Anda di halaman 1dari 18

Bertemu Kepala BIN, Gubernur Papua Berdiskusi Menjaga

Persatuan
Puguh Hariyanto

Jum'at 15 September 2017 - 19:50 WIB

Gubernur Papua Lukas Enembe membantah pertemuannya dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kepala
BIN Budi Gunawan membahas mengenai dirinya yang akan maju di Pilgub Papua seperti yang viral beberapa
hari terakhir. Foto/Dok. SINDOnews

JAKARTA - Tuduhan bahwa Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) akan memasangkan
Gubernur Papua Lukas Enembe dengan Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw di
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Papua 2018 dibantah langsung oleh Lukas. Lukas memastikan
pertemuan dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kepala BIN Budi Gunawan bukan
membahas mengenai dirinya yang akan maju di Pilgub Papua seperti yang viral beberapa
hari terakhir.

Pertemuan tersebut adalah semata-mata membahas laporan dari Lukas agar persatuan dan
kesatuan bisa terjadi di Papua. "Bukan itu (dipasangkan dengan Paulus)," katanya dalam
siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (15/9/2017).

Menurut Lukas, pertemuan itu memang terjadi. Tepatnya di rumah Kepala BIN di kawasan
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 5 September 2017 lalu. "Tapi banyak hal yang
dilaporkan dan minta petunjuk dari Kepala BIN," ujarnya.

Pertemuan itu membahas banyak hal. Salah satunya adalah mengenai kejadian
pascapilkada serentak 2017. Seperti diketahui, ada beberapa kabupaten/kota di Papua yang
melaksanakan pemilihan.

Lukas meminta kepada BG agar Mendagri Tjahjo Kumolo segera melantik para pemenang
pilkada. "Bahkan ada lima wilayah yang PSU (pemilihan suara ulang). Sesuai putusan MK
(Mahkamah Konstitusi) harus segera dilantik. Saya meminta arahan agar tidak terjadi
bentrok nanti," ucapnya.

Pembahasan juga mengenai pelaksanaan otonomi khusus di Papua. Menurut Lukas,


pelaksanaan otonomi khusus di Papua tinggal 6 tahun lagi. Untuk itu, dia menyarankan agar
pemerintah pusat menyiapkan grand design. "Nah setelah otonomi khusus itu nanti seperti
apa. Saya diskusi itu," lanjut dia.

Hampir di setiap pilkada selalu terjadi permasalahan. Akibatnya, banyak pembangunan yang
dilakukan, tapi kemudian hancur karena dibakar. "Tentu rakyat juga yang kasihan," tuturnya.

Terakhir Lukas menyampaikan perkembangan pelaksanaan PON di Papua. Diketahui


Papua akan menjadi tuan rumah PON pada 2020. "Kami meminta dukungan dari BIN dan
Polri untuk mengamankan itu," terangnya.

Tangkal Kelompok Radikal, ABG Siap Kawal Keutuhan


NKRI
Mohammad Yamin

Selasa 19 September 2017 - 13:20 WIB


Sejumlah ormas, organisasi pemuda, tokoh masyarakat, tokoh lintas agama yang tergabung dalam Aliansi Bela
Garuda (ABG) mendeklarasikan dukungan penuh terhadap NKRI. Upaya ini untuk menangkal berkembangkan
kelompok Islam radikal. Ilustrasi/SINDOnews

YOGYAKARTA - Gerakan Islam radikal telah muncul di Indonesia. Celakanya gerakan


tersebut sudah merasuk ke sendi kehidupan masyakat. Di kota-kota besar Indonesia,
termasuk Yogyakarta gerakan tersebut cukup aktif bahkan sudah masuk ke pelosok-pelosok
desa hingga tingkat RT. 

Untuk menangkal sekaligus membasmi virus gerakan tersebut, organisasi masyarakat,


organisasi pemuda, tokoh masyarakat, tokoh lintas agama yang tergabung dalam Aliansi
Bela Garuda (ABG) mendeklarasikan dukungan penuh terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). 

Bagi mereka pancasila adalah konsensus nasional yang tak boleh diotak-atik lagi.
Keberadaannya sudah final karena bagian dari kontrak sosial berdirinya NKRI. 

"ABG sebagai gerakan lintas organisasi masyarakat mendeklarasikan dukungan penuh


terhadap upaya menyelamatkan NKRI dengan mewujudkan ukhuwah kebangsaan dan
ukhuwah kemanusiaan,” kata Ketua ABG Anang Jahron saat berdialog dengan perwakilan
Divisi Humas Mabes Polri dan Polda DIY di Yogyakarta, Selasa (19/9/2017). 

Dalam sikap resminya ABG juga mendukung penuh langkah pemerintah membubarkan
organisasi Hizbut Tahir Indonesia (HTI). Menurut Anang, HTI selama ini sudah melakukan
rekrutmen dan menyebarkan ideologi secara massif. 

Dengan demikian pemerintah juga harus memastikan bahwa semua pengaruh HTI
dibersihkan dari lembaga negara. “Mendorong pemerintah melakukan pembersihan birokrasi
di semua level lembaga pemerintahan yang menimbulkan perpecahan agama, suku dan
golongan,” ujarnya.

Kasubdit IV Keamanan Direktorat Intelkam Polda DIY AKBP Sigit Hariyadi mendukung
penuh langkah ABG menjaga dan mengawal NKRI dan Pancasila. ABG adalah murni
gerakan Islam untuk menghancurkan paham radikalisme. "Siapapun dia jika membela NKRI
dan Pancasila harus didukung," ujarnya.

Ini Salah Satu Cara agar Bangsa Indonesia Bisa Bersatu


Mohammad Atik Fajardin

Minggu 29 Oktober 2017 - 10:20 WIB


Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (tengah), bersama pengurus Ansor, usai penandatanganan
kerja sama dengan Uni Papua.

JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (PP GP) Ansor Yaqut Cholil
Qoumas menyebutkan, untuk mempersatukan bangsa Indonesia salah satunya bisa melalui
olahraga.

Menurutnya, olahraga itu yakni sepakbola dan agama. Namun jika digunakan dan dipahami
dalam perspektif yang salah, maka keduanya dapat menjadi alat pemecah belah.

"Sepakbola terbukti bisa menyatukan semua etnis, suku, agama, keyakinan, latar belakang,
dalam satu lapangan," kata Yaqut Cholil, di kantor PP GP Ansor, kemarin. 

"Namun banyak juga sepakbola menjadi momok menakutkan, ketika dipandang dalam
perspektif yang salah. Kerusuhan yang kerap terjadi adalah karena salah dalam memahami
sepakbola," imbuhnya.

Yaqut mengatakan hal itu dalam acara dalam acara penandatanganan Memorandum of
Understanding (MoU) dengan Yayasan Generasi Indonesia Internasional (ID-Gen) dalam
rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter anak dan pemuda
melalui sepakbola sosial. 

Gus Yaqut sapaan akrabnya mengatakan, begitu juga dengan agama. Gus Yaqut berterima
kasih dan mendukung kerja sama ini karena lembaga ID-Gen, yang dikenal juga dengan ID
Gen Uni Papua hadir mengajak kebaikan umat manusia.

"Kita ini sama, sama-sama cinta sepakbola, terutama sepakbola Indonesia. Kita akan
bersama-sama dengan Uni Papua untuk menggelorakan semangat olahraga, semangat
memajukan sepakbola, dan menjadikan sepakbola sebagai salah satu usaha memersatukan
kebhinnekaan," tegas Gus Yaqut. 

Sementara, CEO Yayasan ID-Gen Harry Widjaja mengatakan, kerja sama dengan PP GP
Ansor dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter anak
dan pemuda melalui sepakbola sosial. 

"Kerja sama juga bertujuan mengkampanyekan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan


perdamaian kepada generasi muda Indonesia melalui sepakbola sosial," ujar Harry. 

Menurut Harry, kedua belah pihak sepakat mengadakan beberapa program jangka pendek,
di antaranya pada November mendatang akan diadakan coaching clinic di 12 provinsi, yakni
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, NTT, dan Papua. 

Selama coaching clinic, jelasnya, peserta akan diajak bermain bola sambil mempraktikkan
nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan juga toleransi yang akan berdampak pada
kehidupan sosial mereka. 

"Metode sepakbola sosial ini diyakini cukup efektif menanamkan nilai-nilai tersebut dalam
diri setiap orang yang bermain. Tanpa disadari, anak-anak atau pemuda yang menjadi
peserta coaching clinic memahami pentingnya toleransi dan juga perdamaian serta akan
terbentuk karakter yang baik dari dalam diri masing-masing peserta," kata Harry.

Kapolda DIY Pastikan Tak Ada Sekolah yang Ajarkan


Radikalisme
Mohammad Yamin

Rabu 20 September 2017 - 16:55 WIB


Sebanyak 200 siswa dan siswi yang mengikuti kegiatan PKS mengucapkan ikrar secara bersama sama "Saya
Generasi Pelopor Gerakan Anti Radikalisme" di Mapolda DIY, Rabu (20/9/2017). Foto/SINDOnews/M Yamin

YOGYAKARTA - Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen Polisi Ahmad Dofiri
memastikan tidak ada sekolah yang mengajarkan faham radikalisme. Kepastian ini
diungkapkan setelah pihaknya melakukan investigasi dengan melibatkan berbagai pihak
termasuk tokoh masyarakat, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan pihak sekolah. 

"Jadi bukan sekolahnya yang mengajarkan radikalisme tapi ada alumninya yang mengajak
para siswa ini belajar tentang aliran radikal," kata Dofili usai pembukaan final lomba Patroli
Keamanan Sekolah (PKS) se-Polda DIY dalam rangka HUT ke-62 Polantas di Mapolda DIY,
Rabu (20/9/2017).

Pada kesempatan itu, sebanyak 200 siswa dan siswi yang mengikuti kegiatan PKS
mengucapkan ikrar secara bersama sama "Saya Generasi Pelopor Gerakan Anti
Radikalisme". 

Sebelumnya, Dofili menyebut ada temuan salah satu sekolah yang menjadi tempat
membaiat para pelajar masuk kelompok radikal. Temuan aliran tersebut sangat
mengkhawatirkan meskipun hanya di satu sekolah.

Menurut Dofili, pihaknya sudah memanggil salah satu siswa yang menjadi korban.
Berdasarkan pengakuannya, korban mengaku diajak kakak kelasnya yang sudah lulus untuk
didoktrin paham radikalisme. "Si kakak kelas ini mengajak 3-4 siswa untuk berdiskusi yang
mengarah ke radikalisme. Kakak kelasnya ini merupakan mahasiswa di perguruan tinggi,"
terangnya. 

Jenderal bintang satu ini menjelaskan peristiwa tersebut terjadi enam bulan lalu. Pihak
sekolah dan beberapa ustaz sudah memberikan himbingan dan pencerahan kepada korban
untuk menghilangkan doktrin paham tersebut. "Kami pastikan semua sudah clear dan tidak
ada lagi siswa yang terlibat jaringan tersebut," ungkapnya.

Bertemu Pimpinan PBNU, Menhan Bicara Kedaulatan Negara


Saiful Munir

Kamis 14 September 2017 - 06:08 WIB


Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menggelar pertemuan dengan Ketua Umum PBNU, Said Aqil
Siradj. Foto/Saiful Munir/SINDOnews

JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menggelar pertemuan


dengan jajaran pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membahas sinergi
dalam upaya memperkuat pertahanan dan kedaulatan bangsa.

Pertemuan ini digelar di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (13/9/2017). Dalam pertemuan
itu, Ryamizard mengungkapkan Indonesia saat ini telah masuk pada era globalisasi yang
terjadi sebagai konsekuensi logis dari gerak perubahan di dunia.

Era globalisasi kemudian berdampak terhadap perubahan sistem politik, hukum, mental dan
budaya, serta penghayatan terhadap ideologi suatu bangsa.

Ryamizard menegaskan, Indonesia tak boleh kalah dan gagal dalam persaingan di era
globalisasi. Kalah dalam bersaing dapat mengancam eksistensi dan keutuhan negara.

"Dalam persaingan global, yang kuat keluar sebagai pemenang dan menjadi pemimpin.
Sementara yang lemah akan kalah dan menjadi pecundang dan akan terus terjajah," kata
Ryamizard. 

Oleh sebab itu, Kementerian Pertahanan mengganden PBNU untuk menjalin sinergi dalam
upaya memperkuat pertahanan dan kedaulatan bangsa. 

Sementara Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Hery Haryanto Azumi, sepakat dengan
gagasan Menhan. Sinergi antara Kementerian Pertahanan dan PBNU perlu dilakukan untuk
bersama-sama memperkuat pertahanan dan kedaulatan bangsa.
Menurutnya, tugas menjaga pertahanan dan kedaulatan bangsa tidak bisa dipasrahkan
kepada pemerintah maupun dilakukan oleh kelompok tertentu. Seluruh elemen masyarakat,
kata Hery, harus bersinergi untuk menjaga kedaulatan bangsa.

"NU punya tanggung jawab itu. Tentu semua pihak harus mendukung upaya menjaga
kedaulatan bangsa," ucap Hery.

Pulau Terluar Jadi Prioritas Kekuatan TNI AL


Cahya Sumirat

Senin 11 September 2017 - 16:08 WIB


Ilustrasi. Foto/SINDOphoto/Dok

MANADO - Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Ade Supandi mengingatkan,
sejalan dengan visi Poros Maritim Dunia, Pemerintah telah menetapkan kebijakan gelar
kekuatan TNI tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal itu dikatakan Ade Supandi dalam amanatnya yang dibacakan Danlantamal VIII diwakili
oleh Wadan Lantamal VIII Kolonel Marinir Eddy Setiawan bertindak selaku Irup pada
upacara Hari Jadi ke-72 TNI Angkatan Laut tahun 2017 yang bertempat di Mako Lantamal
VIII, dengan Tema yaitu Bersama Rakyat TNI Angkatan Laut Siap Mewujudkan Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian, Senin (11/9/2017).

"Kebijakan Pemerintah ini ditindaklanjuti TNI dengan menetapkan rencana penguatan


kemampuan TNI secara terpadu di pulau-pulau terluar dan strategis yaitu Natuna,
Yamdena-Selaru, Morotai, Biak dan Merauke," kata Ade.

Adapun Pejabat yang hadir, para Asisten Danlantamal VIII, Para Kadis/Kasatker Lantamal
VIII, Wakil Ketua Korcab VIII DJAT Ny. Sri Indrawati Eddy Setiawan beserta pengurus
Korcab VIII Daerah Jalasenastri Armada Timur (DJAT), Perwira, Bintara, Tamtama, ASN
Lantamal VIII serta Purnawirawan TNI AL. 

Dikatakan Ade, kebijakan pembangunan TNI Angkatan Laut ke depan, diarahkan untuk
mencapai sasaran perencanaan strategis yaitu penajaman Minimum Essential Force (MEF),
dengan pendekatan perencanaan berbasis kemampuan (Capability Based Planning),
Pembangunan sarana dan prasarana serta bekal yang dibutuhkan untuk mendukung
kesiapan operasional dan peningkatan profesionalitas prajurit.

Setelah upacara dilaksanakan atraksi Koloni Senapan oleh Yonmarhanlan VIII Bitung.
Selanjutnya kata Pgs. Kadispen Lantamal VIII, Dedy Irawan Eko Cahyono Danlantamal VIII
diwakili oleh Wadan Lantamal VIII Kolonel Marinir Eddy Setiawan memimpin Ziarah di
Taman Makam Pahlawan (TMP) Kairagi Weru.

Kegiatan ini dalam rangka rangkaian Hari Jadi ke-72 TNI Angkatan Laut tahun 2017.
Kegiatan diawali dengan penghormatan, dilanjutkan peletakan karangan bunga. Kegiatan
diakhiri dengan tabur bunga bersama di Makam Pahlawan Nasional.

Perlu diketahui, salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, atas nama Sutedi Senoputra juga
dimakamkan di TMP Kairagi Manado. Nama Pahlawan ini merupakan nama salah satu KRI
yang dimiliki TNI Angkatan Laut (KRI Sutedi Senoputra-378).

Perkuat Komitmen Kebangsaan dan Kesatuan dalam


Bingkai Kebhinnekaan
Kategori Artikel GPR | marroli
JAKARTA (FMB9, 17/5) - Sebelum berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para
pendiri bangsa (founding fathers) telah berjuang membangun konsensus bersama untuk
memberikan “Bangunan dan jiwa” dari negara yang akan baru lahir di bumi Nusantara.

Setelah melalui dialog yang sangat panjang dalam dinamika ideologisasi, akhirnya  disepakati
pondasi dasar dari negara yang baru lahir tersebut adalah; Pancasila, UUD Negara Indonesia
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Seiring
perjalanan waktu, kesepakatan para pendiri bangsa itu disebut sebagai 4 (Empat) Konsensus
Nasional.
Dilihat dari jejak sejarahnya, pondasi ideologi berbangsa dan bernegara tersebut telah melalui
sejumlah tantangan dan ancaman. Salah satunya gerakan separatis yang selalu muncul dari waktu
ke waktu, mulai dari DI/TII dan RRI/Permesta, di masa lalu, hingga RMS dan OPM, di masa
kini.
Saat ini, di tengah munculnya Politik Identitas yang mengarah pada kontra ideologi bangsa,
segenap masyarakat Indonesia diharapkan mampu melakukan penyegaran kembali, untuk
mengenali dan memahami landasan ideologi bangsa yang akhir-akhir ini terasa mulai luntur, dan
bahkan cenderung kehilangan makna.
Penegasan tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
(Menko Polhukam) Jenderal TNI (Purn) Dr. Wiranto dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat
9 (FMB9) bertajuk “Upaya Pemerintah dalam Penegakan Empat Konsensus Nasional” di Gedung
Stovia, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2017).
Untuk itu, Jenderal (Purn) Wiranto meminta masyarakat berperan aktif mengambil bagian
menolak paham baru atau paham lain yang akan menciptakan kekacauan idiologi yang pada
gilirannya  membahayakan stabilitas keamanan yg merupakan bagian penting keberhasilan
pembangunan nasional.
Menko Polhukam memaparkan penyebab munculnya radikalisme dan terorisme kecuali pengaruh
lingkungan global, euphoria kebebasan yang berlebihan,  penegakan hukum yang kurang kuat ,
juga sangat dipenggaruhi oleh disparitas  ketimpangan sosial ekonomi yang belum terselesaikan.
Saat ini, menurut Menko Polhukam, tantangan dan ancaman terhadap kedaulatan sifatnya sudah
multidimensi karena ancaman dapat bersumber dari ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
 “Perkembangan kejahatan terorisme global telah menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan, baik modus, kuantitas maupun kualitasnya. Kejahatan terorisme global itu disinyalir
mempunyai hubungan dengan terorisme di banyak negara termasuk Indonesia. Hal itu terungkap
dari fakta adanya keterkaitan dengan jaringan militan lokal dengan jaringan terorisme
internasional,” papar Wiranto.
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, seluruh rakyat Indonesia, khususnya generasi muda harus
mampu memahami sekaligus mengaplikasikan Empat Konsensus Dasar tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, memiliki wawasan kebangsaan, berkarakter, beretika moral budaya dan rasa
kebangsaan yang kuat.
Terkait hal itu, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko
Polhukam) yang melibatkan Kementerian di bawah koordinasi telah menyiapkan sejumlah
program dalam rangka pemantapan Empat Konsensus Dasar Bangsa (Empat Konsensus
Nasional) tersebut.
Yaitu, mendorong pembentukan Pusat Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK),
Optimalisasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), pembentukan Forum Kewaspadaan
Dini Masyarakat (FKDM), pembentukan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), dan
pembentukan Dewan Kerukunan Nasional (DKN).
Selain itu, Pemerintah juga terus memantapkan program Revitalisasi Dewan Ketahanan Nasional
(Wantannas) untuk melaksanakan tugas pembinaan bela negara, terlibat aktif dalam Gerakan
Nasional Revolusi Mental, terlibat aktif dalam penyusunan Perpres Unit Kerja Presiden
Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) serta pembentukan dan operasionalisasi Desk
Pemantapan Wawasan Kebangsaan. 

Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional XIX:


Wujudkan Kemandirian dan Kesejahteraan
Masyarakat Desa
Kategori Artikel GPR | marroli
Parigi Moutong – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT) meresmikan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional XIX di Kabupaten
Parigi Moutong, Rabu (27/09). Perhelatan besar tersebut menjadi instrumen bagi inovator untuk
mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa melalui berbagai temuan yang
berbasis kearifan lokal.
“TTG merupakan salah satu cara atau pendekatan yang ampuh dalam upaya mendorong
percepatan mewujudkan kemandirian masyarakat desa. Kita berharap sentuhan TTG mampu
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi di pedesaan,” ujar Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, dalam
sambutannya pada Pembukaan Gelar TTG Nasional XIX, di Kayu Bura, Parigi Moutong,
Sulawesi Tengah.
Menteri Eko menambahkan, TTG tidaklah selalu harus alat atau mesin, melainkan juga dapat
berupa teknologi proses atau produk yang dapat menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi
dan aspek lingkungan. Dirinya juga mengatakan bahwa Dana Desa dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis teknologi tepat guna untuk kemajuan
ekonomi.
“Desa dapat melakukan pelatihan kewirausahaan yang mendukung pengolahan produk
pascapanen sesuai kebutuhan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas,
maka produk tersebut dapat menjadi produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades) dan
memberi nilai tambah,” lanjutnya.
Para kepala desa diharapkan dapat memanfaatkan kegiatan TTG tersebut untuk membantu
menyosialisasikan atau memfasilitasi masyarakat akan pentingnya penerapan teknologi tepat
guna dalam pengelolaan potensi sumberdaya alam yang cukup melimpah di desa. Begitu juga
dengan Pemerintah Daerah khususnya kabupaten/ kota. Dukungan tersebut dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan keberadaan kelembagaan masyarakat yang telah terbentuk di daerah,
yaitu Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek). Fungsi Posyantek itu sendiri tidak hanya
sebagai sumber informasi dan promosi yang terkait dengan teknologi tepat guna, melainkan juga
diarahkan untuk mampu menjembatani masyarakat pengguna teknologi dengan sumber TTG
(inventor/ inovator TTG).
Di samping itu, Gelar TTG juga membuka peluang bagi para pengusaha untuk berinvestasi dalam
mengembangkan TTG di daerah. Dukungan kalangan dunia usaha sangat   dibutuhkan dalam 
memproduksi  alat TTG dengan tingkat harga yang terjangkau masyarakat. Dunia pendidikan
juga dapat berperan dalam menciptakan teknologi tepat guna berbasis kearifan lokal.
 

Presiden Tegaskan Rakyat Harus Jaga dan Pelihara


Kesatuan di Tahun Politik
Kategori Artikel GPR | marroli
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara besar yang terdiri atas
beragam budaya, adat istiadat, keyakinan, suku, dan bahasa. Namun, perbedaan tersebut
hendaknya tidak dijadikan sebagai benih perpecahan, tapi sebagai sebuah kekuatan bersama yang
akan menjadikan Indonesia semakin maju.
 
"Kita harus mampu mengelola kebinekaan kita. Perbedaan-perbedaan kita menjadi sebuah
kekuatan. Kalau kita bisa mengelola perbedaan-perbedaan, kita ini akan menjadi sebuah kekuatan
besar," kata Presiden ketika memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Kupang,
Senin 8 Januari 2018.
Lalu, dengan cara apa kita bisa mengelola perbedaan itu? Salah satunya menurut Presiden dapat
dilakukan dengan membumikan politik kebangsaan yang berangkat dari kesadaran untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang harmonis dan saling menghargai. Sebab, apapun perbedaan
pandangan yang kita hadapi, kita semua tetaplah bersaudara.
 
"Kita harus menyadari bahwa semua yang ada di Republik ini adalah saudara sebangsa dan se-
Tanah Air. Walaupun berbeda-beda kita masih bersaudara. Walaupun berbeda-beda kita tetap
bersatu untuk mencapai cita-cita kemerdekaan kita. Walaupun berbeda-beda, kita memiliki tekad
yang sama untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan berkemajuan," tuturnya.
 
Sama halnya dengan Pilkada serentak mendatang, Presiden percaya bahwa masyarakat memiliki
pandangan yang sama untuk mewujudkan kehidupan berbangsa yang harmonis di tengah segala
perbedaan, termasuk perbedaan pilihan politik.
 
"Karena kedewasaan politik kita, karena kematangan politik kita, insyaallah dalam memasuki
tahapan-tahapan Pilkada ini kita bersama-sama menjaga dan memelihara kesatuan kita. Jangan
sampai karena perbedaan pilihan politik antarteman menjadi pecah. Tidak boleh!" ujarnya.
 
Lebih lanjut, Presiden mengajak masyarakat untuk turut memilih pemimpin  terbaik di tingkat
kabupaten, kota, provinsi, atau bahkan pada pemilihan presiden nanti sesuai dengan penilaian dan
pilihan masing-masing. Namun, setelah pemilihan berlangsung, jangan sampai kita memelihara
kebencian dan menjelekkan satu sama lain.
 
"Pilihan politik itu berbeda boleh, tetapi setelah itu ya sudah. Biarkan pemimpin yang kita pilih
bekerja lima tahun. Kalau bekerjanya tidak benar, jangan dipilih lagi. Kalau baik, pilih lagi. Itu
saja. Jangan sampai emosi kita diaduk-aduk," ucap Presiden.
 
Oleh karena itu, Presiden mengajak seluruh komponen bangsa Indonesia untuk bersatu padu
terlepas apapun pilihan politik mereka. Sebab, sesungguhnya Indonesia masih harus menghadapi
persoalan yang jauh lebih besar di masa datang di mana persoalan tersebut hanya dapat dihadapi
dengan persatuan bangsa.
 
"Kita harus bersatu karena kita tengah bersiap menyambut masa depan. Tantangan kita semakin
besar. Sekarang Indonesia menyambut berbagai perubahan yang sedang terjadi di dunia.
Perubahan sekarang sangat cepat sekali," tuturnya. 
Wisata Jadi Tren Baru Anak Muda 
Presiden memberikan contoh tentang perubahan dalam gaya hidup. “Senangnya sekarang anak-
anak muda sekarang pergi wisata atau ke tempat-tempat yang unik, iya kan? Kemudian nanti
disitu selfie, klik, diunggah,” ucap Presiden. 
Tak lama setelah itu banyak yang memberi komentar dan menjadi terkenal. “Kalau yang komen
banyak dan komennya bagus-bagus senang, belanja-belanja sudah pada nggak senang, sekarang
mulai seperti itu. Ini sudah menggejala di seluruh negara, seluruh dunia hampir sama seperti itu,”
ujar Presiden. 
Oleh karena itu,  Presiden tidak kaget bila banyak yang meminta berswafoto dengan dirinya.
“Datang saya ke sebuah daerah, Pak, selfie Pak, selfie, klik-klik, nanti malamnya diupload
diunggah, banyak yang komentar senang, jadi saya kalau ke daerah banyak yang pengen foto, ya
karena itu aja, iya kan?” tutur Presiden. 
Turut hadir mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dalam acara tersebut adalah
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Nusa
Tenggara Timur Frans Lebu Raya.

Anda mungkin juga menyukai