Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN REKAYASA IDE

(RI) MK TELAAH KURIKULUM


PRODI S1 PGSD-FIP

Skor Nilai :

“PENERAPAN KURIKULUM DI MASA PANDEMI COVID – 19”

NAMA : MIANDA MAYA KRISTIN


NIM :1203111030
KELAS : G PGSD 2020
DOSEN PENGAMPU : Dra. SORTA SIMANJUNTAK , M. S
MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
RINGKASAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tenaga pengajar atau guru harus memberikan pendidikan
kepada anak-anak tentang kecakapan hidup, yakni pendidikan yang bersifat kontekstual sesuai kondisi
rumah masing-masing, terutama pengertian tentang Covid-19, mengenai karakteristik, cara
menghindarinya dan bagaimana cara agar seseorang tidak terjangkit. Untuk itu telaah kurikulum di
tahun ajaran ini sedikit lebih dikoreksi lagi agar kurikulum pembelajaran tercapai meskipun dilakukan
secara jarak jauh. Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan identifikasi wacana
dari bukubuku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang
berhubungan dengan judul penulisan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan Covid – 19. . Dinas
pendidikan mengusulkan perubahan terkait empat dari delapan Standar Nasional Pendidikan, yaitu
standar isi, proses, penilaian pendidikan, dan kompetensi kelulusan. Struktur materi (isi) Kurikulum
2013 yang padat harus dilonggarkan, disesuaikan dengan kondisi guru dan siswa yang belum ideal
untuk pembelajaran jarak jauh. Dari segi standar proses, pengintegrasian proses pembelajaran
antarmata pelajaran serumpun, terutama dalam pemberian tugas, akan meringankan siswa dan guru.
Sehingga disimpulkan bahwa . Untuk itu diadakanlah pembelajaran daring yang bertujuan untuk
memudahkan aktivitas belajar. Caranya dengan menyediakan banyak sumber belajar yang mudah
diakses, pembelajaran yang fleksibel metode, tempat, dan waktunya bisa sepenuhnya daring, bisa
kombinasi daring dan luar jaringan (luring)—tatap muka fisik konvensional. Prinsip belajar jarak jauh
wajib mempertimbangkan kondisi siswa yang berbeda-beda, tidak bisa sama rata, karena ada anak
yang orang tua tidak masalah dalam penyediaan kuota internet, namun ada juga orang tuan tidak
sanggup membeli kuota internet. Oleh karena itu perlu berupaya untuk selalu berkomunikasi dengan
siswa di dalam sistem beri stimulus yang baik, beri respons, dan buka ruang berdialog secara
demokratis, jika perlu boleh diselingi humor tiap tugas harus ada balikan (feed back), beri instruksi
yang jelas, memberikan balikan dan bimbingan dan jika siswa masih belum paham. Beberapa saran
dalam melaksanakan pembelajaran agar tujuan kurikulum tercapai ialah sebagai berikut: 1)Perpanjang
masa pengerjaan tugas . 2) Fokus pada unjuk kerja (kinerja) atau produk yang menjadi ukuran dari
keberhasilan capaian belajar siswa. 3)Pegang kompetensi inti (KI) saja, tidak perlu kompetensi dasar
(KD).
DAFTAR ISI

RINGKASAN.............................................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1

B. Tujuan............................................................................................................................................... 1

C. Manfaat............................................................................................................................................ 1

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................................

A. Pengertian Kurikulum................................................................................................................. 2

B. Pengertian Kurikulum 2013...................................................................................................... 2

C. Pengertian Telaah Kurikulum.................................................................................................. 2

D. Pengertian Covid 19..................................................................................................................... 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................

A. Teknik Pengambilan Data........................................................................................................... 3

B. Instrumen Penelitian................................................................................................................... 6

C. Teknik Analisis Data.................................................................................................................... 7

BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................................................


A. Telaah Kurikulum di Masa Pandemi..............................................................................................

BAB V PENUTUP.......................................................................................................................

A,Kesimpulan....................................................................................................................................... 13

B. Saran.................................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan suatu rancangan dan perangkat pembelajaran yang telah disusun
dan dibuat oleh pemerintah, sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengartikan
kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan
pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum di Indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan kurikulum.
Rencana pelajaran yang pertama kali diterapkan yaitu rencana pelajaran 1947, kemudian
dirubah menjadi rencana pelajaran 1950. Selanjutnya dirubah menjadi rencana pelajaran
1958 dan dirubah kembali menjadi rencana pelajaran 1964. Rencana pelajaran 1964
diubah menjadi kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006, dan kurikulum 2013. Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam pendidikan. Kurikulum diibaratkan suatu mesin, sedangkan perangkat pembelajaran
seperti materi pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, RPP, dan pengajar di
sekolah sebagai rantai, roda, dan gir.
Alasan mengapa
kurikulum berubah karena ilmu pengetahuan
bersifat dinamis sehingga perlu adanya
pembaharuan kurikulum. Selain itu perkembangan
dan pola pikir masyarakat yang maju menjadi
alasan kurikulum harus berubah. Perubahan
kurikulum bukanlah suatu ke niscayaan tetapi
hendaknya perubahan kurikulum tersebut
dibarengi dengan kesiapan guru dalam penerapan
kurikulum 2013. Terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh
guru kelas dalam penerapan kurikulum 2013 di
kelas. Salah satu masalah yang dihadapi yaitu
keterlambatan datangnya buku kurikulum 2013
pada saat tahun ajaran baru berlangsung. Pada

1
penelitian ini, peneliti akan mengidentifikasi
masalah yang dihadapi guru dalam penerapan
kurikulum 2013 di SDN.
Berdasarkan latar
belakang yang telah dijelaskan di atas, maka judul
penelitian kualitatif yang akan diteliti tentang
“Identifikas Masalah yang Dihadapi Guru dalam
Penerapan Kurikulum 2013 di SDN

B. Tujuan
1) Menjelaskan apa itu kurikulum
2) Menjelaskan apa itu telaah kurikulum
3) Mengidentifikasi permasalahan apa yang dihadapi oleh guru dalam penerapan
kurikulum 2013 di sekolah
4) mendeskripsikan cara guru menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam penerapan
kurikulum 2013.

C. Manfaat
Manfaat dari rekayasa ide ini adalah mengetahui bagaimana perkembangan
telaah kurikulum yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
berhubungan dengan kurikulum 2013 untuk

pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan

kajian teoris diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan.

2
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

A. PENGERTIAN KURIKULUM

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang


diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan
lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud
dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk
dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam
kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

B. PENGERTIAN KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk
menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam
masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah
rintisan. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan

C. PENGERTIAN TELAAH KURIKULUM

Telaah adalah penyelidikan, kajian, pemeriksaan, dan penelitian. Kurikulum adalah


rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional,
materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai
kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan
dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada
satuan pendidikan tertentu. Jadi, telaah mata kurikulum adalah suatu kajian terhadap
kompetensi, materi, evaluasi serta perencanaan pembelajaran yang dapat dijadikan
pedoman bagi guru di sekolah.

D. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

Menurut Sanjaya (2015:17) kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan walaupun memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum sebagai

3
pedoman dan arah tujuan pendidikan, sedangkan pembelajaran merupakan proses yang
terjadi dalam interaksi antara guru dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Tanpa kurikulum sebagai rencana, maka pembelajaran tidak akan efektif, sedangkan tanpa
pembelajaran, kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa. Kurikulum berkaitan dengan
apa yang harus diajarkan, sedangkan pembelajaran mengacu bagaimana cara
mengajarkannya, (Olivia dalam Sanjaya, 2015). Berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan kurikulum dan pembelajaran adalah sesuatu yang saling berkaitan sehingga
apabila salah satunya tidak ada, dapat mempengaruhi yang lainnya.

4
BAB III METODE
PELAKSANAAN

A. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan identifikasi wacana dari
bukubuku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang
berhubungan dengan judul penulisan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Maka dilakukan langkah - langkah sebagai
berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, dokumen, majalah internet (web).

2. Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan tentang masalah yang
dikaji. Pada hakikatnya tidak ada acuan khusus dalam mengumpulkan data pada metode ini,
namun tidak dengan begitu saja data yang dikumpulkan dijadikan hasil penelitian, karena akal
manusia memberikan bimbingan pekerjaan secara sistematis dan sesuai dengan objek
kajiannya. Oleh karena itu ada dua tahap dalam membaca data yang telah diperoleh :

a. Membaca pada tingkat simbolik. Seorang peneliti tidak mungkin akan membaca seluruh
sumber yang didapatkan dari pertama hingga akhir. Jika itu dilakukan, maka akan menyita
waktu dan akan mengurangi efisiensi waktu penelitian. Tahap ini ialah dengan tidak membaca
secara keseluruhan melainkan dengan menangkap sinopsis dari buku, bab, subbab sampai pada
bagian terkecil dari buku, hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui peta penelitian,
hasilnya akan dicatat dalam kartu data dan diberikan kode sesuai dengan peta dan kategori
penelitian yang dilakukan.

b. Membaca pada tingkat semantik. Membaca data yang telah dikumpulkan dengan lebih
terperinci, terurai dan menangkap esensi dari data tersebut. Hal ini membutuhkan ketekunan
dan waktu yang cukup lama. Tiap poin yang dibaca dilakukan analisis dalam data tersebut.
Peneliti harus mendahulukan data yang bersifat primer, jika sudah dianggap cukup selanjutnya
mengumpulkan data yang bersifat sekunder Setelah membaca secara semantik dilakukan,
dicatat dalam kartu data, tahapan pencatatan dalam kartu ada di antaranya:

1) Mencatat secara qoutasi, yaitu dengan mencatat kutipan langsung tanpa merubah sedikitpun
redaksi sumber data atau dari penulis karya tersebut, biasanya untuk mencatat
terminologiterminologi kunci untuk mengembangkan interpretasi yang lebih luas.

2) Mencatat secara paraphrase, dengan menangkap intisari dari data dengan redaksi kata yang
disusun oleh peneliti sendiri. Proses ini bisa dilakukan dengan analisis verstehen untuk
menagkap intisari dari data yang berupa uraian panjang lebar, lalu diambil intisari pemahaman
dari uraian panjang tersebut menjadi kalimat singkat dan padat agar dengan mudah terekam
pada kartu data.
5
3) Mencatat secara sinoptik, mencatat model ini lebih pada ringkasan, artinya setelah membaca
bagian atau sub bagian data kategori tertentu, kemudian peneliti membuat ringkasan atau
sinopsis yang haru

6
Mencatat secara presis. Mencatat model ini adalah kelanjutan dari mencatat secara sinoptik. Seletah
mencatat secara sinoptik, peneliti akan menghadapi hasil dari catatan sinoptik yang banyak, maka perlu
pengkategorian catatan, misalnya unsur nilai agama, nilai budaya, epsitemologi, aksiologi, etika dan
unsur-unsur lainnya. Peneliti lebih lanjut membuat catatan yang lebih padat lagi berdasarkan pada
catatan sinoptik yang terkumpul.

4) Pengkodean. Tahap ini adalah tahap yang paling teknis dalam sebuah penelitian, tujuannya
mensistematiskan agar data yang tidak teratur atau yang bertumpuk. Melalui kartu data, data
dipilih sesuai dengan kategori data masing-masing dan tokoh yang tercantum dalam data
tersebut, termasuk penerbit dan tempatnya.

B. Instrumen Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu studi yang objek
penelitiannya berupa karya-karya kepustakaan, baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel dalam
media massa, maupun data-data statistik. Kepustakaan tersebut akan digunakan untuk
menjawab permasalahan penelitian yang diajukan oleh penulis yang dalam hal ini adalah
bagaimana penerapn kurikulum pendidikan di era Covid19. Adapun sifat dari studi yang
dilakukan adalah deskriptif analisis yaitu memberikan edukasi dan pemahaman kepada
pembaca, serta jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam
penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah data bagaimana kebijkaan kurikulum dalam
menghadapi wabah Covid – 19.

C. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam tesis ini adalah analisis data model Miles dan Huberman. Dalam
model ini aktifitas analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus-menerus sampai
dirasa cukup. Menurut Kaelan, ada dua tahap dalam teknik analisis data pada penelitian
kepustakaan ini. Pertama, analisis pada saat pengumpulan data, ini ditujukan untuk lebih
menangkap esensi atau inti dari fokus penelitian yang akan dilakukan melalui sumber-sumber
yang dikumpulkan dan terkandung dalam rumusan verbal kebahasaan, proses ini dilakukan
aspek demi aspek, sesuai dengan peta penelitian. Kedua, setelah dilakukan proses pengumpulan
data itu, selanjutnya menganalisis kembali setelah data terkumpul yang berupa data mentah
yang harus ditentukan hubungan satu sama lain. Data yang terkumpul tersebut belum tentu
seluruhnya menjawab permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian, oleh arena itu perlu
dilakukan kembali analisis data yang sudah diklarifikasikan tersebut. Aktifitas analisis data
model ini antara lain, reduksi data (data reduction), display data dan gambaran konklusi atau
verifikasi (conclusion drawing/verification).

a. Reduksi data (data reduction), pada tahap awal ini melakukan pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian data mentah dalam catatan-catatan tertulis.
Tujuannya adalah untuk melakukan temuan-temuan yang kemudian menjadi fokus dalam
penelitian tersebut.
7
b. Display data, tahap ini data yang sudah direduksi kemudian didisplay hingga memberikan
pemahaman terhadap data tersebut agar bisa menentukan langkah selanjutnya yang akan
dilakukan

8
oleh seorang peneliti dalam proses penelitiannya.

c. Gambaran kesimpulan, setelah reduksi data terlaksana, maka dilakukan konklusi atau
penarikan kesimpulan dari data yang telah diteliti, dari kesimpulan tersebut dipaparkan
penemuan baru dari penelitian yang dilakukan. Namun hasil ini masih bisa diteliti kembali dan
kembali dilakukan reduksi, display data dan kembali akan menghasilkan konklusi, begitu
seterusnya agar mendapatkan hasil yang maksimal. Selanjutnya teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Hermeneutik sebagai
metode pemahaman, sebagaimana yang diangkat oleh Emilio Betti, merupakan suatu aktifitas
interpretasi terhadap obyek yang mempunyai makna (meaning–full form) dengan tujuan untuk
menghasilkan kemungkinan yang obyektif. Untuk memenuhi salah satu syarat yang harus
dilakukan dalam penelitian sebuah teks yang menggunakan pendekatan hermeneutik yaitu
dengan menggunakan interpretasi historis, yang merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan
gagasan dan memberi makna yang saling berhubungan di antara data-data yang diperoleh, yang
berkaitan dengan personalitas pengarang, begitu juga menyangkut tentang peristiwa dan iklim
budaya dimana pengarang itu hidup

9
BAB IV
PEMBAHASAN

A. TELAAH KURIKULUM DI MASA PANDEMI

Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar
nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai
kemampuan tersebut. Penerapan kurikulum di era pandemic ini , mengalami beberpaa perbedaan.
Beberapa daerah bahkan mengembangkan aplikasi khusus. Terkait pandemi Covid-19 ini, beberapa IGI
bekerja sama dengan dinas pendidikan dan olahraga meluncurkan sistem pembelajaran virtual melalui
web dikemas dalam sebuah aplikasi . Kurikulum 2013 yang selama ini diterapkan juga disesuaikan
dengan sistem belajar dalam jaringan sehingga para guru mengurangi beban kurikulum. Misalnya dari
9 -10 mata pelajaran sehari, kini dipangkas menjadi tiga pelajaran. Waktu belajar juga diperpendek
menjadi lima jam, yaitu pukul 08.00-13.00. ”Setelah itu, pembinaan diserahkan kepada orangtua.

Namun temuan survei itu menyimpang dari semangat Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020. Surat itu, antara lain, menyebutkan pembelajaran jarak jauh untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan
pencapaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan. Tetapi , dalam kondisi sekarang,
Kurikulum 2013 tidak bisa menjawab tantangan ini. Beberapa pihak ingin ingin Kurikulum 2013 yang
adaptif.Adaptasi itu, antara lain, jika pada hari normal guru bisa menggelar minimal-maksimal
pertemuan untuk berdialog dengan siswa, kini ukuran disesuaikan. Selama PJJ, dimungkinkan
perampingan atau integrasi materi ajar. Misalnya, mata pelajaran satu rumpun dapat disinergikan, lalu
diajarkan saat bersamaan. Dinas pendidikan mengusulkan perubahan terkait empat dari delapan
Standar Nasional Pendidikan, yaitu standar isi, proses, penilaian pendidikan, dan kompetensi
kelulusan. Struktur materi (isi) Kurikulum 2013 yang padat harus dilonggarkan, disesuaikan dengan
kondisi guru dan siswa yang belum ideal untuk pembelajaran jarak jauh.Dari segi standar proses,
pengintegrasian proses pembelajaran antarmata pelajaran serumpun, terutama dalam pemberian
tugas, akan meringankan siswa dan guru.

Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengatakan “Kurikulum sekarang perlu disisir untuk menemukan
bagian- bagian yang penting dan mesti dipenuhi. Belajar lebih fokus pada materi yang penting sehingga
beban kurikulum pada guru dan siswa terkurangi. ”Jangan jejali anak-anak dengan kurikulum berat,”
ujarnya.
Peneliti sosiologi pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
pun mengatakan, harus ada fleksibilitas dalam kurikulum selama pandemi Covid-19. ”Saat normal saja,
Kurikulum 2013 tidak optimal di sekolah-sekolah di daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan), apalagi
sekarang. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mendorong
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta Kementerian Agama (Kemag) untuk
segera menetapkan kurikulum khusus di tengah situasi darurat wabah Covid-19. Ia mengatakan
10
kebijakan tersebut perlu dilakukan agar dinas-dinas pendidikan daerah dan kantor wilayah (Kanwil)
agama tidak menekan para guru untuk menyelesaikan target kurikulum seperti pada kondisi normal.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan segala keterbatasannya akan berlangsung lama dengan sarana
dan prasarana yang kurang memadai

11
serta pendampingan guru yang minim dalam proses pembelajaran.Kemdikbud, katanya, harus segera
menetapkan kurikulum sekolah dalam kondisi darurat karena jika tidak segera, ketika dinas
pendidikan menekan guru untuk menyelesaikan kurikulum. Lalu, secara otomatis para guru pasti akan
menekan anak- anak didiknya untuk memenuhi tuntutan dinas pendidikan tersebut.

Kurikulum saat ini menjadikan para guru dan siswa pada akhirnya menjadi korban. Para guru
menyampaikan kepada KPAI bahwa mereka setiap hari wajib lapor hasil penilaian atau kinerja setiap
hari, sehingga mereka terpaksa menugaskan siswa setiap hari juga sesuai jadwal bidang studi,"
katanya. Kemudian, terkait dengan perpanjangan masa belajar jarak jauh karena wabah Covid-19 yang
diperkirakan hingga kenaikan kelas tahun ajaran 2019/2020 pada akhir Juni 2020, maka KPAI
membentuk tim kajian untuk melakukan monitoring dan evaluasi terkait PJJ dan ujian kenaikan kelas
jika akan dilakukan secara daring. Sehingga yang terjadi pada kurikulum saat ini ialah klomisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang tetap berkukuh mengusulkan kurikulum darurat selama
pandemi virus korona (covid-19). Kurikulum yang ada saat ini dinilai merepotkan siswa."Dalam
kondisi normal saja kurikulum 13 masih sulit dituntaskan. Apalagi kondisi darurat seperti ini di antara
berbagai keterbatasan," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam konferensi
video, Kamis, 7 Mei 2020.

Retno menyebutkan kurikulum darurat dimaksud bukan berarti membentuk kurikulum baru. Namun,
bisa berupa pengurangan beban kurikulum yang sudah ada. "Dipilah dan dipilih materi yang esensial
dan penting bagi anak ketahui dan pelajari. KPA meminta untuk materi belajar online dengan tingkat
kesulitan tinggi dan perlu bimbingan guru secara langsung, sebaiknya ditiadakan. Materi yang diujikan
dalam kenaikan kelas sebaiknya materi yang sudah dibahas sebelum kebijakan belajar dari rumah.
Dengan demikian tidak membebani siswa maupun guru,KPAI juga merekomendasi Kemdikbud
mengeluarkan peraturan khusus tentang kurikulum dalam situasi darurat. Retno mengusulkan dengan
kondisi ini bidang studi yang beragam dan jumlahnya banyak digabung menjadi satu segmen. Semisal
mata pelajaran agama dan budi pekerti, sosial humaniora, sains dan logika, serta keahlian dan
kreativitas Retno mengingatkan, prinsip belajar jarak jauh wajib mempertimbangkan kondisi siswa
yang berbeda-beda, tidak bisa sama rata, karena ada anak yang orang tua tidak masalah dalam
penyediaan kuota internet, namun ada juga orang tuan tidak sanggup membeli kuota internet. Pada
orang tua yang dapat memfasilitasi anak-anaknya dengan berbagai peralatan seperti laptop atau
komputer dan gawai, ada juga yang harus bergantian gawai dengan orang tua. "Penilaian jarak jauh
dalam rangka penilaian akhir semester, guru dan pihak sekolah perlu memperimbangkan hal yang
sama, tidak boleh memberatkan siswa dan orang tua, bermakna, menyenangkan, dan pendidikan
kecakapan hidup,” ujarnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengaku tengah mengkaji kemungkinan
penerapan kurikulum darurat akibat kondisi yang mengharuskan belajar di rumah selama pandemi
virus corona (Covid- 19). Namun saat ini ia mengatakan masih fokus pada kebijakan-kebijakan yang
bisa langsung dirasakan masyarakat dengan cepat, Karena mengubah kurikulum itu tidak mudah.
Sedangkan Covid-19 ini cepat. Ia mengatakan membuat kurikulum baru justru bisa memunculkan
12
gangguan terhadap proses belajar. Misalnya harus ada pelatihan buntut dari kurikulum baru.

13
Untuk itu pihaknya memutuskan kebijakan yang bisa dirasakan masyarakat langsung. Termasuk
membuat program Belajar dari Rumah melalui TVRI . Evaluasi dan perbaikan program ini juga terus
dijalankan Nadiem. Misalnya memastikan program ramah disabilitas, karena saat ini program Belajar
dari Rumah belum menyentuh siswa disabilitas. Ia pun mengaku belum memiliki solusi belajar dari
rumah untuk masyarakat yang tak punya akses listrik. Tapi pihaknya terus menggodok ide yang bisa
didorong. Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan ada 213 keluhan
siswa tentang belajar dari rumah. Kebanyakan mengeluh soal tugas menumpuk dari guru. Sementara
itu, survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)
menemukan 58 persen anak mengaku tidak senang menjalani program Belajar dari Rumah. Hal ini
karena banyak keluhan mengenai pembelajaran daring dan jarak jauh yang hanya terpaku pemberian
tugas.

Pandemi Covid-19 diperkirakan akan terjadi dalam waktu yang cukup lama, pemerintah harus
mengambil langkah strategis dengan menyusun kurikulum khusus yang sesuai dengan skema PJJ.
Nadiem menduga keluhan siswa mengindikasikan guru belum memahami dengan baik konsep belajar
jarak jauh. Pembelajaran daring pun tak bisa dilakukan merata di Indonesia karena keterbatasan
infrastruktur dan akses teknologi.
Di masa depan keberlangsungan, kebergunaan dan kebermaknaan pendidikan kita akan ditentukan
oleh kemampuannya serta fleksibelitas kiya dalam merespons hal-hal yang tak terduga. Pandemi
Covid-19 salah satunya. Kurikulum 2013 misalnya tidak dirumuskan untuk menghadapi pandemi
Covid-19 di tahun 2020. Diskusi di banyak tempat selama ini justru banyak berimajinasi mengenai
“Generasi emas 2045”. Harapan ini hampir selalu ada di semua ilmu manajemen modern, termasuk
manajemen pendidikan persekolahan. Nah, imajinasi 2045 bisa bubar seketika kala ada bencana tak
terduga, dan pendidikan kita tak siap untuk itu.

Dibutuhkannya kurikulum yang fleksibel, kita butuh skenario pembelajaran (silabus, lesson plan) yang
fleksibel, multi-skenario pembelajaran, kita butuh pedagogi yang fleksibel, sejenis multimodal
pedagogy– atau apapaun namanya itu, kita butuh assessment yang juga fleksibel dengan tanpa
mengurangi kualitas, agar di saat-saat tertentu ketika muncul hal-hal tak terduga yang tak terprediksi
(bencana, konflik, riots), pendidikan akan tetap berlangsung. Tentu saja dengan tetap harus
mengutamakan manusia di atas kurikulum, metode, media, dan teknis assessment apapun
itu.Pendidikan yang telanjur menjadi birokrasi gemuk dengan mata rantai komunikasi dan koordinasi
yang teramat panjang dan tidak efektif. Seperti sekarang, sekolah- sekolah, guru-guru, dan bahkan
kampus kelimpungan menjalankan pembelajaran jarak jauh alias dalam jaringan (daring). Banyak yang
lamban bergerak karena menunggu instruksi Pusat, menunggu surat edaran Dinas, dan lainnya.
Beruntung embrio pembelajaran berjejaring dan personal sudah dikenalkan sejak kira-kira 10 tahun
terakhir.

Pembelajaran daring bertujuan untuk memudahkan aktivitas belajar. Caranya dengan menyediakan
banyak sumber belajar yang mudah diakses, pembelajaran yang fleksibel metode, tempat, dan
waktunya bisa sepenuhnya daring, bisa kombinasi daring dan luar jaringan (luring)—tatap muka fisik
14
konvensional.Prinsip pembelajaran Daring yang pertama, Pembelajaran daring jangan sampai
menambah beban guru dan siswa, karena tujuannya untuk memudahkan belajar Jika menambah
beban, pasti ada yang Bisa karena sarana tidak siap, bisa karena materi tidak siap Jika sarana tidak
siap, jangan paksa untuk belajar daring, yang kedua beri

15
tugas belajar sewajarnya dengan instruksi yang jelas dan sesuai tujuan belajar. Oleh karena itu perlu
berupaya untuk selalu berkomunikasi dengan siswa di dalam sistem beri stimulus yang baik, beri
respons, dan buka ruang berdialog secara demokratis, jika perlu boleh diselingi humor tiap tugas harus
ada balikan (feed back), beri instruksi yang jelas, memberikan balikan dan bimbingan dan jika siswa
masih belum paham, jelaskan ulang secara dialogis-Humanis untuk waktu yang mendesak manfaatkan
berbagai sumber yang tersedia di dunia maya, untuk jangka oanjang perlu ada tim tersendiri disekolah
atau kampus yang mendukung. Penggunaan fleksibel metode pembelajaran artinya menyesuaikan
karakteristik konten dan siswa, fleksibel tempat artinya dapat berlangsung tidak harus dikelas
konvensional atau fisik, fleksibel waktu artinya tidak harus tepat waktu seperti pertemuan tatap muka
dikelas biasanya pembelajaran daring waktunya lebih lama dan tidak harus saat itu juga (syncrounus,
ansycrounus): video call, webinar, teleconference, zoom, forum diskusi, email, instan messengging dll.
Pembelajaran daring merupakan bentuk personalisasi pembelajaran, untuk itu perlunya kesadaran
serius belajar dari siswa perlu diimbangi dengan guru untuk mengontrol pembelajaran secara berkala
caranya dengan memberikan stimulus – respon kepada siswa.

Munculnya Covid-19 tak ada dalam perhitungan, yang hanya dalam hitungan hari mampu memaksa
jutaan siswa dan guru, mahasiswa dan dosen, harus menjalankan pembelajarannya dengan berbasis
internet–atau moda pendidikan jarak jauh lain bagi yang infrastrukturnya belum terpenuhi. Agaknya,
tak ada jalan lain pendidikan pasca-pandemi Covid-19 haruslah pendidikan yang tak berskenario
tunggal, haruslah pendidikan yang fleksibel, responsif, kontekstual, Tentu bagi para pengkaji teknologi
pendidikan, terutama yang update teori-teori dan perspektif pendidikan postmodern, kata-kata itu
sudah menjamur sejak lama. Namun sampai kemarin (2019) saja terutama institusi pendidikan formal
negeri tak ada yang berani fleksibel dalam pembelajarannya. Semua harus terencana (by objective),
terukur, tersistem, terstandar, dari awal proses hingga akhir. Bagaimana cara mengubah agar
pembelajaran di kelas—sekolah formal dapat lebih manusiawi, tidak membebani siswa karena harus
beradaptasi dengan pandemi Covid-19, namun tetap tidak melencengkan tujuan pembelajaran,
tidak juga menurunkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Dalam rangka
menghambat penyebaran COVID-19 pemerintah telah menganjurkan agar pembelajaran di sekolah-
sekolah dilaksanakan secara online atau dalam jaringan (daring)—berkebalikan dengan pembelajaran
di luar jaringan (luring)—tatap muka fisik di kelas konvensional. Dalam ringkasan memahami
pembelajaran daring ini media atau platform yang dimaksud lebih yang dalam bentuk Learning
Management System (LMS) atau Virtual Learning Environment(VLE) seperti Moodle, Edmodo, dan
sejenisnya.

Semoga bencana ini segera berlalu dan generasi penerus bangsa bisa menimkati bangku sekolah
kembali. Bercengkerama bersama teman dan guru, menggali ilmu dan mencari pengalaman baru untuk
bekal masa depan. Aamiin

16
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar
nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai
kemampuan tersebut. Penerapan kurikulum di era pandemic ini , mengalami beberpaa perbedaan.
Beberapa daerah bahkan mengembangkan aplikasi khusus. haruslah pendidikan yang tak berskenario
tunggal, haruslah pendidikan yang fleksibel, responsif, kontekstual. Pembelajaran daring bertujuan
untuk memudahkan aktivitas belajar. Caranya dengan menyediakan banyak sumber belajar yang
mudah diakses, pembelajaran yang fleksibel metode, tempat, dan waktunya bisa sepenuhnya daring,
bisa kombinasi daring dan luar jaringan (luring)—tatap muka fisik konvensional. Kurikulum sekarang
perlu disisir untuk menemukan bagian-bagian yang penting dan mesti dipenuhi. Belajar lebih fokus
pada materi yang penting sehingga beban kurikulum pada guru dan siswa terkurangi. kondisi ini
bidang studi yang beragam dan jumlahnya banyak digabung menjadi satu segmen. Prinsip belajar jarak
jauh wajib mempertimbangkan kondisi siswa yang berbeda-beda, tidak bisa sama rata, karena ada
anak yang orang tua tidak masalah dalam penyediaan kuota internet, namun ada juga orang tuan tidak
sanggup membeli kuota internet. Oleh karena itu perlu berupaya untuk selalu berkomunikasi dengan
siswa di dalam sistem beri stimulus yang baik, beri respons, dan buka ruang berdialog secara
demokratis, jika perlu boleh diselingi humor tiap tugas harus ada balikan (feed back), beri instruksi
yang jelas, memberikan balikan dan bimbingan dan jika siswa masih belum paham,

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan, peneliti mengemukakan saran dalam melaksanakan


pembelajaran agar tujuan kurikulum tercapai ialah sebagai berikut:

1) Perpanjang masa pengerjaan tugas. Hal ini penting, mengingat siswa perlu beradaptasi dengan
ritme belajar baru, juga cara belajar baru yang lebih menekankan pada kemandirian belajar.
Kondisi pandemi, harus melakukan physical distance, tentu membuahkan tekanan, kebosanan,
dan ritme hidup baru. Namun, belajar jarak jauh—termasuk daring di dalamnya—juga tidak
mungkin tanpa memberi tugas sama sekali. Karena dari tugas itulah guru tahu capaian hasil
belajar siswanya.

2) Fokus pada unjuk kerja (kinerja) atau produk yang menjadi ukuran dari keberhasilan capaian
belajar siswa. Tidak perlu mengontrol ketat pemahaman per sub-bahasan, karena akan
cenderung memberi tugas berlebih—dan ini yang rata-rata terjadi di banyak sekolah sekarang.
Kalau tujuan pembelajarannya berupa pemahaman, cukup diberikan 1 atau 2 tugas terkait
dengan tujuan tersebut. Tujuan pembelaran di sini maksudnya tujuan pembelajaran dalam 1
semester, bukan 1 pertemuan/topik. Tidak perlu rinci. Tinggal guru memastikan
pemahamannya tepat dengan eksplorasi tugas tersebut saja.
17
3) Pegang kompetensi inti (KI) saja, tidak perlu kompetensi dasar (KD). Di semua sekolah yang
menjalankan Kurikulum 2013 sekarang yang dipegang adalah KD. Nah, KD ada banyak dan

18
merupakan penjabaran dari KI. Berpegang pada KD akan cenderung memaksa guru untuk
memberikan banyak pelajaran secara detail, padahal sejatinya KI yang dituju cukup padat dan
ringkas. Nah, KI ini saja yang dipegang hingga nanti pembelajarannya tidak akan “terlalu rinci
dan detail” sebagaimana sekarang ketika memegang ketat KD. Dengan berpegang pada KI saja,
materi lebih ringkas, pembelajaran dapat dirancang ulang lebih ringkas/sederhana tapi tetap
sesuai KI. Akhirnya tugas juga ringkas. Penilaian seperti di point nomor 2, fokus saja pada
kinerja dan produk. Sayang rumusan KI dalam Kurikulum 2013 terlalu abstrak. Hingga guru
pasti kesulitan ketika hanya memegang KI sebagai acuan merumuskan pembelajaran. Oleh
karena itu, baca ulang KD-KD (lihat di Permendikbud No. 24/2016) sesuai mata pelajaran dan
jenjang masing-masing. Buat list/daftar inti- inti kompetensi yang hendak dipakai apa, dan
daftar ini jadikan sebagai acuan merancang ulang pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Jika
daftar inti-inti kompetensi hasil pembacaan atas KD-KD ini concise betul (ringkas),
maka sejatinya inilah KI yang sebetulnya. Dengan melakukan beberapa tips ringkas
di masa darurat pandemi Covid-19 tersebut, maka pembelajaran akan langsung pada intinya
saja (karena berpegang pada KI-nya, KI singkatan dari kompetensi inti), tidak terlalu banyak
kembangan atau bertele-tele harus mengerjakan tugas yang berseri-seri banyaknya, penilaian
juga akan langsung fokus pada menilai kompetensi apa yang hendak dicapai. Pembelajaran yang
ringkas, langsung pada intinya (right to the point, to the core competencies), tugas yang
langsung ke inti kompetensi apa yang hendak dicapai, akan memudahkan guru, siswa, dan orang
tua di saat-saat darurat sekarang ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://lenteratoday.com/belajar-dari-krisis-pandemi-covid-19-indonesia-butuh-kurikulum-fleksibel/
(dirujuk tanggal 26 Mei 2020)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200415171950-20-493880/mendikbud-nadiem-akui-
tengah-kaji- kurikulum-darurat-corona (dirujuk tanggal 26 Mei 2020)
https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/05/02/era-baru-pendidikan-di-indonesia/ (dirujuk
tanggal 26 Mei 2020)
https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/05/02/era-baru-pendidikan-di-indonesia/ (dirujuk
tanggal 26 Mei 2020)
https://www.beritasatu.com/nasional/625937-kpai-segera-buat-kurikulum-darurat-covid19
(dirujuk
tanggal 26 Mei 2020)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200415171950-20-493880/mendikbud-nadiem-akui-
tengah-kaji- kurikulum-darurat-corona (dirujuk tanggal 26 Mei 2020)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum ( dirujuk taggal 12 Mei 2020)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013 ( dirujuk taggal 12 Mei
2020) https://www.sehatq.com/penyakit/virus-corona ( dirujuk taggal
12 Mei 2020)

20
21

Anda mungkin juga menyukai