Anda di halaman 1dari 41

HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : PRINSIP KAIDAH AGAMA

- Pengertian prinsip kaidah agama


- Falsafah Agama
- Fungsi agama bagi kehidupan
- Prinsip-prinsip kehidupan
- Sumber ajaran agama

SEMESTER / SKS : I / 2 SKS


WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I

OBJEKTIF PERILAKU SISWA :


Setelah mendapat materi Prinsip Kaidah Agama mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengertian prinsip atau kaidah agama dengan benar tanpa melihat hand out.
2. Menjelaskan tentang ruang lingkup prinsip kaidah agama dengan benar.
3. Menjelaskan tentang pengertian falsafah agama dengan benar.
4. Menyebutkan fungsi agama bagi kehidupan dengan benar tanpa melihat hand out.
5. Menjelaskan tentang fungsi agama bagi kehidupan dengan benar.
6. Menjelaskan tentang prinsip-prinsip kehidupan dengan benar.
7. Menyebutkan dan menjelaskan dengan benar tentang sumber ajaran agama.

REFERENSI :
1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: Rosda, 2007.
3. Fiqih Sunah, oleh Sayyid Sabin, PT. Almorf, Bandung.
4. Filsafat Islam Majlis Tarqih, Abdul Majid, PPN.

URAIAN MATERI
A. PENDAHULUAN
Agama adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disebarkan
kepada umat manusia agar menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya untuk kebahagiaan
di dunia dan akhirat.
Turunnya agama ke dunia dibarengi bersamaan dengan kitab-kitabnya sebagai sumber agama
mengalami proses yang panjang hingga kitab terakhir yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW,yaitu Al-Quran. Datangnya agama ke dunia sebagai petunjuk manusia untuk mengamalkan
dirinya secara benar dan sesuai syariat-syariat islam, di dunia dan akhirat.

B. ISI
1. Pengertian kaidah agama.
Kaidah atau norma adalah pedoman atau ukuran berperilaku atau bersikap dalam kehidupan
bermasyarakat. Ada kaidah kepercayaan/agama, kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan/adat dan kaidah
hukum. Kaidah kepercayaan/agama menyangkut hubungan antara manusia dengan tuhannya, yang
didasarkan pada ajaran agama berupa perintah dan larangan serta bertujuan untuk menyempurnakan
hidup di dunia. Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai makhluk individu, berasal
dari manusia juga dan bertujuan untuk mejaga akhlak pribadi. Kadiah kesopanan ukurannya
kebiasaan, kepatutan atau kepantasan dan mempunyai tujuan untuk pencapaian ketertiban
masyarakat. Kaidah Hukum Berasal Dari Hukum Positif yg ada di suatu negara. hukum Ini bersifat
Memaksa bagi Semua Individu yg tercakup dlm negara,dan hukum dikenalkan pada umum melalui
sosialisasi Thd Hukum itu.
Kaidah agama itu bertujuan untuk membimbing, mengatur dan mengarahkan hidup dan
kehidupan manusia demi keselamatan, kebahagian dan kesejahteraan ummat manusia dalam
kehidupan di dunia menuju kehidupan akhirat.
Kaidah itu termaktub dalam Kitab Suci yang berasal dari wahyu yang diturunkan kepada Rasul
yang disampaikan kepada seluruh ummat manusia. Rasul yang terakhir adalah Nabi Muhammad
SAW dan Kitab Suci yang terakhir adalah Al Quran yang merupakan kompilasi dan penyempurnaan
dari Kitab-Kitab Suci yang otentik yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Sumber kedua dari kaidah agama adalah Sunnah Rasul, yaitu segala ucapan dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW. Sikap diam (tidak melarang) dari Nabi Muhammad SAW terhadap suatu tradisi,
termasuk pula dalam sumber kedua dari kaidah agama.
Komponen utama agama islam atau unsur utama ajaran agama islam ( akidah, syariah, dan akhlak
) dikembangkan dengan ra’yu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk
mengembangkannya.
• Ilmu pengetahuan , adl hasil pemahaman manusia yg disusun dari satu sistem mengenai
kenyataan, struktur, pembagian yg dapat dijangkau pikiran manusia dgn dibantu penginderaannya
dan diuji secara empiris dan eksperimen.
• Filsafat, adl “ilmu istimewa” yg mencoba menjawab berbagai masalah yg tidak dapat dijawab
oleh ilmu pengetahuan biasa.
• Agama , pada umumnya adalah:
a. sistem credo (tata keimanan)
b. sistem ritus (tata peribadatan)
c. sistem norma (tata kaidah)
Kaidah agama mengatur dua aspek kehidupan, kehidupan dalam skala hubungan antara manusia
dengan Allah yang bersifat pribadi dan kehidupan dalam skala hubungan antar-manusia ataupun
antar-komunitas. Kedua aspek itu berturut-turut termasuk dalam kategori ibadah langsung dan ibadah
yang tak langsung. Yang pertama disebut ibadah yang ubudiyah dan yang kedua disebut dengan
ibadah yang muamalah. Kedua aspek iu hanya dibedakan dalam klasifikasi, akan tetapi keduanya
tidak dapat dipisahkan, tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Keduanya merupakan satu sistem, berjalan
seiring dan seirama secara seimbang dan harmonis, pengaruh mempengaruhi. Kedua aspek kaidah
agama itu mengandung dua unsur yaitu niat dan prosedur, serta menyangkut sanksinya ialah di dunia
dan akhirat.
2. Ruang lingkup kaidah agama.
Ruang lingkup prinsip kaidah agama yang dibahas meliputi falsafah agama, fungsi agama bagi
kehidupan, prinsip-prinsip kehidupan dan sumber ajaran agama. Pada aspek umum dikemukakan
dengan pendalaman pengertian dari aspek khusus agama yang ada di Indonesia.
3. Pengertian falsafah agama.
Istilah filsafat berasal dari kata philein/philos + sophos/sophia= cinta/teman +
bijaksana/kebijaksanaan. Filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. Belajar filsafat berarti belajar
untuk, minimal, mencintai hal-hal yang bijaksana, atau kalau mungkin untuk menjadi bijaksana.
Bijaksana atau kebijaksanaan adalah karakteristik tertentu dari suatu sikap/perilaku. Sikap/perilaku
bijaksana adalah yang mengindikasikan adanya motivasi sinergis dari berbagai unsur ruhaniah
manusia. Apabila unsur ruhaniah manusia itu, minimal, meliputi akal-emosi-keinginan, maka
motivasi sinergis ratio-emosi-kehendak, akan memunculkan sikap perilaku lahir yang bijaksana.
Belajar filsafat berarti belajar olah akal-emosi-kehendak, yakni belajar untuk mensinergika potensi
ratio-emosi-keinginan dalam rangka menentukan pilihan sikap/perilaku.
Filsafat agama adalah filsafat yang membuat agama menjadi obyek pemikirannya. Dalam hal
ini, filsafat agama dibedakan dari beberapa ilmu yang juga mempelajari agama, seperti antropologi
budaya, sosiologi agama dan psikologi agama. Kekhasan ilmu-ilmu itu adalah bahwa mereka bersifat
deskriptif.
Antropologi budaya meneliti pola kehidupan sebuah masyarakat dan kerangka spiritual hidup.
Dalam rangka itu, bentuk-bentuk penghayatan agama dalam masyarakat itu diteliti. Antropologi
mengamati dan berusaha ikut menghayati bagaimana masyarakat yang diteliti menghayati Yang ilahi.
Antropologi adalah ilmu deskiptif. la tidak menilai apakah penghayatan itu baik atau buruk dan tidak
berusaha untuk mengubah penghayatan itu, melainkan berusaha untuk memahami apa yang
merupakan kenyataan keagamaan dalam masyarakat.
Sosiologi agama meneliti hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat, khususnya
pengaruh agama terhadap kelakuan manusia dalam masyarakat. Sosiologi agama dapat memberi
petunjuk yang berharga untuk mengetahui, apa sebenarnya kedudukan agama dalam sebuah
masyarakat, apakah agama itu masih berpengaruh, apakah masyarakat masih mentaatinya, apakah
sikap-sikap masyarakat masih dipengaruhi oleh agama.
Psikologi agama meneliti hakekat, bentuk-bentuk dan perkembangan pengalaman religius pada
individu-individu dan kelompok-kelompok. Psikologi agama meneliti perasaan religius dalam hati,
pertobatan, semangat kenabian, dan perbedaan penghayatan keagamaan dalam masyarakat-
masyarakat sederhana dan dalam kebudayaan-kebudayaan tinggi. Segala bentuk penghayatan
keagamaan serta fungsinya dalam perkembangan kepribadian diselidiki.
Filsafat agama mengembangkan logika, teori pengetahuan dan metafisika agama. Filsafat
agama dapat dijalankan oleh orang-orang beragama sendiri yang ingin memahami dengan lebih
mendalam arti, makna dan segi-segi hakiki agama-agama. Masalah-masalah yang dipertanyakan
antara lain: hubungan antara Allah, dunia dan manusia, antara akal budi dan wahyu, pengetahuan dan
iman, baik dan jahat, sosok pengalaman Yang Kudus dan Yang Syaitani, apriori religius, faham-
faham seperti mitos dan lambang, dan akhrinya cara-cara untuk membuktikan kerasionalan iman
kepada Allah serta masalah "theodicea" yang telah saya sebutkan.
Tema-tema pokok atau fundamental agama adalah juga merupakan objek kajian dalam teologi.
Sementara, teologi adalah kajian yang sungguh-sungguh berbeda dengan filsafat agama. Terdapat dua
perbedaan pokok antara Filsafat agama dengan teologi (Harun Nasution, 1973: 4). Pertama,filsafat
agama tidak membahas dasar-dasar ajaran dari agama tertentu, tetapi dasar-dasar agama pada
umumnya. Sementara, teologi membahas dasar-dasar ajaran agama tertentu. Kedua, filsafat agama
tidak terikat pada dasar-dasar agama tertentu, filsafat agama bermaksud menyatakan kebenaran atau
ketidakbenaran dasar-dasar agama. Sementara, teologi sudah menerima dasar ajaran agama sebagai
kebenaran. Teologi hanyalah sebatas upaya memberikan penjelasan atau interpretasi tentang dasar-
dasar agama, atau upaya mencari legalitas rasional atas ajaran agama tertentu.
FUNGSI AGAMA
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi
dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di
bawah: Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia, Menjawab berbagai
pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia, Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu
kelompok manusia, Memainkan fungsi peranan sosial. Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan
kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib
dilakukan oleh penganutnya.
Adapun fungsi agama dalam kehidupan, mencakup beberapa hal yaitu Sebagai penyidik :
Yakni dalam agama mengajarkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mengerjakan yang baik
meninggalkan yang buruk, amar ma’ruf nahi munkar. Sebagai penyelamat : Yakni agama juga
sebagai penyelamat bagi manusia baik di dunia maupun di akhierat, di dunia terhindar dari
melakukan perbuatan maksiat sedangkan di akherat jaminan surga atas amal ibadah yang telah
dilakukan sejak berada di dunia. Menjadi meditasi konflik dimasyarakat : yakni agama sebagai
media pemersatu ummat dalam menyelesaikan suatu konflik yang dihadapi masyarakat. Kontrol
sosial : Agama juga menjadi kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat berjalan
dnegan semestinya, adil dan penuh tanggung jawab. Serta agama menjadi pemupuk tali solidaritas :
yakni saling berbagai, menjaga bersilaturahmi, perekat persaudaraan sesama ummat manusia.
PRINSIP-PRINSIP KEHIDUPAN
Para ahli sains sedunia setuju bahwa prinsip-prinsip sejagat yang mengatur tindak-tanduk
segala sesuatu dalam alam semesta ini. Dengan cara yang sama, ada pula prinsip-prinsip ruhaniah
yang dikongsi bersama dalam agama Islam, Kristian dan Yahudi yang mengatur perhubungan
seorang manusia dengan Allah. Dengan mengkaji kitab-kitab tiga agama ini, saya pasti kita boleh
memahami prinsip-prinsip ini yang berkuasa mengubah hidup kita.

Prinsip dasar kehidupan diantaranya adalah Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan
sehari-hari, Kejujuran dan integritas, Bertanggung jawab, Hormat pada aturan & hukum
masyarakat, Hormat pada hak orang/warga lain, Cinta pada pekerjaan, Berusaha keras untuk
8.menabung & investasi, Mau bekerja keras,dan Tepat waktu.

SUMBER AJARAN AGAMA


MEMBANDINGKAN SUMBER AJARAN TIAP AGAMA
(Aspek theologis)
Kebenaran suatu ajaran bisa direlatifkan dengan mudah bila hanya didasari oleh suatu asumsi.
Dan kenyataan, hampir setiap pengertian buatan manusia adalah relatif. Para filosof mengatakan,
bahwa suatu definisi hanyalah konsensus dari beberapa orang pada saat tertentu di tempat tertentu
yang memiliki pengalaman yang mirip.

Untuk menghindari ajaran yang salah, manusia pertama-tama harus melihat sumber ajaran
itu. Apakah ajaran itu bersumber dari dasar-dasar yang rapuh?

Dalam hal ini tentu saja kita harus bertolak dari ajaran yang murni (ajaran Das Sollen), yakni
yang ada di sumber-sumber ajaran itu sendiri (kitab-kitab suci), dan bukan ajaran yang sedang
dipraktekkan oleh pemeluknya, yang mungkin saja tidak mempraktekkan ajarannya dengan benar
(ajaran Das Sein).

Suatu ajaran bisa dianggap benar, bila ia:

 stabil intern - ajarannya harmoni, tidak bertentangan satu dengan yang lain.
 stabil extern - ajarannya tidak bisa disalahkan dengan bukti-bukti dari luar (misalnya dengan
fakta-fakta ilmu alam).
Pada prinsipnya mereka menganggap semua agama baik dan benar, dan karena itu tidak perlu
dipersoalkan. Memang kita tidak akan debat kusir soal agama. Namun kita tentu akan menjaga,
minimal keluarga kita, agar menganut ajaran yang benar.
Sementara itu, beberapa ajaran agama yang klasik (seperti Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani
dll) bisa jadi memang berasal dari seorang utusan Tuhan di zaman dulu. Kondisi dan situasi yang
berbeda saat ajaran itu diturunkan, membuat ajaran yang diperlukan juga berbeda. Sedang
kebudayaan manusia mengalami perkembangan (evolusi).
Akhirnya evolusi itu sampai pada satu titik, di mana suatu ajaran yang bersifat universal
(sesuai untuk seluruh manusia) dan komprehensif (sesuai untuk seluruh masa) tiba saatnya. Ibarat
sungai, ajaran berbagai agama yang ada di dunia ini laksana anak-anak sungai yang mengalir ke
sebuah sungai yang besar.
Agama-agama selain Islam sesungguhnya hanya diperuntukkan untuk suatu kaum tertentu, di
daerah tertentu dan pada masa tertentu. Hal ini disebutkan oleh kitab-kitab mereka, yang merupakan
tanda-tanda dari Tuhan yang sampai pada saat ini - di luar soal bahwa banyak kitab-kitab itu kini
tidak lagi teruji autentitasnya.

HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

- Ibadah
- Akhlak terpuji dan tercela
- Agama dan kesehatan

SEMESTER / SKS : I / 2 SKS


WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I

OBJEKTIF PERILAKU SISWA :


Setelah mendapat materi Ajaran Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tentang pengertian ibadah dengan benar.


2. Menjelaskan tentang pengertian akhlak terpuji dan akhlak tercela dengan benar.
3. Menyebutkan dan menjelaskan dengan benar tentang sumber ajaran agama.

REFERENSI :

1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Diagnostika Masalah, Samakah semua agama membangun manusia pembangunan.
3. Taher, Tarmizi. Medical Ethics. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003

URAIAN MATERI

IBADAH
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara', ibadah
mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
 Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
rasulNya.
 Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecin-taan) yang paling tinggi.
 Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Subhanahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah
definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja'
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah
ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah
badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang
disyari'atkan kecuali berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari'atkan berarti bid'ah
mardudah (bid'ah yang ditolak), sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia
ditolak." [Hadits Riwayat. Al-Bukhari dan Muslim]
Ada Dua Golongan Yang Saling Bertentangan Dalam Soal Ibadah. Golongan Pertama. Yang
mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam
ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi'ar-syi'ar tertentu dan sedikit, yang
hanya diadakan di masjid-masjid saja.
Golongan Kedua. Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas
ekstrim; yang sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yang mubah mereka angkat
menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi manhaj mereka, serta
menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.
Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali
dengan ada syarat.
 Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
 Sesuai dengan tuntunan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.

AKHLAK TERPUJI DAN TERCELA


Akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan
makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti.
Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati
dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat
yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :
Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan, Timbul dengan sendirinya, tanpa
pertimbangan yang lama dan di pikir-pikir terlebih dahulu. Perkataan akhlak sering juga disamakan
dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih modern dan mendunia,
perkataan akhlak kini sering diganti dengan kata moral atau etika. Akhlak Islami berbeda dengan moral
dan etika.
Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai
dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.

Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan
norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri.

Dalam bukunya Drs. Barmawie menguraikan tentang 2 macam akhlak yaitu :

Al Akhlaaqul Mahmudah( Terpuji)

1. Amanah : dapat dipercaya 6.Al Khusyuu' : Tekun sambil menundukan hati

2. Aliefah : Disenangi 7. Ad Dhiyafah : menghormati tamu

3. Al 'afwu : pema'af 8. Al Ghufraan : Suka memberi maaf

4. Aniesatun : manis muka 9. Al Hayaau : Malu perbuat tercela

5. Alkhairu : Baik 10. Al Hilmu: menahan diri dari berbuat maksiat

Al Akhlakul Madzmuumah (Tercela)

1. Anaaniah : Egoistis 6. Al Khiyanah : Khianat

2. Al baghyu : lacur 7. Adh Dhulmu : Aniaya

3. Al bukhlu ; kikir 8. Al Jubun : pengecut

4. Al Buhtan : Mengada-adakan seustau yang 9. AL fawaahisy : Berbuat dosa besar


tidak ada
10. Al Gadhab : pemarah
5. Al Khamru : Peminum khamr
AGAMA DAN KESEHATAN

Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik.
Untuk itu semua penganut agama yang mempercayaai ajaran dan melaksanakan ajarannya mereka akan
senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut.
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari orang lain oleh karena itu kita
membutuhkan mereka untuk melangsungkan kehidupan kita dengan lancar. Untuk memenuhi kebutuhan
itu manusia harus bekerja keras sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi baik kebutuhan primer
maupun sekunder. Ketika kebutuhan mereka tidak terpenuhi secara wajar, maka akan timbul konflik
dlam dirinya sehingga mengakibatkan jiwa mereka akan tergoncang dan memerlukan penanganan
secepatnya.
Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, oleh karena itu agama dan manusia berhubungan
sangat erat sekal. Ketika manusia jauh dari agama. Maka akan ada kekosongan dalam jiwanya.
Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak,
sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa menghantui mereka
sehinga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak beragama ketika mendapatkan
persolan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau
tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.
Berbeda dengan seseorang yang beragama. Mereka akan senantiasa melakukan segala sesuatunya
sesuai dengan ajaran. Dan ketika mereka lupa tidak melaksanakan rutinitas mereka dalam beribadah,
mereka akan cenderung merasa bersalah sehingga mereka akan mengembalikan segala macam
permasalahan dalam kehidupannya ke dalam ajaran agama.
Hal ini membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang ber-Tuhan dan akan
kembali ke-Tuhan pada suatu saat. Sehingga ketika mereka terhimpit permasalahan batin mereka akan
lari kepada agama dan menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka hadapi.
Al-Quran berfungsi sebagai As-Syifa atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun
rohani. Dalam Al-Quran banyak sekali yang menjelaskan tentang kesehatan. Ketenangan jiwa dapat
dicapai dengan zikir (mengingat) Allah. Rasa taqwa dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari
rasa takut dan sedih. Dan ketika seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupannya maka hadapilah
dengan sabar dan sholat sebagai jalan keluar dari segala macam permasalahan dan ketika segala macam
usaha telah dilakukan secara maksimal maka serahkanlah segala macam urusan kita, hidup mati kita,
sehat sakit kita hanya kepada Allah semata karena hanya Dia – lah segala macam urusan dikembalikan.
Dan barang siapa yang menyerahkan segala urusan dunia dan akhiratnya hanya kepada Allah, maka Allah
akan memberikan hati mereka rasa aman, tenang dan tentram sehingga mereka dapat beraktivitas dengan
maksimal sehingga mencapai hasil yang diinginkan.

HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

- Akhlak kepada pencipta


- Akhlak kepada sesama manusia
- Akhlak kepada diri sendiri

SEMESTER / SKS : I / 2 SKS


WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I
OBJEKTIF PERILAKU SISWA :
Setelah mendapat materi Ajaran Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tentang akhlak kepada pencipta dengan benar.


2. Menjelaskan tentang akhlak kepada sesama manusia dengan benar.
3. Menjelaskan tentang akhlak kepada diri sendiri dengan benar.

REFERENSI :

1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Diagnostika Masalah, Samakah semua agama membangun manusia pembangunan.
3. Koto, Alaiddin. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

URAIAN MATERI

AKHLAK KEPADA PENCIPTA


Akhlak menurut Imam Al-Gozali adalah Ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan, dari akar kata ini
pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan
tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah swt).

Dan Rasulullah saw di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam
hadist dari Abu Khurairah,

“Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.”

Akhlak Kepada Allah Yaitu untuk beriman dan bertakwa kepada Allah swt dengan melaksanakan
semua perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, serta memurnikan keimanan dengan
tidak menyekutukan Allah swt dengan sesuatu apapun.
Aisyah Radhiallahu ‘Anh , salah satu istri Nabi mengungkapkan bahwa : “Akhlak Rasulullah SAW
adalah Qur’an.” (HR. Bukhari)

Akhlak Nabi SAW tersebut adalah akhlak yang sangat mulia yang sangat sulit untuk ditiru. Namun
dmeikian selaku umat Rasulullah SAW, umat manusia harus meraih dan mengamalkan akhlak tersebut
yang sangat mulia. Beberapa cakupan akhlak mulia tersebut antara lain :

1. Akhlak kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, takut
akan adzab-Nya, , malu kepada-Nya untuk berbuat maksiat, selalu bertaubat, bertawakkal, dan
senantiasa berharap untuk mendapatkan rahmat-Nya.

2. Akhlak kepada Rasulullah SAW, dapat dilakukan dengan cara mentaati dan mencintai beliau,
bershalawat untuknya, banyak menyebut nama beliau, mentaati dan menghidupkan ajaran beliau
yang terkandung dalam sunnah-sunnah beliau dan lebih mencintai beliau daripada diri kita
sendiri, maupun keluarga kita dll.

3. Akhlak terhadap Al Qur`an, yaitu dengan cara membacanya dengan khusyuk, tartil dan
sesempurna mungkin sambil memahaminya, menghapalnya dan mengamalkannya dalam
kehidupan pribadi, keluarga, maupun dalam masyarakat.

4. Akhlak kepada makhluk Allah SWT, Akhlak ini haruslah dimulai dari diri sendiri, orangtua,
keluarga, kerabat, handaitaulan, tetangga dan sesama mukmin sesuai dengan tuntunan Islam,
Sedangkan akhlak kepada orang kafir yaitu mengajak mereka kepada islam, membenci sifat
kekafiran mereka, dan berbuat baik kepada mereka secara manusiawi selagi tidak bertentangan
dengan syariat Islam.

Sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Quran: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh la telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa
[4]: 48).

Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya dengan perbuatan
syirik kepada-Nya.

Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta nasihat kepada Rasulullah saw, lalu Rasulyllah
memberinya nasihat singkat dengan mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi manusia musyrik,
menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, meski kamu harus menerima resiko kematian dengan cara
dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi dua“. (HR. Ibnu Majah).
Yang termasuk dalam bentuk akhlak kepada Allah SWT adalah :

1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah
Allah.

2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan
dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman
hati.

3. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena
ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan
akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat
luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan
berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup
setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan
dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang
tidak disukai Allah.

4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan
hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh
dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah.

AKHLAK KEPADA SESAMA MANUSIA

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal
negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar,
melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya,
tidak peduli aib itu benar atau salah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]:27).”
Setiap ucapan haruslah ucapan yang baik, Al-Quran memerintahkan. Bahkan lebih tepat jika
kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan mitra bicara, serta harus berisi perkataan yang
benar.
Di dunia Barat, sering dinyatakan, bahwa "Anda boleh melakukan perbuatan apa pun selama tidak
bertentangan dengan hak orang lain", tetapi dalam Al-Quran ditemukan anjuran, "Anda hendaknya
mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan Anda sendiri."
“Mereka mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, walaupun mereka amat
membutuhkan” (QS Al-Hasyr [59]: 9).
Akhlak kepada sesama manusia terdiri dari akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada orang tua,
dan akhlak kepada keluarga.

Ahklak kepada diri sendiri haruslah diwujudkan dalam bentuk sabar (prilaku seseorang terhadap
dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya),
syukur (sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya), dan
tawaduk (rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya).

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan
mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut,
mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi
berusaha.

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang
diungkapkan dalam bentuk komunikasi.

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI

Seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan
dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah,
Islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya
sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang lain.

Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga bagian; terhadap
fisiknya, terhadap akalnya dan terhadap hatinya. Karena memang setiap insan memiliki tiga komponen
tersebut, dan kita dituntut untuk memberikan hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang
terdapat dalam dirinya tersebut:

1. Terhadap Fisiknya
Setiap insan, Allah berikan anugerah berupa fisik yang sempurna. Kesempurnaan fisik
manusia ini, Allah katakan sendiri dalam Al-Qur'an (QS. 95:4)

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.”

Kesempurnaan fisik ini, merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena Allah hanya
memberikannya pada manusia. Adapun salah satu cara dalam mensyukurinya adalah dengan
menunaikan hak yang harus diberikan pada fisik kita tersebut, yang sekaligus merefleksikan
etika kita terhadap fisik kita sendiri. Diantara hal tersebut adalah Seimbang dalam
mengkonsumsi makanan, Membiasakan diri untuk berolah raga & hidup teratur, Tidak
melakukan hal-hal yang memberikan madharat bagi fisik dan kesehatannya, dan Bersih fisik
dan pakaian.

2. Terhadap Akalnya.   

Sebagaimana fisik, akal memiliki hak yang harus kita tunaikan. Akal juga membutuhkan
'makanan', sebagaimana fisik membutuhkannya. Namun kebutuhan tersebut jelas berbeda
dengan kebutuhan fisik.

3. Terhadap Hatinya

Beberapa hal yang patut direalisasikan seorang muslim terhadap hatinya, yaitu dengan mengisi
hatinya dengan ibadah, Mengikatkan diri dengan tempat-tempat dan teman yang menambah
keimanan, Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.

HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
Keluarga Sakinah Sejahtera
- Pranikah
-Pernikahan
-Hak & Kewajiban suami, istri dan anak
SEMESTER / SKS : I / 2 SKS
WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I
OBJEKTIF PERILAKU SISWA :
Setelah mendapat materi Ajaran Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tentang pengertian keluarga sakinah sejahtera dengan benar.


2. Menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga sakinah sejahtera
dengan benar.
3. Menjelaskan tentang pranikah dengan benar.
4. Menjelaskan tentang pernikahan dengan benar.
5. Menyebutkan tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak.

REFERENSI :

1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Diagnostika Masalah, Samakah semua agama membangun manusia pembangunan.
3. Membina Keluarga Sejahtera, oleh PPN Majlis Tarqih, PT. Persatuan Yogya.

URAIAN MATERI

KELUARGA SAKINAH SEJAHTERA


Keluarga adalah institusi terkecil dalam suatu negara namun keluarga adalah lembaga yang
sangat strategis dalam membangun negara bahkan peradaban. Di dalam keluargalah tempat pencetak
pertama generasi yang akan dibentuk yang akan menentukan negara bahkan menentukan corak peradaban
bangsa. Keluarga minimal terdiri dari suami istri dan anak anak.
Keluarga Sakinah adalah keluarga yang memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga, baik yang bersifat batiniah maupun lahiriah, dengan mengoptimalkan semua potensi
yang dimiliki. Sejahtera adalah terpenuhinya kebutuhan seluruh anggota keluarga baik secara lahir
maupun batin.
Hal-hal yang harus dilakukan agar menjadi keluarga sakinah sejahtera adalah :
1. Landasan Berkeluarga harus karena Allah
2. Jadikan Allah menjadi pegangan utama dalam keluarga
3. Akhlak yang baik
4. Musyawarah
5. Mencari nafkah yang halal
PRANIKAH
1. PERJANJIAN PRANIKAH
Adalah perjanjian yang diadakan sebelum perkawinan dilangsungkan. Undang-undang
perkawinan mengatur masalah perjanjian perkawinan pada Pasal 29. Biasanya perjanjian dibuat untuk
kepentingan perlindungan hukum terhadap harta bawaan masing-masing, suami ataupun istri.
Sedangkan perjanjian perkawinan mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
Mengenai kemungkinan dirubahnya isi perjanjian perkawinan menurut Kitab Undang undang
Hukum Perdata: Perubahan sama sekali tidak dimungkinkan walaupun atas dasar kesepakatan selam
berlangsungnya perkawinan. Sedangkan dalam Undang-undang Perkawinan, perubahan
dimungkinkan asal tidak merugikan pihak ketiga. Perjanjian perkawinan harus dibuat secara tertulis
dan disahkan pegawai pencatat perkawinan. Sedangkan isinya tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, hukum dan agama.
Kenapa sih pemeriksaan pranikah itu diperlukan?
a. Jika ada masalah, dapat dideteksi dini dan dicarikan solusinya sebelum anda keburu menikah dan
ingin punya anak namun tak bisa apa-apa karena masalah kesehatan anda menghalangi dari punya
anak.
b. Anda dapat mengetahui rupa lain dari pasangan anda.
c. Menentukan apa yang perlu anda lakukan.
d. Supaya lebih sadar diri.
e. Supaya mengenali diri sendiri.
f. Kondisi setiap perempuan tidak sama.
g. Membuat anda menyadari bahwa anda (eh, saya ding) sok tahu.
h. Memberi anda kesempatan bertanya sebelum anda menyesal karena tidak bertanya sebelum
menjalani malam pertama.
Mengenai masalah waktu, tidak ada batasan dalam menjalankan pemeriksaan kesehatan pra
nikah. Anda bisa melakukannya kapan saja, selama pernikahan belum berlangsung.

2. PERNIKAHAN
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua
orang dengan maksud meresmi suatu ikatan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat.
Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi anatar bangsa, suku satu dan yang lain pada
satu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-
kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula.
Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang
mencatatkan pernikahan ditanda-tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang
dilangsungkan untuk mmelakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan
untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan
pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami
dan istri.
Dasar Pemikiran
Dari Al Quran dan Al Hadits :
1. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan mengkayaknnya dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).
2. Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku,
barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).

Tujuan Pernikahan
1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
5. Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan
maksiat / perilaku hina lainnya).
6. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
7. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan)

Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan


1. Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free sex.
2. Tertunda lahirnya generasi penerus risalah.
3. Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang
bagi orang yang menikah.
4. Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat
yang Allah dan RasulNya tetapkan terpenuhi.
5. Apalagi sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :
1. Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang:Ir, DR, SE, SH, ST,
dsb
2. Pesta pernikahan yang wah / mahar yang tinggi, sebab merupakan kebanggaan tersendiri, bukan
di selenggarakan penuh ketawadhu'an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Pernikahan
hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan RasulNya. Bukan di campuri
dengan harapan ridha dari? manusia (sanjungan, tidak enak kata orang). Saya yakin sekali.. bila
Allah ridha pada apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.)
3. Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.
4. Masyarakat menganggap pernikahan akan merepotkan Studi, padahal justru dengan menikah
penglihatan lebih terjaga dari hal-hal yang haram, dan semakin semangat menyelesaikan kuliah.
Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya
Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan
niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan
sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah,
ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari
Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih
dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

3. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI, ISTRI DAN ANAK


Keluarga merupakan instituti terkecil dalam masrakat yg memiliki pungsi strategis dan
fundamental .Adanya masrakat ,bangsa dan negara itu timbul sesungguhnya karena adanya keluarga.
Karena itu dalam ilmu sosial disebut sebagai sendi dasar masyarakat.
Bangunan keluarga terbentuk berdasarkan proses perkawinan (pernikahan)antara seorang laki-
laki dengan perempuan yg mengikat kepada keduanya baik lahir maupun batin (perasaannya)sebagai
suami istri yg syah dengan tujuan membentuk keluarga bahagia sejahtera dan kekal sampai akhir hayat.
Implementasi bahagia sejahtera dalam keluarga adalah ketenangan ,ketentraman dan
kenyamanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga yg dalm bahasa al Qur'an disebut sakinah(taskunu)
sebagaimana firman Allah surat Ar Rum 21.
Artinya:
“Dan diantara tanda -tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untuk mu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikannya diantra mu rasa kasih dan
sayang . sesungguhnya pada yg demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yg berfikir.”
Keluarga yg dalam mengarungi bahtera rumah tangga nya penuh dengan kenyaman ,
ketentraman dan ketenangan yg dibubuhi dengan rasa cinta kasih tentu men jadi harapan setiap orang yg
berkeluarga , untuk itu kita mesti sadari bahwa pernikahan sebagai pintu gerbang keluarga memiliki
konsekwensi logis sebagai suami - istri akan adanya hak kewajiban dalam mengayuh kan bahtera rumah
tangga .

A. Hak -hak istri


Hak mengenai harta, yakni hak untuk mendapatkan mahar (mas kawin) dan nafkah berupa kebutuhan
sandang, pangan, dan papan. Dalam surat An-Nisa
ayat 4 sbb:
Artinya :
"Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yg kamu nikahi) sebagai pemberian dg penuh kerelaan.
Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dg senang hati, maka
makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya".
1. Hak untuk mendapatkan perlakuan yg baik dari suami, karena isteri Bukanlah pembantu,
pelengkap atau pemuas (objek) tetapi sebagai mitra dalam melaksanakan rumah tangga, Firman
Allah surat An- nisa ayat 19.
2. Hak mendapat perlindungan, pendidikan dan bimbingan untuk senantiasa menjalankan perintah
Allah. Firman dalam surat At-Tahrim ayat. 6
B. Hak Suami
Suami mendapatkan hak mutlak utk ditaati oleh istrinya dalam melaksanakan urusan rumah
tangga termasuk didalamnya memelihara dan mendidik anak, selama suami berada dan sejalan dengan
ketentuan-2 Allah yg berhubungan dengan kehidupan suami isteri.

C. Kewajiban Isteri
1. Hormat dan patuh pada suami dalam batas yg sejalan dg norma agama dan susila.
2. Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan mewujudkan kesejahteraan
keluarga.
3. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah.
4. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga.
5. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yg diberikannya
dengan baik, hemat, cermat dan bijaksana.

D. Kewajiban suami
1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir dan batin, serta menjaga dan
bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraannya.
2. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga terutama
sandang, pangan dan papan.
3. Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada isteri sesuai ajaran agama, tidak mempersulit
apalagi membuat isteri menderita lahir-batin yg dapat mendorong istri berbuat salah.
Setelah mengetahui dan memahami hak dan kewajiban suami-isteri diatas, kedua belah pihak
juga harus saling menghormati orang tua dan keluarga. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang, hormat
menghormati, sopan santun, penuh pengertian serta bergaul dengan baik. Ketika menghadapi
persoalanbsuami isteri hendaknya matang dalam berbuat dan berfikir serta tidak bersikap emosional
dalam persoalan yang dihadapi. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi.
Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan masing-2.

E. HAK BERSAMA SUAMI ISTRI


1. Suami istri mempunyai hak seimbang dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat.
2. Masing-masing suami istri dapat melakukan perbuatan hukum.
3. Halalnya hubungan sebagai suami istri.
4. Menjalankan kekuasaan orang tua terhadap anak-anak yang belum berumur 18 tahun atau belum
pernah kawin.
5. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan.
6. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
7. Apabila cukup alasan hukum tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri, suami dapat
mengajukan permohonan talak, sedang istri dapat melakukan gugatan cerai pada Pengadilan.

F. KEWAJIBAN BERSAMA SUAMI ISTRI


1. Menegakkan rumah tangga.
2. Harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
3. Saling mencintai, menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin.
4. Saling memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi.
5. Sabar dan rela atas kekurangan dan kelemahan masing-masing.
6. Selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama.
7. Memelihara dan mendidik anak penuh tanggung jawab.
8. Menghormati orang tua dan keluarga kedua belah pihak.
9. Menjaga hubungan baik bertetangga dan bermasyarakat.

HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
- Pembinaan keluarga sejahtera dalam aspek agama, pendidikan, sosial dan
ekonomi.
SEMESTER / SKS : I / 2 SKS
WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I

OBJEKTIF PERILAKU SISWA :


Setelah mendapat materi Ajaran Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan mahasiswa mampu:

1. Memahami dan menjelaskan pengertian pembinaan keluarga sejahtera dengan benar tanpa
melihat hand out.
2. Menjelaskan tentang aspek-aspek yang termasuk dalam pembinaan keluarga sejahtera dengan
benar.

REFERENSI :
1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Diagnostika masalah, Samakah semua agama membangun manusia pembangunan
3. Membina Keluarga sejahtera, oleh PPN Majlis Tarqih, PT. Persatuan Yogya
URAIAN MATERI

Keluarga merupakan instituti terkecil dalam masrakat yg memiliki pungsi strategis dan
fundamental .Adanya masrakat ,bangsa dan negara itu timbul sesungguhnya karena adanya keluarga.
Karena itu dalam ilmu sosial disebut sebagai sendi dasar masyarakat.
Bangunan keluarga terbentuk berdasarkan proses perkawinan (pernikahan)antara seorang laki-
laki dengan perempuan yg mengikat kepada keduanya baik lahir maupun batin (perasaannya)sebagai
suami istri yg syah dengan tujuan membentuk keluarga bahagia sejahtera dan kekal sampai akhir hayat.
Implementasi bahagia sejahtera dalam keluarga adalah ketenangan ,ketentraman dan
kenyamanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga yg dalm bahasa al Qur'an disebut sakinah(taskunu).
Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya kehidupan keluarga sebagai
wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan
pembangunan. Perlu ditumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama, dan nilai-
nilai luhur budaya bangsa.
Gerakan keluarga berencana nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai
keluarga sejahtera diarahkan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara penurunan
angka kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi
sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan keluarga.

Gerakan keluarga berencana diupayakan agar makin membudaya dan makin mandiri melalui
penyelenggaraan penyuluhan keluarga berencana, disertai dengan peningkatan kualitas dan kemudahan
pelayanan dengan tetap memperhatikan kesehatan peserta keluarga berencana dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama, moral, etik, dan sosial budaya masyarakat, sehingga norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat dengan penuh kesadaran
dan bertanggung jawab.

A. ASPEK AGAMA
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yang merupakan
jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau system yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah
keluarga haruslah memiliki dan berpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga
sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama.
Dalam Islam terdapat konsep keluarga sakinah yakni keluarga yang tenteram di mana suami-istri
dituntut menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmoni antara kebutuhan fisik dan psikis. Yang
dimaksud psikis adalah menjadikan keluarga sebagai basis pendidikan sekaligus penghayatan agama
anggota keluarga. Kesakinahan merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena keluarga sakinah yang
berarti: keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang diawali dengan memilih pasangan yang
baik, kemudian menerapkan nilai-nilai Islam dalam melakukan hak dan kewajiban rumah tangga serta
mendidik anak dalam suasana mawaddah warahmah. Sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Ar-Rum
ayat 21 yang artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu
sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih saying.
Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan”.
(QS. Ar-Ruum:21)

B. ASPEK PENDIDIKAN
Kehidupan kita dimulai di dalam lingkungan keluarga. Kita besar dan dididik di dalam keluarga
kita. Kita tumbuh dari kecil dalam lingkungan keluarga. Orang tua mengajar bagaimana kita harus
bertindak. Orang tua juga yang membesarkan kita dengan pendidikan dan etika. Jika kita melihat seorang
anak kecil sering mengucapkan kata-kata kasar, apakah kita sadar bahwa anak tersebut tumbuh di
lingkungan keluarga, sehingga terkadang kita malah menyalahkan anak tersebut, padahal yang seharusnya
disalahkan adalah pendidikan dalam keluarganya?
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting. Etika yang benar
harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seorang anak menjadi dewasa, ia akan
berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harus baik dan benar sebagai contoh untuk anaknya.
Jikalau semenjak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan
harmonis.
Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan kepada orang atau pihak
lain segala hal untuk menjadikannya mampu berkembang menjadi manusia yang lebih baik, lebih
bermutu, dan dapat berperan lebih baik pula dalam kehidupan lingkungannya dan masyarakatnya.
Keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam pendidikan karakter anak. Apabila
keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi
lain di luar keluarga (sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter
anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga
harus memilki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di
rumah.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat
tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan
sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti
makan, minum, dll) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dll), serta sosialisasi
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan
kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter
anak.

C. ASPEK EKONOMI
Jika kita cermati secara mendalam, selama ini pemerintah mengelompokkan keluarga di
Indonesia ke dalam dua tipe. Pertama, tipe keluarga pra-sejahtera. Yang kita bayangkan ketika mendengar
keluarga tipe ini adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang
anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum
memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah tempat
tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.
Kedua, tipe keluarga sejahtera. Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe ini adalah sebuah
keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Keluarga
sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga, mampu menempuh pendidikan secara
layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan,
rentan terhadap penyakit, mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan
pangan.
Persoalannya adalah bagaimana kita mampu melakukan pembinaan terhadap keluarga agar
berkembang menjadi keluarga kreatif. Ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu:
- Melakukan pembinaan dan pendampingan manajemen ekonomi keluarga.
- Pembinaan kewirausahaan.
- Pemberian bantuan usaha modal usaha.
- Pendidikan kreativitas.

D. ASPEK SOSIAL BUDAYA


Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikap sosialnya.
Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial
untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi
dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu
dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan
menerima, simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.
Melalui proses interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan memperoleh pengetahuan, nilai-
nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat kelak;
dikenal juga dengan sosialisasi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Zanden (1986) bahwa kita terlahir
bukan sebagai manusia, dan baru akan menjadi manusia hanya jika melalui proses interaksi dengan orang
lain. Artinya, sosialisasi merupakan suatu cara untuk membuat seseorang menjadi manusia (human) atau
untuk menjadi mahluk sosial yang sesungguhnya (social human being).
Terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga, yaitu:
1) Status sosial, dimana dalam keluarga distrukturkan oleh tiga struktur utama, yaitu bapak/suami,
ibu/istri dan anak-anak. Sehingga keberadaan status sosial menjadi penting karena dapat
memberikan identitas kepada individu serta memberikan rasa memiliki, karena ia merupakan
bagian dari sistem tersebut.
2) Peran sosial, yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok menurut
status sosialnya.
3) Norma sosial, yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yang menggambarkan
sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosial .
HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
- Sakaratul maut
- Shalat jenazah
- Mengkafani jenazah
SEMESTER / SKS : I / 2 SKS
WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I

OBJEKTIF PERILAKU SISWA :


Setelah mendapat materi Ajaran Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tentang makna sakaratul maut dengan benar.


2. Menjelaskan tentang tata cara memandikan jenazah dengan benar.
3. Menjelaskan tentang tata cara mengkafankan jenazah dengan benar.
4. Menjelaskan tentang tata cara menshalatkan jenazah dengan benar.
5. Menjelaskan tentang tata cara memandikan jenazah dengan benar.

REFERENSI :
1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Diagnostika Masalah, Samakah semua agama membangun manusia pembangunan.
3. Membina Keluarga Sejahtera, oleh PPN Majlis Tarqih, PT. Persatuan Yogya.

URAIAN MATERI

Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan karunia Nya kepada ummat manusia agar supaya
manusia mensyukurinya. Alloh berfirman:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian”. (Q.S Ali Imron :185 ).
Mati adalah sesuatu yang pasti bagi kita, tentunya kita menginginkan agar mayat kita diurus
dengan benar sesuai dengan ajaran Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.

1. MEMANDIKAN JENAZAH.
a. Orang yang berhak memandikan jenazah.
Jika mayit telah mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya, maka orang itulah yang
berhak. Jika mayyit tidak mewasiatkan, maka yang berhak adalah ayahnya atau kakeknya atau
anak laki-lakinya atau cucu-cucunya yang laki-laki (kalau mayatnya laki-laki, kalau
perempuan maka dari jenis putri). Jika tidak ada yang mampu, keluarga mayyit boleh
menunjuk orang yang amanah lagi terpercaya buat mengurusnya.
b. Tempat memandikan mayyit harus tertutup baik dinding maupun atapnya.
c. Dianjurkan agar yang memandikan jenazah memilih 2 orang dari keluarganya.

CARA-CARANYA :
 wajah sang mayit kita tutup
 mengucapkan basmalah
 mengangkat kepalanya hingga mendekati posisi duduk
 memijit perutnya pelan-pelan dengan sarung tangan
 kita tidak boleh menyentuh aurat jenazah yang sudah berumur 17 tahun keatas
 membersihkan gigi-gigi, dan kedua lobang hidungnya, tanpa memasukkan air ke dalam mulut
atau hidung
 membersihkan gigi-gigi, dan kedua lobang hidungnya, tanpa memasukkan air ke dalam mulut atau
hidung
 kita menyiapkan air yang bercampur daun bidara atau bercampur sabun pembersih.
 membersihkan kepala, serta jenggotnya dengan busa air tersebut. membasuh bagian samping
kanan, lalu samping yang kiri, dimulai dari kulit lehernya. Kemudian bahu hingga akhir telapak
kakinya.

2. MENGKAFANI JENAZAH.
a. Ukuran kain kafan yang digunakan.
Ukurlah lebar tubuh jenazah. Jika lebar tubuhnya 30 cm, maka lebar kain kafan yang disediakan
adalah 90 cm. 1 : 3. Jika tinggi tubuhnya 180 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 60 cm.
b.Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapis kain kafan.
c. Jenazah wanita dibalut dengan lima helai kain kafan.
d.memberi parfum pada setiap lembar kain-kain tersebut .
Harum-haruman yang masih tersisa kita letakkan pada setiap lobang yang ada pada wajah dan
anggota-anggota wudhunya. Jika kita mengharumi seluruh tubuhnya, maka itu lebih baik.
e. Untuk kain kafan, kita mengutamakan membelinya terlebih dahulu dari harta pribadinya,

3. MENYOLATKAN JENAZAH.
Dari Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘Anhu bersabda Rosululloh S.A.W : “Barangsiapa yang
menghadiri penyelenggaraan jenazah hingga ikut menyalatkannya, maka ia memperoleh pahala satu
qiroth. Adapun yang menghadirinya sampai jenazah tersebut dikebumikan, maka ia memperoleh pahala
dua qirath. Ditanyakan kepada beliau apakah dua qirath itu. Beliau menjawab Seperti dua gunung besar.
“(H.R. Bukhori Muslim).
Tata cara menyolatkan jenazah.
- Kepala jenazah berada disebelah kanan imam dengan menghadap kiblat.
- Jika jenazah laki-laki imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah
- Jika perempuan imam berdiri sejajar dengan pusar jenazah.
- Kalau jenazah lebih dari satu dan berlainan jenis kelamin, maka posisinya sebagai berikut :
• Barisan pertama dari imam adalah jenazah laki-laki, kemudian anak laki-laki kemudian jenazah
wanita kemudian anak perempuan.
- Sholat jenazah dilakukan dengan empat takbir, dan dianjurkan mengangkat tangan disetiap takbir.

4. MENGUBURKAN JENAZAH.
1) Tata cara menggali kubur
Untuk orang besar adalah panjang 200 cm, kedalaman 130 cm, lebar 75 cm, kedalaman lahat 55
cm, lebar lahat 50 cm, yang menjorok ke dalam dan keluar 25 cm.
2) Tata cara menguburkannya.
 Jenazah dibaringkan diatas tubuhnya sebelah kanan dalam posisi miring, dengan dihadapkan
kearah kiblat.
 letakkan bantalan dari tanah atau potongan batu bata dibawah kepalanya, setelah itu buka tali
pengikatnya dan singkaplah kain kafan yang menutupi wajahnya.
 lahat ditutup dengan batu atau cor-coran atau sejenisnya dan usahakan kalau bisa jangan yang
mudah terbakar seperti kayu atau sejenisnya, lalu diturunkan kembali galian tanah kuburan.
 Boleh diberi sedikit gundukan, tapi tidak boleh lebih dari satu jengkal, lalu berilah tanda dari
batubata pada arah kepala dan kaki, selanjutnya taburkan batu kerikil dan perciki dengan air
supaya tanah menjadi lengket dan padat.
Semua perhiasan harus dilepaskan sebelum mayat akan dikuburkan. Jika mayat yg akan
dikuburkan memiliki gigi emas lebih baik juga dilepas kalau mudah dilepasnya, Tetapi jika dikawatirkan,
seandainya gigi itu dicabut maka mulutnya terus terbuka, atau membuat pemandangannya semakin
menakutkan, maka yang paling baik adalah menghindari pencabutan.
Apakah seorang pembunuh atau orang yg bunuh diri harus dimandikan dan dishalatkan? Seorang
pembunuh atau orang yg bunuh diri harus dimandikan , dishalatkan dan dikuburkan selama ia mati dalam
keadaan muslim. Orang yg memandikan jenazah , maka hendaklah ia mandi. Orang yg menggotong
jenazah hendaklah ia wudhu.
Mengagungkan kuburan dengan mendirikan bangunan pada kuburan tersebut merupakan cikal
bakal terjadinya kesyirikan atau perbuatan syirik di alam semesta. Menghina kuburan, dengan berjalan
diatasnya, menginjaknya dengan sandal, duduk di atasnya, menjadikannya tempat sampah dan tempat
buang air adalah haram hukumnya.

Pandangan dari Agama lain di Indonesia


KRISTEN KATHOLIK
Kremasi jelas semakin kian populer; sesungguhnya kremasi merupakan sesuatu yang baru dalam
tradisi Kristen Katolik. Gereja Perdana mempertahankan praktek Yahudi menguburkan jenazah dan
menolak praktek kremasi yang umum di kalangan bangsa kafir Romawi.
Dasar dari ketentuan ini adalah bahwa …”Tuhan menciptakan setiap orang seturut gambar dan
citra-Nya, dan oleh sebab itu tubuh adalah baik dan sepatutnya dikembalikan ke tanah setelah kematian
“(Kej 3:19).
Pada abad 19, kremasi mulai muncul kembali di Eropa terutama sekali karena gerakan
Freemasonry dan filsafat kaum rasionalis yang menyangkal gagasan apapun mengenai adikodrati atau
rohani, teristimewa kekekalan jiwa, kehidupan sesudah mati dan kebangkitan badan. Pertimbangan akan
higienis dan terbatasnya lahan juga mendorong munculnya kembali kremasi

HINDU
Mati adalah suatu keharusan dari hidup manusia yang kemudian masing-masing bangsa, masing-
masing agama, masing-masing suku mempunyai cara-cara tersendiri untuk memberikan penghormatan
terakhirnya sebagai manusia yang memiliki peradaban budaya.
Khususnya di Bali dengan umat yang memeluk Agama Hindu yang menganut kepercayaan
adanya roh masih hidup setelah badan kasar tak bergerak dan terbentang kaku, mempunyai upacara yang
khas dalam penyelenggaraan jazad seseorang yang berpulang yang disebut Pitra Yajna dimana rangkaian
dari upacara ini biasa dikenal dengan Istilah Ngaben / Palebon / Pralina dll, dan disesuaikan dengan
tingkat dan kedudukan seseorang yang bernilai “Desa-Kala-Patra-Nista-Madya-Utama”.
Tujuan upacara ngaben adalah agar ragha sarira (badan / Tubuh) cepat dapat kembali kepada
asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma dapat selamat dapat pergi kealam pitra. Ngaben
tidak bias ditunda-tunda, mestinya begitu meninggal segera harus diaben.
Jika terlalu lama orang yang meninggal tersebut, dikubur dalam tanah, hingga mencapai waktu
satu tahun, tiga, empat atau lebih, maka dosa manusia yang meninggal noda dan cemernya bersatu dengan
bumi. Semua noda bumi menempel padanya.
Bagi seorang Wiku atau Brahmana dan juga para Pandita, tidak dibenarkan untuk mengupacarai
atau memberikan doa pujaan kepada manuisa yang meninggal tersebut. Jika ingin mengupacarainya, agar
rohnya mendapatkan sebuah peningkatan, maka perlu membuat replica badan kasar(Angga Sariranya).
Replica badan wadag tersebut dibuat dari kayu-kayuan, berdasarkan warna dari orang yang meninggal
tersebut.
Jika ia adalah seorang Brahmana, Ksatriya, Wesya, maka ia dapat menggunakan cendana sebagai
replica. upacaranya harus dilakukan di setra atau kuburan desa setempat. Tulangnya yang telah dikubur
lama, saat dibongkar dengan upacara penyucian, dan ditempatkan pada satu tempat dengan air kelapa
bulan (Nyuh Bulan ). Lalu berikan upacara pemanggil roh.
Jika orang yang meninggal tersebut dari sudra, maka kayu yang digunakan untuk replica badan
kasarnya adalah terbuat dari kayu majagau. Jika tidak demikian, maka akan berakibat fatal. Jika terdapat
manusia yang meninggal dunia dan dikubur, atau mati kotor, dan hendak dibuatkan upacaranya, maka
tulang-belulangnya harus juga diupacarai dengan upacara pembersihan Sawa. Namun ditak boleh
diolalaikan hal ini, dan tidak boleh dilaksanakan dengan waktu bersamaan. Jika dilanggar, maka akan
memasuki alam Jenggama (Binatang).
Ada larangan hari –hari untuk melaksanakan upacara ngaben. Orang yg meninggal karena bunuh
diri tidak layak untuk langsung diupacarai oleh seorang brahmana. Bahkan dosa orang yang menempel
itu akan ikut melekat pada orang yang berani mengupacarainya.

HAND OUT

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA


TOPIK / SUB TOPIK : AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

 Ibu nifas (Persetubuhan, Kebersihan Mandi dan Ibadah

 Makanan dan Minuman termasuk ASI

SEMESTER / SKS : I / 2 SKS


WAKTU : 2 X 60 MENIT
DOSEN : PRETY KOESMINARSIH, M.Pd.I

OBJEKTIF PERILAKU SISWA :


Setelah mendapat materi Prinsip Kaidah Agama mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tentang nifas dengan benar tanpa melihat hand out.


2. Menjelaskan tentang hokum nifas dengan benar.
3. Menjelaskan tentang persetubuhan, mandi dan ibadah dalam agama dengan benar.
4. Menjelaskan tentang makanan dan minuman yang terbaik bagi bayi termasuk ASI dengan benar.

REFERENSI :
1. Dasar-dasar agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, oleh tim PT.
Bulan Bintang.
2. Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: Rosda, 2007.
3. Fiqih Sunah, oleh Sayyid Sabin, PT. Almorf, Bandung.
URAIAN MATERI

"Masa Nifas dimana biasanya akan dirasakan pada wanita yang setelah usai melakukan
persalinan, biasa nya hal ini akan dirasakan selama 40 hari setelah usah melahirkan pada ibu hamil."
Wanita kerap kali bahagia setelah usai menjalani persalinan dan sebenarnya masih ada fase
dimana akan ada jeda waktu dimana akan ada proses pembersihan rahim hal ini sama seperti setiap
wanita menjalani masa menstruasi. Mungkin bagi beberapa wanita sering kali mendengar kata "Masa
Nifas" tetapi tidak mengerti apa maksud dan mengapa gejala tersebut terjadi setelah melahirkan. Sering
kali wanita merasa was-was dalam menjalani masa nifas ini, yang sesungguhnya memang sebuah gejala
alami yang biasa terjadi pada wanita setelah selesai melahirkan.
Proses gejala masa nifas setelah usai melakukan proses persalinan ini kan berlangsung selama 6
minggu atau berkisar 40 hari, dimana dalam hal ini ditunjukan beberapa gejala dengan mengeluarkan
darah segar dari mulut rahim tak jarang bahkan ada yang mengeluarkan darah yang berlendir dimana sel-
sel darah tersebut merupakan sisa dari plasenta, dinding rahim dan kotoran bayi selama ada didalam
kandungan. Dalam hal ini bagi anda para ibu, tidak usah telalu khawatir dengan gejala tersebut, karna
gejala tersebut adalah gejala normal yang akan anda jalani.
Tidak sedikit para ibu yang kerap kali mengalami beberapa dampak dari Masa Nifas tersebut,
yang biasanya akan berdampak seperti dibawah ini:
1. Anemia, hal ini biasanya terjadi dikarenakan pendarahan yang hebat sehingga sang ibu
mengalami kekurangan darah.
2. Depresi Masa Nifas, Gejala ini timbul seperti hal nya wanita mengalami proses menstruasi,
dimana perubahan hormon mempengaruhi prilaku sang ibu. Biasanya hal ini terjadi pada kurun
waktu 1 minggu setelah melahirkan yang biasanya sang ibu akan merasakan resah, gelisah,
pusing.
3. Infeksi Masa Nifas, Infeksi ini biasanya terjadi dimana sang Ibu melakukan hubungan seks atau
bersetubuh dengan pasangannya, yang sesungguh nya tidak boleh dilakukan dalam Masa Nifas
ini.
Proses Masa Nifas pada Ibu Hamil tidak berhenti atau melebihi dari kurun waktu 6 minggu atau
sekitar 40 hari ada baiknya segera datang untuk diperiksa oleh dokter yang paham dalam hal tersebut.
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah masa nifas itu ada batas minimal dan maksimalnya.
Andaikata ada seorang wanita mendapati darah lebih dari 40,60 atau 70 hari dan berhenti, maka itu adalah
nifas. Namun jika berlanjut terus maka itu darah kotor, dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40
hari, karena hal itu merupakan batas umum sebagaimana dinyatakan oleh banyak hadits.
Atas dasar ini, jika darah nifasnya melebihi 40 hari, padahal menurut kebiasaannya sudah
berhenti setelah masa itu atau tampak tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat, hendaklah si wanita
menunggu sampai berhenti. Jika tidak, maka ia mandi ketika sempurna 40 hari karena selama itulah masa
nifas pada umumnya. Kecuali, kalau bertepatan dengan masa haidnya maka tetap menunggu sampai habis
masa haidnya. Jika berhenti setelah masa (40 hari) itu, maka hendaklah hal tersebut dijadikan sebagai
patokan kebiasaannya untuk dia pergunakan pada masa mendatang.
Namun jika darahnya terus menerus keluar berarti ia mustahadhah. Dalam hal ini,hendaklah ia
kembali kepada hukum-hukum wanita mustahadhah yang telah dijelaskan pada pasal sebelumnya.
Adapun jika si wanita telah suci dengan berhentinya darah berarti ia dalam keadaan suci, meskipun
sebelum 40 hari. Untuk itu hendaklah ia mandi, shalat, berpuasa dan boleh digauli oleh
suaminya.Terkecuali, jika berhentinya darah itu kurang dari satu hari maka hal itu tidak dihukumi suci.
Demikian disebutkan dalam kitab Al-Mughni.
Nifas tidak dapat ditetapkan, kecuali jika si wanita melahirkan bayi yang sudah berbentuk
manusia. Seandainya ia mengalami keguguran dan janinnya belum jelas berbentuk manusia maka darah
yang keluar itu bukanlah darah nifas, tetapi dihukumi sebagai darah penyakit. Karena itu yang berlaku
baginya adalah hukum wanita mustahadhah.

Hukum-Hukum Nifas
Hukum-hukum nifas pada prinsipnya sama dengan hukum-hukum haid, kecuali dalam beberapa
hal berikut ini:
1. Iddah. dihitung dengan terjadinya talak, bukan dengan nifas. Sebab, jika talak jatuh sebelum isteri
melahirkan iddahnya akan habis karena melahirkan bukan karena nifas. Sedangkan jika talak
jatuh setelah melahirkan, maka ia menunggu sampai haid lagi, sebagaimana telah dijelaskan.
2. Masa ila'. Masa haid termasuk hitungan masa ila', sedangkan masa nifas tidak. Ila' yaitu jika
seorang suami bersumpah tidak akan menggauli isterinya selama-lamanya, atau selama lebih dari
empat bulan. Apabila dia bersumpah demikian dan si isteri menuntut suami menggaulinya, maka
suami diberi masa empat bulan dari saat bersumpah. Setelah sempurna masa tersebut, suami
diharuskan menggauli isterinya, atau menceraikan atas permintaan isteri.
3. Baligh. Masa baligh terjadi denganhaid, bukan dengan nifas. Karena seorang wanita tidak
mungkin bisa hamil sebelum haid, maka masabaligh seorang wanita terjadi dengan datangnya
haid yang mendahului kehamilan.
4. Darah haid jika berhenti lain kembali keluar tetapi masih dalam waktu biasanya, maka darah itu
diyakini darah haid.
5. Dalam haid,jika si wanita suci sebelum masa kebiasaannya, maka suami boleh dan tidak terlarang
menggaulinya. Adapun dalam nifas, jika ia suci sebelum empat puluh hari maka suami tidak
boleh menggaulinya, menurut yang masyhur dalam madzhab Hanbali.
Adapun darah nifas, jika berhenti sebelum empat puluh hari kemudian keluar lagi pada hari
keempat puluh , maka darah yang kembali keluar pada masa yang dimungkinkan masih sebagai nifas
maka termasuk nifas. Jika tidak, maka darah haid. Kecuali jika darah itu keluar terus menerus maka
merupakan istihadhah.
Allah tidak pernah mewajibkan seseorang berpuasa ataupun thawaf dua kali, kecuali jika ada
kesalahan dalam tindakan pertama yang tidak dapat diatasi kecuali dengan mengqadha'. Adapun jika
seseorang dapat mengerjakan kewajiban sesuai dengan kemampuannya maka ia telah terbebas dari
tanggungannya. Sebagaimana firman Allah: "Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupan.. " [Al-Baqarah: 286]
PERSETUBUHAN
(Persetubuhan Suami Isteri Cara Islam)
Bila dua insan lelaki dan wanita bersentuhan, maka secara spontan, mengikut fitrah alam
semulajadi, makan keghairahan segera akan timbul.Bila kemuncak keghairahan, dimana zakar telah
tegang sepenuhnya dan si wanita telah bersedia dengan keghairahannya dan setelah dipersetujui makan
zakar dimasukkan ke dalam faraj secara pelahan-lahan dan cermat agar tidak menimbulkan kesakitan
pada wanita. Sekiranya faraj wanita kekeringan, maka gunakan sedikit air liur, disapu pada kepala zakar
dan dimasukkan pelahan-lahan dan sopan. Jika persetubuhan memuncak, dinding-dinding otot-otot faraj
dan rahim wanita akan berkembang dan mengucup sewaktu zakar berada didalam faraj. Sebaik mungkin
sewaktu melakukan hubungan seksual, pihak suami harus menarik dan menusuk zakar berulang-ulang
kali sehingga si isteri merasa puas dalam persetubuhan . Pastikan juga geseran zakar anda sewaktu tarik
masuk zakar itu harus terkena pada klitoris . Ini akan memberi keghairahan yang memuncak dipihak
wanita.Jika anda tidak gopoh dan tidak gelujoh dalam persetubuhan, anda berdua akan merasakan suatu
nikmat persetubuhan yang tidak terhingga yang dianugerahkan oleh Allah swt kepada ummatnya.
Ingat ! Persetubuhan yang gopoh-gapah, gelojoh pasti akan kecewa kerana air mani akan cepat
terpancut - pramasa. Ia akan mengecewakan anda dan juga pasangan anda. Tidak mustahil keretakan
rumah-tangga juga disebabkan oleh tidak puasnya seks pasangan.

KEBERSIHAN MANDI
Mandi adalah mencuci tubuh dengan air dengan cara menyiramkan air ke badan atau merendam
badan di dalam sungai, danau, telaga, laut, kolam, atau bak mandi.
Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit yang sudah mati. Mandi
bermanfaat untuk memelihara kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan agar
tetap rapi. Setelah mandi, manusia biasanya merasa segar, bersih, dan santai.
Ada sebuah ucapan Rasulullah SAW yang sangat populer," Annazhofatu minal iimaan
(Kebersihan merupakan bagian dari iman). Statement ini menunjukan betapa Islam sangat memperhatikan
kebersihan dan tidak menyukai hal-hal yang kotor, baik kebersihan tubuh, kebersihan pakaian, maupun
kebersihan lingkungan (sanitasi). Bahkan, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjaga
kebersihan hati.
Jika membersihkan badan dapat dilakukan dengan cara taharah (mandi, wudlu, dan tayamum),
maka membersihkan hati dapat dilakukan dengan cara tazkiyah (zikir, sholat, berdoa, shaum dan tafakur).
Sedangkan membersihkan jiwa dengan cara zakat, infak dan sedekah.
Kebersihan mandi menjadi salah satu syarat bagi seorang muslim dalam menjalankan ibadah,
baik ibadah mahdhoh (seperti sholat) maupun ibadah ghoiru mahdhoh (mencari nafkah, bersilaturahmi,
mencari ilmu, dll).
Jika seseorang sudah membiasakan hidup bersih, maka dapat dipastikan orang tersebut memiliki
pola hidup yang sehat . Ia dan keluarganya tidak akan pernah menyantap makanan yang tidak higienis,
tidak akan menyuap dengan tangan kiri, tidak akan makan sebelum mencuci tangan, seperti yang
dianjurkan Rasulullah.
Semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup bersih . agama mengajarkan umatnya untuk
berolahraga . Islam mengajarkan umatnya untuk membagi waktu bekerja dan istirahat (Al-Quran
menyebutkan, Allah menjadikan siang untuk bekerja dan malam untuk beristirahat). Hidup bersih,
berolahraga, dan beristirahat yang cukup merupakan sebuah rangkaian aktivitas untuk membangun tubuh
yang sehat .
Dengan tubuh yang sehat, orang bisa memaksimalkan segenap kemampuan (ability) dan
kecakapan (skill)-nya yang ada pada dirinya . Seorang ahli pikir (ilmuwan) akan berpikir cepat manakala
tubuhnya sehat wal afiat, namun sebaliknya tetkala sedang sakit, apalagi stadium penderitaannya cukup
tinggi, daya pikirnya akan terganggu, bahkan bukan hal yang mustahil akan hilang sama sekali.
Oleh karena itu , kesehatan memiliki arti yang sangat penting dalam bermuamalah. Kesehatan
pun memegang peranan yang tidak kecil dalam aktivitas ubudiyah . Orang yang sakit tidak akan dapat
melaksanakan ibadah shaum meskipun dapat dibayar di akhir atau diganti dengan cara memberi makan
kepada pakir miskin (yang sholeh).
Menjaga kesehatan itu wajib dan berpahala. Bahkan siapapun yang membantu seseorang untuk
kembali sehat, mengupayakan lingkungan yang sehat, mengobati dan melayani orang sakit hukumnya
wajib.
Rasulullah saw bersabda, "At-Thuhûr syathru 'l-îmân." (kesucian adalah setengah dari iman).
Tidakkah kita memperhatikan betapa tinggi makna ungkapan Rasulullah di atas ? Iman adalah segala-
galanya bagi orang muslim, dan setengah dari iman itu adalah kesucian. Hal ini menunjukkan betapa
istimewanya kedudukan thaharah dalam Islam . Dan jelas bahwa kesucian yang dimaksud bukan hanya
kesucian jasmani tetapi juga kesucian rohani .
Apa hikmah mengapa Rasulullah mengatakan thaharah adalah setengah dari iman? Menurut ijmâ'
ulama salaf, iman adalah ikrar hati, ungkapan lisan dan amalan anggota badan . Artinya bahwa iman
mencakup amalan hati dan amalan badan . Sedangkan amalan ini ada dua macam yaitu mengerjakan
perintah dan meninggalkan larangan . Dengan demikian, ketika seseorang berupaya membersihkan hati
dengan meninggalkan maksiat-maksiat hati, meninggalkan perbuatan maksiat dan menghindari najis
'ainy, maka ia telah melakukan setengah keimanan . Karena setengah lainnya adalah melaksanakan ibadah
hati dan melakukan amal shalih dan melakukan thaharah badan .
Perbuatan yang mengharuskan kita mandi, adalah :
1. Bersetubuh, baik mengeluarkan mani atau tidak.
2. Keluar air mani baik disengaja atau tidak.
3. Meninggal dunia harus dimandikan, kecuali mati syahid
4. Sehabis masa haid / Menstruasi bagi wanita
5. . Nifas, yaitu mengeluarkan darah setelah melahirkan.
Allah mewajibkan kita wudhu paling sedikit lima kali sehari. Hal ini karena wajah, tangan,
kepala, dan kaki adalah organ-organ tubuh yang bersentuhan langsung dengan alam luar, bersentuhan
dengan kotoran, debu, sinar matahari, terpaan angin yang membawa kuman sehingga wajar saja jika
diperintah untuk selalu membasuhnya sehingga selalu bersih dan segar. Tidak kalah pentingnya adalah,
bahwa dosa-dosa kita akan mengalir keluar dari akhir tetesan air wudhu kita. Jadi ibadah wudhu bukan
sekedar membersihkan anggota badan tetapi juga membersihkan diri dari dosa-dosa kecil .
Dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari tentang mandi wajib:
a. dalam seminggu Rasulullah saw mewajibkan mandi minimal sekali bagi umat Islam, yaitu ketika
hendak melaksanakan ibadah shalat jumat.
b. mewajibkan bagi setiap muslim untuk mandi wajib setiap selesai melakukan hubungan suami
isteri.
c. ketika badan kita terkena najis
Mandi wajib adalah keharusan mandi sebagai suatu cara untuk bersuci bagi seseorang yang
menanggung hadas besar atau sedang junub. Firman Allah SWT. "Apabila kamu junub, maka mandilah /
bersuci" (Q.S. Al-Maidah : 6)
Rasulullah saw menyabdakan bahwa ada lima hal yang merupakan fitrah manusia yaitu:
memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, selalu menjaga
kebersihan gigi dan memanjangkan jenggot.
Rasulullah saw melarang umatnya membuang kotoran di sembarang tempat, sepeti di jalanan
umum, tempat tiupan angin dan tempat-tempat berteduh. Beliau juga melarang mengencingi air yang
diam bahkan air yang mengalir.

IBADAH
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab. Arti kata ini adalah:
1. perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama.
2. segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.
3. upacara yang berhubungan dengan agama.

PANDANGAN AGAMA DI INDONESIA TENTANG IBADAH

Ibadah menurut Al Quran


Pengertian ibadah dapat ditemukan melalui pemahaman bahwa :
1. Kesadaran beragama pada manusia membawa konsekwensi manusia itu melakukan
penghambhaan kepada tuhannya. Dalam ajaran Islam manusia itu diciptakan untuk menghamba
kepada Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat QS. 51:56).
2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang berada pada
shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin QS 36:61)
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia berada
pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf QS. 43:43).
Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah
manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi pengertian
ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau Rukun
Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan
pegangannya dalam persoalan itu.

Menurut Al-kitab (Kristen)


Ibadah adalah menjalani kehidupan ini didalam kekudusan. Ibadah adalah persembahan umat
kepada Allah melalui perendahan diri dan dengan sikap takut dan hormat.
Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”.
Hukum Allah itu tidak berubah sejak jaman purbakala, sehingga apa yang menjadi hukum dalam
perjanjian lama itu sama dengan hukum dalam perjanjian baru. Perbedaan adalah pada dalam sifat hukum
tersebut , dimana tidak lagi bersifat hurufiah yang mematikan tetapi bersifat roh yang menghidupkan.
Sehingga saat dikatakan ibadah Yesus adalah Hukum Kasih , maka perlu anda ketahui bahwa
segenap isi hukum Taurat itu adalah hukum Kasih, dan ibadah orang Yahudi itu berdasarkan hukum
Taurat. Perbedaan dengan orang Yahudi adalah Yesus mengajarkan ibadah secara Rohani dan dalam
bimbingan Roh Kudus .

Anda mungkin juga menyukai