Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh
ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan maka dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2019). Angka kejadian pasien yang
dilakukan tindakan pembedahan di Amerika Serikat dari 1000 orang 5 orang meninggal dan
70 orang lumpuh, sedangkan di Indonesia dari 1000 pasien yang meninggal 6 orang dan
yang lumpuh 90 orang. Angka tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 2,2
juta jiwa (WHO 2018). Berdasarkan data tabulasi nasional Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2013, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penanganan
pola penyakit dirumah sakit diseluruh Indonesia (Depkes, 2018 ). Tindakan operasi
merupakan salah satu bentuk terapi dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan
ancaman terhadap tubuh integritas dan jiwa seseorang. Tindakan pembedahan yang
direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologis dan psikologis pada pasien.

Berdasarkan pra survey yang dilakukan Amalia dan Fajar Yuda pada tanggal 25-28 februari
2018 di RSUD Dr H BOB Bazar Skm Kalianda Lampung Selatan kepada pasien post operasi
sebanyak 11 0rang pasien post operasi yang dirawat 3 (27%) melakukan mobilisasi dini
sedangkan 8 (73%) tidak melakukan mobilisasi dini, dimana 5 (62,5%) orang pasien tidak
melakuan mobilisasi dini merupakan pasien yang tidak diberikan dukungan yang cukup oleh
keluarga, 2 orang ( 25%) Karena masih merasa nyeri dan 1 orang ( 12,5% ) tidak melakukan
mobilisasi dini karena masih takut lukanya akan robek kembali.

Setelah dilakukan tindakan operasi akan menimbulkan beberapa masalah pada


pasien, salah satunya adalah nyeri, hal ini terjadi akibat diskontinuitas jaringan (luka
operasi) akibat insisi pembedahan. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang
diakibatkan oleh operasi pada region area operasi. Sekitar 60% pasien menderita
nyeri hebat, 25% nyeri sedang dan 15 % nyeri ringan (karyati 2019). Selain itu luka
post operasi juga dapat menimbulkan komplikasi seperti :1) seroma dimana terjadi
pengumpulan lemak, serum, dan cairan limfatik yang mencair, sehingga terjadi
pembengkakan; 2) hematoma merupakan kumpulan dari darah yang dapat
menyebabkan infeksi dan menimbulkan nyeri serta hasil kosmetik penyembuhan
luka yang buruk; dan 3) infeksi pada luka muncul 3- 4 hari setelah operasi berupa

1
2

kemerahan sepanjang garis insisi, edema yang menetap, peningkatan nyeri, dan
meningkatnya drainase, drainase menjadi purulen dan berbau busuk (Smeltzer &
Bare, 2017; Black & Hawk, 2018). Mengingat komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien post operasi, maka proses pemulihan kesehatannya menjadi hal yang sangat
penting bagi pasien. Oleh sebab itu, rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan perlu memberikan pelayanan maksimal yang bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan dan pemulihan kesehatan serta mencegah komplikasi
dan kecacatan dengan melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif. Salah satu prosedur
pemulihan yang bisa dilakukan adalah latihan post operasi yaitu mobilisasi dini
(Sjamsuhidajat, 2019).

Mobilisasi dini adalah aktivitas yang dilakukan pasien post pembedahan dimulai dari
latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan pasien bisa turun dari tempat
tidur,berjalan kekamar mandi dan berjalan keluar kamar.(Ibrahim 2019). Tujuan
mobilisasi dini adalah mempertahankan fungsi tubuh,memperlancar peredaran darah
membantu pernafasan menjadi lebih baik,mempertahankan tonus otot, memperlancar
eliminasi buang air besar dan buang air kecil, Mengembalikan aktivitas tertentu
sehingga pasien dapat kembali normal memenuhi kebutuhan.( ibrahim 2019

Mobilisasi dini merupakan aspek yang terpenting pada fungsi fisiologi karena hal itu
esensial untuk mempertahankan kemandirian,dapat disimpulkan bahwa mobilisasi
dini adalah upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
mempertahankan penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Mobilisasi
secara bertahap sangat berguna umtuk membantu jalannya penyembuhan pasien.
Secara psikologis mobilisasi memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai
merasa sembuh (marlitasari 2018). Mobilisasi dini yang dilakukan segera oleh pasien
paska operasi, dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun
dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat sesuai
dengan kondisi pasien. Beberapa literatur menyebutkan bahwa manfaat mobilisasi
dini adalah untuk memperbaiki sirkulasi paska operasi, mempercepat pemulihan
pasien paska operasi (craven & hirnle, 2017).

Mobilisasi dini dpat mempercepat waktu penyembuhan luka pasca operasi , dengan
mobilisasi maka dapat meningkatkan vaskularisasi sehingga suplai nutrisi dan
oksigen ke jaringan menjadi optimal ( Soelaiman, 2016). Mobilisasi yang dilakukan
secara dini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor fisiologis seperti
nyeri, peningkatan suhu tubuh, perdarahan. Faktor emosional yakti kecemasan,
3

motivasi, sosial support dan faktor perkembangan yakni usia dan status paritas
(Potter, & Perry, 2016).

Keluarga sebagai salah satu faktor yang berperan penting dalam mobilisasi dini
pasien dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan
perawatan pasien. Konsep yang mendasari kerjasama keluarga dan perawat adalah
memfasilitasi keluarga untuk aktif dalam asuhan keperawatan pasien dirumah sakit
dan memberdayakan kempuan keluarga baik dari aspek pengetahuan ketrampilan dan
sikap dalam melaksanakan perawatan dirumah sakit. Dukungan keluarga sangat
penting untuk memotivasi pasien dalam menjalankan mobilisasi, pada kenyataanya
banyak keluarga yang kurang mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sakit
oleh karena itu peran keluarga sangat perlu sekali dalam rangka untuk memberikan
dukungan terhadap pasien supaya terbebas dari penyakit dan komplikasi yang
mungkin timbul setelah pasca operasi (gottlieb 2019).

Dukungan keluarga adalah pemberian perhatian ,dorongan, kasih sayang,informasi


dan jasa dari orang orang terdekat seperti suami, istri, orangtua, anak dan orang
terdekat lainya. Sehingga penerima dukungan keluarga merasa disayangi dan
dihargai. Menurut friedman (2017). Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi
terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Fungsi dukungan keluarga
adalah meliputi dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai pemberi
informasi,dimana keluarga menjelaskan tentangpemberi saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Dukungan Penilaian adalah
keluarga yang bertindak membimbing dan menengahi pemecahan masalah.
Dukungan instrumental merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Dukungan emosional merupakan sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi. (Friedman
2018)

Tujuan dukungan keluarga secara langsung dapat memperkuat kesehatan individu


dan keluarga.. Keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien diharapkan
berperan sebagai pendamping pasien untuk membantu pemulihan kondisi fisik pasien
yaitu upaya mobilisasi dini. Keberadaan keluarga sangat berpengaruh terhadap
pemulihan pasien. keluarga merupakan sitem pendukung utama yang memberi
pelayanan langsung pada setiap keadaan sehat sakit.(Lenni 2018 )

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Februari 2022 di Ruang
Mawar Rs Mitra Siaga Tegal. Peneliti memperoleh data dari kepala ruang bedah
4

bahwa 40 pasien melakukan mobilisasi dini, 70 pasien tidak melakukan mobilisasi


dini karena kurang dukungan dari keluarga 20 pasien tidak melakukan mobilisasi
dini karena faktor usia seperti lansia dan sebagian takut jika melakukan mobilisasi
dini akan terjadi hal yang berbahaya post operasi. Peneliti melakukan penelitian pada
tanggal 4 april 2022 terdapat 10 pasien post operasi 6 tidak melakukan mobilisai
karena kuran dukungan keluarga,2 paien tidak melakukan mobilisasi dini karena
faktor usia dan 2 pasein takut melakukan mobilisasi dini karena akan terjadi hal yang
berbahaya post operasi. Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi dini
pada pasien post operasi di Ruang Mawar Rs Mitra Siaga Tegal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien post operasi di Ruang Mawar RS Mitra Siaga
Tegal
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pelaksanaan mobilisasi dini pasien
post operasi di Ruang Mawar RS Mitra Siaga Tegal
1.2.2.2 Mengidentifikasi pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi di
Ruang Mawar RS Mitra Siaga Tegal
1.2.2.3 Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien post operasi di Ruang Mawar RS Mitra Siaga
Tegal

1.3 Manfaat penelitian


1.3.1 Aplikatif
Sebagai bahan masukan bagi keluarga pasien post operasi dan untuk memberikan
program mobilisasi dini pada pasien post operasi untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan luka pasca operasi.

1.3.2 Keilmuan
Dapat dijadikan bahan masukan dan menambah Pengetahuan Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi Di Ruang
Mawar Rs. Mitra Siaga Tegal dan sebagai dokumen untuk dijadikan sebagai bahan
untuk mahasiswa keperawatan.
5

1.3.3 Metodologi
Untuk menambah literatur di perpustakaan sebagai bahan kajian yang berkaitan, dan
dapat dijadikan bahan perbandingan pada penelitian lain.

Anda mungkin juga menyukai