Anda di halaman 1dari 3

Menikmati Sensasi Negeri di Atas Awan Ala Tumpeng Menoreh

Solopos.com, MAGELANG ---- Wisata negeri di atas awan di Jawa Tengah sangat beragam. Dengan
banyaknya pegununga dan perbukitan yang membentang, banyak pelaku wisata yang merancang
konsep wisata panorama yang menakjubkan mata serta menenangkan hati tersebut, salah satunya
adalah di Tumpeng Menoreh.

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube, Sabtu (9/4/2022), Tumpeng Menoreh ini
berada di puncak perbukitan Menoreh yang tepatnya berada di Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Tumpeng Menoreh ini adalah sebuah destinasi wiisata panorama dan
kuliner.

Dinamakan Tumpeng Menoreh dikarenakan bangunan yang dirancang menyerupai hidangan nasi
tumpeng yang melingkar dan mengerucut ke atas. Dalam video Youtube tersebut, sang naravlog
melakukan dokumentasi dari perjalanan menuju Tumpeng Menoreh yang diawali dari perempatan
Pasar Plono.

Baca Juga:

Pasar Plono

Perempatan Pasar Plono ini adalah titik temu dari dua rute, yaitu rute pertigaan Banyuasin,
Kabupaten Purworejo dan rute perempatan Desko, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari manapun
rute di ambil, titik pertemuan menuju lokasi wisata selalu berada di pasar Plono ini. Total waktu yang
ditempuh dari masing-masing rute ini berkisar 60 menit, 30 menit menuju ke Pasar Plono dan dari
pasar Plono menuju ke Tumpang Menoreh sekitar 30 menit.

Dari Pasar Plono, pengunjung akan melewati jalan menanjak. Jalan menanjak ini bisa dilewati
kendaraan roda empat dan bisa berlawanan arah. Saat melewati jalan yang menanjak tersebut,
pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan khas pegunungan Menoreh berupa hamparan
pepohonan hijau dan juga awan kabut. Selain itu juga ada kebun teh Nglingo yang juga
menyuguhkan panorama alam yang indah.

Sebelumnya sang naravlog juga merekomendasikan untuk bisa berangkat waktu subuh sehingga
dapat merasakan panorama wisata negri di atas awan. Tumpeng Menoreh ini berada pada
ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) sehingga pengunjung direkomendasikan
untuk memakai baju hangat saat berkunjung karena tentunya udara yang dirasakan sangat dingin.

Baca Juga:

Tumpang Menoreh dan Tumpang Ayu

Tumpeng Menoreh sendiri ada dua lokasi, yaitu Tumpeng Menoreh yang berada dipuncak
perbukitan Menoreh dan Tumpeng Ayu yang berada tepat di bawahnya. Kedua tempat ini sama-
sama menawarkan wisata panorama negeri di atas awan yang memukau.

Untuk masuk ke area Tumpeng Menoreh ini, pengujung harus membayar tiket masuk sebesar
Rp50,000 per orang (harga bisa berubah sewaktu-waktu) dan tambahan Rp50,000 per orang jika
ingin ke Tumpeng Ayu. Tiket tersebut sudah termasuk voucer makan sebesar Rp25.000 yang bisa
ditukar saat hendak makan di Tumpeng Menoreh atau di Tumpeng Ayu.

Jalan masuk menuju Tumpeng Menoreh cukup kecil dan berupa jalan setapak, namun kendaraan
roda empat masih bisa masuk hanya tidak bisa berlawanan arah. Tapi jangan khawatir, karena saat
akan memasuki area Tumpeng Menoreh ini akan dipandu oleh petugas setempat.
Baca Juga:

Sensasi Negeri di Atas Awan

Saat berada di Tumpeng Menoreh, pengunjung akan dimanjakan dengan nuansa negeri di atas awan
yang memukau. Dari Tumpeng Menoreh ini, pengunjung dapat melihat pemadangan pegunungan di
Jawa Tengah, seperti Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro.

Selain itu, hamparan pepohonan perbukitan Menoreh yang indah dan juga pemadangan pedesaan
yang ada di sekitar perbukitan Menoreh. Di Tumpeng Menoreh ini, disediakan pula berbagai macam
spot-spot swafoto yang sudah disesuaikan dengan latar yang mendukung berupa panorama alam
pegunungan.

Jika lapar, di Tumpeng Menoreh ini disediakan beragam macam vendor makanan namun sepertinya
pengunjung harus merogoh kocek agak dalam karena harganya lumayan tinggi. Seperti bakso dan
mie ayam di sana dipatok masing-masing dengan harga Rp25.000 per porsi. Tapi jika sudah memiliki
voucer Rp25000 dari pembelian tiket masuk bisa ditukar dengan satu kali makan. Untuk masuk ke
area Tumpang Ayu, pengunjung akan diarahkan untuk naik semacam kereta gondola.

Baca Juga:

Di area Tumpang Ayu ini, pengunjung akan mendapatkan suasana sedikit berbeda dari Tumpang
Menoreh, yaitu berupa suasana homey di mana disediakan ruang-ruang yang nyaman untuk
keluarga atau kolega berkumpul. Disediakan pula area untuk makan lesehan dengan pemandangan
perbukitan yang indah.

Selain menawarkan wisata panorama dan kuliner, Tumpeng Menoreh juga menyediakan wahana
hiburan berupa off road dan juga balon terbang. Namun saat naravlog menayakan harga, pihak
pengelola belum bisa memberikan informasi karena belum resmi diluncurkan. Untuk informasi lebih
lanjut terkait wahana tersebut bisa memantau di halaman Instagram @tumpengmenoreh.
Bubur Blendrang, Sajian Legendaris Sejak Zaman Diponegoro

Solopos.com, MAGELANG --- Terdapat beragam macam makanan khas yang ada di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah tapi makanan yang satu ini konon sudah ada sejak zaman Pangeran
Diponegoro saat melawan penjajah Belanda. Nama makanan ini adalah bubur blendrang.

Bubur ini awalnya berkembang di Dusun Bintaro, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan yang oleh
penjualnya diteruskan secara turun temurun. Berdasarkan pantauan Solopos.com di sebuah kanal
Youtube, Sabtu (9/4/2022), bubr blendrang adalah sajian daerah yang bahan dasarnya terbuat dari
tulang-belulang.

Tulang yang digunakan ada tulang kambing, sapi dan juga tulang ayam yang lunak dan bersisi
sumsum. Selain menggunakan tulang dari ayam, sapi dan kambing, bahan dasar lainnya yang
digunakan adalah tepung terigu atau tepung beras yang berfungsi memberikan tekstur kental.
Bumbu yang digunakan juga bumbu rempah biasa yang terdiri dari bawang merah, bawang putih,
jahe dan cabai.

Baca Juga:

Khasiat dari bubur Blandreng ini dipercaya dapat meningkatkan stamina yang diperoleh dari
sumsung tulang yang ada pada bubur tersebut. Kaldu dari rebusan tulang ayam dan kambing ini juga
memberikan rasa yang makin kuat enaknya.

Sementara itu, berdasarkan penelusuran Solopos.com, bubur blendrang ini merupakan hidangan
khas Ramadhan warga Dusun Bintaro yang biasa disantap saat berbuka puasa. Tekstur lembut dari
bubur Blendrang ini sangat cocok sebagai santapan awal saat berbuka setelah sekitar 12 jam tidak
makan dan minum.

Proses pembuatan bubur Blendrang ini berawal dari perebusan tulang-tulang, baik tulang ayam atau
tulang kambing yang masih ada sisa daging yang menempel. Proses selanjutnya menyiapkan bumbu
yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, kencur, jahe, dan garam yang dihaluskan.

Baca Juga:

Setelah dihaluskan lalu dimasukan ke dalam air mendidih, kemudian tulang-tulang kambing atau
ayam dimasukan ke dalamnya, atau bisa juga dicampur langsung dengan rebusan tulang. Setelah
bumbu merata, masukan tepung terigu atau tepung beras untuk memberikan tekstur kental pada
bubur tersebut.

Bubur ini biasa dijual di harga Rp3000 sampai Rp5000 per porsinya dan biasanya, sajian ini cepat
habis diborong oleh penikmatnya. Hingga berita ini ditulis, belum ada sumber yang jelas bagaimana
awal kemunculan bubur blendrang ini di zaman Pangeran Diponegoro, namun makanan ini sudah
menjadi idaman oleh masyarakat setempat karena rasa yang nikmat dan keberadaannya sudah ada
sejak zaman kolonial.

Anda mungkin juga menyukai