Anda di halaman 1dari 15

Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan Air Irigasi

A. Pendahuluan

Kebutuhan air irigasi adalah volume air yang dibutuhkan untuk


memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, dan kebutuhan air
bagi tanaman dengan mempertimbangkan volume air dari hujan dan air
tanah. Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting
yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi.
Bagian dari presipitasi hilang melalui proses : (1) intersepsi
(interception), (2) infiltrasi (infiltration), (3) surface/depression storage,
(4) evaporasi (evaporation), (5) evapotranspirasi (evapotranspiration),
dan proses (6) inkorporasi (incorporation)

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman

1. Topografi
Pengaruhnya terhadap besar kecilnya proses infiltrasi. Pada lahan
dengan kemiringan yang besar kehilangan air lebih besar dibandingkan
lahan yang datar, karena aliran permukaan akan cepat mengalir.
2. Hidrologi
Sebagai contoh proses hidrologi adalah hujan. Semakin besar curah
hujan semakin sedikit kebutuhan air bagi tanaman, karena adanya hujan
efektif.
3. Klimatologi
Faktor cuaca akan berpengaruh terhadap pengolahan lahan pertanian.
Kecepatan angin, suhu udara, radiasi matahari, kelembaban dan lain-

1
Kebutuhan Air Irigasi

lain akan menentukan besar kecilnya kebutuhan air tanaman karena


faktor-faktor tersebut adalah yang mempengaruhi evapotranspirasi.
4. Tekstur tanah
Tanah yang baik akan membuat akar tanaman tumbuh dengan mudah
dan akan memerlukan sedikit kebutuhan air. Tanah dengan tekstur
kasar menyebabkan tanah akan cepat hilang atau terinfiltrasi.

C. Kebutuhan Air Tanaman

Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi


dengan baik, air tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi.
Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau
waduk dan dialirkan melalui system jaringan irigasi, guna menjaga
keseimbangan jumlah air di sawah. Keseimbangan air yang masuk dan
keluar dari suatu lahan digambarkan seperti :

Air Air Bagi


Huja Tanama
n (R) n (ET)

Air
Irigasi
(IR)

Air Bagi Air


Pengola Merembes
han (Perkolasi
Tanah dan Infiltrasi
(Pd) P & I)

Gambar 2.1. Keseimbangan air masuk dan keluar dari suatu lahan

2
Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air bagi tananman dipengaruhi oleh kejadian evaporasi


(proses perubahan air menjadi uap), transpirasi (proses uap air
meninggalkan tubuh tanaman atau penguapan pada tanaman),
evapotranspirasi (proses pengupan yang terjadi pada tubuh air dan
tanaman). Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif
tanaman.
Evaporasi dan transpirasi terjadi secara simultan dan tak mudah
dipisahkan. Evaporasi dari permukaan tanah selain dipengaruhi oleh
ketersediaan air di topsoil juga terutama ditentukan oleh bagian radiasi
matahari yang mencapai permukaan tanah. Jumlah penyinaran matahari
yang mencapai permukaan tanah akan berkurang dengan semakin tumbuh
besarnyanya tanaman. Pada saat tanaman masih muda, kehilangan air di
lahan pertanian (sawah) terutama akibat evaporasi, sebaliknya saat
tanaman sudah tumbuh besar dan menutup permukaan tanah, maka
transpirasi menjadi dominan.
Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor :
1. Penyiapan lahan
2. Penggunaan konsumtif
3. Perkolasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan air
5. Curah hujan efektif
Periode pengolahan lahan membutuhkan air yang paling besar jika
dibandingkan tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
1. Karakteristika tanah
2. Waktu pengolahan
3. Tersedianya tenaga dan ternak
4. Mekanisasi pertanian

3
Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan


kedalaman tanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada
Kriteria Perencanaan Irigasi 1986.

D. Efisiensi Irigasi

Secara kuantitatif efisiensi irigasi suatu jaringan irigasi sulit diketahui


dan merupakan parameter yang sukar diukur. Akan tetapi sangat penting
dan umumnya diasumsikan untuk menambah 40% sampai 100% terhadap
keperluan air irigasi di bendung. Kehilangan air irigasi pada tanaman padi
berhubungan dengan :
1. Kehilangan air di saluran primer, sekunder dan tersier melalui
rembesan, evaporasi, pengambilan air tanpa ijin dan lain-lain
2. Kehilangan akibat pengoperasian termasuk pemberian air yang
berlebihan.
Terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di
jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari bangunan pembagi
sampai petak sawah). Efisiensi irigasi dipengaruhi kondisi saluran.
1. Efisiensi penyaluran (conveyance efficiency)
Adalah efisiensi di saluran utama, yaitu saluran primer dan sekunder
dari bendung sampai ke bangunan sadap tersier. Nilai efisiensi
penyaluran tergantung pada panjang saluran primer dan sekunder.
Dihitung menggunakan persamaan :
Vd
ec  
Vhw
dimana :
Vd = volume air di sadap tersier
Vhw = volume air di bendung
Efisiensi penyaluran dapat dibedakan atas :
(a) efisiensi penyaluran di saluran primer e (cp)
(b) efisiensi penyaluran di saluran sekunder e (cs)

4
Kebutuhan Air Irigasi

Untuk mendapatkan gambaran efisiensi irigasi secara menyeluruh,


diperlukan suatu gambaran menyeluruh dari suatu jaringan irigasi dan
drainase mulai dari bendung, saluran primer, sekunder, tersier, dan
kwarter, petak tersier dan jaringan irigasi/drainase dalam petak
tersier dan jaringan jalan.
Efisiensi penyaluran di beberapa daerah irigasi di banyak negara telah
sering dikaji dan merupakan suatu fungsi dari:
(a) luas areal daerah irigasi
(b) metoda pemberian air (kontinyu atau rotasi)
(c) luasan dari unit rotasi
Apabila air diberikan secara kontinyu dengan debit kurang lebih
konstan maka tidak akan terjadi masalah pengorganisasian. Kehilangan
air hanya terjadi karena rembesan dan evaporasi.
Kehilangan air di saluran dapat diukur dengan beberapa metoda. Salah
satu metoda adalah inflow-outflow atau teknik keseimbangan air pada
suatu ruas saluran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur debit
inflow pada pangkal saluran dan debit outflow pada ujung saluran.
2. Efisiensi distribusi
Adalah efisiensi distribusi di tersier sampai ke inlet di setiap jalur
petakan sawah. dihitung dengan persamaan :
Vf
ed  
Vd

dimana :
Vf = volume air yang sampai di petak sawah
Vd = volume air di sadap tersier
Efisiensi distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
(a) kehilangan rembesan
(b) ukuran grup inlet yang menerima air irgasi lewat satu inlet pada
sistim petak tersier
(c) lama pemberian air dalam grup inlet

5
Kebutuhan Air Irigasi

3. Efisiensi pemakaian air (application efficiency) di sawah


Adalah perbandingan antara jumlah air yang sebenarnya diperlukan
tanaman untuk evapotranspirasi (Vcrop) dengan jumlah air yang sampai
ke suatu inlet jalur. Dihitung dengan persamaan :
Vcrop
e f  
Vf

4. Efisiensi di petak (unit) tersier


Digunakan sebagai gabungan efisiensi distribusi dengan efisiensi
pemakaian air. Dengan kata lain ini adalah efisiensi penggunaan air
sebelah hilir pintu sadap tersier dimana air dikelola oleh P3A
(Perkumpulan Petani Pemakai Air). Dapat dihitung dengan persamaan:
Vcrop
eu    ed .x.e f 
Vd

5. Efisiensi suatu daerah irigasi (proyek)


Digunakan sebagai gabungan dari seluruh sistim irigasi dan proses
pemakaian air. Dapat dihitung dengan persamaan :
Vcrop
es    ec .x.ed .x.e f 
Vhw

E. Kebutuhan Air

Kebutuhan air irigasi pada dapat dihitung dengan persamaan :

KAI 
Etc  IR  RW  P  ER  xA
IE
dimana :
KAI= kebutuhan air irigasi (liter/detik)
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hr)
IR = kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hr)
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hr)
P = perkolasi (mm/hr)

6
Kebutuhan Air Irigasi

ER = hujan efektif (mm/hr)


IE = efisiensi irigasi (%)
A = luas areal irigasi (ha)

1. Kebutuhan Air Konsumtif (Etc)


Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai
kebutuhan air konsumtif dengan memasukkan faktor koefisien
tanaman (kc). Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive
use) dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman,
yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan
faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari
evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah
proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air di
atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada
tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh
tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai
evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau
dengan rumus-rumus empiris.
Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan
nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang
terjadi apabila tersedia cukup air. Evapotranspirasi dapat dihitung
dengan metoda Penman dan nilai kc mengikuti cara FAO (Standar
Perencanaan Irigasi, 1986). Persamaan umum yang digunakan adalah :
Etc  Eto .x.kc

dimana :
Etc = keb. air konsumtif [mm/hr]
Eto = evapotranspirasi tetapan [mm/hr]
kc = koefisien tanaman
Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia
tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai

7
Kebutuhan Air Irigasi

tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai


pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan
vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung
beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif
akan menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak
tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor tanaman (kc).
Notasi kc menyatakan koefisien tanaman (sering disebut koefisien
evapotranspirasi tanaman), merupakan angka pengali untuk
menjadikan evapotranspirasi potensial (Eto) menjadi Evapotranspirasi
yang sebenarnya (ET).
Koefisien tanaman (kc) akan berbeda untuk tanaman standar yang
berbeda tergantung pada : masa tanam/awal, masa pertumbuhan, masa
tengah, dan masa akhir.
Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis
tanaman yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda
menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa
tumbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. Pada Tabel 2.1
disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas unggul
dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO.
Tabel 2.1. Harga koefisien tanaman Padi
Nedeco / Prosida FAO
Periode
Varitas Varitas Varitas Varitas
15 hari ke
Biasa Unggul Biasa Unggul
1 1,20 1,20 1,10 1,10
2 1,20 1,27 1,10 1,10
3 1,32 1,33 1,10 1,05
4 1,40 1,30 1,10 1,05
5 1,35 1,30 1,10 1,05
6 1,25 0 1,05 0,95
7 1,12 - 0,95 0
8 0 - 0 -
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, Perencanaan Jaringan Irigasi KP - 0 1, 1986

8
Kebutuhan Air Irigasi

Tabel 2.2. Harga koefisien tanaman lainnya

Eto, adalah evapotranspirasi acuan yaitu laju evaportranspirasi


dari suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai 15
cm yang menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh
permukaan teduh tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara
langsung serta rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air.
Evapotranspirasi tetapan disebut juga dengan evapotranspirasi
referensi/ keluar.
Definisi FAO tentang tanaman acuan: "A hypothetical reference
crop with an assumed crop height of 0.12 m, a fixed surface resistance of
70 s m-1 and an albedo of 0.23." Kondisi tersebut setara dengan lahan
luas yang ditanami rumput dengan tinggi seragam, tumbuh dengan
baik, menutup seluruh permukaan tanah serta cukup air.

9
Kebutuhan Air Irigasi

Tabel 2.3. Nilai ET0 rerata utk berbagai kondisi (mm/hari).


Mean daily temperature (°C)
Regions Moderate Warm >
Cool < 10°C
20°C 30°C
Tropics and subtropics
 humid and sub- 2-3 3-5 5-7
humid 2–4 4–6 6–8
 Arid and semi-arid
Temperate region
 Humid & sub-humid 1–2 2–4 4–7
 Arid & semi-arid 1–3 4–7 6–9

Beberapa cara untuk perhitungan evapotranspirasi acuan,


diantaranya :
1. Perimbangan energi
Contohnya adalah metode Radiasi matahari. Metode ini dapat
mengatasi keterbatasan data. Data yang dibutuhkan adalah
temperatur, lama radiasi matahari secara global.
ETo  cW .Rs 

dimana :
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
C = faktor penyesuaian (tergantung radiasi matahari,kelembaban
udara dan kecepatan angin)
W = faktor pembobot (tergantung elevasi dan temperatur)
Rs = (0,25+0,5(n/N))*Ra
n = jumlah radiasi matahari per hari
N = rata-rata penyinaran matahari maksimum harian
Ra = extra terestrial radiation

10
Kebutuhan Air Irigasi

2. Perkiraan berdasar suhu.


Contoh persamaannya adalah persamaan Blaney – Cridle.
Persamaan ini mengakomadasi pengaruh angin, kelembaban udara
dan radiasi matahari terhadap evapotranspirasi. Penggunaan
persamaan ini cocok untuk wilayah khatulistiwa yang mempunyai
variabilitas waktu radiasi matahari yang tinggi dan perbedaan
temperatur yang relatif kecil.
ETo  c p0,46T  8

dimana :
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
C = faktor penyesuaian (tergantung radiasi matahari, kelembaban
udara dan kecepatan angin)
p = persentase lama siang hari dalam 1 tahun (tergantung posisi
garis
lintang)
T = temperatur harian rerata pada priode pengukuran (C)

3. Pan evaporasi
Ada berbagai macam, standard class-A pan (diameter = 121 cm,
depth = 25,4 cm, dan water depth = 5 ~ 7,5 cm di bawah bibir pan).
Dihitung dengan persamaan :
Et o  E panci .x.k panci

dimana :
Eto = Evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari)
Epanci = Pembacaan panci Evaporasi
kpanci = koefisien panci f(tipe pan, perletakan, RHmean, kec.
Angin,
fetch)

11
Kebutuhan Air Irigasi

4. Metode kombinasi
Salah satu metodenya adalah metode Penman (kombinasi metode
radiasi dan aerodinamik), yang memperhitungkan faktor
klimatologis sehingga penggunaan metode ini memerlukan data
klimatologi yang lengkap.
ETo  cW .Rn  1  W . f U 
. ea  ed 

dimana :
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
C = faktor penyesuaian (tergantung radiasi matahari,
kelembaban udara dan kecepatan angin)
W = faktor pembobot (tergantung elevasi dan temperatur)
Rn = radiasi netto, sebanding dengan evaporasi (mm/hari)
f(U) = fungsi kecepatan angin = 0,27(1+(U/100)
U = kecepatan angin pada ketinggian 2 km di atas muka
tanah
(km/hari)
ea = tekanan jenuh pada temperatur udara rata-rata (mbar)
ed = rata-rata aktual tekanan uap jenuh (mbar)

2. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (IR)


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan
kebutuhan maksimum air irigasi, yang dapat dirumuskan (Van de goor
dan Zijlstra; SPI, 1986) :
 ek 
IR  M  k 
 e 1
Dimana :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hr)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat
evaporasi

12
Kebutuhan Air Irigasi

dan perkolasi di sawah = Eo + P(mm/hari) ; Eo = 1.1 Eto


k = jangka waktu penyiapan lahan (hari) = M (T/S)
e = bilangan eksponen : 2,7182
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50
mm
Dalam hitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan biasanya
digunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan lahan padi
pertama dan S = 200 mm untuk penyiapan lahan padi kedua (Standar
Perencanaan Irigasi,1986).
Tabel 2.4. Nilai T dan S

3. Kebutuhan Air Untuk Mengganti Lapisan Air (RW)


Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air ditetapkan berdasarkan
Standar Perencanaan Irigasi (1986). Besar kebutuhan air untuk
penggantian lapisan air adalah 50 mm/bulan selama 2 bulan

13
Kebutuhan Air Irigasi

4. Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data
mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah
maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung
berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju
perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih
ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan laju perkolasi,
perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya dan rembesan terjadi
akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Menurut Standar
Perencanaan Irigasi (1986), laju perkolasi berkisar antara 1 – 3
mm/hari.

5. Curah Hujan Efektif (ER)


Curah hujan efektif dapat dihitung dengan mengikuti cara FAO (Standar
Perencanaan Irigasi, 1986), atau dapat didekati dengan persamaan :
1
R e  0,7  R 5(setengah bulanan)
15
Dimana :
Re = curah hujan mangkus (mm/hari)
R5(setengah bulanan) = curah hujan setengah bulanan untuk kala ulang
5 tahun

6. Efisiensi Irigasi (EI)


Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya
terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari
bangunan pembagi sampai petak sawah). Efisiensi irigasi dipengaruhi
kondisi saluran (SPI, 1986). Hitungan efisiensi irigasi dapat dilihat pada
subbab efisiensi irigasi.

14
Kebutuhan Air Irigasi

7. Luas Areal Irigasi (A)


Luas areal irigasi cenderung turun dari waktu ke waktu, dan data luas
areal irigasi dapat diperoleh dari BPS. Luas areal irigasi dipengaruhi
oleh perkembangan jumlah penduduk dan daerah industri.

F. Daftar Pustaka

1. Ganda Koesumah, 1975, ”Irigasi”, Penerbit Sumur, Bandung


2. Imam Subarkah, 1977, ”Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air”,
Idea Dharma Bandung.
3. Sudjarwadi, 1979, ” Pengantar Teknik Irigasi ”, Diktat Kuliah Irigasi I,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
4. Suyono Sosro Darsono dan Kesaku Takeda, 1977, “Hidrologi untuk
Pengairan”, Pradnya Paramita, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai