Anda di halaman 1dari 27

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :
TENTANG
STANDAR DAN INSTRUMEN
AKREDITASI PUSKESMAS EDISI
KEDUA, VERSI TAHUN 2020

BAB 1. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)

Standar
1.1 Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
dilakukan secara terpadu yang berbasis wilayah kerja
Puskesmas bersama dengan lintas program dan lintas sektor
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Perencanaan Puskesmas mempertimbangkan visi, misi, tujuan, dan
tata nilai, analisis kebutuhan masyarakat, analisis peluang
pengembangan pelayanan, serta analisis risiko pelayanan
termasuk umpan balik dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/
Kota.

Kriteria
1.1.1 Jenis-jenis pelayanan yang disediakan ditetapkan berdasarkan
visi, misi, tujuan, dan tata nilai, analisis kebutuhan masyarakat,
analisis peluang pengembangan pelayanan, analisis risiko
pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dituangkan dalam perencanaan.

Pokok Pikiran:
 Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan dan Penunjang (UKPP) tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah
kerjanya.
 Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) bidang
kesehatan yang bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja
profesional harus memiliki Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai yang
mencerminkan Tugas Pokok dan Fungsinya sebagai penyedia
layanan UKM maupun UKPPP.
 Visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas mengacu visi, misi dan tujuan Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan. Sebagai acuan dalam
penyelenggaraan Puskesmas.
 Puskesmas wajib menyediakan pelayanan sesuai dengan visi,
misi, tujuan dan tata nilai, kebutuhan masyarakat, hasil analisis
peluang pengembangan pelayanan, hasil analisis risiko pelayanan
dan peraturan perundang-undangan.
 Untuk mendapatkan hasil analisis kebutuhan masyarakat perlu
dilakukan analisis situasi data kinerja Puskesmas, analisis situasi
dan perumusan masalah yang dirasakan masyarakat termasuk
hasil pelaksanaan PIS-PK yang disusun secara terpadu yang
berbasis wilayah kerja Puskesmas.
 Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tidak sama
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, prioritas
masalah kesehatan dapat berbeda antar daerah, oleh karena itu
perlu dilakukan analisis peluang pengembangan upaya dan
kegiatan Puskesmas, serta perbaikan mutu dan kinerja.
 Risiko yang pernah terjadi maupun berpotensi terjadi dalam
penyelenggaraan pelayanan baik upaya kesehatan masyarakat
maupun Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang perlu
diidentifikasi, dianalisis dan dikelola agar pelayanan yang
disediakan aman bagi masyarakat, petugas, dan lingkungan.
 Hasil analisis risiko harus dipertimbangkan dalam proses
perencanaan, sehingga upaya pencegahan dan mitigasi risiko
sudah direncanakan sejak awal serta disediakan sumber daya
yang memadai untuk pencegahan dan mitigasi risiko.
 Hasil identifikasi dan analisis untuk menetapkan jenis pelayanan
dan penyusunan perencanaan Puskesmas terdiri dari : a)
kebutuhan dan harapan masyarakat, b) hasil identifikasi dan
analisis peluang pengembangan pelayanan pada area prioritas,
dan c) hasil identifikasi dan analisis risiko penyelenggaraan pada
unit-unit pelayanan baik dari sisi KMP, UKM, maupun UKPP
termasuk risiko terkait bangunan, prasarana, peralatan
Puskesmas.

Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai Puskesmas yang
menjadi acuan dalam penyelenggaraan Puskesmas mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja
Puskesmas. (R)
2. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan berdasarkan
hasil identifikasi dan analisis sesuai dengan yang diminta pada
pokok pikiran pada paragraf terakhir (R,D,W)
Kriteria
1.1.2 Perencanaan Puskesmas disusun berdasarkan visi, misi, tujuan,
dan tata nilai Puskesmas, analisis peluang pengembangan
pelayanan, analisis risiko pelayanan, capaian kinerja dan analisis
kebutuhan masyarakat termasuk umpan balik dari dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota yang diselaraskan dengan
rencana strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota yang
disusun secara terpadu yang berbasis wilayah kerja Puskesmas
serta dapat direvisi sesuai dengan capaian kinerja dan apabila ada
perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pokok Pikiran:
 Berdasarkan hasil analisis kebutuhan masyarakat dan analisis
kesehatan masyarakat, analisis peluang pengembangan
pelayanan, dan analisis risiko pelayanan, Puskesmas bersama
dengan sektor terkait dan masyarakat menyusun rencana lima
tahunan yang diselaraskan dengan rencana strategis dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, serta sesuai dengan visi, misi,
tujuan, dan tata nilai Puskesmas.
 Perencanaan Puskesmas dilakukan secara terpadu baik KMP,
upaya kesehatan masyarakat (UKM), dan Upaya Kesehatan
Perseorangan dan Penunjang (UKPP).
 Berdasarkan rencana lima tahunan, Puskesmas menyusun
Rencana Operasional Puskesmas yang dituangkan dalam Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) untuk periode tahun yang akan datang
yang merupakan usulan ke Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/
Kota, dan menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) untuk
tahun berjalan berdasarkan anggaran yang tersedia untuk tahun
tersebut.
 Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun secara terintegrasi
melalui penetapan Tim Manajemen Puskesmas, yang akan
dibahas dalam musrenbang desa dan musrenbang kecamatan
untuk kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota.
 Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan bulanan dilakukan
berdasar hasil perbaikan proses pelaksanaan kegiatan dan hasil-
hasil pencapaian terhadap indikator kinerja yang ditetapkan.
 Perubahan rencana dimungkinkan apabila terjadi perubahan
kebijakan pemerintah tentang upaya/kegiatan Puskesmas
maupun dari hasil perbaikan dan pencapaian kinerja
upaya/kegiatan Puskesmas.
 Revisi terhadap rencana harus dilakukan dengan alasan yang
tepat sebagai upaya pencapaian yang optimal dari kinerja
Puskesmas.

Elemen Penilaian:
1. Rencana Lima Tahunan disusun dengan dengan melibatkan lintas
program dan lintas sektor serta berdasarkan rencana strategis
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. (D)
2. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dengan melibatkan
lintas program dan lintas sektor, berdasarkan rencana strategis
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota, Rencana Lima
Tahunan Puskesmas dan hasil penilaian kinerja. (D)
3. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas disusun secara
lintas program sesuai dengan anggaran yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. (D)
4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Bulanan disusun sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahunan serta hasil pemantauan
dan capaian kinerja bulanan. (D)
5. Apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dilakukan revisi perencanaan sesuai kebijakan yang
ditetapkan. (D, W)

Kriteria
1.1.3 Peluang perbaikan dan pengembangan dalam penyelenggaraan
upaya Puskesmas diidentifikasi dan dianalisis sebagai dasar
dalam perencanaan.

Pokok Pikiran:
 Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tidak sama
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, prioritas
masalah kesehatan dapat berbeda antar daerah, oleh karena itu
perlu diidentifikasi peluang pengembangan upaya dan kegiatan
Puskesmas, serta perbaikan mutu dan kinerja.
 Keterbatasan sumber daya mengakibatkan tidak semua proses
yang terjadi di Puskesmas dapat diukur dan diperbaiki di waktu
yang sama.
 Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
sebagai hasil analisis kebutuhan masyarakat tiap-tiap tahun
ditetapkan area prioritas perbaikan untuk tingkat Puskesmas
yang menjadi fokus untuk melakukan inovasi perbaikan, dan
didukung baik oleh Keppemimpinan dan Manajemen Puskesmas
(KMP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan dan Penunjang (UKPP)
 Area prioritas menjadi dasar penetapan indikator mutu prioritas
Puskesmas.
 Contoh masalah prioritas tingkat Puskesmas yang ditetapkan
sesuai dengan permasalahan kesehatan di wilayah kerja adalah
tingginya prevalensi tuberkulosis, maka dilakukan upaya
perbaikan pada kegiatan UKPP yang terkait dengan penyediaan
pelayanan klinis untuk mengatasi masalah tuberkulosis,
dilakukan upaya perbaikan kinerja pelayanan UKM untuk
menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan dukungan manajemen
untuk mengatasi masalah tuberkulosis.

Elemen Penilaian:
1. Kepala Puskesmas menetapkan area prioritas tingkat Puskesmas
untuk perbaikan dan pengembangan tingkat Puskesmas sesuai
dengan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja yang terdiri
atas area KMP, UKM dan UKPP. (R)
2. Dilakukan identifikasi dan analisis peluang perbaikan dan
pengembangan penyelenggaraan upaya Puskesmas untuk
indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas yang sudah
ditetapkan dan upaya perbaikan dituangkan dalam dalam
perencanaan Puskesmas. (D, W)

Standar
1.2 Pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus memperhatikan
kemudahan akses pengguna layanan
Puskesmas mudah diakses oleh pengguna layanan untuk mendapat
pelayanan sesuai kebutuhan, mendapat informasi tentang
pelayanan, dan untuk menyampaikan umpan balik

Kriteria
1.2.1 Masyarakat sebagai pengguna layanan, seluruh tenaga Puskesmas
dan lintas sektor mendapat informasi yang memadai tentang jenis-
jenis pelayanan dan kegiatan-kegiatan Puskesmas serta
masyarakat memanfaatkan pelayanan sesuai kebutuhan.

Pokok Pikiran:
 Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
wajib menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
kebutuhan dan harapan masyarakat.
 Puskesmas harus menyampaikan informasi tentang jenis-jenis
pelayanan dan kegiatan yang dilengkapi dengan jadwal
pelaksanaannya.
 Pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas termasuk jaringannya
perlu diketahui oleh masyarakat sebagai pengguna layanan oleh
lintas program, dan sektor terkait untuk meningkatkan kerjasama,
saling memberi dukungan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dan upaya lain yang terkait dengan kesehatan untuk
mengupayakan pembangunan berwawasan kesehatan.
 Jenis-jenis pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, sebagai wujud
pemenuhan akses masyarakat terhadap pelayanan yang
dibutuhkan.

Elemen Penilaian:
1. Masyarakat, Lintas Program dan Lintas Sektor mengetahui jenis-
jenis pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas. (W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyampaian
informasi kepada masyarakat, lintas program maupun lintas sektor
serta pemanfaatan pelayanan dan kesesuaian pelaksanaan
kegiatan dengan jadwal yang disusun. (D, W)

Kriteria
1.2.2 Masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan sesuai
kebutuhan, dan untuk menyampaikan umpan balik terhadap
pelayanan. (Lihat juga KMP : 1.8.3 dan UKM : 2.2.1; 2.2.2; 2.9.5;
2.9.6)

Pokok Pikiran:
 Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
baik pengelola maupun pelaksana pelayanan harus mudah diakses
oleh masyarakat ketika masyarakat membutuhkan baik untuk
pelayanan preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif sesuai
dengan kemampuan Puskesmas.
 Berbagai strategi komunikasi untuk memudahkan akses
masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas dapat dikembangkan,
antara lain melalui papan pengumuman, pemberian arah tanda
yang jelas, media cetak, telepon, short message service (sms), media
elektronik, ataupun internet.
 Umpan balik yang dimaksud berupa pengelolaan keluhan,
masukan terhadap pelayanan dan penyampaian umpan balik.

Elemen Penilaian:
1. Dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balik dari
masyarakat. (D, O, W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap keluhan dan umpan
balik dari masyarakat. (D, O, W)

Standar
1.3 Tata kelola organisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Tata kelola organisasi Puskesmas meliputi struktur organisasi,
pengendalian dokumen, pengelolaan jaringan dan jejaring,
manajemen data dan informasi serta penyelenggaran pelayanan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Kriteria
1.3.1 Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan tata hubungan kerja.

Pokok Pikiran:
 Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi, perlu
disusun struktur organisasi Puskesmas yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota.
 Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang telah
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota,
perlu ada kejelasan tugas, wewenang, tanggungjawab dan
persyaratan jabatan.
 Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan kerja di
dalam struktur organisasi yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota.
 Pengisian jabatan dalam struktur organisasi tersebut
dilaksanakan berdasarkan persyaratan jabatan oleh Kepala
Puskesmas dengan menetapkan penanggungjawab masing-masing
upaya.
 Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung Jawab Upaya
Puskesmas
 Efektivitas struktur dan pengisian jabatan perlu dikaji ulang
secara periodik oleh Puskesmas untuk menyempurnakan struktur
yang ada dan efektivitas organisasi agar sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan.
 Sebagai wujud akuntabilitas, pimpinan dan/atau penanggung
jawab upaya Puskesmas wajib melakukan pendelegasian
wewenang kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan
tugas.
 Perlu diatur bagaimana kriteria dan prosedur pendelegasian
wewenang terkait dengan besarnya beban dalam pelaksanaan
kegiatan baik Kepala Puskesmas maupun penanggung jawab
upaya, agar proses pendelegasian dilakukan dengan tepat kepada
orang yang tepat (pendelegasian wewenang yang dimaksud adalah
pendelegasian manajerial)

Elemen Penilaian:
1. Ada struktur organisasi Puskesmas yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dengan kejelasan alur
komunikasi dan koordinasi antar posisi dalam struktur (R)
2. Ada uraian jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang
memuat uraian tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
persyaratan jabatan. (R)
3. Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung jawab Upaya
Puskesmas. (R)
4. Terdapat kriteria dan prosedur yang jelas dalam pendelegasian
wewenang dari Kepala Puskesmas kepada Penanggung jawab
upaya, dan dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator
pelayanan, dan dari koordinator pelayanan kepada pelaksana
kegiatan apabila meninggalkan tugas. (R
Kriteria
1.3.2 Kebijakan, pedoman/panduan, kerangka acuan dan prosedur terk
ait pelaksanaan kegiatan disusun, didokumentasikan, dan dikend
alikan, serta dokumen bukti pelaksanaan kegiatan dikendalikan.

Pokok Pikiran:
 Untuk menyusun, mendokumentasikan, dan mengendalikan
seluruh dokumen perlu disusun Pedoman tata naskah.
 Pedoman tata naskah sebagai acuan dalam penyusunan dokumen
regulasi yang meliputi kebijakan, pedoman, panduan, kerangka
acuan, dan prosedur, maupun dalam pengendalian dokumen dan
dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.
 Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a. penyusunan, kajian dan persetujuan dokumen (kebijakan,
pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur) oleh
orang yang ditunjuk
b. proses dan frekuensi kajian dan keberlanjutan persetujuan
c. pengendalikan dokumen
d. perubahan dokumen dan identifikasi histori perubahan
e. pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengeloaan dokumen yang diperoleh dari luar Puskesmas
g. retensi dokumen yang kadaluwarsa sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap menjamin
agar dokumen tersebut tidak digunakan secara salah.
 Untuk memastikan bahwa pelayanan dan kegiatan terlaksana
secara konsisten dan reliabel maka perlu disusun pedoman kerja
dan prosedur kerja.
 Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan baik dan
dikendalikan, demikian juga dokumen bukti rekaman sebagai
bentuk pelaksanaan prosedur juga harus dikendalikan sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan.
 Masalah dalam pelaksanaan kegiatan, ataupun masalah kinerja
harus ditindak lanjuti dengan upaya perbaikan.
 Agar pelaksanaan kegiatan pelayanan Puskesmas baik Upaya
Kesehatan Perseorangan dan Penunjang maupun Upaya
Kesehatan Masyarakat dapat terlaksana secara efektif dalam
mencapai tujuan yang diharapkan harus dipandu dengan
kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan dan prosedur
yang jelas untuk pelaksanaan kegiatan tiap upaya kesehatan
masyarakat.
 Masing-masing pelayanan kesehatan perseorangan harus
menyusun pedoman pelayanan kesehatan perseorangan sebagai
acuan dalam proses pemberian pelayanan kesehatan
perseorangan. Dalam memberikan pelayanan kepada pengguna
layanan, tenaga kesehatan wajib bekerja sesuai dengan rincian
wewenang klinis dan berdasarkan pada panduan praktik klinis
dan/ atau prosedur yang jelas dalam pelaksanaan pelayanan
klinis.
Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas sebagaimana
diminta dalam pokok pikiran mulai dari huruf a sampai huruf g.
(R)
2. Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka
acuan KMP, penyelenggaraan UKM dan penyelenggaraan UKP. (R)
3. Kegiatan KMP, UKM dan UKP dilaksanakan mengacu pada
kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan, dan prosedur
yang ditetapkan. (R, D)

Kriteria
1.3.3 Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan di
wilayah kerja dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan aks
es dan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Pokok Pikiran:
 Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan jejaring yang ada
di wilayah kerja Puskesmas untuk optimalisasi koordinasi dan
atau rujukan di bidang upaya kesehatan
 Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Upaya Puskesmas
mempunyai kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap
jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan
kesehatan tingkat pertama yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Agar jaringan dan jejaring tersebut dapat memberikan kontribusi
implementasi PIS PK baik dalam bentuk pelayanan UKM dan
UKPP yang mudah diakses oleh masyarakat.
 Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi: Puskesmas pembantu,
Puskesmas keliling, dan praktik bidan desa, atau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
 Jejaring fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya seperti
klinik, Puskesmas, apotek, laboratorium, praktik mandiri tenaga
kesehatan, dan Fasilitas kesehatan lainnya.
 Program pembinaan meliputi aspek KMP, UKM, UKPP, termasuk
pembinaan ketenagaan, sarana prasarana, dan pembiayaan dalam
upaya pemberian pelayanan yang bermutu

Elemen Penilaian:
1. Dilakukan identifikasi jaringan dan jejaring faslitas pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas. (D)
2. Disusun rencana program pembinaan terhadap jaringan dan
jejaring fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan jadwal dan
penanggung jawab yang jelas. (D)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap rencana dan
jadwal pelaksanaan program pembinaan jaringan dan jejaring. (D)
Kriteria
1.3.4 Adanya jaminan ketersediaan data dan informasi melalui terseleng
garanya sistem manajemen data dan informasi di Puskesmas .

Pokok Pikiran:
 Pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat perlu didukung oleh ketersediaan data dan
informasi.
 Sistem manajemen data dan informasi tersebut harus dapat
menjamin ketersediaan data dan informasi hasil kinerja
Puskesmas .
 Data dan informasi tersebut meliputi minimal: data wilayah kerja,
demografi, budaya dan kebiasaan masyarakat, pola penyakit
terbanyak, surveilans epidemiologi, evaluasi dan pencapaian
kinerja, PIS-PK, data dan informasi lain yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota, Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Kementerian Kesehatan .
 Data dan informasi tersebut digunakan baik untuk pengambilan
keputusan di Puskesmas dalam peningkatan pelayanan maupun
pengembangan program-program kesehatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maupun pengambilan keputusan pada
tingkat kebijakan di Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota
termasuk penyampaian informasi kepada masyarakat dan pihak
terkait.
 Selain itu, ketersediaan data dan informasi juga sangat penting
untuk kebutuhan kegiatan penilaian kinerja Puskesmas,
Peningkatan Mutu Puskesmas, Keselamatan Pengguna layanan,
dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
 Data Peningkatan Mutu, Keselamatan Pengguna layanan, dan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, sekurang-kurangnya
meliputi:
a) Hasil pengukuran indikator mutu dan kinerja KMP, UKM,
UKPP (layanan klinis).
b) Hasil pengukuran indikator Keselamatan Pengguna layanan
c) Hasil pengukuran indikator Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) .
 Hasil perbaikan dan evaluasi pengukuran indikator mutu dan
kinerja KMP, UKM dan UKPP. Sistem manajemen data dan inform
asi juga diperlukan untuk dapat menyediakan data untuk mendu
kung penilaian kinerja karyawan, baik tenaga kesehatan maupun
tenaga non kesehatan.
 Dengan adanya sistem manajemen data dan informasi tersebut
maka pada gilirannya akan memudahkan Tim Peningkatan Mutu,
para penanggung jawab upaya pelayanan, dan masing-masing
pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKPP di masing-masing
unit kerja dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi keberhasilan upaya kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pengguna layanan.
 Sistem Manajemen Data dan Informasi di Puskesmas mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Sistem Informasi Puskesmas
 Sistem Informasi Puskesmas dapat diselenggarakan secara
elektronik dan/atau secara nonelektronik

Elemen Penilaian:
1. Dilakukan identifikasi data dan informasi yang harus tersedia di
sistem manajemen data dan informasi di Puskesmas (D)
2. Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan
pelaporan serta distribusi informasi sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan (D
3. Tersedia data dan informasi hasil kinerja dalam sistem
manajemen data dan informasi Puskesmas yang dapat diakses
oleh para penanggung jawab upaya, koordinator pelayanan dan
pelaksana kegiatan untuk dimanfaatkan peningkatan mutu dan
Keselamatan Pengguna layanan, PPI, dan Manajemen Risiko, serta
penilaian kinerja karyawan (D)
4. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap sistem manajemen
data dan informasi Puskesmas secara periodik (D, W)

Kriteria
1.3.5 Puskesmas menyelenggarakan pelayanan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).

Pokok Pikiran:
 Karyawan yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko terpapar
infeksi terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan
pengguna layanan baik langsung maupun tidak langsung, oleh
karena itu karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap kesehatannya.
 Program pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas,
demikian juga pemberian imunisasi bagi karyawan sesuai dengan
hasil identifikasi risiko epidemiologi penyakit infeksi, serta
program perlindungan karyawan terhadap penularan penyakit
infeksi proses pelaporan jika terjadi paparan, tindak lanjut
pelayanan kesehatan, dan konseling perlu disusun dan
diterapkan.
 Karyawan juga berhak untuk mendapat perlindungan dari
kekerasan yang dilakukan oleh pengguna layanan, keluarga
pengguna layanan, maupun oleh sesama karyawan. Program
perlindungan karyawan terhadap kekerasan fisik termasuk proses
pelaporan, tindak lanjut pelayanan kesehatan, dan konseling,
perlu disusun dan diterapkan.
 Dalam pengelolaan limbah jarum suntik dan benda tajam yang
lain harus memperhatikan jarum suntik dan limbah benda tajam
yang lain dikumpulkan dalam wadah khusus untuk membuang
jarum suntik dan limbah benda tajam yang bersifat tertutup,
tidak tembus benda tajam, dan tidak bocor.
 Jika limbah-limbah jarum suntik dan benda tajam yang lain
diserahkan kepada pihak ketiga, harus dipastikan bahwa limbah
tersebut dikelola oleh pihak ketiga sesuai dengan prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi.

Elemen Penilaian:

1. Disusun dan ditetapkan program K3 bagi karyawan (R, D, W)


2. Dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap karyawan un
tuk menjaga kesehatan karyawan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. (D, W)
3. Ada program dan pelaksanaan imunisasi bagi karyawan sesuai de
ngan tingkat risiko dalam pelayanan. (D, W)
4. Dilakukan konseling dan tindak lanjut terhadap karyawan yang te
rpapar penyakit infeksi atau cedera akibat kerja. (D, W)

Standar
1.4 Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Ketenagaan Puskesmas harus dikelola sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan perlu memperhatikan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja.

Kriteria
1.4.1 Tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah, jenis, dan
kompetensi sesuai kebutuhan dan jenis pelayanan yang disediaka
n.

Pokok Pikiran:
 Agar Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan
aman bagi pengguna layanan dan masyarakat yang dilayani perlu
dilakukan analisis kebutuhan tenaga baik dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan lainnya, dan tenaga non kesehatan sebagai
dasar penyusunan pola ketenagaan dan rencana pengembangan
tenaga,
 Untuk memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhan pengguna layanan dan masyarakat, dilakukan upaya
untuk pemenuhan ketersedian tenaga baik jenis, jumlah dan
persyaratan kompetensi.
 Jabatan yang dimaksud di Puskesmas merujuk pada jabatan
sesuai dengan struktur organisasi Puskesmas dan jabatan
fungsional tenaga Puskesmas.
Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan persyaratan kompetensi untuk tiap jabatan dan tiap
jenis tenaga yang dibutuhkan. (R)
2. Disusun pola ketenagaan berdasar analisis kebutuhan tenaga
sesuai dengan pelayanan yang disediakan serta rencana
pengembangan tenaga sesuai dengan hasil analisis kebutuhan
tenaga.(D, W)
3. Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga sesuai
dengan rencana pengembangan tenaga yang disusun. (D)

Kriteria
1.4.2 Setiap karyawan mempunyai uraian tugas yang menjadi dasar dal
am pelaksanaan tugas maupun penilaian kinerja.

Pokok Pikiran:
 Uraian tugas diperlukan oleh tiap karyawan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan. Setiap karyawan wajib
memahami uraian tugas masing-masing agar dapat menjalankan
pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diemban.
 Uraian tugas karyawan berisi tugas pokok dan tugas tambahan.
 Tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan Surat Keputusan
pengangkatan sebagai jabatan fungsional yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang.
 Bagi tenaga non ASN, tugas pokok adalah tugas yang sesuai
dengan surat keputusan pengangkatan sebagai tenaga kesehatan
di Puskesmas berdasarkan standar kompetensi lulusan
 Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada karyawan
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program dan
kegiatan.
 Contoh tugas pokok dan tugas tambahan : seorang tenaga bidan
yang diangkat kedalam jabatan fungsional Bidan dan juga
diberikan tugas sebagai bendahara. Jadi tugas pokok karyawan
tersebut adalah Bidan, dan tugas tambahannya adalah sebagai
bendahara.
 Jenis tugas pokok dan tugas tambahan ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas.
 Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai sejauh mana
kepatuhan terhadap sistem, mengurangi variasi layanan, dan
meningkatkan kepuasan pengguna jasa.
 Indikator penilaian kinerja setiap karyawan Puskesmas disusun
dan ditetapkan berdasarkan:
a. uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya baik uraian tu
gas pokok dan tugas tambahan
b. tata nilai yang disepakati termasuk di dalamnya profesionalis
me
 Perlu ditetapkan kebijakan, prosedur dan indikator penilaian
kinerja yang berdasarkan uraian tugas dan tata nilai yang
disepakati.
 Indikator penilaian kinerja untuk uraian tugas pokok bagi
karyawan ASN dapat menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP).
 Perlu ditetapkan kebijakan, prosedur dan indikator penilaian
kinerja yang berdasarkan uraian tugas dan tata nilai yang
disepakati.
 Hasil penilaian kinerja ditindaklanjuti untuk perbaikan kinerja
masing-masing karyawan.
 Penilaian kinerja karyawan mengacu pada ketentuan penilaian
kinerja karyawan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Elemen Penilaian:
1. Ada penetapan uraian tugas yang berisi tugas pokok dan tugas
tambahan untuk setiap karyawan. (R)
2. Ditetapkan indikator penilaian kinerja karyawan sebagaimana
diminta dalam pokok pikiran. (R)
3. Dilakukan penilaian kinerja karyawan minimal setahun sekali dan
tindak lanjut terhadap hasil penilaian kinerja karyawan untuk
perbaikan. (D, W)

Kriteria
1.4.3 Setiap karyawan mempunyai dokumen (file) kepegawaian yang len
gkap dan mutakhir.

Pokok Pikiran:
 Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk tiap
karyawan yang bekerja di Puskesmas sebagai bukti bahwa
karyawan yang bekerja memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dan dilakukan upaya pengembangan untuk memenuhi
persyaratan tersebut.
 Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR), dan atau Surat Izin Praktik (SIP)
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 File kepegawaian tiap karyawan berisi antara lain: bukti
pendidikan, bukti dilakukan verifikasi terhadap Pendidikan
(ijazah), registrasi (STR) dan perizinan (SIP) serta bukti kredensial
bagi tenaga kesehatan, bukti pendidikan dan pelatihan,
keterampilan, dan pengalaman yang dipersyaratkan, uraian tugas
karyawan dan/atau rincian wewenang klinis tenaga kesehatan,
hasil penilaian kinerja karyawan, dan bukti evaluasi penerapan
hasil pelatihan termasuk bukti orientasi.
Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan kelengkapan isi file kepegawaian untuk tiap karyawan
yang bekerja di Pukesmas yang terpelihara sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. (R)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap
kelengkapan dan pemutakhiran data kepegawaian. (D)

Kriteria
1.4.4 Karyawan baru dan alih tugas wajib mengikuti orientasi agar mem
ahami dan mampu melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawa
b yang diberikan kepadanya.

Pokok Pikiran:
 Agar memahami tugas, peran, dan tanggung jawab, karyawan
baru dan alih tugas, baik yang diposisikan sebagai Pimpinan
Puskesmas, Penanggung jawab Upaya Puskesmas, koordinator
pelayanan, maupun pelaksana kegiatan harus mengikuti
orientasi.
 Kegiatan orientasi meliputi orientasi umum dan orientasi khusus.
 Kegiatan orientasi umum dilaksanakan untuk mengenal secara
garis besar visi, misi, tata nilai, tugas pokok dan fungsi serta
struktur organisasi Puskesmas, program mutu Puskesmas dan
keselamatan pengguna layanan, serta program pengendalian
infeksi.
 Kegiatan orientasi khusus difokuskan pada orientasi di tempat
tugas yang menjadi tanggung jawab dari karyawan yang
bersangkutan. Pada kegiatan orientasi ini karyawan baru
diberi/dijelaskan terkait apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, bagaimana melakukan dengan aman sesuai dengan
Panduan Praktik Klinis, panduan asuhan lainnya dan pedoman
program lainnya.

Elemen Penilaian:
1. Kegiatan orientasi dilaksanakan sesuai kerangka acuan yang
disusun. (D, W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
orientasi (D.W)

1.5 Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas,


dan keselamatan dan keamanan lingkungan Puskesmas
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan
keselamatan lingkungan dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan dikaji dengan memperhatikan manajemen
risiko.
Kriteria
1.5.1 Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas
Dan Keselamatan (MFK) yang meliputi keselamatan dan
keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya,
manajemen bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan,
dan sistem utilisasi

Pokok Pikiran :
 Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat mempunyai kewajiban
untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas dan
menyediakan lingkungan yang aman bagi pengguna layanan,
pengunjung, petugas, dan masyarakat.
 Puskesmas perlu menyusun program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) untuk menyediakan lingkungan yang aman
bagi pengguna layanan, petugas, dan masyarakat.
 Program MFK perlu disusun setiap tahun dan diterapkan, yang
meliputi:
a) Manajemen Keselamatan dan keamanan.
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana
bangunan, halaman/ground, prasarana, peralatan
Puskesmas, tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi
pengguna layanan, petugas dan pengunjung, dan masyarakat
Keamanan adalah proteksi/ perlindungan dari kehilangan,
pengrusakan dan kerusakan, kekerasan fisik, penerapan
kode-kode darurat atau akses serta penggunaan oleh mereka
yang tidak berwenang.
b) Manajemen Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun
(B3), yang meliputi: penanganan, penyimpanan dan
penggunaan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan,
dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
Program B3 meliputi:
1) penetapan jenis dan area/lokasi penyimpanan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
2) pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
3) sistem pelabelan B3 sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
4) sistem pendokumentasian dan perizinan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
5) penanganan tumpahan dan paparan B3 sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
6) sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan
dan atau paparan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
7) penggunaan APD sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
c) Manajemen Bencana/disaster, yaitu tanggapan terhadap
wabah, bencana dan keadaan kegawatdaruratan akibat
bencana direncanakan dan efektif.
Program manajemen bencana perlu disusun dalam upaya
menanggapi bila terjadi bencana internal dan/ atau eksternal
yang meliputi:
1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana
yang mungkin terjadi (HVA),
2) menentukan peran Puskesmas dalam kejadian tersebut
3) strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4) manajemen sumber daya,
5) penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan
manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat
bencana,
7) peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber
daya masyarakat yang tersedia.
Puskesmas juga perlu merencanakan dan menerapkan suatu
program kesiapan menghadapi bencana yang disimulasikan
setiap tahun yang meliputi 2) sampai dengan 6) dari program
manajemen bencana.
d) Manajemen Pengamanan Kebakaran: Puskesmas wajib
melindungi properti dan penghuni dari kebakaran dan asap.
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara
umum meliputi pencegahan terjadinya kebakaran dengan
melakukan identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan
ledakan, penyimpanan dan pengelolaan bahan-bahan yang
mudah terbakar, penyediaan proteksi kebakaran aktif dan
pasif. Secara khusus, program penanggulangan akan berisi:
1) frekuensi inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem
proteksi dan penanggulangan kebakaran secara periodik
(minimal satu kali dalam satu tahun)
2) jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan bebas
hambatan.
3) proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan
kebakaran dilakukan selama kurun waktu 12 bulan
4) edukasi pada staf terkait sistem proteksi dan evakuasi
pengguna layanan yang efektif pada situasi bencana
e) Manajemen Alat kesehatan
Untuk mengurangi risiko, alat kesehatan dipilih, dipelihara
dan digunakan sesuai dengan ketentuan. Kegiatan tersebut
ditujukan untuk:
1) memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia dan
berfungsi dengan baik
2) memastikan bahwa individu yang melakukan
pengelolaan memiliki kualifikasi yang sesuai dan
kompeten
f) Manajemen Sistem utilitas meliputi sistem listrik
bersumber PLN, sistem air, sistem gas medis dan sistem
pendukung lainnya seperti generator (Genset), perpipaan air
dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan
pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia 7 (tujuh) hari
24 ( dua puluh empat ) jam
g) Pendidikan (edukasi) petugas tentang Manajemen MFK.
 Untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pengguna
layanan, petugas, pengunjung dan masyarakat dilakukan
identifikasi dan pembuatan peta terhadap area berisiko yang
meliputi poin a sampai dengan f.
 Rencana tersebut dikaji, diperbaharui dan didokumentasikan
yang merefleksikan keadaan-keadaan terkini dalam lingkungan
Puskesmas.
 Untuk menjalankan program MFK maka diperlukan tim dan atau
penanggung jawab yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas.
 Program MFK perlu dievaluasi minimal per tri wulan untuk
memastikan bahwa Puskesmas telah melakukan upaya
penyediaan lingkungan yang aman bagi pengguna layanan,
petugas, dan masyarakat sesuai dengan rencana.

Elemen Penilaian:
1. Terdapat petugas yang bertanggung jawab dalam MFK serta
tersedia rencana program MFK yang ditetapkan setiap tahun
berdasarkan identifikasi risiko. (R)
2. Dilakukan identifikasi terhadap area-area berisiko yang meliputi
huruf a sampai huruf f pada pokok pikiran. (D,W)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut per tri wulan terhadap
pelaksanaan program MFK meliputi huruf a sampai huruf f pada
pokok pikiran. (D)

Kriteria
1.5.2 Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya beracun serta pengendalian dan pembuangan limbah
bahan berbahaya beracun dilakukan berdasarkan perencanaan ya
ng memadai dan ketentuan perundang-undangan.

Pokok Pikiran:
 Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi
dan dikendalikan secara aman.
 WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta
limbahnya dengan katagori sebagai berikut: infeksius; patologis
dan anatomi; farmasi; bahan kimia; logam berat; kontainer
bertekanan; benda tajam; genotoksik/sitotoksik; radioaktif.
 Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan
jumlah serta limbahnya disimpan. Daftar inventarisasi ini selalu
mutahir (di-update) sesuai dengan perubahan yang terjadi di
tempat penyimpanan.
 Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan
pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta
pengolahan akhir)
 Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Elemen Penilaian:
1. Dilaksanakan program limbah B3 sesuai angka satu sampai ena
m pada huruf b pada kriteria 1.3.1. (R)
2. Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan pemilah
an, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan akh
ir)
3. Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un
dangan. (D, O)
4. Ada laporan, analisis, dan tindak lanjut tumpahan,
paparan/pajanan terhadap B3 dan atau limbah B3. (D,W)

Kriteria
1.5.3 Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan
mengevaluasi program tanggap darurat bencana internal dan
eksternal

Pokok Pikiran:
 Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah yang
satu dan yang lain.
 Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)
ikut bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam upaya
mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal
maupun eksternal.
 Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun
sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi berdasarkan
hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability
Assesment).
 Program kesiapan menghadapi bencana disusun dan
disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal atau
melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk
menilai kesiapan sistem 2) sampai dengan 6) yang telah diuraikan
di kriteria 1.4.1.
 Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan
simulasi dalam pelaksanaan program tanggap darurat agar siap
jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang diselenggarakan minimal
setahun sekali.
 Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi
bersama peserta simulasi dan observer yang bertujuan untuk
menindaklanjuti hasil dari simulasi.
 Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.

Elemen Penilaian:
1. Dilakukan identifikasi risiko terjadinya bencana internal dan ekste
rnal sesuai dengan letak geografis Puskesmas dan akibatnya terha
dap pelayanan. (D)
2. Dilaksanakannya program manajemen bencana/disaster meliputi
angka satu sampai dengan angka lima huruf c pada kriteria 1.3.1
(D, W).
3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan meliputi angka dua
sampai dengan angka enam huruf c pada kriteria 1.3.1 terhadap p
rogram kesiapan menghadapi bencana yang disusun, yang dilanju
tkan dengan debriefing setiap dilakukan simulasi. (D, W)
4. Dilakukan perbaikan terhadap program kesiapan menghadapi ben
cana sesuai hasil simulai dan evaluasi tahunan. (D)

Kriteria
1.5.4 Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan
melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran termasuk sarana evakuasi.

Pokok Pikiran:
 Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko
terhadap terjadinya kebakaran. Program pencegahan dan
penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud
kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Jika terjadi
kebakaran, pengguna layanan, petugas, dan pengunjung harus
dievakuasi dan dijaga keselamatannya.
 Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan
proteksi kebakaran baik aktif mau pasif. Proteksi kebakaran aktif,
contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap,
sedangkan proteksi kebakaran secara pasif, contohnya: jalur
evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul
aman.
 Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat
menjadi sumber terjadinya kebakaran. Puskesmas harus
menetapkan larangan merokok di lingkungan Puskesmas baik
bagi petugas, pengguna layanan, dan pengunjung. Larangan
merokok wajib dipatuhi oleh petugas, pengguna layanan dan
pengunjung, dan dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaannya.

Elemen Penilaian:
1. Dilakukan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran
angka satu sampai angka empat huruf d pada kriteria 1.3.1 (D,
O, W)
2. Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat
deteksi dini asap dan kebakaran, jalur evakuasi, serta
keberfungsian alat pemadam api. (D, O, W)
3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program
pengamanan kebakaran. (D, W)
4. Ditetapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas, pengguna
layanan, dan pengunjung di area Puskesmas. (R)
Kriteria
1.5.5 Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat
kesehatan yang dapat digunakan setiap saat.

Pokok Pikiran:
 Penyelenggaraan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan
(ASPAK) oleh Puskesmas dilakukan untuk memastikan
pemenuhan terhadap standar sarana, prasarana, dan alat
kesehatan.
 Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus
diinput dalam ASPAK dan divalidasi untuk menjamin
kebenarannya
 Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan
pengguna layanan, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi
dengan baik, dan siap digunakan setiap saat diperlukan. Program
yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi
secara berkala, sesuai dengan panduan produk tiap alat
kesehatan.
 Dalam melakukan pemeriksaan alat kesehatan, petugas
memeriksa antara lain: kondisi, ada tidaknya kerusakan,
kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat.

Elemen Penilaian:
1. Dilakukan inventarisasi alat kesehatan sesuai dengan ASPAK. (R)
2. Dilakukan inspeksi dan testing terhadap alat kesehatan secara
periodik (D, 0, W)
3. Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat kesehatan
secara periodik (D,O,W)

Kriteria
1.5.6 Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk
memastikan semua prasarana atau sistem utilisasi berfungsi dan
mencegah terjadinya ketidaktersediaan, kegagalan, atau
kontaminasi.

Pokok Pikiran:
 Prasarana atau sistem utilisasi meliputi air, listrik, gas medis dan
sistem penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan
air dan lainnya.
 Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pengguna layanan,
dibutuhkan ketersediaan listrik, air dan gas medis, serta
prasarana lain, seperti Genset, panel listrik, perpipaan air,
ventilasi, sistem jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi
dini kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
Puskesmas. Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun
untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dalam menunjang
kegiatan pelayanan Puskesmas.
 Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
 Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk
pengganti jika terjadi kegagalan air dan/ atau listrik.
 Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti
genset, perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara
untuk menjaga ketersediaannya untuk mendukung kegiatan
pelayanan pengguna layanan.
 Untuk prasarana air perlu dilakukan pemeriksaan air bersih,
termasuk pemeriksaan uji kualitas air secara periodik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian:
1. Dilaksanakan program pengelolaan sistem utilitas dan sistem
penunjang lainnya sesuai huruf f pada kriteria 1.3.1. (R)
2. Sumber air, listrik dan gas medis tersedia selama 7 hari 24 jam
untuk pelayanan di Puskesmas. (D)

Standar
1.6 Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan
secara periodik.
Untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan,
kesesuaian dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan
dan harapan masyarakat, maka dilakukan pengawasan,
pengendalian dan penilaian kinerja dapat berupa pemantauan,
supervisi, lokmin, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.

Kriteria
1.6.1 Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja deng
an menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan sesuai dengan
jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah.

Pokok Pikiran:
 Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja
dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang jelas
untuk memudahkan melakukan perbaikan penyelenggaraan
pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya
 Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai cakupan
kegiatan dan manajemen Puskesmas
 Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu
disusun, dipantau dan dianalisis secara periodik sebagai bahan
untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode berikutnya
 Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:
a) Indikator kinerja Manajemen Puskesmas
b) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM
c) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKPP
 Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus mengacu
pada Standar Pelayanan Minimal Kabupaten, Kebijakan/Pedoman
dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/Pedoman dari Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota
 Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja digunakan
sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan
Puskesmas serta perencanaan tahunan dan perencanaan lima
tahunan.
 Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja
KMP, UKM, dan UKPP diumpan balikkan pada lintas program dan
lintas sektor untuk mendapatkan masukan/asupan dalam
perbaikan kinerja penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan
pada periode berikutnya.

Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan jenis-jenis
pelayanan yang disediakan dan kebijakan pemerintah (R)
2. Dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja
secara periodik sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan, dan hasilnya diumpanbalikkan pada lintas program
dan lintas sektor (D)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan
dan penilaian kinerja terhadap target yang ditetapkan dan hasil
kaji banding dengan Puskesmas lain (D)
4. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan, pengendalian dan
penilaian kinerja untuk digunakan dalam perencanaan kegiatan
masing-masing upaya Puskesmas, dan untuk perencanaan
Puskesmas (D)
5. Hasil pengawasan, pengendalian dalam bentuk perbaikan kinerja
disediakan dan digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan revisi perencanaan
kegiatan bulanan (D, W)
6. Hasil pemantauan, pengendalian dan penilaian kinerja dalam
bentuk Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP), serta upaya
perbaikan kinerja dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota (D)

Kriteria
1.6.2 Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor di
lakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur.

Pokok Pikiran :
 Proses maupun hasil pelaksanaan upaya Puskesmas perlu
dikomunikasikan oleh Kepala Puskesmas, Penanggung jawab
Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP kepada serta lintas program
dan lintas sektor terkait agar ada kesamaan persepsi untuk
efektivitas pelaksanaan upaya Puskesmas.
 Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui Lokakarya mini
bulanan lintas program dan Lokakarya mini triwulan lintas sektor
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
 Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun secara
lebih terinci kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1
(satu) bulan mendatang, khususnya dalam waktu, tempat,
sasaran, pelaksana kegiatan, dukungan (lintas program dan
sektor) yang diperlukan, serta metode dan teknologi yang
digunakan; menggalang kerjasama dan keterpaduan serta
meningkatkan motivasi petugas.
 Lokakarya mini triwulan digunakan untuk : menetapkan secara
konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan selama 3
(tiga) bulan mendatang, melalui sinkronisasi/harmonisasi RPK
antar-sektor (antar-instansi) dan kesatupaduan tujuan;
menggalang kerjasama, komitmen, dan koordinasi lintas sektor
dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat
kecamatan; meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam
melaksanakan pembangunan masyarakat kecamatan

Elemen Penilaian
1. Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan secara konsist
en dan periodik untuk mengkomunikasikan, mengkoordinasikan
dan mengintegrasikan upaya – upaya Puskesmas (D,W)
2. Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam pelaksan
aan kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam lokakarya mini
(D,W)
3. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokakarya mini bul
anan dan triwulan dalam bentuk perbaikan pelaksanaan kegiatan.
(D,W)

Kriteria
1.6.3 Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan pengawasa
n, pengendalian kinerja, dan kegiatan perbaikan kinerja melalui a
udit internal yang terencana sesuai dengan masalah kesehatan pri
oritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana pengembangan p
elayanan

Pokok Pikiran:
 Kinerja Puskesmas dan upaya perbaikan mutu yang dilakukan
perlu dipantau apakah mencapai target yang ditetapkan.
 Audit internal merupakan salah satu mekanisme pengawasan dan
pengendalian yang dilakukan secara sistematis oleh tim audit
internal yang dibentuk oleh Kepala Puskesmas
 Hasil temuan audit internal disampaikan kepada Kepala
Puskesmas, Penanggung jawab atau Tim Mutu, Penanggung jawab
atau Tim Keselamatan Pengguna layanan, dan Penanggung jawab
atau Tim PPI, Penanggung jawab Upaya Puskesmas, dan
pelaksana kegiatan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan.
 Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal
tetapi tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pimpinan dan
karyawan Puskesmas, maka permasalahan tersebut dapat dirujuk
ke Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota untuk ditindak
lanjuti.
 Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja direncanakan dan
dipantau serta ditindaklanjuti.
 Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara periodik
melakukan pertemuan tinjauan manajemen untuk membahas
umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil audit internal,
hasil penilaian kinerja, perubahan proses penyelenggaraan Upaya
Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas, maupun
perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil
pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya, dan rekomendasi
untuk perbaikan.
 Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab
Mutu.

Elemen Penilaian:
1. Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan uraian
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. (R)
2. Disusun rencana program audit internal tahunan yang dilengkapi
kerangka acuan audit dan dilakukan kegiatan audit sesuai
dengan rencana yang telah disusun. (R)
3. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala
Puskesmas, Tim Mutu, pihak yang diaudit dan unit terkait. (D)
4. Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari
hasil audit internal baik oleh kepala Puskesmas, penanggung
jawab maupun pelaksana. (D)
5. Kepala Puskesmas bersama dengan Tim Mutu merencanakan
pertemuan tinjauan manajemen dan pelaksanaan pertemuan
tinjauan manajemen dilakukan dengan agenda sebagaimana
pokok pikiran. (D, W)
6. Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen
ditindaklanjuti dan dievaluasi. (D)

Standar
1.7 Peran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas melalui
Akreditasi
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Kriteria
1.7.1 Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pembin
aan dan pengawasan terhadap Puskesmas sebagai Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota
dalam rangka perbaikan kinerja Puskesmas

Pokok Pikiran :
 Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan pembinaan
kepada Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis yang memiliki
otonomi dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan daerah.
 Pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah merupakan
bagian dari tugas, fungsi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota.
 Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawab,
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melakukan bimbingan
teknis dan supervisi, pemantauan evaluasi, dan pelaporan serta
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
 Pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/
Kota dalam hal penyelenggaraan Puskesmas mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja
Puskesmas. Pembinaan tersebut dilaksanakan secara periodik
termasuk pembinaan dalam rangka pencapaian target PISPK,
target Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Program Prioritas
Nasional.

Elemen Penilaian :
1. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menetapkan struktur
organisasi Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (R)
2. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan
pembinaan Puskesmas secara periodik yang dituangkan dalam
program kerja yang jelas dan terukur (R, D)
3. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanak
an pembinaan secara terpadu kepada Puskesmas yang berkesina
mbungan dengan menggunakan indikator pembinaan program da
n menyampaikan hasil pembinaan kepada Puskesmas. (D,W)
4. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan
pendampingan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. (D, W)
5. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menindakla
njuti pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas yang menjadi
wewenang dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kese
hatan yang tidak bisa diselesaikan di tingkat Puskesmas. (D, W)
6. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melakukan
verifikasi dan memberikan umpan balik evaluasi kinerja
Puskesmas. (D, W)
7. Puskesmas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembinaan
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. (D, W)

Anda mungkin juga menyukai