, Kecamatan Dlingo… 255
ISSN 0853-8557

ancaman, vulnerability/kerentanan dan Berdasarkan hasil penilaian terhadap


kapasitas masyarakat. parameter ancaman bencana tanah longsor,
diperoleh sebesar 40. Hal ini berarti bahwa
6. Dari analisis tingkat kerawanan tersebut
Desa Terong mempunyai kriteria ancaman
kemudian dianalisis tingkat risiko
yang tinggi sehingga termasuk dalam zona
kerawanan bencana longsor dari posisi
merah.
titik yang telah dikaji.
Kerentanan (Vulnerability)
7. Dari analisis ancaman dan risiko yang
telah didapatkan kemudian dilakukan Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik
proses pemetaan berdasarkan analisi biologis, ekonomi, sosial, budaya, politik,
tersbut yang didukung oleh peta budaya, dan teknologi suatu masyarakat di
Geologi, Peta kemiringan lereng, peta suatu wilayah untuk jangka waktu yang
curah hujan daan peta tata guna lahan. mengurangi masyarakat untuk mencegah,
meredam, mencapai kesiapan dan
8. Dengan proses pemetaan yang
menanggapi dampak bahaya tertentu.
dilakukan dengan beberapa peta
Komponen kerentanan yang digunakan
dukungan kemudian peta-peta tersebut
dalam metode ini meliputi komponen fisik,
di overlay dengan menggunakan Data
demografi, ekonomi dan lingkungan.
Spatial Geoogtaphical Information
Pembobotan-pembobotan tersebut terlihat
System dengan program ArcGIS.
pada Tabel 10.
9. Peta yang akan dihasilkan akan
Dari jumlah skor yang dihitung didapat nilai
menunjukan peta ancaman tanah longsor
kerentanan sebesar 15 sehingga termasuk
dan peta risiko bencana tanah longsor.
dalam zona kuning, yaitu kriteria kerentanan
10. Peta yang telah dibuat kemudian sedang .
dilakukan sosialisasi ke basis/desa
Kapasitas (Capacity)
dengan perwakilan masyarakat untuk
memvalidasi hasil peta yang telah dibuat Kapasitas/kemampuan adalah sumber daya,
melalui FGD (Focus Group Discussion). cara dan kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat yang memungkinkan masyarakt
11. Hasil sosialisasi awal akan menjadi
untuk mempertahankan dan mempersiapkan
evaluasi dalam penyempurnaan
diri, mencegah, menganggulangi, meredam
pembuatan peta akhir.
serta dengan cepat memulihkan diri dari
12. Peta akhir yang dibuat kemudian akibat bencana. Kapasitas masyarakat dapat
disosialisasikan kembali melalui berupa komponen fisik dan non fisik
workshop yang dihadiri oleh pihak (sosial). Komponen fisik dan non fisik
Pemda Bantul, perangkat dan (sosial) tersebut diukur berdasarkan wilayah
perwakilan masyarakat desa kajian, desa karena data spasial administrasi yang
tokoh masyarakat dan stakeholder yang terkecil adalah desa. Pembobotan-
terkait. pembobotan tersebut terlihat pada Tabel 11.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari jumlah skor yang dihitung didapat
bahwa nilai kapasitas untuk desa Terong
Pembobotan Ancaman (Hazard)
adalah 17 sehingga Desa Terong
Setelah melakukan pengharkatan dari mempunyai kriteria kapasitas yang tinggi
masing-masing indikator dan parameter- dengan zona daerah hijau.
parameter, kemudian masing-masing
parameter tersebut diberi pembobotan Analisis Risiko
berdasarkan besarnya pengaruh parameter Analisis risiko bencana tanah longsor
tersebut terhadap ancaman bencana longsor merupakan gabungan dari 3 komponen
yang terjadi. Pembobotan-pembobotan utama yaitu ancaman (H), Kerentanan (V)
tersebut disajikan pada Tabel 9. dan kapasitas (C). Masing-masing total

256 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 2, November 2016


ISSN 0853-8557

bobot dari ancaman, kerentanan dan persentase yang didapat kemudian dikalikan
kapasitas untuk risiko ini akan memiliki dengan masing-masing nilai maksimal dan
nilai yang berbeda. Dari Pembobotan nilai minimal kriteria yang ditentukan. Hasil
maksimal dan minimal dari masing masing penilaian risiko bencana tanah longsor
ancaman, kerentanan dan kapasitas disajikan Pada Tabel 12. Sedangkan hasil
dijumlahkan kemudian diambil persentase pemetaan berdasarkan zona risiko bencana
dari masing-masing pembobotan tersebut tanah longsor di desa Terong, Dlingo,
terhadap jumlah total pembobotan. Dari disajikan pada Gambar 2.
Tabel 9. Hasil Penilaian Parameter Ancaman Kerawanan Longsor
No Parameter Bobot Skor Jumlah
1 Kelas Tekstur Tanah 1 2 2
2 Ketebalan solum Tanah 1 2 2
3 Tingkat Pelapukan Batuan 1 2 2
4 Kemiringan Lereng 5 3 15
5 Jenis Morfologi 3 3 9
6 Sejarah longsor 1 3 3
7 Kerapatan Vegetasi 1 2 2
8 Penggunaan Lahan 1 3 3
9 Data curah hujan 1 2 2
Total 40
Tabel 10. Pembobotan Parameter Kerentanan Tanah Longsor
No Unsur Yang Dinilai Bobot Skor Jumlah
1. Jumlah Kepala Keluarga dalam satu rumah 1 2 2
2. Jumlah anggota keuarga dalam satu rumah 1 2 2
3. Status kepemilikan rumah 1 2 2
4. Status kepemilikan lahan 1 2 2
5. Luas lahan 1 1 1
6. Jenis bangunan 3 1 3
7. Penggunaan lahan lainnya 1 3 3
Total 15
Tabel 11. Hasil Penilaian Parameter Kapasitas Kerawaran Longsor
No Unsur Yang Dinilai Bobot Skor Jumlah
Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas,
1. 1 3 3
Polindes
2. Jumlah Sekolah 1 3 3
3. Jumlah Tenaga Medis 1 3 3
4. Kelembagaan PRB 1 2 2
5. Marka/tanda Jalur Evakuasi 1 3 3
6. Sistem Peringatan Dini 1 3 3
Total 17
Tabel 12. Penilaian Risiko Bencana Tanah Longsor

Aminatun, Muntafi – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di desa Terong, Kecamatan Dlingo… 257
ISSN 0853-8557

Data Jumlah
Zona Pancuran Saradan Ngenep Terong 2 Total
Rumah (KK)
Zona Merah 14 5 2 21
Zona
Zona Kuning 1 2 3
Ancaman
Zona Hijau 0
Zona Merah 0
Zona
Zona Kuning 5 4 2 11
Kerentanan
Zona Hijau 10 1 2 13
Zona Merah 0
Zona
Zona Kuning 1 1
Kapasitas
Zona Hijau 14 5 2 2 23
Zona Merah 1 1
Zona Risiko Zona Kuning 13 5 2 2 22
Zona Hijau 1 1

Berdasarkan Gambar 2, sebagian besar hijau risiko 1 rumah (KK). Dan


wilayah di desa Terong memiliki tingkat mempunyai nilai ancaman yang tinggi,
risiko bencana tanah longsor sedang (zona kerentanan sedang, serta kapasitas tinggi,
kuning). sehingga nilai risikonya sedang. Untuk
mengurangi nilai risiko diperlukan
KESIMPULAN
peningkatan kapasitas dalam bentuk fisik
Dari hasil analisis dan pembahasan yang dan non-fisik.
telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
2. Dari kesimpulan di atas di sarankan
sebagai berikut ini.
adanya penelitian lanjutan untuk
1. Jumlah rumah yang berada di zona merah menentukan jenis mitigasi dalam rangka
risiko adalah 1 rumah (KK), zona kuing pengurangan risiko bencana di wilayah
untuk risiko 22 rumah (KK), dan zona tersebut.

258 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 2, November 2016


ISSN 0853-8557

Gambar 2. Peta Risiko Longsor Desa Terong, Dlingo, Bantul

Aminatun, Muntafi – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di desa Terong, Kecamatan Dlingo… 259
ISSN 0853-8557

REFERENSI Penyelenggaraan Penang-gulangan


Bencana, Sekretariat Negara, Jakarta
Republik Indonesia, (2007), Undang-
BNPB, (2008), Peraturan Kepala Badan
Undang Republik Indonesia No. 24
Nasional Penanggulangan Bencana
Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Republik Indonesia, No.4 tahun 2008
Bencana, Sekretariat Negara, Jakarta
tentang Pedoman Rencana
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana, Badan
(BNPB), (2015), Kerangka Kerja
Nasional Penanggulangan Bencana
Sendai untuk Pengurangan Risiko
(BNPB), Jakarta
Bencana (2015-2030), Badan Nasional
BNPB, (2012), Peraturan Kepala Badan
Penanggulangan Bencana (BNPB),
Nasional Penanggulangan Bencana
Jakarta
Republik Indonesia No.2 tahun 2012
United Nation-International Strategi for
tentang Pedoman Umum Pengkajian
Disaster Reduction (UN-ISDR), (2007)
Risiko Bencana, Badan Nasional
Panduan untuk Mengimplementasikan
Penanggulangan Bencana (BNPB),
Kerangka Kerja Sendai,
Jakarta.
Republik Indonesia, (2008), Peraturan
Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang

260 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 2, November 2016

Anda mungkin juga menyukai