Anda di halaman 1dari 6

 TB PARU

1. Definisi
TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
2. Etiologi
penyakit menular yang disebabkan oleh basil Bakteri Mycobacterium tuberculosa yang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam) karena basil TB mempunyai sel
lipoid. Pertumbuhan lambat , Tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu , Tidak tahan sinar
matahari, sinar ultraviolet, suhu > 600 C.
3. Faktor resiko
Umur , jenis kelamin , tingkat Pendidikan , pekerjaan , kebiasaan merokok ,kepadatan hunian
kamar tidur , pencahayaan , ventilasi , kondisi rumah , kelembaban udara , status gizi , social
ekonomi dan perilaku
4. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


1. TB paru. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput
paru) dan kelenjar pada hilus.
2. TB ekstra paru. TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1. TB paru BTA positif a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b. 1
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB. c. 1 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya
positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. TB paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi: a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative b. Foto
toraks abnormal menunjukkan gambaran TB. c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT. d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan
paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: ƒ TB ekstra paru ringan,
misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal. ƒ TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
1) Baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kambuh (Relaps) Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
3) Pengobatan setelah putus berobat (Default) Adalah pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
4) Gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari sarana pelayanan kesehatan yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Lain-lain: Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan. TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh,
gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara
patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.

5. Patofisiologi
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman Tuberkulosis. Droplet
nuclei yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
muskuler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi
dimulai saat kuman Tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman
Tuberkulosis ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai komplek primer yang
memakan waktu sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas
seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TB Paru. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TB Paru. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. Tuberkulosis Paru Pasca Primer
TB Paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh lemah akibat terinfeksi HIV atau gizi yang buruk. Ciri
khas dari terjadinya TB Paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya
kavitas atau efusi pleura.
6. Diagnosis
Anamnesis
Gejala klinik TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang
terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik meliputi batuk lebih dari 3 minggu, batuk disertai darah, sesak napas, dan nyeri
dada.
2. Gejala sistemik meliputi demam , dan disertai dengan gejala sistemik yang lain seperti malaise,
anoreksia, keringat malam, dan berat badan menurun yang merupakan ciri khas TB selain batuk
berkepanjangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kelainan dengan mendengarkan suara nafas dengan
menggunakan stetoskop, ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah,
ronki basah, dan pada tanda lain adalah penarikan paru, diafragma & mediastinum (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2008). Pada limfadenitis tuberculosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
paling sering dijumpai pada daerah leher, kadang-kadang dai daerah aksila. Pembesaran kelenjar
tersebut dapat menjadi “cold abscess”.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA.
Interpretasi hasil foto toraks yang diduga TB aktif :
1. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen superior lobus
bawah paru.
2. Kaviti terutama lebih dari satu, dikeliling bayangan opak berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
• Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotik
• Kompleks ranke
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Pemeriksaan dahak
Untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek
membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama.
Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada penderita efusi pleura
untuk membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M tuberculosis
memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya
oleh mesin ini.
Pemeriksaan histopatologi
jaringan Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsi paru dengan trans bronchial lung
biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah
bening dan biopsi organ lain diluar paru. Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila pemeriksaan
histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar paru memberikan hasil berupa granuloma dengan
perkejuan.
7. Diagnosis banding
 Actinomycosis
 Bronchiectasis
 Histoplasmosis
 Abses paru
 Keganasan
 Nocardiosis
 Pneumonia
8. Tatalaksana
 TB putus obat
Penderita TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria
sebagai berikut :
- Penderita yang menghentikan pengobatannya < 2 minggu, pengobatan OAT dilanjutkan sesuai
jadwal
- Penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu
1) Berobat ≥ 4 bulan , BTA negatif dan klinik, radiologik negatif, pengobatan OAT STOP
2) Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih
kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
3) Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama
4) Berobat < 4 bulan , berhenti berobat > 1 bulan , BTA negatif, akan tetapi klinik dan atau
radiologik positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama
5) Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu pengobatan diteruskan kembali
sesuai jadual.
 TB penyebab lain
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
• Rifampisin • INH • Pirazinamid • Streptomisin • Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari : •
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan • Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet,
yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) • Kanamisin • Kuinolon • Obat lain masih dalam
penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat • Derivat rifampisin dan INH
9. Komplikasi
 Batuk darah (hemoptoe)
 Bronkogen
 TB laring
 Pleuritis eksudatif
 Pneumothorak
 Abses paru
 Cor pulmonale
10. Prognosis

11. Edukasi

Anda mungkin juga menyukai