Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen yang patogen atau infeksius
yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen adalah bakteri, virus,
ricketsia, jamur dan parasit.
Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata
Nosos yang artinya 'penyakit' dan kumeo yang artinya 'merawat'. Nosokomion berarti tempa untuk
merawat/rumah sakit. Jadi Infeksi Nosokomial atau healthcare-associated infections (HAIs) dapat
diartikan sebagai infeksi yang didapat di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah dirawat
2 x 24 jam dimana sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan sudah mempengaruhi
kesehatan ratusan juta pasien di seluruh dunia setiap tahun.
Sumber infeksi nosokomial dapat disebabkan kontak langsung antara pasien yang sedang menderita
penyakit infeksi sehingga dapat menularkan penyakit yang diderita kepada pasien lain, petugas,
pengunjung atau keluarga, serta pada alat-alat rumah sakit, lingkungan rumah sakit dan hal lain yang
terdapat di rumah sakit.
Suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila memenuhi
beberapa kriteria/batasan tertentu dimana hal ini di dapat pada waktu dirawat di rumah sakit,
misalnya :
3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak dimulai perawatan.
5. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
a. Penularan Langsung : Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung dan
penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah pada saat transfusi darah.
b. Penularan Tidak Langsung : Berasal dari vehicle borne (Alat-alat/bahan-bahan yang terkontaminasi),
vector borne (Serangga), food borne (Makanan), water borne (Minuman), air borne (Udara).
- Tahap kedua : Upaya dari mikroba pathogen untuk menginvasi ke jaringan/organ penjamu(pasien)
dengan cara mencari akses masuk (port d'entrée) seperti adanya kerusakan kulit atau mukosa dari
rongga hidung, rongga mulut, dan sebagainya
- Tahap ketiga : Mikroba pathogen berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap
jaringan walaupun ada mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis jaringan.
- Dipakai berulang–ulang
c. Pasien, karena :
- Kebersihan kurang
d. Lingkungan, karena :
- Banyak serangga
1. Menyebabkan cacat fungsional, serta stress emosional dan dapat menyebabkan cacat permanen
serta kematian.
3. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai Negara yang tidak mampu, dengan meningkatkan
lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal, dan penggunaan
pelayanan lainnya.
Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam program
pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, diantaranya :
1. Adanya system surveilan yang mantap. Perlu ditegaskan disini bahwa keberhasilan pengendalian
infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada tetapi ditentukan oleh
kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara benar.
2. Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi.
3. Adanya program pendidikan yang terus menerus bagi semua petugas rumah sakit dengan tujuan
mengembalikan sikap mental yang benar dalam merawat penderita. Keberhasilan program ini
ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna kepada
penderita.
Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang berada di
rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, pasien, dan orang yang
berkunjung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah :
a. Cuci tangan
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara yang benar
sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci tangan saat berada di rumah sakit, yaitu :
- Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses).
Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai rumah sakit
perlu dibersihkan sebanyak 2-3 kali per hari, sementara dindingnya perlu dibersihkan setiap 2 minggu.
Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada tubuh, seperti infus, alat bantu
napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur)
yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit dan sarana kesehatan.
Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya, pasien dengan
daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit ke pasien lain
akan ditempatkan di ruang isolasi.
Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat pelindung
diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien.