Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL II

Program Studi : PGSD


Kode Mata Kuliah : PDGK4505
Nama Mata Kuliah : Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD
Jumlah sks : 3 sks
Nama Pengembang : Dr. Deni Setiawan, S.Sn, M.Hum
Nama Penelaah :
Tahun Pengembangan : 2018
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Edisi Ke- :
Nama Mahasiswa : Alifiniar Nura Aisa
NIM : 836903284
UPBJJ-UT : Yogyakarta
POKJAR : Tempuran Kab. Magelang

No. Uraian Tugas Tutorial Jawaban


1. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir 1) Pembelajaran Sosial (social learning)
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi
terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat bersama dengan orang dewasa atau teman yang
pembelajaran konstruktivistik menurut Brooks & lebih cakap. Pembelajaran kooperatif yaitu
Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non- pembelajaran yang terjadi ketika murid bekerja
objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak dalam kelompok kecil untuk saling membantu
menentu. Di dalam konstruktivisme terdapat beberapa dalam belajar.
bagian lagi, di antaranya adalah empat prinsip 2) Zone of Proximal Development (ZPD)
konstruktivistik sosial. Uraikan keempat prinsip Bahwa siswa akan mempelajari konsep-konsep
tersebut! dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa
bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat
memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat
memecahkan masalah itu setelah mendapat
bantuan orang dewasa atau temannya (peer).
Bantuan atau support diberikan agar siswa mampu
mengerjakan tugas atau soal yang lebih tinggi
tingkat kerumitannya daripada tingkat
perkembangan kognitif anak.
Bila materi yang diberikan di luar ZPD maka ada
dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, materi
tersebut tidak menantang atau terlalu mudah untuk
diselesaikan. Kedua, materi yang disajikan terlalu
tinggi dibandingkan kemampuan awal sehingga
anak kesulitan untuk menguasai apalagi
menyelesaikannya, bahkan anak bisa mengalami
frustasi.
3) Cognitive Apprenticeship
Yaitu proses yang digunakan seorang pelajar
untuk secara bertahap memperoleh keahlian
melalui interaksi dengan pakar, bisa orang dewasa
atau teman yang lebih tua/lebih pandai.
Pengajaran siswa adalah suatu bentuk masa
magang/pelatihan. Awalnya, guru memberi
contoh kepada siswa kemudian membantu murid
mengerjakan tugas tersebut. Guru mendorong
siswa untuk melanjutkan tugasnya secara mandiri.
4) Pembelajaran Termediasi (Mediated
Learning)
Vygostky menekankan pada scaffolding yaitu
bantuan yang diberikan oleh orang lain kepada
anak untuk membantunya mencapai kemandirian.
Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan
realistik, dan kemudian diberi bantuan
secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan
masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky
mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa
dalam upayanya memecahkan permasalahan,
yaitu:
 Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.
 Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
 Siswa gagal meraih keberhasilan.
2. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul
enkulturasi (enculturation) dan proses akulturasi manakala suatu kelompok manusia dengan
(acculturation). Jelaskan perbedaan proses kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur
enkulturasi dan akulturasi budaya dalam dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
pendidikan anak! Berikanlah contohnya masing- itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
masing! kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Sedangkan enkulturasi adalah merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh masyarakat untuk
memahami aturan, norma serta nilai adat yang
telah berkembang di sekitarnya.
Contoh Akulturasi
 Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada
umumnya merupakan bentuk akulturasi antara
unsur-unsur budaya Hindu- Buddha dengan unsur
budaya Indonesia asli.Bangunan yang megah,
patung-patung perwujudan dewa atau Buddha,
serta bagianbagian candi dan stupa adalah unsur-
unsur dari India.Bentuk candicandi di Indonesia
pada hakikatnya adalah punden berundak yang
merupakan unsur Indonesia asli.Candi Borobudur
merupakan salah satu contoh dari bentuk
akulturasi tersebut.
 Seni Rupa
Masuknya pengaruh India juga membawa
perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat,
dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau
seni ukir yang dipahatkan pada bagian
dindingdinding candi. Misalnya, relief yang
dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di
Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat
Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat
lingkungan alam Indonesia seperti rumah
panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat
indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah
motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal
semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum
Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci,
maka sering diabadikan dengan cara di lukis.
 Seni Sastra
Pengaruh India membawa perkembangan seni
sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang
berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang
(puisi). Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur
kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita
(kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di
Indonesia, terutama kitab Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil
gubahan dari para pujangga Indonesia.Misalnya,
Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita
Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang
bersumber dari Mahabarata dan Ramayana,
melahirkan seni pertunjukan wayang kulit
(wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di
Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu
mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan
wayang banyak mengandung nilai-nilai yang
bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam
pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi
wayangnya asli dari Indonesia.Seni pahat dan
ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan
dengan seni di Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam hias wayang,
muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas
Indonesia.Misalnya tokohtokoh punakawan
seperti Semar, Gareng, dan Petruk.Tokohtokoh ini
tidak ditemukan di India.Perkembangan seni
sastra yang sangat cepat didukung oleh
penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-
karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti
yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur
budaya Indonesia.Misalnya, ada prasasti dengan
huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno
(Indonesia).
 Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan
Indonesia sudah mengenal simbol-simbol yang
bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada
orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan
benda-benda. Di antara benda-benda itu ada
lukisan seorang naik perahu, ini memberikan
makna bahwa orang yang sudah meninggal
rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat
tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka.
Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya
kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh
halus.Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja
oleh orang yang masih hidup (animisme).
Contoh Enkulturasi
 Bahasa
Sebelum bisa berbicara dengan lancar, orang tua
atau orang terdekat kita mengajarkan kata-kata
sederhana pada kita saat masih balita. Meski pada
awalnya kita belum mampu untuk mengucapkan
kata-kata tersebut dengan sempurna, orang tua
senantiasa mencontohkan dan mengajari kita
bertutur bahasa dengan benar dan kita perlahan
menirukannya. Sehingga seiring bertambahnya
usia, seseorang mahir berbicara dengan bahasa
yang telah diajarkan oleh orang tua.
 Ibadah
Proses belajar ibadah sejak kecil juga tak luput
dari proses enkulturasi. Sebagai contoh, saat
masih anak-anak melaksanakan ibadah sangat
berat untuk dilakukan (bahkan mungkin hingga
usia dewasa). Orang tua atau orang terdekat
mengajarkan untuk beribadah pada awal
kehidupan biasanya dengan sedikit pemaksaan,
misalnya dengan memarahi jika tidak pergi solat
ke masjid pada hari Jum’at atau tidak pergi ke
gereja pada hari minggu. Awalnya ini mungkin
terasa berat, namun seiring dengan berjalannya
waktu anak semakin memahami alasan
diwajibkannya beribadah sehingga pada usia lebih
dewasa mereka akan lebih rajin beribadah.

3. Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu Kelebihan model keterpaduan connected Fogarty
masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan dalam Trianto: 2013 antara lain:
mengaitkannya dengan unsur lain, tetapi juga pada a. dengan pengintegrasian ide-ide interbidang
cara melakukan sesuatu untuk kepentingan studi, maka siswa mempunyai gambaran yang
masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan luas,
kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan b. siswa dapat mengembangkan kosep kunci
terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. Uraikan secara terus menerus, dan
karakteristik pembelajaran SETS! c. memungkinkan siswa mengkaji,
mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta
mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan
masalah.
Sedangkan kelemahanya antara lain:
a. masih kelihatan terpisahnya interbidang studi,
b. tidak mendorong guru untuk bekerja tim
antarbidang studi, dan
c. usaha untuk mengembangkan keterhubungan
antar bidang studi menjadi terabaikan.

Pembelajaran Berbasis SETS Science,


Environment, Technology, Society
a. Pengertian SETS
Menurut Yager 1996 pengetahuan teknologi
masyarakat merupakan pendekatan kurikulum
yang dirancang untuk membuat konsep dan proses
traidisional yang dikaitkan dengan bentuk
pengetahuan dan program studi masyarakat yang
lebih cocok dan relevan dengan kehidupan siswa.
Pada dasarnya pendekatan sains dan teknologi
masyarakat dalam pembelajaran, baik
pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang
sosial, dilaksanakan oleh guru melalui topik yang
dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains
dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di
masyarakat Poedjiadi, 2010: 84 Berdasarkan
definisi di atas maka pendekatan SETS
merupakan pendekatan konsep dan proses
tradisional yang digunakan dalam pembelajaran
sains maupun sosial dengan mengaitkan topik
yang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari
atau kehidupan masyarakat yang relevan.
b. Karakteristik SETS
Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS
Binadja, 1999 adalah:
1) pembelajaran konsep IPA sains tetap
diberikan;
2) peserta didik dibawa ke situasi untuk melihat
teknologi yang terkait;
3) peserta didik diminta untuk menjelaskan
keterhubungan antara unsur sains yang
dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS
yang ada kaitannya;
4) peserta didik dibawa untuk
mempertimbangkan manfaat atau kerugian
menggunakan konsep sains IPA tersebut bila
diubah dalam bentuk teknologi;
5) peserta didik diajak mencari alternatif
pengatasan terhadap kerugian bila ada yang
ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk
teknologi terhadap lingkungan dan
masyarakat;
6) dalam konteks konstruktivisme, peserta didik
diajak berbincang tentang
perpustakaan.uns.ac.id commit to user SETS
berkaitan dengan konsep sains yang
dibelajarkan, dari berbagai macam titik awal
tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki
peserta didik.
c. Tujuan Pembelajaran SETS
Tujuan Pembelajaran SETS ialah untuk
membentuk individu yang memiliki literasi sains
dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap
masalah masyarakat dan lingkungannya. Literasi
sains dan teknologi adalah memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan konsep-
konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan,
mengenal produk teknologi dan dampaknya yang
ada di sekitar, maupun menggunakan produk
teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat
hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu
mengambil keputusan berdasarkan nilai Poedjiadi
4. Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan Pembaruan pendidikan tidak mungkin terjadi
demokrasi dan HAM sudah ada sejak tahun 1945 yang tanpa adanya pembaruan paradigma. Pembaruan
ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. paradigma pendidikan nasional harus dapat
Menurut Gandal dan Finn (1992) terutama di Negara mengembangkan tingkah laku yang menjawab
berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap tantangan internal dan global. Paradigma tersebut
taken for granted and ignored yaitu dianggap sebagai haruslah mengarah kepada lahirnya generasi
hal yang akan terjadi dengan sendirinya atau malah bangsa Indonesia yang bersatu dan demokratis.
dilupakan. Apabila dalam program pendidikan, Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan dan
terdapat beberapa tuntutan terhadap paradigma baru penyusunan kurikulum yang sentralistik harus
terkait dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan diubah dan disesuaikan dengan tuntutan
paradigma baru dalam program pendidikan tersebut! pendidikan yang demokratis. Demikian pula
dalam menghadapi gelobalisasi, maka proses
pendidikan haruslah dapat meningkatkan
kemampuan berkompetisi di dalam kerja sama,
inovatif, dan meningkatkan kualitas. Oleh sebab
itu, paradigma baru pendidikan nasional dapat
mengembangkan kebhinekaan menuju satu
masyarakat Indonesia yang bersatu dan
demokratis.
Dengan demikian, paradigma baru pendidikan
nasional haruslah dituangkan dalam bentuk
kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut dapat
dijabarkan dalam berbagai program
pengembangan pendidikan nasional secara
bertahap dan berkelanjutan (Tilaar, 2000:19).
Berikut ini, dikemukakan sklumit tentang
karakteristik paradigma baru pendidikan nasional
dari aspek orientasi, strategi, program, dan
pengelolaan pendidikan.

A. ORIENTASI PENDIDIKAN NASIONAL


Telah dikemukakan di atas bahwa pembaruan
pendidikan (Paradigma baru pendidikan nasional)
haruslah berorientasi kemajuan ke masa depan,
maka pada bagian ini akan dikemukakan secara
singkat tentang hal tersebut.
Gelombang globalisasi dan percepatan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), saat ini sangat besar
pengaruhnya terhadap perubahan sosial dan
kebudayaan. Menurut Tirtaraharja (2000:132),
perubahan yang cepat tersebut mempunyai
karakteristik-karakteristik sebagai ciri masyarakat
masa depan. Ciri-ciri tersebut adalah :
1) Kecenderungan globalisasi yang semakin
kuat.
2) Perkembangan Iptek yang makin cepat.
3) Perkembangan arus informasi yang semakin
padat dan cepat.
4) Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan
profesional dalam berbagai aspek kehidupan.
Semua hal tersebut di atas telah dirasakan
dampaknya masa kini. Jadi pemahaman tentang
keadaan masyarakat masa depan itu sangat
penting artinya, dalam menentukan dasar
kebijakan pendidikan yang berorientasi kemajuan
ke masa depan.
Kebijakan dan peran pendidikan yang berorientasi
kemajuan ke masa depan itu adalah dapat
melahirkan manusia Indonesia yang berkualitas.
Manusia yang berkualitas adalah manusia yang
memiliki moral yang tinggi dan intelektual yang
memadai untuk mengenal atau menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Manusia berkualitas yang hendak dilahirkan
melalui pendidikan itu, tidak mungkin
terealisasikan jika pendidikan kita masih
berorientasi pada nilai akademik saja, tetapi juga
berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik
mampu belajar dari pengalaman lingkungan, dan
kehebatan para ilmuwan, sehingga ia bisa
mengembangkan potensi intelektualnya. (Sidi,
2001:26).
Orientasi pendidikan tersebut di atas tidak dapat
terlaksana jika pendidikan kita tidak memiliki
visi yang jelas. Sidi (2001:25-27) menawarkan
empat visi pendidikan yang harus diterapkan
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas.
Pertama, kita hendaknya mengubah paradigma
teaching menjadi learning (mengajar menjadi
belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak
lagi disebut siswa (pupil), tetapi pebelajar
(leaner). Jadi peserta didik belajar menyatakan
pendapatnya dengan kritis atau bagaimana ia
berpikir (learning to think). Kedua, belajar untuk
berbuat (learning to do). Jadi target yang ingin
dicapai adalah keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan suatu masalah (how to solve the
problem). Ketiga, belajar hidup bersama (learning
to lire together). Jadi, pendidikan berorientasi
pada pembentukan peserta didik yang mampu
menyesuaikan diri dalam masyarakat yang terdiri
atas berbagai latar belakang sosial. Di sinilah
peserta didik diarahkan untuk mengenal nilai-nilai
seperti, HAM, perdamaian, toleransi, dan
pelestarian lingkungan hidup. Keempat, belajar
menjadi diri sendiri (learning to be). Visi ini
beorientasi pada usaha untuk menghasilkan
manusia yang mandiri, memiliki harga diri, dan
tidak hanya mengharapkan materi dan kedudukan.
Kelima, metode pengajaran harus membentuk
suasana yang mengaktifkan potensi emosional,
agar otak kanan terbuka sehingga daya pikir
intuitif dan holistik dapat terangsang untuk
belajar.
5. Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM Secara konseptual pendidikan untuk
merupakan bagian integral dari pendidikan kewarganegaraan yang demokratis diterima
kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan sebagai dasar pertimbangan utama bagi
untuk mengembangkan individu menjadi warga pendidikan di Indonesia. Ikhtiar kependidikan ini
negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang pada dasarnya harus ditujukan untuk
digunakan adalah PKKBI. PKKBI membelajarkan pengembangan kecerdasan spiritual, rasional,
siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami emosional dan social warga Negara baik secara
permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas. actor social maupun sebagai pemimpin pada hari
Uraikan karakteristik substansif dan psikopedagogis ini dan hari esok. Sementara itu mengenai
PKKBI! karakter utama warga Negara yang cerdas dan
baik adalah mereka yang secara tetap memelihara
dan mengembangkan cita-cita dan nilai demokrasi
sesuai dengan perkembangan zaman dan secara
efektif dan langgeng menangani dan mengelola
krisis yang selalu muncul untuk kemaslahatan
masyarakat Indonesia sebagai bagian integral dari
masyarakat global yang damai dan sejahtera.
Apabila ditampilkan dalam wujud program
pendidikan, paradigma baru ini menunjukkan hal-
hal sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian yang cermat dan usaha
yang sungguh-sungguh pada pengembangan
pengertan tentang hakekat dan karakteristik
aneka ragam demokrasi , buka hanya yang
berkembang di Indonesia.
2) Mengembangkan kurikulum atau paket
pendidikan yang sengaja dirancang untuk
memfasilitasi siswa agar mampu
mengeksplorasi bagaimana cita-cita
demokrasi telah diterjemahkan dalam
kelembagaan dan praktek di berbagai belahan
bumi dan dalam berbagai kurun waktu
3) Tersedianya sumber belajar yang
memungkunkan siswa mampu
mengeksplorasi sejarah demokrasi di
negaranya untuk menjawab persoalan apakah
kekuatan dan kelemahan demokrasi yang
diterapkan di negaranya itu secara jernih
4) Tersedianya sumber belajar yang dapat
memfasilitasi siswa untuk memahami
penerapan demokrasi di Negara lain sehingga
mereka mamiliki wawasan yang luas tentang
ragam ide dan system demokrasi dalam
berbagai konteks
5) Dikembangkannya kelas sebagai democraties
laboratory, lingkungan sekolah sebagai micro
cosmos of democracy dan masyarakat luas
sebagai open global classroom yang
memungkinkan siswa dapat belajar demokrai
dalam situasi berdemokrasi dan untuk tujuan
melatih diri sebagai warga Negara yang
demokratis
*) Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai