GURUNYA MANUSIA
Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniannya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “GURUNYA MANUSIA” yang
merupakan salah satu penugasan mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, hal ini karena keterbatasan kemampuan kami kurangnya ilmu yang kami miliki.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Sehingga pengetahuan kami dalam penulisan
makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi kami di
kemudian hari.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu para mahasiswa dalam menjalankan
kegiatan belajar dan mengajar di perkuliahan. Khususnya di mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
C. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
D. Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
A. Definisi Guru................................................................................................................6
D. Tipe-Tipe Guru.............................................................................................................9
E. Kompetensi Guru........................................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................................................21
Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga tenaga profesional,
sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat
dikatakan bahwa pada setiap pribadi guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para
peserta didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini, guru
tidak semata-mata sebagai "pengajar" yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai
pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus pembimbing yang memberikan
pengarahan dan menuntun peserta didik dalam belajar.
Munif chatib hadir menjadi pakar multiple intelegences dan gurunya manusia selalu
berbagi ilmunya dalam pelatihan ataupun seminarnya. Gurunya manusia selalu memahami
kemampuan siswa itu dalam arti luas. Benjamin S. Bloom membagi tiga kemampuan seseorang :
1) kemampuan kognitif, yang menghasilkan keterampilan berpikir; 2) kemampuan psikomotorik
yang menghasilkan kemampuan berkarya; 3) kemampuan efektif, yang menghasilkan
kemampuan bersikap. Kita sebagai guru, terkadang seringkali terjebak mengukur kemampuan
anak kita hanya dalam satu ranah, yaitu ranah kemampuan kognitif. Kenyataannya di lapangan
bahwa kemampuan kognitif anak disekolah tereduksi menjadi kemampuan anak saat
mengerjakan soal atau tes. Di samping itu kita memang harus jujur bahwa kemampuan kognitif
yang dapat didokumentasikan menjadi rapor sehingga guru dan orang tua selalu tersebut
memberikan label kepada anaknya, pandai atau tidak hanya dengan menggunakan lembaran
rapat kognitif.
Kemampuan efektif tidak pernah terekam menjadi sebuah kompetensi. Apabila seorang
peserta didik berperilaku baik, menghargai guru dalam mengajar, rajin mengikuti pelajaran,
tetapi nilai ujiannya mendapat nilai merah yakni angka 5, pasti kita secara sengaja atau tidak
mengatakan bahwa investasi tersebut tidak pandai. Hilang sudah kemampuan efektif yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut. Gurunya manusia seharusnya mampu memandang
kompetensi para peserta didik lebih, yakni berdasarkan tiga kemampuan diantaranya yaitu :
kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik dan kemampuan efektif.
4
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Guru
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang
tua. Orang tua tak kalah menyerahkan anaknya ke sekolah berarti sekaligus melimpahkan
sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itu pun menunjukkan pula
bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru, karena tidak
sembarang orang dapat menjadi guru di sekolah adalah pendidik kedua setelah orang tua di
rumah, yaitu masalah kekurangan waktu dan juga masalah gempuran kebudayaan global.
Tanggung jawab guru di sekolah pun sekarang lebih besar daripada zaman dahulu, karena guru
di sekolah harus mengambil alih sebagian tugas mendidik yang seharusnya dilakukan oleh orang
tua di rumah.1
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia bahwa pengertian guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.2 Guru atau pendidik adalah orang
yang mempunyai peranan penting dalam sebuah pendidikan. Agar proses pendidikan berjalan
dengan efektif dan efisien. Maka guru atau pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi.
Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang pendidik itu berkualitas atau
tidak. Kompetensi pendidik menjadi gambaran tentang apa yang sekiranya dapat dilakukan
seorang pendidik dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun
hasil yang dapat ditunjukkan.3
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan
harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat
dikatakan bahwa pada setiap pribadi guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para
siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini, guru tidak
semata-mata sebagai "pengajar" yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai
pendidik yang melakukan transfer of Velues dan sekaligus pembimbing yang memberikan
pengarahan dan menuntut siswa dalam belajar.4
6
Pada zaman dulu, jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon
dihormati seperti para priyayi. Secara ekonomis, penghasilan guru waktu itu memadai bahkan
lebih, secara psikologis, harga diri (self esteeem) dan wibawa mereka juga tinggi, sehingga para
orangtua pun berterima kasih jika anak-anaknya "dihajar"guru kalau berbuat kurang ajar dan
mengganggu. Singkat cerita, posisi guru dimata berbagai kalangan masyarakat pada masa lalu
sangat tinggi dan terhormat. Namun, kini keadaan para guru telah berubah drastis. Profesi guru
adalah profesi yang "kering" , dalam arti kerja keras para guru pembangun sumber daya manusia
(SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat
dan derajat mereka di mana masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga negara second-class
(kelas dua). Kemerosotan ini terkesan hanya karena mereka berpenghasilan jauh di bawah rata-
rata kalangan profesional lainnya.
Sementara itu, wibawa para guru dimata murid murid pun kian jatuh. Murid-murid masa
ini khususnya yang menduduki sekolah menengah di kota-kota pada umumnya hanya cenderung
menghormati guru karena ada udang dibalik batu. Sebagian siswa-siswa di kota menghormati
guru mereka karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat tinggi
dan pekerja keras. Sebagian lainnya lagi menghormati guru akan mendapatkan dispensasi "maaf
dan maklum" apabila mereka telah menyerahkan tugas.
Ada sebagian guru yang terbukti memang berpenampilan tidak mendidik. Ada yang
memberi hukuman badan diluar batas normal kependidikan, dan ada juga guru pria yang
melakukan pelecehan seksual terhadap murid-murid perempuannya. Selain itu, ada dua buah
hasil penelitian resmi yang juga menunjukkan kekurangan mampuan guru, khususnya guru
sekolah dasar. Hasil penelitian badan Litbang Depdikbud RI menyimpulkan, bahwa kemampuan
membaca para siswa kelas Vl SD di Indonesia masih rendah. Simpulan ini ditarik dari data
penelitian yang cukup mengejutkan, yakni bahwa 76, 90% siswa kelas Vl SD tidak dapat
menggunakan kamus. Di antara yang mampu menggunakan kamus pun ternyata hanya 5% yang
dapat mencari kata dalam kamus bahasa Indonesia secara sistematis dan benar. Menteri
koordinator kersa yang menyoroti hasil penelitian tahun 1993 itu menyebutkan, bahwa kegagalan
tersebut disebabkan pengajaran para guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa
penguasaan makna. Celakanya, kemerosotan prestis profesional sering diikuti dengan
kemerosotan prestise sosial dan prestise material. Tanda-tandanya seperti yang penyusun
kemukakan tadi, yakni bahwa para guru kini kurang dihargai masyarakat disamping materi
kehidupan materi mereka yang serba pas-pasan.
Akibatnya, tak mengherankan apabila di antara guru ada yang mengalami kelainan psikis
ke guruan yang dikenal sebagai teacher burnout berupa stres dan frustasi yang ditandai dengan
sering murung dan gampang marah. Boleh jadi, karena teacher burnout (pemadaman guru) inilah
maka sebagian oknum guru kita yang kurang iman, berbuat di luar batas norma edukatif dan
norma susila seperti yang terungkap di atas.
7
Guru merupakan sumber motivasi bagi semua siswa di kelas Perilaku guru di kelas
memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan mental siswa. Kasih sayang, simpati, ramah,
dan kerja sama yang menjadi karakter sebagai guru ideal. Selain itu, guru yang terlalu tegas dan
ketat dengan siswa, mereka cenderung membatasi dengan melarikan diri ke buku tanpa harus
memahami apa yang ada dalam realitas hidup di masyarakat.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa arab di sebut mu'allim dan
dalam bahasa inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, artinya guru ialah seorang
yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Guru yang dimaksud dalam pembahasan ini ialah pendidik profesional yang wajib
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan (UU Sisdiknas 2003 Bab XI Pasal 40
ayat 2b). Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan guru itu tidak hanya berorientasi pada
kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa
dan karsa. Sebab, dalam prspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses
perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah
seluruh dimensi perilakunya.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap
usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum,
pengadaanalat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha
pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa signifikan (berarti penting)
posisi guru dalam dunia pendidikan. Hal lain yang perlu juga mendapat sorotan adalah isi pasal
15 (2) PP tersebut, yang memberi peluang kepada para sarjana fakultas nonkeguruan untuk
menjadi guru dengan syarat memiliki akta mengajar. Akta ini dikeluarkan oleh LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan program akta pada fakultas tarbiyah untuk menjadi guru
8
agama. Idealnya, seseorang yang memiliki bakat untuk menjadi guru terlebih dahulu menempuh
pendidikan formal keguruan selama kurun waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan institusi
kependidikan yang akan menjadi tempat kerjanya. Selain itu, ragam mata kuliah yang harus
dipelajari di fakultas-fakultas keguruan. Sehubungan dengan hal itu, ragam mata kuliah yang
tidak ada kaitannya dengan bidang-bidang studi keahlian dan teori-teori kependidikan.
Di indonesia upaya pengadaan guru justru seolah-olah tidak harus dihubungkan dengan
preservice education yang intensif, meskipun menyediakan ada fakultas-fakultas keguruan untuk
macam-macam bidang studi dan fakultas tarbiyah yang siap memasok guru agama dan bahasa
arab bahkan guru bahasa inggris, matematika, dan sebagainya.
Jika guru diibaratkan koki. Maka seorang koki harus memahami dasar-dasar tentang
segala jenis bahan makanan dan peralatan masak, sebelum mampu membuat suatu masakan atau
sajian yang benar benar berkualitas guru juga harus memahami benar materi yang hendak
diajarkannya dan tahu bagaimana mengolahnya menjadi suatu kegiatan belajar mengajar yang
mampu mengembangkan kompetensi siswa-siswanya. Dibutuhkan guru-guru profesional untuk
dapat mengembangkan kurikulum apapun dan bukan sekedar guru berkualitas "standar". Guru
profesional bukan hanya harus benar-benar menguasai materi yang harus disampaikannya
kepada siswa dan kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional secara filosofis maupun praktis,
Guru juga harus mem ami hal-hal yang mendasar seperti prinsip belajar otak kiri dan kanan,
pendekatan quantum teaching and learning, pemahaman tentang multiple intelligences dan
penerapannya di kelas, taksonomibloom dan aplikasinya pada proses belajar mengajar, serta
mengakses dan memanfaatkan internet sebagai wahana belajar.
D. Tipe-tipe Guru
Adapun tipe-tipe guru Menurut Munif Chatib terdapat 3 tipe, yaitu: 1) Gurunya Manusia;
2) Guru Robot; 3) Guru Matrealistis.
1. Gurunya Manusia. Gurunya manusia adalah guru yang mempunyai keikhlasan dalam
mengajar dan belajar. Guru yang punya keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah
membuat para siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas,
akan berintropeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi ajar. Guru yang berusaha
meluangkan waktu untuk belajar sebab mereka sadar, profesi guru tidak boleh berhenti untuk
9
belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan
pengembangan kompetensi. Dihadapan Gurunya manusia, setiap anak adalah juara. Setiap
gurunya manusia wajib mempunya pandangan atau pola pikir yang menganggap setiap anak
adalah juara atau setiap anak punya potensi kebaikan, apapun kondisi yang dialami anak.
2. Guru Robot. Guru Robot memiliki pengertian bahwa guru robot ini bekerja persis seperti
robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar, lalu pulang. Mereka hanya peduli pada beban
materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak punya kepedulian terhadap
kesulitan siswa dalam menerima materi, apalagi kepedulian terhadap masalah sesama guru
dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan
perintah sesuai program yang sudah disusun. Tipe guru robot ini seringkali menggunakan
ungkapan seperti ini: "Wah, itu bukan masalahku, tapi masalah kamu, jadi selesaikan
sendiri!" atau bisa juga dengan ungkapan ini: “"Maaf, saya tidak dapat membantu sebab ini
bukan tugas saya".
3. Guru Matrealistis. Guru Materialistis adalah tipe guru yang selalu melakukan perhitungan,
mirip dengan aktivitas bisnis jualbeli. Parahnya, yang dijadikan patokan adalah hak yang
mereka terima, barulah kewajiban mereka akan dilaksanakan sesuai hak yang mereka terima.
Pada awalnya, guru ini merasa professional, tetapi akhirnya akan terjebak dalam
kesombongan dalam bekerja sehingga tidak tampak manfaatnya dalam bekerja. Ungkapan
yang sering didengar dari tipe ini, antara lain: "Cuma digaji sekian saja, kok mengharapkan
saya total dalam mengajar, jangan harap ya!" atau juga dengan ungkapan ini; "Percuma mau
kreatif, penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport".
Selanjutnya, terdapat lima bingkisan kado yang harus dibuka oleh gurunya manusia yaitu:
1) bintang; 2) samudra; 3) harta karun; 4) penyelam; dan 5) bakat.
1. Bintang,Memandang setiap siswa yang dilahirkan adalah Juara. Munif Chatib menjelaskan
bahwa setiap anak adalah bintang. Bintang yang sinarnya mampu menerangi dunia.
Bagaimanapun kondisi anak, mereka adalah bintang dan juara. Adapun kuncinya adalah sebagai
seorang guru sebelum memasuki kelas, maka seorang guru tersebut harus menyalakan tombol
"on" dalam benak guru, yang menganggap bahwa setiap siswa adalah bintang, maka siswa akan
menjadi bintang.
10
2.Samudra,Siswa memiliki kemampuan seluas samudra: kemampuan kognitif yang
menghasilkan daya pikir positif, kemampuan psikomotorik yang menghasilkan karya bermanfaat
dan penampilan yang dahsyat, serta kemampuan afektif yang menghasilkan nilai dan karakter
yang manusiawi sesuai fitrahnya. Munif Chatib menjelaskan bahwa kemampuan anak kita seluas
samudra. Yang artinya, pasti banyak potensi yang terpendam di dalam dirinya, seperti halnya
samudra dengan berbagai potensi kekayaan alamnya.
3. Harta karun,Setiap siswa memiliki variasi potensi kecerdasan masing-masing. Ada yang punya
satu kecerdasan yang dominan, sedangkan yang lainnya rendah. Ada yang memiliki dua, tiga,
bahkan semuakecerdasannya dominan. Namun, tidak ada manusia yang bodoh. terutama jika
stimulus yang diberikan lingkungan tepat, 10
Menurut Guilford bahwa bakat terkait dengan tiga dimensi pokok, yaitu perseptual,
psikomotor, dan intelektual.
Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki bakat pada suatu bidang
tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda. Bakat yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang
tertentu memungkinkannya mencapai prestasi pada bidang ini. Untuk itu diperlukan adanya
latihan, pengetahuan, dorongan asosiasi dan moral dari lingkungan yang terdekat. Bakat tersebut,
11
ada yang bersifat akademik dan non akademik. Adapun bakat yang bersifat akademik yaitu
berkaitan dengan pelajaran, sedangkan bakat yang bersifat nonakademik yaitu berkaitan dengan
bakat dalam bidang seni, sosial, olahraga, serta kepemimpinan.
Secara umum, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang a akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang
pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi.
Itulah sebabnya, seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa
(very superior) disebut juga sebagai talent child, yaitu anak berbakat.
Siswa di dalam kelas itu beragam potensi motorik dan intelektualnya. Secara motorik,
ada siswa yang fisiknya kuat, moderat, atau lemah. Dari sisi intelektualnya, siswa tersebut
cerdas, jenius, moderat atau bahkan bermasalah. Sebagian lagi, tidak terdeteksi potensinya,
keberbakatannya atau masalah-masalah khusus yang dialaminya. Disisi lain, sebagian siswa yang
terganggu pendengarannya, dipastikan tidak bisa menanggapi atau menangkap petunjuk lisan.
Mereka juga sangat mungkin tidak memiliki kosakata yang mencerminkan kompleksitas
pikirannya.
Dengan demikian, siswa yang mengalami hambatan dalam berbicara atau bahasa lisan,
maka akan sangat terganggu dalam proses belajar karena sulit menanggapi tes yang
membutuhkan tanggapan verbal.
D. Kompetensi guru
a) Kompetensi Kepribadian
12
Posisi guru dalam beraktivitas sehari-hari akan mendapat penilaian oleh lingkungan
kerjanya, baik oleh teman sekelas, oleh anak-anak atau siswanya lebih-lebih masyarakat dan
orang tua siswa itu sendiri. Padahal guru adalah manusia biasa tetapi memiliki predikat
sebagai insan cendekia untuk membangun bangsa, lima tahun ke depan anak-anak bangsa
terbaik akan berada di tangannya, kenapa dikatakan lima tahun karena ukuran kurkulum
setiap lima tahun akan ditinjau kembali untuk melakukan perbaikan dan tuntutan zaman.
Bagaimana orang yang akan membangun bangsa itu paling tidak memiliki kompetensi
kepribadian yang standar dalam dunia pendidikan.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang luhur terpuji sehingga dalam
sikapnya sehari-hari akan terpancar keindahan apabila dalam sikap pergaulan, pertemanan,
dan juga ketika melaksanakan tugas dalam pembelajaran. Guru akan bertambah berwibawa
apabila pembelajaran disertai nilai-nilai luhur terpuji dan mencerminkan guru yang digugu
dan ditiru.
Yang menjadi ukuran nilai standar dalam kompetensi kepribadian adalah di indonesia
secara umum pribadi yang dijiwai oleh falsafah pancasila yang bersumber dari nilai-nilai
budaya bangsa kita yang sekian banyak dinamika dan ragamnya. Zaman k i h a ja r d e w a n
t o r o dikemukakan bahwa sistem among, yaitu guru harus i n g n g a r s o s u n g t u l o d
o , i n g m a d y a m a n g u n k a r s o, t u t w u r i handayani. Artinya kalau di muka harus
memberi contoh dan teladan, kalau sedang berada di tengah membangkitkan motivasi, tetapi
bila berada di belakang mendorong untuk belajar atau beraktivitas.
Guru dalam pendidikan memerlukan teori sistem Among seperti itu, sekolah dijadikan
“Taman Siswa”. Taman atau kebun yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran
dalam kelas atau di manapun terjadinya pembelajaran memerlukan
Apa yang harus kita lakukan dalam aksentasi kepada siswa kita dalam pelaksanaan
kompetensi kepribadian ketika berada dalam proses pembelajaran :
1. Guru harus mengetahui kepribadian dan emosi anak;
2. Memahami motivasi anak;
3. Perilaku anak dalam kelompok kerja;
4. Perilaku individu anak;
5. Kebiasaan sikap anak sehari-hari di sekolah terhadap pembelajaran dan tugas-tugas yang
diberikan guru,
13
6. Disiplin belajar anak.
b) Kompetensi Sosial
Guru sebagai mahluk sosial hidup di tengah-tengah masyarakat merupakan salah satu
kehidupan pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di masyarakat. Segala aktivitasnya
senantiasa dipantau terus hingga nama sebagai guru telah berakhir, tetapi dalam hal
statusnya hanya berubah namun tetap orang menyebutnya sebagai guru, itulah kuatnya
peran dan status guru di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar kehidupannya, sehngga peran dan cara
pandang, cara berpikir, cara bertinda selalu menjadi tolok ukur terhadap kehidupannya di
masyarakat. Guru menjadi contoh yang diperlakukan secara normatif karena kebiasaannya
dalam status sosialnya, oleh karena itu diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang
perludimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat dia tinggal
dan berada.
Begitu kuatnya sebuah nama yang dinamakan “ guru” maka dapat dikemukakan bahwa
kompetensi sosial guru merupakan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat
dan warga negara. Lebih dalam hal kemampuan sosial juga mencakup juga kemampuan
untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dalam lingkungan sekitar pada waktu
membawakan tugasnya sebagai guru.
Guru di mata masyarakat pada umumnya dan pada peserta didik menjadi panutan yang perlu
dicontoh dan suri teladan yang baik ( digugu dan ditiru) .
Demikian juga guru tokoh dan bentuk insan cendekia yang diberi tugas dan beban
membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Sesuai dengan simbol itu guru perlu
memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka
menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif dan kreatif karena dalam dirinya
tersimpan pesona yang kuat dan memberi pengaruh terhadap orang lain. Apa sugesti yang
kuat itu? Yaitu kompetensi sosial yang menjadi pelayan manusia untuk memperbaiki
manusia yang sudah tertanam sejak menerima amanah sebagai guru yang dilengkapi dengan
bermacam-macam pengetahuan, keterampilan dan kemampuan lainnya yang sudah tertanam
sejak dia dinobatkan sebagai guru.
Dalam proses pembangunan sumberdaya manusia guru memberi andil yang besar dalam
menyiapkan manusia Indonesia yang tergambar dalam kurikulum pendidikan. Kurikulum
14
adalah gambaran manusia Indonesia 5 tahun ke depan, oleh karen itu guru perlu menyadari
bahwa posisi tidak mungkin lepas dari kondisi sosial di masyarakat yang sifatnya sangat
komplek dan beraneka ragam untuk itu peran dan fungsi guru yang memiliki sebagai
kompetensi sosial perlu dipelajarai adalah :
2. Perintis Pendidikan
Guru dengan kemampuannya berusaha menjadi perintis pendidikan di sekitarnya,
misalnya dengan membangun pendidikan Paket yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitar. Memanfaatkan balai desa sebagai tempat untuk membantu masyarakat yang putus
sekolahnya, sehingga masyarakat tersebut bisa mengecap pendidikan sesuai dengan tuntutan
pemerintah tentang pendidikan wajib belajar.
Berperan sebagai kegiatan yang sersifat religius misalnya sebagai panitia dalam hal
pembangunan masjid, tempat-tempat ibadah sesuai dengan agamanya, perperan dalam
menggerakkan masyarakat pada hari-hari besar nasional maupun hari-hari besar keagamaan,
tidak terlepas dari peran itu guru menjadi nara sumber dalam kegiatan tersebut.
15
ada di masyarakat sehingga diharapkan dengan penemuannya dapat dilakukan pencarian
solusi baik secara individu maupaun kelembagaan dan hasilnya dapat dipublikasikan secara
luas kepada masyarakat pendidik.
4. Pengabdian
Guru tinggal di masyarakat maka sebagai kiprah besar dalam kehidupannya adalah
bergaul dengan masyarakat. Pergaulan itu mempunyai tanggung jawab guru kepada
masyarakat, misalnya menjelaskan kepada masyarakat bahwa pendidikan itu tanggung
jawab bersama, pemerintah, masyarakat dan orang tua siswa. Dengan tanggung jawab itu
pemerintah punya kewajiban yang sangat besar terutama menyiapkan gedung sekolah,
bemberi pasilitas pendidikan dan pengadaan guru. Sedangkan masyarakat menjaga
keamanan agar sekolah tetap berjalan sesuai yang dikehendaki agar pembelajaran berjalan
dengan baik. Sedangkan orang tua membantu kelancaran pendidikan yaitu memberikan
sumbangan berupa bantuan pisik maupun pisikis sesuai dengan kesepekatan yang dibuat
oleh Komite Sekolah dan menjaga agar hubungan sekolah, guru dapat terbentuk dengan
baik.
Jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya dalam Profesi
Keguruan, Djam’an Satori dkk. 2009 : 2.17) adalah sebagai berikut :
1. Teramapil berkomunikasi (baik dengan siswa, maupun dengan orang tua siswa )
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua siswa memang perlu agar terjadi saling
pemahaman terhadap kondisi anak selama dalam mengikuti pendidikan. Karena
komunikasi yang kurang lancar dapat menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan
pendidikannya dengan tuntas di sekolah Guru dalam hal ini merupakan gambaran
suasana sekolah sehingga siswa menyayangi gurunya akan dapat siswa senang mengikuti
pelajaran dengan baik dan siswa selalu ingin berada di sekolah. Ciptakanlah komunikasi
yang kodusip dengan siswa dan orang tua siswa agar sekolah terkesan sangat
memperhatikan terhadap keberadaan siswanya.
2. Bersikap Simpatik
Letak dan giografis sekolah bermacam-macam sehingga siswa kita dalam satu
rombongan belajar juga ada bermacam-macam ditambah kondisi ekonomi orang tua
siswa yang penghasilan dan pendapatannya yang berbedabeda pula. Sehubungan dengan
itu guru dituntut mampu menghadapi situasi sekoah yang seperti itu, guru diharapkan
bersikap ramah dan mampu membaca perasaan siswanya yang seperti itu, tetapi jangan
lah guru larut dan terbawa dengan situasi siswanya yang beraneka ragam.
3. Melakukan Kebersamaan Indahnya kebersamaan
adalah semboyan yang mudah diucapkan, tetapi terasa sulit untuk dilakkan tetapi bukan
tidak mungkin untuk dilakukan bagi guru yang tinggal di tengahtengah kehidupan
masyarakat pedesaan. Melalui peran organisasi pergaulan sosial dia mampu bekerjasama
dengan organisasi pendidikan seperti Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, tokoh
masyarakat atau orang yang memiliki wibawa dan karismatik. Sehubungan dengan itu
16
guru perlu memahami kaidah-kaidah psikologis yang melandasi perilaku manusia
terutama yang relevansinya dengan hubungan antar manusia. Sebagai ilustrasi guru yang
berada di lingkungan masyarakat yang biasanya melakukan pengajian keagamaan guru
mempunyai peluang untuk dapat bergaul dan beradaptasi secara langsung.
4. Pandai Bergaul dengan Teman Sejawat dan Mitra Pendidikan
Masyarakat menganggap terhadap guru sebagai tempat untuk meminta pendapat, karena
ada pemeo yang dikenal sejak lama seperti “ guru harus digugu dan ditiru ”. Maksudnya
guru sbagai panutan yang dianggap mampu memberi pendapat dan pandangan .
Kehidupan di
5. Memahami Lingkungan sekitar
Sehubungan dengan itu guru wajib mengenal dan menghayati kebiasaan yang berlaku di
sekitarnya agar kebiasaan itu dapat dipilah mana yang positif untuk bisa dikembangkan
dan mana yang sangat dominan dalam mempengaruhi kehidupan siswa.
c) Kompetensi Profesional
Pada ada beberapa pandangan para ahli mengenai kompetensi professional, seperti yang
dikemukakan Cooper, yaitu :
(1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia;
(2) mempunyai pengetahuan dan menguasai mata pelajaran/ bidang studi yang
dibinanya;
(3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang
studi yang dibinanya, dan
(4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
17
Tujuan :
1. Agar siswa lebih siap baik fisik maupun pikiran untuk mengikuti pembelajaran;
2. Menotivasi untuk memperhatikan pembelajaran dengan sungguh-sungguh;
3. Mendapat gambaran jalannya pembelajaran karena siswa mengetahui tujuan
manfaat pembelajaran, dan
4. Mengerti apa yang akan mereka lakukan selama berlangsungnya dalam
pembelajaran.
18
i. Mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman siswa untuk penentuan
peringkat atau kelompok.
d) Kompetensi Pedagogik
19
Salah satu tugas utama dari guru sebagai pendidik professional adalah memberikan
penilaian dan mengevaluasi kepada peserta didik, oleh sebab itu menilai peserta didik
adalah salah satu dari kompetensi pedagogik.
8. Mengenal Fungsi Bimbingan Penyuluhan
Membimbing siswa adalah salah satu tugas utama guru sebagai pendidik profesional
juga melakukan bimbingan kepada siswa.
9. Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang didalamnya ada kepala sekolah, guru,
pegawai tata usaha, murid tentu memerlukan penataan yang efektif dan efisien dalam
menjalankan roda organisasi system pendidikan, kita bisa berjalan dengan lancer
menuju tujuan pendidikan perlu ada dukungan administrasi sekolah.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,
yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di
bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
pendidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai
tenaga tenaga profesional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin
berkembang.
Pada zaman dulu, jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan posisi guru
konon dihormati seperti para priyayi. Guru merupakan sumber motivasi bagi semua siswa
di kelas Perilaku guru di kelas memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan mental
siswa. Kasih sayang, simpati, ramah, dan kerja sama yang menjadi karakter sebagai guru
ideal. Adapun tipe-tipe guru Menurut Munif Chatib terdapat 3 tipe, yaitu: 1) Gurunya
Manusia; 2) Guru Robot; 3) Guru Matrealistis.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para
pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hs, H. (2018). Empat Kopetensi Untuk Membangun Profesionalisme Guru. Sidoarjo: Nizamia Learning
Center. (Diakses pada 17 November 2021)
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/elementary/article/view/konsep-gurunya-manusia-
dalam-perspektif-munif-chatib/195 (Diakses pada 14 November 2021)
Uswatun Hasanah, I. F. (2018). Psikologi Pendidikan. Depok: Rajawali Pers. (Diakses pada 16 November
2021)
22