Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 3

“Demam Tinggi Mendadak”

Kelompok 7

Ketua : Rachel Teodora Silaen 20000019

Sekretaris : Sarah Christina br Samosir 20000013

Anggota : Grace Krishna A. Gea 20000009


Gabriel Samlana Pinem 20000016
El Yoenay Ivanema Maduwu 20000026
Grace Yantri Isa Telaumbanua 20000056
Maria Manuella Sibarani 20000030
Daniel Mesakh Purba 20000084
Daniel Pardede 20000037
Yohana Maria P. Marpaung 20000061

Fakultas Kedokteran

Universitas HKBP Nommensen

2020
I. SKENARIO

Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan badannya


panas tinggi secara tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu. Demam disertai sakit kepala, mual, nafsu
makan berkurang, dan malaise. Sudah minum obat demam Paracetamol dari warung tapi
tidak sembuh juga. Pada pemeriksaan fisik ditemukan takikardi dan suhu tubuh 39,5°C

Apa yang terjadi pada pasien tersebut?

II.UNFAMILLIAR TERMS

1. Malaise : salah satu reaksi tubuh, yaitu menggambarkan perasaan yang lelah
tidak nyaman.
2. Takikardi : kondisi dimana denyut nadi bekerja secara cepat dan tidak teratur
3. Paracetamol : obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri dan demam.

III.PROBLEM DEFINITION

1. Apa yang menyebabkan demam pada pria tersebut tidak turun, padahal dia telah
meminum obat paracetamol?
2. Apa saja faktor yang mungkin dapat menyebabkan seseorang mengalami demam
secara tiba-tiba?
3. Berapa suhu normal dari tubuh manusia?
4. Apa hubungan dari takikardi ke demam yang dialami pria tersebut?
5. Mengapa demam disertai dengan sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang dan
malaise?
6. Apakah kandungan dari paracetamol, sehingga pria tersebut memilih untuk
meminum obat tersebut?
7. Apa efek samping mengonsumsi obat paracetamol, serta apa efek jika mengonsumsi
obat tersebut secara overdosis?

IV.PROBLEMS
1. Apa yang menyebabkan demam pada pria tersebut tidak turun, padahal dia telah
meminum obat paracetamol?
2. Apa saja faktor yang mungkin dapat menyebabkan seseorang mengalami demam
secara tiba-tiba?
3. Apa hubungan dari takikardi ke demam yang dialami pria tersebut?
4. Mengapa demam disertai dengan sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang dan
malaise?
V.Kerangka konsep

Pemeriksaan
Patofisiologi demam infeksi
dan non infeksi penunjang

Tatalaksana dan terapi


Jenis-Jenis demam
DEMAM demam

Faktor-faktor penyebab Mekanisme kerja obat demam


demam

Definisi dan Proses Mikroorganisme


terjadinya infeksi INFEKSI
penyebab infeksi

VI.LEARNING ISSUES/LEARNING GOALS


1. Patofisiologi demam infeksi dan non infeksi
2. Jenis- jenis demam
3. Faktor-faktor penyebab demam
4. Pemeriksaan penunjang
5. Tatalaksana dan terapi demam
6. Mekanisme kerja obat demam
7. Definisi dan Proses terjadinya infeksi
8. Mikroorganisme penyebab infeksi

VII. Hasil Pencarian LEARNING ISSUES


1. Patofisiologi demam infeksi dan non infeksi
PATOFISIOLOGI DEMAM NON INFEKSI
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1. faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan
tumbuh gigi, dll)
2. penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll)
3. keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll)
4. pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro &
Zieve, 2010).

Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari
pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai
faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan
otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).

PATOFISIOLOGI DEMAM INFEKSI

Patofisiologi demam Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan
nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen
eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah
satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang
berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α,
dan IFN.

Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi
(Dinarello & Gelfand, 2005). Universitas Sumatera Utara Proses terjadinya demam dimulai
dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik
berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).

Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus


untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk
kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.
Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru
sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain
menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga
akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood,
2001).

Demam memiliki tiga fase yaitu:

 fase kedinginan,
 fase demam, dan
 fase kemerahan.

- Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil.

- Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.

- Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky,
2006).

2. Jenis- jenis demam


Adapun jenis-jenis demam yang sering dijumpai antara lain:
1. Demam septik : Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
2. Demam hektik : Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari
3. Demam remiten : Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal
4. Demam intermiten : Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
5. Demam Kontinyu : Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang
tidak berbeda lebih dari satu derajat.
6. Demam Siklik : Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.

3. Faktor-faktor penyebab demam


Faktor-faktor penyebab demam disebabkan oleh dua faktor yaitu
 Faktor infeksi
 Faktor noninfeksi

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi
bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia,
bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial
gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-
lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia,
influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1 . Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides
imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan
demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis. Demam akibat faktor non
infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan
yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma
nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan
antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek
samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai
faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan
otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.
Secara umum, demam dapat disebabkan oleh karena produksi zat pirogen (eksogen
atau endogen) yang secara langsung akan mengubah titik ambang suhu hipothalamus
sehingga menghasilkan pembentukan panas dan konservasi panas.

4. Pemeriksaan penunjang
Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan demam:
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat
yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil.
Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis
pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada
penderita.
3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif
terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan
menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti.

Uji laboratorium sangat bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit karena melibatkan


berbagai aspek tubuh yang tidak tampak dari luar. Berikut adalah pemeriksaan yang
umumnya dilakukan saat seseorang mengalami demam.
1. Tes darah lengkap
Tes darah lengkap bertujuan untuk mengetahui jumlah setiap komponen penyusun
darah. Nilai di luar rentang normal pada komponen-komponen ini dapat menandakan
adanya masalah pada kondisi tubuh.

Berikut adalah beragam komponen yang dipantau pada pemeriksaan laboratorium ini:

-jumlah sel darah merah (WBC)


-jumlah sel darah putih(RBC). Jika sel darah putih Anda tinggi, kemungkinan
penyebab demam yang Anda alami adalah karena infeksi bakteri. 
-kadar hemoglobin (Hb), yaitu sejenis protein pada sel darah merah yang mengikat
oksigen
-hematokrit (Hct), yaitu banyaknya sel darah merah dalam darah
-trombosit, yaitu sel darah yang berperan dalam pembekuan darah
2. Tes panel metabolisme lengkap
Tes panel metabolisme lengkap bertujuan untuk mengetahui kondisi berbagai
komponen yang terlibat dalam metabolisme tubuh, termasuk kesehatan ginjal dan
hati. Pemeriksaan laboratorium ini mencakup aspek-aspek berikut:
 kadar gula darah
 kalsium
 protein, yang terdiri dari pemeriksaan albumin dan protein total
 elektrolit, yang terdiri dari natrium, kalium, karbon dioksida, dan klorida
 ginjal, yang terdiri dari kadar nitrogen urea darah dan uji kreatinin
 hati, yang terdiri dari enzim alkali fosfatase (ALP), alanine aminotransferase
(ALT/SGPT), aspartate aminotransferase (AST/SGOT), dan bilirubin
SGPT dan SGOT adalah dua komponen yang sering diperiksa saat seseorang mengalami
demam. Keduanya merupakan enzim yang banyak terdapat di hati. Jumlah SGPT dan SGOT
rendah pada orang yang sehat. Sebaliknya, nilai SGPT dan SGOT yang tinggi menunjukkan
adanya gangguan pada hati.

3. Tes urine (urinalisis)

Pemeriksaan laboratorium pada urine dilakukan dengan mengamati penampilan, konsentrasi,


dan kandungan urine. Hasil abnormal dapat menandakan sejumlah penyakit seperti infeksi
saluran kemih, penyakit ginjal, dan diabetes. Selain itu, pemeriksaan urine juga bermanfaat
untuk memantau kondisi kesehatan pasien.

Urinalisis dilakukan dalam dua tahap, yaitu:

 menggunakan strip khusus (dipstick test) untuk mengetahui tingkat keasaman (pH),
konsentrasi, penanda infeksi, adanya darah, serta kadar gula, protein, bilirubin, dan
keton
 uji mikroskopis untuk mengamati keberadaan sel darah merah, sel darah putih,
bakteri, jamur, kristal batu ginjal, atau protein khusus yang menandakan gangguan
ginjal

5. Tatalaksana dan terapi demam


Demam adalah kenaikan suhu tubuh >37,5℃ sebagai respon tubuh terhadap
masuknya virus atau bakteri.Demam tinggi apabila suhu tubuh >39,5℃
.Penatalaksanaan demam bertujuan untuk menurunkan/mengembalikan/mengontrol
demam.Penatalaksanaan demam terbagi menjadi 2 yaitu:

1.Terapi non farmakologi


Terapi non farmakologi dari penatalaksanaan demam yaitu:
•memberikan kompres air hangat.Karena hal itu dapat membuat hipotalamus di otak
menggangap lingkungan sekitar terasa panas dengan demikian hipotalamus akan
merespon dengan menurunkan suhu tubuh sehingga lebih dingin
•Banyak istirahat.
•Mengenakan pakaian yang tidak terlalu tebal.
•lebih sering meminum air putih untuk mencegah terjadinnya dehirasi.

2.Terapi farmakologi
Terapi farmakologi dari penatalaksanaan demam,yaitu:Memberikan obat penurun
panas(antipiretik)seperti paracetamol dan ibu profen atau memberikan obat
antibiotic .Paracetamol memiliki efek yang cukup cepat . Suhu yang menjadi patokan
dalam pemberian parasetamol adalah >37℃,digunakan untuk meredakan sakit kepala
dan nyeri ringan,Sedangkan ibu profen Meredakan nyeri, peradangan, dan demam, 
6. Mekanisme kerja obat demam
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik.

Farmakodinamik

Enzim siklooksigenase (COX) 

COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hampir semua jaringan di tubuh.
memiliki peran dalam produksi prostaglandin

COX-2 banyak diekspresikan di ginjal ,berperan penting dalam proses inflamasi


dengan mengaktivasi sitokin inflamasi.

Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat. Ketika kadar
asam arakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk dari terutama dari COX-2
sementara saat kadar asam arakidonat tinggi, prostaglandin akan dibentuk terutama
dari COX-1. Kadar asam arakidonat ini juga mempengaruhi kerja paracetamol. kadar
yang tinggi akan menghambat kerja paracetamol.

Sebagai analgesik, paracetamol menghambat prostaglandin dengan cara berperan


sebagai substrat dalam siklus peroksidase enzim COX-1 dan COX-2 dan menghambat
peroksinitrit yang merupakan aktivator enzim COX.
Sebagai antipiretik, paracetamol menghambat peningkatan konsentrasi prostaglandin
di sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal yang disebabkan oleh pirogen.

Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan


sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
berdasarkan efek sentral. Efek antiinflamasinya yang sangat lemah, oleh karena itu
parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Ketidak mampuan parasetamol
memberikan efek antiradang itu sendiri mungkin berkaitan dengan fakta bahwa
parasetamol hanya merupakan inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya
peroksida konsentrasi tinggi yang ditemukan pada lesi radang. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan
perdarahan lambung tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan
dan keseimbangan asam basa.

Farmakokinetik

Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi


tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma
antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.Pengikatan obat ini pada
protein plasma beragam, hanya 20%-50% yang mungkin terikat pada konsentrasi
yang ditemukan selama intoksikasi akut. Setelah dosis terapeutik, 90%-100% obat ini
ditemukan dalam urin selama hari pertama, terutama setelah konjugasi hepatik dengan
asam glukoronat (sekitar 60%), asam sulfat (sekitar 35%), atau sistein (sekitar 3%),
sejumlah kecil metabolit hasil hidroksilasi dan deaseilasi juga telah terdeteksi.
Sebagian kecil parasetamol mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantarai
sitokrom P450 yang membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang merupakan suatu
senyawa antara yang sangat reaktif. Metabolit ini bereaksi dengan gugus sulfhidril
pada glutation. Namun, setelah ingesti parasetamol dosis besar, metabolit ini
terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk menghilangkan glutation hepatic.

7. Definisi dan Proses terjadinya infeksi


Definisi Infeksi :

Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang dilakukan


oleh patogen pada tubuh makhluk hidup.Patogen penyebab infeksi
diantaranya mikroorganisme seperti virus, prion, bakteri, dan fungi. Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi.

Proses Terjadinya infeksi :

 TahapI
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita)
melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission).
 TahapII
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ
pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit
(port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung,
rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.
 TahapIII
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan
mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan
multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan,
walaupun ada upaya perlawanan dad pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang
mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/ fungsi jaringan.
8. Mikroorganisme penyebab infeksi
Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di sekelilingnya.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda peradaban
manusia selama berabad-abad. Penyakit infeksi merupakan masalah terbesar di dunia dan
merupakan penyakit yang frekuensi kejadiannya masih lebih besar daripada jenis penyakit
yang lain. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dengan hospes.
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
yaitu :

1. Infeksi bakteri : bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi yang dapat
menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa
masuk melalui udara,air,tanah,makanan,cairan dan benda mati lainnya.
2. Virus : penyakit infeksi yang disebabkan oleh masuknya virus ke dalam tubuh
manusia. Virus harus hidup di dalam sel makhluk hidup untuk bisa bertahan hidup/
berkembang biak dan menyebabkan penyakit.
3. Jamur : infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini
dapat dialami oleh siapa saja.
4. Parasit : parasit adalah mikroorganisme yang hidup dan menggantungkan hiduop dari
organism lain.

VIII. KESIMPULAN
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Susanti N. EFEKTIFITAS KOMPRES DINGIN DAN HANGAT PADA


PENATALEKSANAAN DEMAM. Fak1. Triharto P. Manifestasi Klinis Demam
Tifoid. J Kesehat Masy Palembang. 2015;(2004):6–25.

2. Triharto P. Manifestasi Klinis Demam Tifoid. J Kesehat Masy Palembang. 2015;


(2004):6–25.

1
3. Nelwan N. Tipe Demam. USU [Internet]. 2009; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31365/Chapter II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
1
4. Hartini S. Faktor-Faktor Penyebab Demam. poltekkesjogja [Internet]. 2015;2–3.
Available from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4. BAB 2.pdf

5. Susgimita D., Made S. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN


PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP
KEJADIAN DBD DI DESA PEMECUTAN KLOD, KECAMATAN DENPASAR
BARAT. Ristedikti [Internet]. 2019; Tersedia pada:
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1357891
6. Susgimita D., Made S. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP
KEJADIAN DBD DI DESA PEMECUTAN KLOD, KECAMATAN DENPASAR
BARAT. Ristedikti [Internet]. 2019; Tersedia pada:
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1357891
7. Kristianingsih, ani sagita, desni yona suryaningsih. HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PENANGANAN DEMAM
PADA BAYI 0-12 BULAN DI DESA DATARAJAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NGARIP KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2018. 4:26–31.
Tersedia pada: https://media.neliti.com/media/publications/278708-hubungan-tingkat-
pengetahuan-ibu-tentang-8781688c.pdf

1
8. Indira S MAN, Artini IGA, Ernawati DK. Pola penggunaan parasetamol atau ibuprofen
sebagai obat antipiretik single therapy pada pasien anak. E-Jurnal Med [Internet].
2018;7(8):1–13. Tersedia pada: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjTvPW
B9pPuAhXK73MBHSZkANM4ChAWMAV6BAgLEAI&url=https%3A%2F
%2Fjurnal.unbrah.ac.id%2Findex.php%2Fbdent%2Farticle%2Fdownload
%2F106%2F76&usg=AOvVaw0kpPv_muahAd_jKyKYcu-t
9. Surya M, Artini I, Ernawati D. DAYA GUNA PARASETAMOL DIBANDINGKAN
PLASEBO DALAM MENGATASI NYER. E-Jurnal Med [Internet]. 2018;7(8):31–7.
Tersedia pada: http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf

10. Infection | definition of infection by Medical dictionary [Internet]. [cited 2021 Jan 12].
Available from: https://medical-dictionary.thefreedictionary.com/infection

11. Proses Terjadinya Infeksi | world health [Internet]. [cited 2021 Jan 12]. Available
from: https://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/04/proses-terjadinya-
infeksi.html

12. Pelczar P, Chan C. Mikroorganisme Penyebab Infeksi. eprints [Internet]. 1968;1.


Available from: http://eprints.ums.ac.id/15360/2/bab_1.pdf
13. Kaneshiro K, Zieve Z. Mikroorganisme Penyebab Infeksi. USU [Internet]. 2010;2–3.
Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31365/Chapter
II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai