Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) menyatakan, rumah sakit adalah institusi perawatan
kesehatan yang memilik staf medis professional yang terorganisir, memiliki fasilitas rawat
inap, dan memberikan layanan 24 jam. Menyediakan pelayanan komprehensif, penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (prevenitif) kepada masyarakat (WHO,2017).
Undang-Undang No.44 Tahun 2009, mendifinisikan rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara menyeluruh dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai
salah satu bagian system pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan perawatan (Septiari,2021).

Perawat adalah tenaga professional yang berperan penting dalam pelayanan rumah
sakit serta memiliki kontak dengan pasien lebih lama, bahkan hingga 24 jam penuh. Sehingga
perawat memiliki peranan cukup besar dalam kejadian infeksi nosokomial (Nursalam,2011).
Salah satu indikator terbaik pelayanan kesehatan yang baik di rumah sakit adalah
terkendalinya infeksi nosokomial (Setiyawati, 2008). Penerapan ini ditunjukkan untuk
mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme dari sumber infeksi yang diketahui ataupun
tidak diketahui dalam sistem pelayanan kesehatan seperti pasien,benda yang tercemar, jarum
atau spuit yang telah digunakan. (Depkes RI,2007). Angka kejadian infeksi nosokomila telah
dijadikan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit dan izin operasional sebuah rumah sakti
dapat dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosocomial (Septiari,2012).

Perawat merupakan persentase terbesar dari perawatan pasien, dimana mereka menghabiskan
lebih banyak waktu dengan pasien daripada petugas kesehatan lainnya, di dalam mencegah penularan
penyakit di antara pasien dengan perawat (Sinde & Mohite, 2012). Hampir semua kegiatan medis
berhubungan dengan pasien, bersentuhan langsung dengan pasien dan sering terkontaminasi selama
perawatan, misalnya: auskultasi dan palpasi atau saat menyentuh permukaan kulit pasien, peralatan
atau bahan seperti mengganti balutan hand hygiene adalah salah satu cara dalam menghadapi infeksi
nosokomial (Kampf & Löffler, 2010).

Oleh karena itu hand hygiene sangat penting didalam pencegahan infeksi. Hand hygiene
merupakan istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan antiseptic pencuci tangan.
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challange dengan clean care is safe care,
yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan five
moments for hand hygiene, yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien,
sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,
setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien (WHO,
2009).

Infeksi yang muncul setelah 72 jam seseorang dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan
suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
Kejadian infeksi ini menyebabkan lama perawatan (LOS), mortalitas dan biaya pelayanan kesehatan
meningkat. Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara
miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih 2 menjadi
penyebab utamanya (Jamaluddin, et al, 2012:125). Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun
2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah,
dan Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak
l0% (Nugraheni, 2012).

Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan setiap orang
yang datang ke rumah sakit. Studi yang dilakukan World Health Organization WHO di 55
rumah sakit di 14 negara (termasuk Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik)
menunjukkan bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan
di rumah sakit. Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien di
rumah sakit terserang infeksi nosokomial. Di Indonesia penelitian yang dilakukan disebelas
rumah sakit di DKI Jakarta tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 pasien rawat inap mendapat
infeksi baru selama di rawat (Nursalam, 2011). Terkadang penyakit yang semula di sebabkan
oleh satu penyakit, ketika dirawat di rumah sakit pasien mendapatkan penyakit lain yang
disebabkan karena infeksi yang didapatkan atau ditularkan melalui petugas kesehatan yang
kurang patuh mencuci tangan (Septiari, 2012). Akibat ketidakpatuhan hand hygiene dirumah
sakit menimbulkan penderita infeksi nosokomial diseluruh dunia sebesar 9% dengan variasi
antara (3-20%) terdapat di rawat inap. Salah satu cara terpenting dalam rangka pengontrolan
infeksi agar dapat mencegah infeksi nosocomial yaitu dengan cara melaksanakan hand
hygiene, baik melakukan cuci tangan ataupun handrubbing, perpindahan kuman pathogen
secara umum terjadi pada tangan petugas kesehatan yang terkontaminasi.

Hal ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior yang menjelaskan bahwa manusia
adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi- informasi yang mungkin
baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum
mereka memutuskan untuk melakukan perilaku-perilaku tertentu (Ajzen,
Icek,Fishben,Martin,2005). Ketaataan dalam melaksanakan kebersihan tangan five moment
for hand hygiene baik dengan mencuci tangan dengan air( handwash) atau dengan handscrub
adalah perilaku kepatuhan hand hygiene. Perilaku kepatuhan seorang perawat sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan pimpinan perawat atau pihak rumah sakit adalah perilaku
kepatuhan secara professional (Niven,2021)

Mencuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai
infeksi silang, sehingga kejadian infeksi nosokomial dapat berkurang. Pencegahan melalui
pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit ini mutlak harus dilaksanakan oleh seluruh
jajaran manajemen rumah sakit meliputi para dokter, bidan, perawat dan lai-lain ( Septiari,
2012).

Dari data Surveillance Health care-Associated Infections (HAIs) Semester I tahun 2016
di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang bahwa temuan dilapangan, rendahnya angka kepatuhan
untuk melakukan hand hygiene kurang optimal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah : adanya karyawan baru atau peserta didik baru yang belum mendapatkan sosialisasi
tentang prosedur hand hygiene, fasilitas hand hygiene seperti keberadaan handrub di setiap
bed atau sekitar area pasien belum optimal. Paper towel juga beberapa kali kurang terjamin
kesediaannya; kurangnya reminder hand hygiene; kurangnya sosialisasi prossedur hand
hygiene di kalangan staf medis fungsional, sibuk, lupa dan lalai.

Dari masalah diatas didapatkan solusi dari ketidakpatuhan perawat melakukan


handhygine yaitu salah satunya dengan diadakan pelatihan tentang cuci tangan dimana
dengan diadakan pelatihan tersebut akan meningkatkan pengetahuan perawat untuk tetap
patuh cuci tangan setiap akan selesai melakukan tindakan dari pasien selain itu bisa
melakukan supervise oleh kepala ruangan untuk setiap perawat yang sedang bertugas, dengan
adanya supervise akan meningkatkan pengawasan pada perawat.

Dari fenomena diatas kami selaku peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ‘’
Pengaruh Pendekatan Theory of Planed Behavior dengan Kepatuhan Perawat terhadap Hand
Hygien di RS PKU Muhammadiyah Sekapuk.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah apakah ada Pengaruh Pendekatan Theory of Planed Behavior dengan
Kepatuhan Perawat terhadap Hand Hygien di RS PKU Muhammadiyah Sekapuk?’’

C. Tujuan Penlitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Pendekatan Theory of Planed Behavior dengan Kepatuhan
Perawat terhadap Hand Hygien di RS PKU Muhammadiyah Sekapuk.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetauhi pendekatan theory of planed behavior di RS PKU
Muhammadiyah Sekapuk.
b. Untuk tingkat kepatuhan hand hygiene di RS PKU Muhammadiyah Sekapuk.
c. Untuk Mengetahui Pengaruh Pendekatan Theory of Planed Behavior dengan
Kepatuhan Perawat terhadap Hand Hygien di RS PKU Muhammadiyah
Sekapuk.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit
khususnya mengenai Pengaruh Pendekatan Theory of Planed Behavior dengan
Kepatuhan Perawat terhadap Hand Hygien di RS PKU Muhammadiyah Sekapuk
dalam upaya mencegah infeksi nosokomial.
2. Memberikan manfa’at bagi perawat untuk meningkatkan kepatuhan mencuci
tangan lima momen untuk mencegah infeksi nosocomial dan memutus rantai
infeksi silang.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya pada ilmu pengetahuan dan
dikembangkan dalam ilmu praktik keperawatan khususnya mengenai Pengaruh
Pendekatan Theory of Planed Behavior dengan Kepatuhan Perawat terhadap Hand
Hygien di RS PKU Muhammadiyah Sekapuk dalam upaya mencegah infeksi
nosocomial.

Anda mungkin juga menyukai