Kelompok Vi Plasenta Previa
Kelompok Vi Plasenta Previa
PLASENTA PREVIA
OLEH : KELOMPOK VI
FITRIANI JUFRI
JULIANA KADIR
MAWARNI
Kelompok IV
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena atas rahmatNYA
makalah yang berjudul “KEHAMILAN DENGAN PLASENTA PREVIA” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
DIAGNOSIS KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL.
Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak dalambentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini
tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Disampingitu, penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan sudah tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari
pengamatan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan
penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan. Pada akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan jika ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi.
Kelompok VI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenilaian status kesehatan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu
meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan yang
meninggal. Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2009,
angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di sumatera
barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Padasebuah laporan oleh
chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal
terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri
16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009) Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat
terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah plasenta previa yaitu plasenta yang
berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Pada beberaparumah sakit umum pemerintah
angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju
kejadiannya lebih rendah yaitu <1%. (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Penyebab terjadinya
plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa faktor yang meningkatkan
terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun
(Prawirohardjo, Sarwono. 2008).
Menurut hasul penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang
sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
(primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih
besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta
previa (Santoso. 2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Plasenta previa adalah kedaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri interna) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul
(PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.1 Plasenta previa menurut Depkes RI (1996) yaitu
plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal letak plasenta terletak pada bagian atas rahim.
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa pembukaan
jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi,melainkan pada
keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu.
Misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta
(plasenta previa totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi
plasenta previa lateralis.
a. Plasenta previa totalis Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup
seluruhnya oleh plasenta.
b. Plasenta previa parsialis Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup
sebagian oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta
sampai pada pinggir ostium uteri internum
d. Plasenta previa letak rendah Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta
tertanam di segmen bawah uterus.
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa
ahli penyebab plasenta previa yaitu :
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implanmtasi, endometrium yang tipis
sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin
dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande multi para,
primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma uteri. (norma, dkk.
2013)
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada
desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor
terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis.
Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu
plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan
diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada
trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar
lagi dan serviks mulai membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen bawah
rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi
perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah yang disebabkanoleh solusio
plasenta yang bewarna kehitamhitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek
karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal. Makin
rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa. Hal-hal yang harus
dilakukan menurut ai yeyeh, dkk. 2010 :
1. Anamnesa Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan terutama pada mutigravida. Perdarahan cenderung berulang apada volume
yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun
janin dalam rahim.
2. Inspeksi Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau
darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucar atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila tekanan
darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampak
anemis.
4. Pemeriksaan khusus Kebidanan
a. Palpasi abdomen Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada pada segmen
bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen
bawah rahim (SBR) terutama pada ibu yang kurus.
b. Denyut Jantung janin Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan
kemudian kematian dalam rahim.
c. Pemeriksaan Inspekulo Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan apak dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina da varises
pecah.
d. Pemeriksaan Penunjang 1)
Sitografi Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40 cc larutan NaCl
12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak kepala janin
dan kandung kemih 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa
menurut manuaba 2008, yaitu :
2. Data biologis
a. Keluhan utama: ibu mengeluh ada pengeluaran darah dari jalan lahir secara tiba-tiba.
b. Riwayat keluhan utama:
1) Keluhan dialami sejak tanggal 19 Juni 2021, jam: 11.30 Wita
2) Ibu mengatakan pernah keluar darah dari jalan lahir pada waktu umur kehamilan 23
minggu dalam jumlah yang hanya sedikit.
3) Ibu mengatakan kali ini keluar darah berwarna merah segar, ada gumpalan tanpa
disertai rasa nyeri.
4) Darah yang keluar tidak terlalu banyak, tapi ibu tetap merasa sangat cemas karena
perdarahan ini terjadi untuk yang kedua kalinya.
5. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus Haid : 28-30 hari 57
c. Durasi Haid : 5-7 hari
d. Perlangsungan : Tidak ada
6. Riwayat ginekologi Ibu tidak pernah menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) ataupun
penyakit infeksi dan tumor pada alat reproduksi.
7. Pemeriksaan fisik
a. KU ibu cukup baik, kesadaran komposmentis
b. TB: 148 cm
c. Lila: 23 cm
d. BB: 53 Kg
e. Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernapasan : 24 x/ menit
Suhu : 36,6 C
f. Kepala
1) Inspeksi: Rambut hitam dan lurus
2) Palpasi: Tidak ada massa dan nyeri tekan
g. Wajah
1) Inspeksi: Tidak tampak adanya oedema, konjungtiva tampak sedikit pucat, sklera putih
dan tidak ikterus, ekspresi wajah ibu tampak cemas.
h. Leher
1) Inspeksi: tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe, dan vena
jugularis. 2) Palpasi: Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tyroid
dan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
i. Payudara
1) Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, putting susu terbentuk dan bersih, tampak
hiperpigmentasi pada areola mammae.
2) Palpasi: Tidak teraba adanya massa, kolostrum belum ada.
j. Abdomen
1) Inspeksi: Tampak striae livide dan striae albicantes, dinding perut sudah kendor, tidak
ada luka bekas operasi dan pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan.
2) Palpasi abdomen:
Leopold I : TFU 3 jari atas pusat, 28 cm, teraba bokong pada fundus
Leopold II : Punggung kiri Leopold
III : Kepala
Leopold IV : BAP
3) Auskultasi : DJJ terdengar jelas pada kuadran kiri bawah dengan frekuensi
142x/menit.
4) Perkusi : terdengar bunyi timpani pada perkusi abdomen
k. Ekstremitas
1) Inspeksi : Tidak tampak ada oedema dan varises
2) Palpasi : tidak teraba adanya oedema.
3) Perkusi : Refleks patella positif kiri dan kanan
l. Vulva/ vagina
1) Inspeksi: tampak pengeluaran darah segar disertai gumpalan dari jalan lahir.
8. Penanganan
Penanganan yang akan diberikan oleh dokter tergantung kepada kondisi kesehatan ibu
dan janin, usia kandungan, posisi ari-ari, dan tingkat keparahan perdarahan.
Pada kasus ibu hamil hanya mengalami perdarahan ringan, dokter akan
memperbolehkan ibu hamil melakukan perawatan secara mandiri di rumah, yang berupa:
Banyak berbaring
Menghindari olahraga
Menghindari hubungan intim
Meskipun tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, pasien tetap harus waspada
dan segera mencari pertolongan medis apabila perdarahan memburuk atau tidak berhenti.
Bila ibu hamil mengalami perdarahan hebat apalagi berulang, dokter kandungan akan
menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar. Namun jika usia
kandungannya kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan
obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Bila
perlu, ibu hamil juga akan diberikan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang.
Ibu hamil yang mengalami plasenta previa sebenarnya masih dapat melahirkan
normal, asalkan letak plasenta tidak menutupi jalan lahir atau hanya menutupi sebagian.
Tetapi jika plasenta menutupi seluruh jalan lahir, dokter akan menyarankan operasi caesar.
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya
perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum
sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada
ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak
atau bagian terendah belum masuk PAP. Gejalaklinis ibubergantung pada keadaan umum dan
jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam
waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan
darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok
sampai kematian.
3.2 Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu
tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di
kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan
menimbulkan perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan
tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :
Sofiian, A, 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk.
2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk.
2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan
Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta : Nuha Medika Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011.
Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Ayah Bunda, 2012,
Plasenta Previa Dalam Kehamilan diakses pada tanggal 12 november 2013,
http://ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/placenta.previa.pada.kehamilan/001/001/
642/1/4 Antar Sumbar, 2013, Kematian Ibu dan Bayi Sumbar Jauh dari Target MDGsdiakses
pada tanggal 15 November 2013,
http://www.antarasumbar.com/berita/pariaman/d/6/291693/kematian-ibu-dan-bayisumbar-jauh-
dari-target-mdgs.html
https://www.alodokter.com/plasenta-previa