Anda di halaman 1dari 8

Diterima: 2019-09-02

Disetujui: 2020-08-03
Diterbitkan: 2020-09-18
Artikel Asli
MEDICINA ,Volume 51 Nomor 3 September 2020
e-ISSN:2540-8321 p-ISSN 2540-8313

Serial kasus: giant cell tumor di lokasi yang jarang

I Gusti Ayu Trisnawati, 2Elysanti Dwi Martadiani


1*
1
Residen Radiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar,
Bali, Indonesia
2
Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar,
Bali, Indonesia

*Korespondensi: I Gusti Ayu Trisnawati


Email: igatrisnawati@gmail.com

ABSTRAK
Giant cell tumor (GCT) merupakan tumor tulang yang umum ditemukan pada orang dewasa
berumur 20-50 tahun dengan lokasi tersering yaitu epifisis tulang panjang. Adapun predileksi
lainnya yang jarang ditemukan seperti pada pelvis dan manus dengan insidensi 1,5-6,1 % di
pelvis dan hanya 1-4% pada manus. Tiga orang wanita berusia 15 tahun, 34 tahun dan 26
tahun mengeluhkan muncul benjolan yang nyeri pada pelvis, jari tengah tangan kiri dan
pergelangan tangan kiri. Pada pemeriksaan radiologi konvensional secara umum ditemukan
lesi litik ekspansil bersepta dengan penipisan korteks pada regio tersebut dan dicurigai GCT.
Biopsi telah mengkonfirmasi lesi-lesi tersebut adalah GCT. Adanya GCT pada lokasi yang
jarang dilaporkan mempunyai angka kekambuhan yang tinggi. Foto polos merupakan
modalitas yang murah dan mudah dilakukan untuk mendapatkan gambaran khas GCT, namun
CT dan MRI dapat dilakukan tidak hanya untuk konfirmasi diagnosis namun untuk melihat
perluasan tumor dan apakah adanya tanda-tanda malignansi.

Kata Kunci : giant cell tumor, tulang pelvis, manus

ABSTRACT

Giant cell tumor (GCT) is a bone tumor generally found in young adults age 20-50 years-old
where the frequent location for this tumor is epiphysis of the long bone. Other rare
predilections for this tumor are pelvic also hands with an incidence in the pelvic bone are 1.5-
6.1% and 1-4% in the hands. Three women at the age of 15, 34, and 26 years-old are
complaining of painful lumps in her pelvic bone, 3rd finger of the left hand, and the left wrist.
Radiology conventional examination shows a lytic expansile septated lesion with cortex
thinning in those regions and suspected of having GCT. Biopsies of the lumps were taken and
confirmed that the lesions were GCT. GCT found in rare places is reported to have a higher
recurrence rate. Conventional radiographs are a quick and easy examination for diagnosis
GCT, but CT scan and MRI can give more information about the lesions, their expansion, and
if there are signs of malignancies.
Keywords: giant cell tumor, pelvis, manus

PENDAHULUAN
Giant cell tumor (GCT) merupakan suatu tumor jinak yang terdiri dari sel-sel stroma
mononuklear dan sel multinuklear, sel-sel yang menunjukkan peningkatan aktifitas
osteoklast.1 Walaupun tergolong sebagai tumor tulang yang jinak, namun gambaran
radiologis dapat memberikan karakteristik agresif seperti adanya perluasan kemudian
destruksi daripada korteks tulang dan dapat melibatkan komponen soft tissue. Metastasis
pada GCT dapat terjadi kurang lebih 1-9% dan berhubungan dengan pertumbuhan yang
agresif.1 Lokasi yang paling sering dari GCT secara berurutan yaitu pada distal femur,
proksimal tibia, distal radius, dan sakrum1, sedangkan angka kejadian GCT pada pelvis
sangat jarang yaitu hanya 1,5- 6,1% dan 1- 4% pada manus.2
Prevalensi GCT ditemukan lebih banyak pada perempuan dengan insidens 50-57%
dan rerata umur 20-40 tahun serta puncaknya pada 20-30 tahun.3 Kejadian GCT sangat jarang
ditemukan pada anak-anak yaitu sekitar 5,7%. Selain pada ekstremitas, GCT juga dapat
ditemukan pada vertebra dengan angka kejadian 29% dan biasa ditemukan pada pasien yang
lebih muda berumur 0-20 tahun. Multisentris GCT dapat ditemukan pada kelompok yang
lebih muda, angka kejadiannya kecil yaitu hanya 1% dengan puncak berusia 10-20 tahun.4
Secara makroskopis, GCT berwarna kecoklatan dan biasanya padat walaupun
beberapa bagian mungkin memiliki komponen pendarahan kistik. Gambaran histologi khas
yaitu sel raksasa dengan latar belakang sel spindel jinak. Meskipun terdapat kecurigaan yang
tinggi terhadap GCT, biopsi terencana dan pemeriksaan histopatologis harus tetap
dilakukan.5-8
Ennenking dan Campanacci mengklasifikasikan GCT berdasarkan gambaran
radiologinya menjadi derajat I, II dan III.9
 Derajat I (Benign latent GCT): Tumor memiliki batas yang tegas disertai
korteks yang utuh atau sedikit menipis namun tidak mengalami deformasi.
 Derajat II (Benign active GCT): Pada pencitraan tampak alterasi struktur
tulang kortikal.
 Derajat III (Locally aggressive GCT): Tumor dengan batas yang tidak tegas,
menunjukan pertumbuhan yang cepat, infiltrasi ke jaringan lunak dapat terjadi.
Tindakan operatif telah terbukti merupakan tindakan yang paling efektif untuk
pengobatan GCT. Terapi radiasi merupakan terapi opsional non bedah yang cukup efektif,
namun beriko untuk terjadi perubahan menjadi ganas pada 15 % pasien yang menjalani terapi
radiasi. Terapi pembedahan yang sering dilakukan adalah kuretase. Tindakan kuretase dengan
menggunakan bor kecepatan tinggi atau dengan menggunakan agen tertentu seperti nitrogen
cair, hydrogen peroksida atau fenol yang diikuti dengan bone graft dengan menggunakan
bone cement dapat mengurangi angka kekambuhan sekitar 10-29%.10
Rendahnya angka kejadian GCT pada tulang pelvis dan manus menjadikan ketiga
kasus berikut sangat penting agar diagnosis GCT tetap dipertimbangkan apabila menemukan
lesi osteolitik eskpansil pada pelvis dan manus.

ILUSTRASI KASUS
Kasus 1
Seorang gadis 15 tahun datang dengan keluhan benjolan yang nyeri pada paha kiri kurang
lebih sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan bertambah satu minggu sebelum ke rumah
sakit dan menyebabkan kesulitan berjalan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri
tekan pada benjolan tersebut. Foto konvensional radiologi pelvis posisi AP (Gambar 1)
menunjukkan adanya lesi litik ekspansil pada ala iliaka kiri bersepta, membentuk gambaran
soap bubble dengan zona transisi lebar, penipisan korteks pada regio tersebut dan tampak lesi
sklerotik pada sisi lateralnya. Tak tampak adanya matriks kalsifikasi pada intralesi dan tak
tampak adanya reaksi periosteal. Garis ileopektineus tampak intak, tak tampak fraktur
maupun dislokasi, sendi sakroiliaka maupun sendi panggul tampak baik. Pemeriksaan foto
polos pelvis mengesankan adanya kecurigaan GCT dengan diagnosis banding osteosarcoma.
Kemudian dilakukan pemeriksaan MRI (Gambar 2) dan tampak gambaran tumor solid
subkapital inhomogen pada ala iliaka kiri dengan gambaran intratumoral nekrosis dan
destruksi tulang disekitarnya, ukuran tumor kurang lebih 6,5 x 5,2 x 4,4 cm dan sangat
mendukung gambaran GCT. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan dan memberikan hasil
dalam batas normal, selain itu biopsi juga dilakukan dan memberikan konfirmasi sebuah
GCT.

Gambar 1. Foto Polos Pelvis Posisi AP. Tampak lesi litik ekspansil pada ala iliaka kiri
bersepta, membentuk gambaran soap bubble dengan zona transisi lebar, penipisan korteks,
dan tampak lesi sklerotik pada sisi lateralnya.
Gambar 2. MRI Pelvis. Tampak gambaran tumor solid subkapital inhomogen pada ala iliaka
kiri dengan gambaran intratumoral nekrosis dan destruksi tulang sekitranya

Kasus 2
Seorang wanita berusia 34 tahun datang dengan benjolan pada jari tengah tangan kiri.
Benjolan tersebut mulai dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu dan dirasakan
bertambah besar seiring berjalannya waktu, namun pasien mengaku tidak ada rasa nyeri
maupun sensasi kebas. Sebelum adanya benjolan pasien mengaku pernah jatuh terbentur, lalu
tangan kiri tersebut menahan jatuh, kemudian bengkak. Gambaran gros kedua manus pasien
dapat dilihat pada Gambar 3. Pada foto polos manus kiri posisi AP dan oblique (Gambar 4)
tampak lesi litik ekspansil pada phalanx proksimal digiti III manus kiri, dengan gambaran
soap bubble dan penipisan korteks. Pada lesi ini tak tampak adanya reaksi periosteal
disekitarnya maupun matriks kalsifikasi di dalamnya, sehingga didiagnosis dengan GCT pada
phalanx proksimal digiti III manus kiri. Terapi pembedahan yaitu eksisi dengan cairan
nitrogen dan bone graft, kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi yang
mengkonfirmasi suatu GCT.
Gambar 3. Bengkak pada jari tengah tangan kiri

Gambar 4. Foto Manus Posisi AP/Oblique menunjukan litik ekspansil pada phalanx
proksimal digiti III manus kiri, dengan gambaran soap bubble dan penipisan korteks.

Kasus 3
Seorang wanita 26 tahun datang dengan keluhan benjolan pada pergelangan tangan kiri
(Gambar 5) yang sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tersebut
berukuran kecil namun dirasakan semakin membesar perlahan hingga sekarang. Pasien
mengaku adanya rasa nyeri pada benjolan tersebut yang menyebabkan pasien mengalami
kesulitan menggerakan tangannya. Foto polos pergelangan tangan posisi AP dan oblique
(Gambar 6.) menunjukkan suatu lesi litik ekspansil bersepta dengan penipisan korteks pada
base metacarpal hingga 1/3 distal shaft metacarpal III manus kiri, serta pada base metacarpal
II, IV-V dan tulang carpalia distal, dengan adanya soft tissue swelling pada regio carpalia
manus kiri. Pada lesi yang tervisualisasi tak tampak adanya matriks kalsifikasi maupun reaksi
periosteal. Tampak diskontinuitas inkomplit pada metacarpal II. Pada pasien ini kemudian
dilakukan biopsi dan hasil pemeriksaan histopatologi menyatakan diagnosis GCT.
Gambar 5. Benjolan pada pergelangan tangan kiri

Gambar 6. Foto polos pergelangan tangan posisi AP dan oblique. Tampak lesi litik ekspansil
bersepta dengan penipisan korteks pada base metacarpal hingga 1/3 distal shaft metacarpal III
manus kiri, serta pada base metacarpal II, IV-V dan tulang carpalia distal, dengan adanya soft
tissue swelling pada regio carpalia manus kiri.

DISKUSI
Giant cell tumor (GCT) merupakan suatu tumor jinak tulang yang tampak pada
epifisis tulang panjang yang biasanya terjadi setelah lempeng epifiseal sudah menutup.
Tumor tulang ini paling sering ditemukan pada distal femur dan proksimal tibia, tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa GCT dapat tumbuh di tulang lainnya. Angka kejadian GCT di
tulang lain seperti pada tangan yaitu sekitar 1-4 % dan pada pelvis sekitar 1,5 – 6 %. Ketiga
kasus diatas merupakan pasien wanita, sehingga cocok dengan literatur dimana terdapat
kecenderungan GCT ditemukan lebih sering pada wanita dan pada usia dimana maturitas
skeletal sudah dipenuhi. Gambaran lesi litik ekspansil bersepta dengan batas yang tidak
sklerotik merupakan gambaran khas GCT yang dapat ditemukan pada seluruh pasien.
Gambaran reaksi periosteal tidak selalu ditemukan pada GCT, hanya memberikan kontribusi
sebanyak 10-30%, dan pada ketiga kasus diatas tidak ditemukan adanya reaksi periosteal.
Untuk temuan lain seperti destruksi korteks, dapat ditemukan pada dua kasus yaitu kasus
pertama dan ketiga. Keterlibatan soft tissue hanya ditemukan pada kasus ketiga.
Diagnosis GCT dengan karakteristik diatas dapat ditegakkan cukup dengan
menggunakan foto radiologi konvensional. Namun apabila gambaran ini ditemukan pada
rentang usia yang tidak sesuai dengan GCT, dapat menimbulkan kesulitan diagnosis dan
salah satu diferensial diagnosis untuk GCT yaitu Aneurysmal bone cyst (ABC). Cara
menentukan diagnosis antara GCT atau ABC secara imejing dapat menggunakan
pemeriksaan lanjutan canggih seperti CTscan dan MRI. Khususnya dengan MRI, GCT dan
ABC mempunyai karakteristik berbeda yang dapat menentukan diagnosis. MRI pada GCT
akan memberikan gambaran tumor solid dengan signal rendah pada perifernya serta pada
CTscan tampak fokus berdensitas rendah yang merupakan tanda adanya suatu perdarahan
atau nekrosis. Sedangkan MRI pada ABC akan memberikan gambaran cairan dan fluid-fluid
level. Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan canggih juga dilakukan untuk
mencari adanya keterlibatan diluar korteks tulang yang terkena, seperti soft tissue dan
mencari tanda-tanda malignansi atau metastasis.

Simpulan
Ketiga kasus diatas memberikan gambaran bahwa suatu tumor dapat tumbuh dimana
saja dan dapat ditemukan di lokasi yang tergolong jarang bagi tumor tersebut seperti pelvis
dan tangan pada GCT. Diferensial diagnosis GCT harus selalu disertakan apabila menemukan
gambaran litik eskpansil bersepta dengan penipisan korteks pada epifisis tulang panjang dan
pada usia dimana maturitas skeletal sudah dipenuhi. Foto polos merupakan modalitas yang
murah dan mudah dilakukan untuk mendapatkan gambaran khas GCT, namun CT dan MRI
dapat dilakukan tidak hanya untuk konfirmasi diagnosis namun untuk melihat perluasan
tumor dan apakah adanya tanda-tanda malignansi

Konflik Kepentingan
Penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan

Pendanaan
Pada penulisan laporan kasus ini, tidak ada dana yang dikeluarkan maupun pemberian dana
oleh pihak manapun

Daftar Pustaka
1. Bajracharya, S., Khanal, G.P., Nepal, P., Shrestha, B.P., Singh, M. 2009. Giant Cell
Tumor of Distal End Femur: A Challenge in Treatment. Acta Ortop Bras 17(2):58-61
2. Balke, M., Schremper, L., Gebert, C. 2008. Giant cell tumor of bone: treatment and
outcome of 214 cases. J Cancer Res Clin Oncol 134(9):969–978.
3. Bridge, J.A., Neff, J.R., Mouron, B.J. 1992. Giant cell tumor of bone. Chromosomal
analysis of 48 specimens and review of the literature. Cancer Genet Cytogenet. 58(1):
2–13.
4. Barquin, P.G., Muruzabal, M.M., Aqueretta, J.D., Julian, M.S., Solorzano, J.L. 2015.
Radiological and histopathological appearance of giant cell tumour of bone before
and after the different therapeutic strategies. ESR 1-28
5. Cavanna, L., Biasini, C., Monfredo, M., Maniscalco, P., Mori, M. 2014. Giant cell
tumor of bone. Oncologist 19(11): 1207.
6. Chakarun, C.J., Forrester, D.M., Gottsegen, C.J., Patel, D.B., White, E.A. 2013. Giant
Cell Tumor of Bone: Review, Mimics, and New Developments in Treatment. RSNA
13(1): 197-2011.
7. Jeys, L.M., Suneja, R., Chami, G., Grimer, R.J., Carter, S.R., Tillman, R.M. 2006.
Impending fractures in giant cell tumours of the distal femur: incidence and outcome.
Int Orthop 30(2):135-8.
8. Reid, R., Banerjee, S.S., Sciot, R. 2002. Giant cell tumour. In: Fletcher CDM, Unni
KK, Mertens F, eds. Pathology and Genetics of Tumors of Soft Tissue and Bone.
Lyon: IARC Press, 309–313.
9. Sobti, A., Agrawal, P., Agarwala, S., Agarwal, M. 2016. Giant Cell Tumor of Bone -
An Overview. Arch Bone Jt Surg 4(1): 2-9.
10. Szendröi, M. 2004. Giant-Cell Tumor of Bone. J Bone Joint Surg 86-B: 5-12.

Anda mungkin juga menyukai