BLOK 3
Kelompok 7
Fakultas Kedokteran
2020
I. SKENARIO
II.UNFAMILLIAR TERMS
1. Malaise : salah satu reaksi tubuh, yaitu menggambarkan perasaan yang lelah
tidak nyaman.
2. Takikardi : kondisi dimana denyut nadi bekerja secara cepat dan tidak teratur
3. Paracetamol : obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri dan demam.
III.PROBLEM DEFINITION
1. Apa yang menyebabkan demam pada pria tersebut tidak turun, padahal dia telah
meminum obat paracetamol?
2. Apa saja faktor yang mungkin dapat menyebabkan seseorang mengalami demam
secara tiba-tiba?
3. Berapa suhu normal dari tubuh manusia?
4. Apa hubungan dari takikardi ke demam yang dialami pria tersebut?
5. Mengapa demam disertai dengan sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang dan
malaise?
6. Apakah kandungan dari paracetamol, sehingga pria tersebut memilih untuk
meminum obat tersebut?
7. Apa efek samping mengonsumsi obat paracetamol, serta apa efek jika mengonsumsi
obat tersebut secara overdosis?
IV.PROBLEMS
1. Apa yang menyebabkan demam pada pria tersebut tidak turun, padahal dia telah
meminum obat paracetamol?
2. Apa saja faktor yang mungkin dapat menyebabkan seseorang mengalami demam
secara tiba-tiba?
3. Apa hubungan dari takikardi ke demam yang dialami pria tersebut?
4. Mengapa demam disertai dengan sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang dan
malaise?
V.Kerangka konsep
Pemeriksaan
Patofisiologi demam infeksi
dan non infeksi penunjang
1. faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan
tumbuh gigi, dll)
2. penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll)
3. keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll)
4. pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro &
Zieve, 2010).
Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari
pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai
faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan
otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).
Patofisiologi demam Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan
nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen
eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah
satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang
berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α,
dan IFN.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi
(Dinarello & Gelfand, 2005). Universitas Sumatera Utara Proses terjadinya demam dimulai
dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik
berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
fase kedinginan,
fase demam, dan
fase kemerahan.
- Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil.
- Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.
- Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky,
2006).
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi
bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia,
bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial
gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-
lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia,
influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1 . Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides
imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan
demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis. Demam akibat faktor non
infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan
yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma
nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan
antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek
samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai
faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan
otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.
Secara umum, demam dapat disebabkan oleh karena produksi zat pirogen (eksogen
atau endogen) yang secara langsung akan mengubah titik ambang suhu hipothalamus
sehingga menghasilkan pembentukan panas dan konservasi panas.
4. Pemeriksaan penunjang
Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan demam:
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat
yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil.
Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis
pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada
penderita.
3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif
terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan
menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti.
Berikut adalah beragam komponen yang dipantau pada pemeriksaan laboratorium ini:
menggunakan strip khusus (dipstick test) untuk mengetahui tingkat keasaman (pH),
konsentrasi, penanda infeksi, adanya darah, serta kadar gula, protein, bilirubin, dan
keton
uji mikroskopis untuk mengamati keberadaan sel darah merah, sel darah putih,
bakteri, jamur, kristal batu ginjal, atau protein khusus yang menandakan gangguan
ginjal
2.Terapi farmakologi
Terapi farmakologi dari penatalaksanaan demam,yaitu:Memberikan obat penurun
panas(antipiretik)seperti paracetamol dan ibu profen atau memberikan obat
antibiotic .Paracetamol memiliki efek yang cukup cepat . Suhu yang menjadi patokan
dalam pemberian parasetamol adalah >37℃,digunakan untuk meredakan sakit kepala
dan nyeri ringan,Sedangkan ibu profen Meredakan nyeri, peradangan, dan demam,
6. Mekanisme kerja obat demam
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik.
Farmakodinamik
COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hampir semua jaringan di tubuh.
memiliki peran dalam produksi prostaglandin
Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat. Ketika kadar
asam arakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk dari terutama dari COX-2
sementara saat kadar asam arakidonat tinggi, prostaglandin akan dibentuk terutama
dari COX-1. Kadar asam arakidonat ini juga mempengaruhi kerja paracetamol. kadar
yang tinggi akan menghambat kerja paracetamol.
Farmakokinetik
TahapI
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita)
melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission).
TahapII
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ
pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit
(port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung,
rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.
TahapIII
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan
mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan
multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan,
walaupun ada upaya perlawanan dad pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang
mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/ fungsi jaringan.
8. Mikroorganisme penyebab infeksi
Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di sekelilingnya.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda peradaban
manusia selama berabad-abad. Penyakit infeksi merupakan masalah terbesar di dunia dan
merupakan penyakit yang frekuensi kejadiannya masih lebih besar daripada jenis penyakit
yang lain. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dengan hospes.
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
yaitu :
1. Infeksi bakteri : bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi yang dapat
menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa
masuk melalui udara,air,tanah,makanan,cairan dan benda mati lainnya.
2. Virus : penyakit infeksi yang disebabkan oleh masuknya virus ke dalam tubuh
manusia. Virus harus hidup di dalam sel makhluk hidup untuk bisa bertahan hidup/
berkembang biak dan menyebabkan penyakit.
3. Jamur : infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini
dapat dialami oleh siapa saja.
4. Parasit : parasit adalah mikroorganisme yang hidup dan menggantungkan hiduop dari
organism lain.
VIII. KESIMPULAN
IX. DAFTAR PUSTAKA
1
3. Nelwan N. Tipe Demam. USU [Internet]. 2009; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31365/Chapter II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
1
4. Hartini S. Faktor-Faktor Penyebab Demam. poltekkesjogja [Internet]. 2015;2–3.
Available from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4. BAB 2.pdf
1
8. Indira S MAN, Artini IGA, Ernawati DK. Pola penggunaan parasetamol atau ibuprofen
sebagai obat antipiretik single therapy pada pasien anak. E-Jurnal Med [Internet].
2018;7(8):1–13. Tersedia pada: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjTvPW
B9pPuAhXK73MBHSZkANM4ChAWMAV6BAgLEAI&url=https%3A%2F
%2Fjurnal.unbrah.ac.id%2Findex.php%2Fbdent%2Farticle%2Fdownload
%2F106%2F76&usg=AOvVaw0kpPv_muahAd_jKyKYcu-t
9. Surya M, Artini I, Ernawati D. DAYA GUNA PARASETAMOL DIBANDINGKAN
PLASEBO DALAM MENGATASI NYER. E-Jurnal Med [Internet]. 2018;7(8):31–7.
Tersedia pada: http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
10. Infection | definition of infection by Medical dictionary [Internet]. [cited 2021 Jan 12].
Available from: https://medical-dictionary.thefreedictionary.com/infection
11. Proses Terjadinya Infeksi | world health [Internet]. [cited 2021 Jan 12]. Available
from: https://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/04/proses-terjadinya-
infeksi.html