Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS POTENSI BAHAYA TANAH

LONGSOR DAN UPAYA MITIGASI


BENCANANYA DI KOTA BATU

Laporan Penelitian Geografi


Disusun oleh :

1. MOCH. REZA PUTRA JANNATAN ( X IPS 5 )


2. NADINE SANDRA VINATA ( X IPS 5 )
3. PUTRI AMALIA INDAH CAHYANI ( X IPS 5 )
4. WULAN SARI ( X IPS 5 )

TAHUN PELAJARAN 2021/ 2022


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANYUWANGI
BAB I
A. Latar Belakang Penelitian
Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak
terjadi begitu saja, namun ada faktor kesalahan dan kelalaian manusia dalam
mengantisipasi alam dan kemungkinan bencana yang dapat menimpanya.
Penyebab utama kejadian ini selain ulah manusia adalah gravitasi yang memengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau
gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam.
Mitigasi bencana tanah longsor merupakan upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB),
dengan cara mengurangi dampak tanah longsor, sampai sekecil mungkin. Tujuan utama
mitigasi adalah untuk mengembangkan berbagai tindakan untuk mengurangi risiko
korban meninggal dunia, luka-luka dan menderita sesuatu penyakit. Disamping itu juga
untuk mengurangi kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta terganggunya
perekonomian masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, termasuk
di Kota Batu. Terjadinya tanah longsor tersebut dapat memberikan dampak negatif dan
menimbulkan kerugian terhadap penduduk sekitar, seperti kehilangan barang berharga
dan harta benda, hingga merenggut nyawa penduduk sekitar yang berada di sekitarnya.
Teknologi SIG dapat digunakan untuk melakukan pemetaan potensi tanah longsor di
Kota Batu dan untuk meminimalisir keugian yang ditimbulkan. Terdapat beberapa
masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas antara lain:
1. Bagaimana persebaran daerah bahaya tanah longsor di Kota Batu?
2. Faktor dominan apakah yang menyebabkan tingkat potensi bahaya tanah longsor di daerah
penelitian?
3. Upaya apakah yang dilakukan untuk menanggulangi bencana tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini antara
lain,
1. Menganalisis pemetaan persebaran daerah potensi tanah longsor di Kota Batu
2. Mengetahui faktor dominan yang menyebabkan tingkat potensi bahaya tanah longsor di
daerah penelitian
3. Dapat mengetahui apa saja upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini yaitu,
1. Memberikan informasi dan masukan mengenai daerah yang rawan terhadap bencana
tanah longsor di Kota Batu sebagai upaya untuk antisipasi dini serta meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana tanah longsor.
2. Pengetahuan bagi Pemerintah Kota Batu dan masyarakat bagaimana pentingnya
pencegahan daripada pemulihan.

BAB II
A. Lokasi Penelitian
Desa Tlekung, Kota Batu, Malang Jawa timur

B. Kondisi Fisik
Kota Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia terbentuk pada tahun 2001
sebagai pecahan dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah Kota Batu merupakan bagian
dari Sub Satuan Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Kota Batu terletak 15
km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang.
Bersama dengan Kabupaten Malang dan Kota Malang, Kota Batu merupakan bagian dari
kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.

Kota Batu, secara geografis berada pada 7°44’– 8°26’ Lintang Selatan dan 122°17’–122°57’
Bujur Timur dengan luas wilayah 202,30 Km2. Wilayah kota ini berada di ketinggian 680-
1.200 meter dari permukaan laut dan diapit oleh 3 buah gunung yang telah dikenal yaitu
Gunung Panderman (2010 meter), Gunung Arjuna (3339 meter), Gunung Welirang (3156
meter). Kondisi topografi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit menjadikan Kota Batu
bersuhu udara rata-rata 15-19 derajat Celsius.

Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu, wilayah


administratif Kota Batu terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan
Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Ketiga kecamatan tersebut terbagi menjadi 20 desa dan 4
kelurahan.

Adapun batas-batas wilayah Kota Batu adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan


• Sebelah Barat : Kabupaten Malang
• Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
• Sebelah Timur : Kabupaten Malang

Secara geografis, wilayah Kota Batu memiliki dua karakteristik yang berbeda, yaitu sebelah
utara dan barat merupakan daerah dengan ketinggian bergelombang dan berbukit, sedangkan
daerah timur dan selatan merupakan daerah yang relatif datar, meskipun berada pada
ketinggian ± 800 M dari permukaan laut. Kota Batu memiliki suhu minimum 18° – 24° C,
suhu maksimum antara 28°- 32° C dengan kelembaban udara sekitar 75-98% dengan volume
curah hujan rata-rata 298 mm per bulan dalam kisaran 6 hari per bulan.
C. Kondisi Penduduk
Kota Batu terletak pada ketinggian rata-rata 862 mdpl sehingga sebagian besar daerah di
Kota Batu terletak di perbukitan/lereng. Kondisi topografi Kota Batu yang sebagian besasr
pegunungan dan perbukitan menjadikan Kota Batu terkenal sebagai daerah dingin. Rata-rata
suhu udara di Kota Batu adalah 21-23 derajat Celcius. Jenis tanah yang berada di kota Batu
sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan kambisol, latosol dan
aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari
ledakan gunung berapi, sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang
tinggi. Hasil perkebunan andalan yang menjadi komoditi utama dari Kota Batu adalah buah
apel. Apel batu ini memiliki empat varietas yaitu manalagi, rome beauty, anna,
dan wangling. Selain apel, Batu juga menghasilkan berbagai jenis buah lain seperti jeruk
alpukat, nangka, dan pisang.

Kepadatan penduduk di Kota Batu tahun 2016 mencapai 4.921 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk tertinggi di Kecamatan Batu sebesar 2.071 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk
terendah di Kecamatan Bumiaji sebesar 898 jiwa/km2. Dibandingkan dengan tahun 2015,
penduduk Kota Batu mengalami pertumbuhan sebesar 0,91% pada tahun 2016. Rasio jenis
kelamin penduduk Kota Batu yaitu 101,1 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak daripada jumlah penduduk perempuan. 

Kota Batu merupakan salah satu kota yang baru terbentuk pada tahun 2001 sebagai pecahan
dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah kota batu merupakan bagian dari Sub Satuan
Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Panorama alam yang indah dan udara
yang sejuk menjadikan Kota Batu sebagai destinasi pariwisata yang menarik sehingga sektor
pariwisata diandalkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Beberapa objek
wisata yang terdapat di Kota Batu, yaitu Wisata Alam Cangar (sumber air panas), Wisata
Alam Air Terjun Cuban Talun (air terjun, area perkemahan, dan goa Jepang), Wisata Alam
Air Terjun Cuban Rais, Wisata Alam Gunung Panderman, Kawasan Wisata Songgoriti,
Wisata Selecta, Wisata Jatim Park, Batu Night Spectacular, Museum Satwa, dan Wisata
Paralayang Gunung Banyak.
BAB III
A. Landasan Teori
A. Faktor-Faktor Penyebab dan Pemicu Tanah Longsor Highland dan Bobrowsky
(2008) menjelaskan faktor-faktor penyebab dan pemicu tanah longsor. Faktor-
faktor penyebab dikelompokkan menjadi dua jenis utama yaitu faktor-faktor alami
yang meliputi kondisi geologi dan kenampakan permukaan bumi atau morfologi,
dan aktivitas manusia. Dengan demikian, faktorfaktor penyebab merupakan faktor
internal kondisi lereng dan perubahan kondisi lereng oleh aktivitas manusia.
Sedangkan faktor-faktor pemicu merupakan kondisi eksternal yang mendorong
terjadinya gerakan tanah.
B. Faktor-Faktor Penyebab dan Pemicu Tanah Longsor Faktor Penyebab
A. Faktor Alami
1. Kondisi Geologi
a. Material yang lemah, seperti beberapa lereng vulkanik atau sedimen laut
yang tidak dikonsolidasi, misalnya
b. Material yang rentan
c. Material lapuk
d. Material geser
e. Material yang bercelah atau terletak pada sambungan
f. Diskontinuitas massa yang berorientasi negatif
g. Diskontinuitas struktural yang berorientasi negative
h. Perbedaan dalam permeabilitas
i. Perbedaan dalam kekakuan (material padat di atas bahan plastik)
2. Kondisi Morfologi
A. Tektonik atau vulkanik Faktor Pemicu
a. Curah hujan yang intens
b. Pencairan salju yang cepat
c. Penyerapan air hujan secara cepat
d. Gempa bumi
e. Erupsi vulkanik
f. Pembekuan dan pencairan
g. Mengembang dan susutnya pelapukan
h. Banjir 4
B. Kerangka Berfikir
Longsor lahan merupakan proses geomorfologi yakni proses bergeraknya tanah dan
batuan secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat oleh pengaruh
langsung grafitasi. Dalam keadaan alami proses geomorfologi berjalan normal, namun
kenyataannya sekarang akibat aktivitas manusia dalam menggunakan dan mengelola sumber
daya alam tanpa memperhatikan konservasi tanah dan airnya maka menyebabkan proses
geomorfologi yang dipercepat sehingga menghasilkan proses longsor lahan yang lebih besar
dan hal ini berdampak pula pada kerusakan sumber daya alam dan kerugian bagi penduduk
setempat maupun penduduk sekitar. Klasifikasi longsor lahan yang meliputi: luncuran slump,
runtuhan debris slides, runtuhan jatuh debris fall, longsor batuan rock slide, runtuhan jatuh
rock fall.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk: a mengetahui tingkat kerawanan longsor lahan
pada berbagai unit lahan, b mengetahui faktor dominan penyebab tingkat kerawanan longsor
lahan yang ada, c mengetahui dampak longsor lahan di daerah penelitian.
Metode yang digunakan melalui beberapa tahapan pengerjaan yang meliputi: survei
lapangan dan mengklasifikasikan daerah penelitian ke dalam unit bentuk lahan yang
kemudian dijadikan daftar klasifikasi unit lahan, yakni dilakukan dengan
menumpangsusunkan peta bentuk lahan dengan peta tanah, peta lereng dan peta penggunaan
lahan dengan citra landsat. Dengan memperhatikan kesamaan sifat dan perwatakan dalam hal
ini aspek struktur geologigeomorfologi. Proses geomorfologi dan kesan topografi dapat
dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan bentang lahan yang komplek ke dalam unit-unit
bentuk lahan. Dari overlay peta bentuk lahan, peta lereng, peta tanah, dan peta pengguna
lahan dengan menggunakan citra landsat maka tersusunlah peta unit lahan. Dari setiap peta
unit lahan ini maka akan diambil tanah untuk analisis laboatorium juga untuk pengharkatan
setiap parameter longsor lahan.
Tingkat kerawanan longsor lahan diperoleh dengan cara mengharkatkan dan
menjumlahkan parameter-parameter dalam longsor lahan yang kemudian dilakukan
pengklasifikasian, sehingga akan diperoleh kerawanan longsor lahan selanjutnya yang akan
disajikan dalam bentuk peta.
C.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang meliputikegiatan
pengamatan, pencatatan, dan pengukuran di lapangan dan analisislaboratorium. Unit
analisis yang digunakan adalah satuan lahan, analisistingkat kerawanan longsor lahan
dengan cara skoring dan analisa tabel. Prosespemetaan dan penyajian akhir dengan
bantuan SIG.
BAB IV
PEMBAHASAN

Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng.
Penyebab tanah longsor selain dari ulah manusia juga karena faktor alam yaitu hujan. Ada
dua hal penyebab tanah longsor yang berkaitan dengan hujan, yakni hujan berintensitas tinggi
dalam waktu singkat dan menerpa daerah yang kondisi tanahnya labil. Tanah kering ini
menjadi labil dan mudah longsor saat terjadi hujan. Kondisi lain adalah akumulasi curah
hujan di musim hujan pada tebing terjal yang menyebabkannya runtuh. Tanah longsor ini
cukup berbahaya dan dapat mengakibatkan korban jiwa tidak sedikit.
Potensi terjadinya tanah longsor yang tinggi di Kota Batu diperlukan adanya pemetaan
terhadap tanah longsor. Oleh sebab itu untuk meminimalisir terjadinya bencana yang akan
menimbulkan kerugian baik berupa materi serta harta benda dan keselamatan penduduk
sekitar, diperlukan adanya pemetaan bahaya tanah longsor di daerah tersebut untuk
mengetahui persebaran potensi tanah longsor. Peta tersebut dapat digunakan sebagai mitigasi
bencana yang dapat meminimalisir adanya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah
longsor.
Pemetaan potensi tanah longsor diolah menggunakan software pemetaan, salah satunya
adalah software ArcGIS. Parameter-parameter yang digunakan dalam pemetaan bencana
tanah longsor adalah kemiringan lereng, intensitas curah hujan, penggunaan lahan, jenis
tanah, faktor geologi atau batuan penyusunnya. Parameter-parameter tersebut dikategorikan
dalam faktor alamiah terjadinya tanah longsor. Selain faktor alamiah, bencana tersebut
disebabkan oleh faktor aktivitas manusia yang mempengaruhi suatu bentang alam, seperti
kegiatan pertanian, pembebanan lereng, pemotongan lereng dan penambangan. Informasi
akhir dari proses pada software tersebut berupa peta sebaran daerah rawan longsor yang dapat
dijadikan sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait maupun untuk penduduk sekitar.
Mitigasi bencana tanah longsor merupakan upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB),
dengan cara mengurangi dampak tanah longsor, sampai sekecil mungkin. Tujuan Mitigasi
Tanah Longsor Tujuan utama mitigasi adalah untuk mengembangkan berbagai tindakan
untuk mengurangi risiko korban meninggal dunia, luka-luka dan menderita sesuatu penyakit.
Disamping itu juga untuk mengurangi kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta
terganggunya perekonomian masyarakat.
Upaya Mitigasi Bencana Tanah Longsor
1) Sebelum Bencana :
Mendatangi daerah rawan longsor berdasarkan peta kerentanannya, Memberi tanda khusus
pada daerah rawan longsor, Memanfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya,
Permukiman sebaiknya menjauhi tebing, Tidak melakukan pemotongan lereng, Melakukan
reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam keadaan gundul, menanam pohon-pohon
penyangga, melakukan penghijauan pada lahan terbuka, Membuat terasering atau sengkedan
pada lahan yang memiliki kemiringan yang relatif curam, Membatasi lahan untuk pertanian,
Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah, Menggunakan Teknik penanaman
dengan sistem kontur tanah.k) Waspadalah gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah)
terutama di musim hujan
2) Saat Bencana :
Bagaimana menyelamatkan diri dan kearah mana jalur evakuasi yang harus dilewati.
3) Sesudah Bencana :
Menyelamatkan korban secepatnya kedaerah yang lebih aman, Penyelamatan harta benda
yang mungkin masih dapat diselamatkan, Menyiapkan tempat-tempat penampungan
sementara bagi para pengungsi seperti tenda-tenda darurat, Menyediakan dapur-dapur
umum, Menyediakan air bersih, sarana kesehatan, Memberikan dorongan semangat nagi
para korban bencana agar para korban tersebut tidak frustasi Koordinasi dengan apparat
seceparnya .

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang dilakukan, maka dihasilkan kesimpulan berdasarkan
tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1.) Ada dua hal penyebab tanah longsor yang berkaitan dengan hujan, yakni hujan
berintensitas tinggi dalam waktu singkat dan menerpa daerah yang kondisi tanahnya labil.
Tanah kering ini menjadi labil dan mudah longsor saat terjadi hujan. Kondisi lain adalah
akumulasi curah hujan di musim hujan pada tebing terjal yang menyebabkannya runtuh.
Tanah longsor ini cukup berbahaya dan dapat mengakibatkan korban jiwa tidak sedikit.
2.) Mitigasi bencana tanah longsor merupakan upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB),
dengan cara mengurangi dampak tanah longsor, sampai sekecil mungkin. Tujuan Mitigasi
Tanah Longsor Tujuan utama mitigasi adalah untuk mengembangkan berbagai tindakan
untuk mengurangi risiko korban meninggal dunia, luka-luka dan menderita sesuatu penyakit.
Disamping itu juga untuk mengurangi kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta
terganggunya perekonomian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai