Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3)


DI RUANG HCU RSUD KARAWANG

Disusun Oleh :

1. Abdul Mufid 7. Oseh Sita Azzahra


2. Amanda V F 8. Putri Faridatus S
3. Deni Malik 9. Siti Aisyah
4. Elina Nurfitria 10. Tika Kusuma
5. Iin Supriatin 11. Windi Dea
6. Mardiana

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Horizon Karawang


Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 413116, Indonesia
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
D. Sistematika Penulisan...................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI........................................................................................................7
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja..............................................7
B. HAZARD DAN PENGENDALIANNNYA...............................................10
C. PENANGANAN LIMBAH RUMAH SAKIT...........................................20
D. Patient safety...............................................................................................36
BAB III...........................................................................................................................46
HASIL OBSERVASI....................................................................................................46
A. FAKTOR RESIKO ATAU HAZARD DI RSUD KARAWANG RUANG
HCU....................................................................................................................46
B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN....................................................48
C. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RUANG HCU...........................53
D. LAPORAN INSIDEN 1..............................................................................55
E. LAPORAN INSIDEN 2..............................................................................58
BAB IV...........................................................................................................................61
PENUTUP......................................................................................................................61
A. KESIMPULAN...........................................................................................61
B. SARAN.......................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................68

i|Laporan K3 Rumah Sakit


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal
ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan
dikeluarkannya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu
bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
perlu terjamin pula keselamatannya. Hak atas jaminan keselamatan ini
membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman
bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya.

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan


jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/
buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi
pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang
lain yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan
sumber-sumber produksi secara aman dan efisien.

Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan


ketenangan bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial
yang serasi antara pekerja dan pengusaha, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya (Silalahi, 1991).

1|Laporan K3 Rumah Sakit


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan
keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup,
meningkatkan produksi serta produktivitas perusahaan, memelihara dan
menggunakan sumber produksi secara aman dan efisien, serta menjamin
keselamatan setiap tenaga kerja lain yang ada di tempat kerja .

Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat


meningkatkan pengetahuan karyawan tentang keselamatan kerja yang
tinggi dan pengalaman kerja bahaya-bahaya kecelakaan mendapat
perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat perlu dan penting, karena
membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga
mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan .

Perkembangan pelayanan kesehatan yang semakin luas berdampak pada


peningkatan efektivitas dan efisiensi pelayanan yang akan diberikan.
Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi atau institusi harus ada
kinerja yang lebih baik. Kinerja yang baik di perlukan adanya suatu
manajemen pelayanan yang mengatur sumber daya yang ada dan
mengelolanya agar untuk selalu ditingkatkan. Sumber daya manusia
menjadi sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi atau institusi, agar
tujuan yang sudah direncanakan dapat tercapai. Untuk itu pendayagunaan
sumber daya manusia perlu dilakukan sebaik-baiknya sehingga sumber
daya manusia tersebut dapat bekerja secara optimal.

Resiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi atau ergonomi dan psikologi dapat menyebabkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan

2|Laporan K3 Rumah Sakit


masyarakat disekitar lingkungan rumah sakit. Pekerja rumah sakit
memiliki resiko kerja yang lebih tinggi dibanding pekerja industri lain
sehingga resiko bahaya tersebut harus dikendalikan.

Salah satu upaya mengantisipasi keadaan tersebut yaitu dengan menjaga


kualitas pelayanan yang akan diberikan, sehingga perlu dilakukan upaya
secara terus menerus agar diketahui kelemahan dan kekurangan jasa
pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkualitas berkaitan erat dengan
mutu rumah sakit karena dengan pelayanan yang berkualitas akan
meningkatkan mutu dirumah sakit. Menurut Azwar, mutu dapat diartikan
sebagai derajat kesempurnaan dalam pelayanan kesehatan, mutu kesehatan
dapat diukur dengan membandingkan penampilan dari pelayanan dengan
standar pelayanan kesehatan.

K3 merupakan salah satu mutu pelayanan yang penting di rumah sakit.


Dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang kesehatan telah disebutkan
bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja untuk memberikan jaminan
kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.

Kegiatan dirumah sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik (suhu,


cahaya, bising, listrik , getaran dan radiasi) , kimia ( antiseptik, reagent,
gas anestesi), biologi (virus, bakteri, jamur, parasit), ergonomik
(lingkungan kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang salah), dan psikososial
(kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja atau atasan) dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja, pasien,
pengunjung maupun masyarakat di lingkungan rumah sakit. Hasil laporan
National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja industri lain. Kasus yang

3|Laporan K3 Rumah Sakit


sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/
terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain.

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan


pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut
akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak
negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis
yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian
khusus.

Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang


bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah
rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya
karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.

Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit
menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan
dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni,
dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah
terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara
langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun
melalui serangga (vector borne infection)  sehingga dapat mengancam
kesehatan masyarakat umum.

4|Laporan K3 Rumah Sakit


B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari K3 Rs?
2. Bagaimana definisi dari hazard?
3. Bagaimana konsep pemilihan limbah?
4. Bagaimana konsep Patient safety?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep K3 Rs dan patient safety.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang:
1) Konsep K3 Rs
2) Konsep Hazard
3) Pemilihan limbah
4) Patient safety

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan laboratorium klinik K3
ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi :
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Manfaat penulisan
d. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI, meliputi:


a. Konsep K3 Rs
b. Konsep hazard
c. Konsep Pemilihan limbah
d. Konsep patient safety

5|Laporan K3 Rumah Sakit


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN K3 DI RUMAH SAKIT, meliputi:
a. Pengkajian hazard di ruang HCU RSUD Karawang
b. Pengelolaan limbah medis di ruang HCU RSUD Karawang

BAB IV PENUTUP, meliputi


a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

6|Laporan K3 Rumah Sakit


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya
selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan
sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya
mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko
terjadinya kecelakaan. Dalam memepelajari   yang dapat menyebabkan
manusia mengalami kecelakan inilah berkembang berbagai konsep dan teori
tentang kecelakaan (accident theories). Teori tersebut umumnya ada yang
memusatkan perhatiannya pada  penyebab yang ada pada pekerjaan atau cara
kerja, ada yang lebih memperhatikan  penyebab pada peralatan kerja bahkan
ada pula yang memusatkan perhatiannya pada  penyebab pada perilaku
manusianya.
Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak
hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial.
Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian
sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
pendekatan praktis juga berupaya mempelajari - yang dapat menyebabkan
manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan
berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita
sakit, bahkan menjadi lebih sehat.
Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja :
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil

7|Laporan K3 Rumah Sakit


karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara,
2002).
Keselamatan Kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur 2001).
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
(Simanjuntak 1994).
Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan
fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan
adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum (Mathis dan Jackson 2002).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalahsuatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut (Boby
Shiantosia).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab
keselamatan kerja adalah:
a. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang
kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik
Pengaturan penerangan.
·        

8|Laporan K3 Rumah Sakit


  Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka
lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab
kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-
akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara ( 2002 ) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
·         Tujuan K3 menurut ILO dan WHO antara lain:

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang


setinggi-tingginya baik jasmani maupun rohani.

9|Laporan K3 Rumah Sakit


2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
kerja.
3. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat
pekerjaan.
4. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental pskologis tenaga kerja yang
bersangkutan.
·         Yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 
1.  Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat
berupa beban fisik, mental dan sosial. Seorang tenaga kerja memiliki
kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara
mereka mungkin lebih cocok untuk beban fisik atau mental atau sosial.

2.  Beban tambahan dan  lingkungan kerja

Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan


sebenarnya. Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan
yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja.
Terdapat 5  fisik penyebab beban tambahab di tempat kerja:

 fisik: penerangan, suhu, kelembaban


 kimia: gas, uap, debu
 biologi: golongan tumbuhan dan hewan
 fisiologi: konstruksi mesin, sikap dan cara kerja
 psikologi: suasana kerja, hubungan antar pekerja
3.   Kapasitas kerja

Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya
dan sangat tergantung kepada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis
kelamin dan ukuran tubuh.

B. HAZARD DAN PENGENDALIANNNYA


1. Pengertian Hazard ( Bahaya)

10 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang
menpunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta
benda, lingkungan, maupun manusia (Budiono, 2003). Menurut
Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan
atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.

Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan


cidera (injury) atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan
Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada satupun yang bebas dari
resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan yang
dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan
proses kimia. Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya
yang besar, potensi bahaya yang ditimbulkan disebabkan antara lain:
penggunaan bahan baku, tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi
kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang
digunakan.

Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk


meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi
kecelakaan (Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang besar
pada industri yang menggunakan proses kimia, maka diperlukan upaya
pengendalian, sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas yang
dapat diterima melalui Risk Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009).

2. Komponen Bahaya
a. Karakteristik material
b. Bentuk material
c. Hubungan pemajanan dan efek
d. Jalannnya pemajanan dari proses individu
e. Kondisi dan frekuensi penggunaan

11 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
f. Tingkah laku pekerja

3. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya
kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja
dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan
dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan
kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu
lama dan pada konsentrasi rendah.

Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia


yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety
hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi
rendah. Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan
dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat
menyebabkan kecelakaan di tempat kerja. Jenis-jenis safety hazard,
antara lain :
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses
yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk,
terpotong, terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair,
dan padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak,
dan korosif.

Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan


manusia.Bahaya Keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia,
bahaya berkaitan dengan ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak
pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran, ledekan,
pemajanan terjadi pada waktu singkat.

12 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
1). Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti
bahaya listrik, temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan,
kebisingan, radiasi, pencahayaan, getaran, dan lain-lain.
2). Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas,
pelarut, simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik,
aerosol, insektisida, dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut
merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah keselamatan
apabila mengendalinya.
3). Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup
yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman,
burung, binatang  yang dapat menginfeksi atau memberikan
reaksi negative kepada manusia.
4). Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial
psikologis maupun organisasi pada pekerjaan dan
lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada aspek fisik
dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan,
waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi
kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan
kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
5). Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain
desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah
saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan,
pergerakan yang berulang-ulang
6). Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-
benda bergerak atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin
pemotong, bahaya getaran.

4. Pengendalian Bahaya
a. Eliminasi atau penghilangan
b. Substansi atau mengganti material yang lebih aman
c. Minimalisasi atau pengurangan jumlah material yang digunakan

13 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
d. Enginering atau disain atau baik pada sumber, pemajanan,
pemisahan jarak waktu, pemisahan lokasi pekerja dengan
pekerjaan
e. Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
f. Pelatihan
g. Pemberian alat pelindung diri atau APD

5. Prinsip Management Risiko


Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori
accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan
dan kesehatan. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian
dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya
kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen
risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut,
sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen
risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
‘accident’.

Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari: penentuan


konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya, identifikasi risiko,
analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, pemantauan dan
telaah ulang, koordinasi dan komunikasi.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan atau organisasi. Proses
manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat
dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan


sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks,

14 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan,
proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan
manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun
demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap
pelaksanaan ataupun operasional kegiatan. Terdapat empat prasyarat
utama manajemen resiko, yaitu
1). Kebijakan Manajemen Risik
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan
membuktikan kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya,
termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya. Kebijakan
manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan
organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis
(organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa
kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di
setiap tingkatan organisasi
2). Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
a. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan
bahwa: sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan,
dan telah sesuai dengan standar dan hasil/ performa dari
sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen
organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan
sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.
b. Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab,
kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat
menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam
manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk
hal-hal sebagai berikut: tindakan pencegahan atau
pengurangan efek dari risiko. pengendalian yang akan
dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat
diterima, pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kegiatan manajemen risiko, rekomendasi solusi sesuai cara

15 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
yang telah ditentukan, memeriksa validitas implementasi
solusi yang ada dan komunikasi dan konsultasi secara internal
dan eksternal.
c. Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat
mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya
manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti
pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.
3). Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah
organisasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung
pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
4). Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik,
harus dapat  memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko
yang sedang dilakukan dengan standar yang digunakan dan
dengan tahap-tahap berikutnya. Manajemen risiko adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam
organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan
dan latar belakang, manajemen risiko adalah proses yang
berjalan terus menerus.

Elemen utama dari proses manajemen risiko:


a. Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan
organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan
dilakukan.
b. Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan
bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
risiko untuk analisis lebih lanjut.

16 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
c. Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan
probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian
ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan
kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada
dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang
ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas
manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka
risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja
tanpa harus melakukan pengendalian.
e. Pengendalian risiko: Melakukan penurunan derajat
probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan
transfer risiko, dan lain-lain.
f. Monitor dan review; Monitor dan review terhadap hasil
sistem manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
g. Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi
dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk
tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakuka

17 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi.
Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level
operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada
proyek yang spesifik, untuk membantu  proses pengambilan
keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko
yang spesifik. Beberapa Istilah Penting Dalam Manajemen
Risiko

1). Konsekuensi
Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara
kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera,
keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga
berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan
berhubungan dengan suatu kejadian.
2). Biaya
Dari suatu kegiatan, baik langsung dan tidak langsung,
meliputi berbagai dampak negatif, termasuk uang, waktu,
tenaga kerja, gangguan, nama  baik, politik dan kerugian-
kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
3). Kejadian
Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada
tempat tertentu selama interval waktu tertentu.
4). Analisis Urutan Kejadian
Suatu teknik yang menggambarkan rentangan
kemungkinan dan rangkaian akibat yang bisa timbul dari
proses suatu kejadian.
5). Analisis Urutan Kesalahan
Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan
kombinasi-kombinasi yang logis dari berbagai keadaan
sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa
berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian
puncak).
6). Frekuensi

18 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang
dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian dalam
waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan dan
peluang
7). Bahaya (hazard)
Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian.
8). Monitoring atau Pemantauan
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau
Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau
sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi.
9). Probabilitas
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau
frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang
spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang
spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil.
Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1,
dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak
mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti.
10). Risiko Ikutan
Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko
dilakukan.
11). Risiko
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak
terhadap sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat.
Variabel yang diukur biasanya probabilitas, konsekuensi
dan juga pemajanan.
12). Penerimaan Risiko (acceptable risk)
Keputusan untuk menerima konsekuensi dan
kemungkinan risiko tertentu.
13). Analisis risiko

19 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang
didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian
tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.
14). Penilaian risiko
Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara
keseluruhan.

15). Penghindaran risiko


Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat
dalam situasi risiko.
16). Pengendalian risiko
Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan
kebijakan, standar, prosedur perubahan fisik untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
17). Evaluasi risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan
manajemen risiko dengan membandingkan tingkat risiko
terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat
risiko dan kriteria lainnya.
18). Identifikasi Risiko
Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa dan
bagaimana.
19). Pengurangan Risiko
Penggunaan atau penerapan prinsip-prinsip manajemen
dan teknik-teknik yang tepat secara selektif, dalam rangka
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau
konsekuensinya, atau keduanya.
20). Pemindahan Risiko (risk transfer)
Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian
ke suatu kelompok atau bagian lain melalui jalur hukum,
perjanjian atau kontrak, asuransi, dan lain-lain.

20 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik
dan bagiannya ke tempat lain.

C. PENANGANAN LIMBAH RUMAH SAKIT


Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diantaranya
melaksanakan kegiatan dalam katagori diagnosa dan pengobatan,
perawatan, bahkan tindakan rehabilitasi. Rumah sakit dari aspek kesehatan
lingkungan dapat berpotensi, antara lain :
1. Dapat menjadi media pemaparan atau penularan bagi para pasien,
petugas maupun pengunjung oleh agent (komponen penyebab)
penyakit yang terdapat di dalam lingkungan rumah sakit (Darpito,
2003).
2. Sebagai penghasil sampah dan limbah yang berdampak bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dasar pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai
Permenkes 1204 tahun  2004 antara lain :

a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.


b. Hygiene sanitasi makanan dan minuman.
c. Penyehatan air.
d. Pengelolaan limbah.
e. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).
f. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.
g. Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi
h. Pengamanan dampak radiasi.

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan


lingkungan rumah sakit baik in door ataupun out door yang aman, nyaman,
dan sehat bagi para pasien, pekerja, pengunjung dan masyarakat di sekitar

21 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila
mungkin dihilangkan.

Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang


dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat
sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan akhir yang
berarti pembuangan atau pemusnahan.

Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan


limbah dari tindakanpreventif dalam bentuk pengurangan volume atau
bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan.Atau minimasi
limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti
usaha reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur
ulang, pengolahan limbah, serta pembuangan limbah sisa pengolahan.
Sedangkan tata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes
meliputi kegiatan Minimisasi dan Pemilahan Limbah dengan rincian
kegiatan sebagai berikut :

1). Usaha Untuk Meminimalisir Limbah :


a. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum membelinya.
b. Menggunakan sedikit mungkin bahan – bahn akimia.           
c. Menyeleksi bhan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum membelinya.
d. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
e. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari pada secara
kimiawi.
f. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan petugas kesehatan dan kebersihan.

22 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
g. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
h. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
i. Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadarwasa
j. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
k. Mengejek tanggal kadarwasa bahan pada saat diantara oleh
distributor.

2). Pemilihan Limbah


a. Dilakukan pemilihan junis limbah medis mulai dari sumber yang
terdiri limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi.
b. Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat
pengahasil limbah adalah kunci pembuangan yang baik. 
c. Tempat penampungan sementara :
a). Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkunagan
harus membakar limbah selambat-lambatnya 24 jam.
b). Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinator, maka
limbah medis harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan
rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insenator
untuk dilakukan pemusnahan.

d. Transportasi penganggkut limbah :


a). Kantong limbah medis sebelum dimasukan ke kendaraan
pengangkut harus diletakan dalam kontairner yang uat dan
tertutup.
b). Pengangkut limbah keluar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus.

23 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
c). Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan
manusia atau binatang
d). Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD
yang terdiri : topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian
panjang.
e. Pengumpulan limbah medis :
a). Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil
limbah mengguanakan troli khusus yang tertutup.
b). Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu
pada musim huajn paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam.
f. Syarat tempat pewadahan limbah antara lain :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalam
misalnya fiberglass
a). Distiap sumber penghasil limbah medis harus terik
diangkat setiap sedia tempat pewadahan yang terpisah
dengan limbah non-medis
b). Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limba
c). Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada
tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang
aman
d). Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol, jerigen atau karton yang aman
e). Tempat perwadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik
yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera
dibersihkan dengan larutan desinfektan apabilka akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik
yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah
tersebut tidak boleh digunakan lagi

24 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3). Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat
dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat
dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan
non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,


gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian
atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius
berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan
pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan
berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1). Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong
atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda
tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2). Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular.

25 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3). Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau
otopsi.                                                
4). Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau
mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang
terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oc

5). Limbah farmasi


Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa,
obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang
dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat
yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan
limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6). Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium,
proses sterilisasi, dan riset.

7). Limbah radioaktif


Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio
nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan
kedokteran nuklir, radio-imunoassay  dan bakteriologis; dapat
berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia
dan biologi.

26 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
8). Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-
barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga


menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah
non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng,
botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah
dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan
lain-lain).

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai


karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah
sakit bisa       4 mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada
(laboratorium, klinik dll).

Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang


bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain
akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan
lainlain.

Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah


rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan
lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses
manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen

27 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi
Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu
sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan
nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem
Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

4). Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan


Kesehatan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
a. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik
b. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat),
air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan
kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
c. Gangguan atau kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia,
pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia                                
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-
senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang
berasal dari bagian kedokteran gigi.
e. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui
secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan
gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia
misalnya pestisida, bahan radioaktif.

5). Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

28 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
1). Limbah Padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan
dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam
kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5
golongan sebabagi berikut :
a. Golongan A :
a). Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi
dari kamar bedah.
b). Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
c). Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun
tidak), bangkai/jaringan  hewan dari laboratorium dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-
benda tajam lainnya.
c. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.
d. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-
pad, dan stomach.
1. Pelaksanaan pengelolaan
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan
pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah
pendahuluan.
a. Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung
dalam bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau

29 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah Kantong plastik tersebut hendaknya diambil
paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga
perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah klinis.

Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila


mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal
pengumpulan sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang
dengan cara sebagai berikut :
a). Sampah dari haemodialisi
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa
juga digunakan autoclaving,  tetapi kantung harus dibuka
dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa
menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving  adalah
pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan
sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).
b). Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator.
Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya
dengan membuat sumur dalam yang aman. Prosedur yang
digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh
pimpinan yang bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi
dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat.

Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya


ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang
tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator. Perkakas
laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan
dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di
bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian
laboratorium.

30 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan
keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam
bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan
interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya
diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum
diangkut dan dimasukkan dengan incinerator.
b. Penampungan                                                                            
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk
dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan
(atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
a). Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat
b). Di lokasi atau tempat yang strategis, merata dengan ukuran
yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya
dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara
terpisah.
c). Diletakkan pada tempat kering atau mudah dikeringkan,
lantai yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci
d). Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari
binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
e). Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila
mungkin). Sampah yang tidak berbahaya dengan
penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam
sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain
sambil menunggu pengangkutan.

2). Limbah Cair


Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa

31 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah
sakit antara lain sebagai berikut:
1. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond
System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali
masalah lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan
yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit
di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai
lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang
cukup sederhana yakni :
a. Pump Swap (pompa air kotor).
b. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
c. Bak Klorinasi
d. Control room (ruang kontrol)
e. Inlet
f. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
g. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

2. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment


System)
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di
kota, karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam
oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan
secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak
dengan oksigen dari udara (aerasi).Kemudian air limbah
dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda
padat dan lumpur.

Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi


sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan
lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan padaSludge

32 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
drying bed  (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam
oksidasi ini terdiri dari :
a. Pump Swap (pompa air kotor)
b. Oxidation Ditch (pompa air kotor)
c. Sedimentation Tank (bak pengendapan)
d. Chlorination Tank (bak klorinasi)
e. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya
1-2 petak).                     
f. Control Room (ruang kontrol)

3. Anaerobic Filter Treatment System


Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik
melalui filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik
dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak
untuk proses oksidasinya.

Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida


ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan
kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan
menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses
klorinasi nanti. Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari
komponen-komponen antara lain sebagai berikut :
a. Pump Swap (pompa air kotor
b. Septic Tank (inhaff tank)
c. Anaerobic filter.
d. Stabilization tank (bak stabilisasi)

33 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
e. Chlorination tank (bak klorinasi)
f. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
g. Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang


juga tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau
jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter
Treatment Systemdapat disesuaikan dengan kebutuhan
tersebut, misalnya :
a. Volume septic tank
b. Jumlah anaerobic filter
c. Volume stabilization tank
d. Jumlah chlorination tan
e. Jumlah sludge drying bed
f. Perkiraan luas lahan yang diperlukan
Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan
limbah medis adalah sebagai berikut :
1. Penimbulan (Pemisahan dan Pengurangan)
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya
merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus
mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan
penampungan sampah, pengurangan volume dengan
perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk
efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat,
tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau
pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan
dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan

34 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan
menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah
ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992
dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard
untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan
simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna
merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan
kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan
intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari
titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang
sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta
petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan
pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis


ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan
eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut
termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah
medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak
bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang
sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang
sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan
yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh
terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis
(medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

35 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi
uap jenuh bersuhu 121 C)°
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa
ethylene oxide atau formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding
(menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti
Co60
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk
atau ukuran sampah)
i. Pemampatan atau pemadatan, dengan tujuan untuk
mengurangi volume yang terbentuk.

D. Patient safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan
kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety
adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

36 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

1. Tujuan Sistem Patient safety


Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
2. Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
a. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
b. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
c. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
d. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)
e. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
f. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh)

37 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3. Urgensi Patient safety
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan
agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak
dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih
menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan
kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena
error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi, dll.

4. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum


dalam Patient safety

1.      Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:


a.       keselamatan pasien
b.      keselamatan pekerja (nakes)
c.       keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan)
d.      keselamatan lingkungan
e.       keselamatan bisnis.
2.      Elemen Patient safety
a. Adverse drug events (ADE)/ medication errors (ME)
(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)b.    Restraint use
(kendali penggunaan)
b. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
c. Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
d. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
e. Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
f. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
g. Immunization program (program imunisasi)
h. Falls (terjatuh)
i. Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan
kateter pembuluh darah)

38 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
j. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
3.      Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan
yang Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai)

5. Standar Keselamatan Pasien


Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient
safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1.      Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya
adalah sebagai berikut:
a.    Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b.    Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c.    Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya KTD

39 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
2.      Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga
dapat:
a.    Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b.    Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c.    Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d.   Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e.    Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f.     Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g.    Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3.      Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
      Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri
sebagai berikut:
a.    Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b.    Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
c.    Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d.   Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4.  Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan criteria sebagai
berikut:

40 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
a.    Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
b.    Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c.    Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d.   Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5.      Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya
adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan
KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut:
(1)     Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
(2)     Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden,
(3)     Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
(4)     Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
(5)     Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden,

41 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
(6)     Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
(7)     Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
(8)     Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
(9)     Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
6.      Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a.   RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b.   RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
dengan kriteria sebagai berikut:
(1)    Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
(2)    Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
(3)    Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien.
7.      Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b.  Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.

42 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

6. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS


a)        Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan
kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil”
    Bagi Rumah sakit:
a.   Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien, keluarga
b.    Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
c.    Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d.   Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP
         Bagi Tim:
a.    Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
b.   Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat
b)      Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat &
jelas tentang KP di RS anda”
      Bagi Rumah Sakit:
a.    Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
b.   Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi
“Penggerak” (champion) KP
c.    Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
d.   Masukkan KP dalam semua program latihan staf
      Bagi Tim:
a.    Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
b.   Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
c.    Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan
insiden
c)       Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah”

43 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
      Bagi Rumah Sakit:
a.      Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
b.     Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c.      Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien
      Bagi Tim:
a.      Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada
manajemen terkait
b.     Penilaian risiko pada individu pasien
c.      Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, &
langkah memperkecil risiko tersebut.
d)     Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada
KKP-RS”
      Bagi Rumah Sakit:
a.      Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam
maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
           Bagi Tim:
a.      Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting
e)      Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien”
         Bagi Rumah Sakit:
a.       Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien &
keluarga
b.      Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
c.       Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)
           Bagi Tim:
a. Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi
insiden

44 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi
insiden
c. Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien &
keluarga.
f)          Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong
staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
& mengapa kejadian itu timbul”
      Bagi Rumah Sakit:
d. Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
e. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi
      Bagi Tim:
a. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b. Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tersebut
g)       Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan”
      Bagi Rumah Sakit:
a.Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko,
kajian insiden, audit serta analisis
b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan
staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c.Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e.Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden
      Bagi Tim:
1) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
2) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya

45 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

46 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
BAB III

HASIL OBSERVASI

A. FAKTOR RESIKO ATAU HAZARD DI RSUD KARAWANG RUANG HCU


No Jenis Ada/Tidak Kemungkinan yang akan terjadi Pemecahan masalah/solusi
. Resiko
1. Fisik Ada
- Udara panas - Bisa terjadi dehidrasi dan tidak nyaman pada - Perbaikan ventilasi udara
pasien - Air Conditioner
- Lemari patah diperbaiki
- Dibersihkan
- Kotor (sampah - Penyebaran infeksi nosokomial - Dibuang sesuai tempatnya
dilemari pasien,
terdapat ampul yang
tidak dibuang pada
tempatnya, debu)
- Membahayakan apabila terjadi lampunya - Perbaikan dengan ditutup
- Plafon lampu tidak
terjatuh
tertutup
- Sesuaikan dengan SOP
- Risiko jatuh
- Perawat memakai
sepatu bertali

47 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
2. Kimia Ada
- Debu - Dapat menjadi gangguan pernapasan - Dibersihkan
- Bau tidak enak - Menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien - Perbaikan ventilasi

3. Biologi Ada
- Hampir disemua - Menyebabkan masalah kesehatan - Dibersihkan sampah yang
ruangan ada nyamuk ada
-
4. Ergonomi Ada Tidak terjadi masalah ketidaknyamanan Berikan apresiasi
- Posisi pada saat
memindahkan pasien
perawat membungkuk

5. Psikososial - Ditemukan masalah - Stress pada perawat - Dibina kembali hubungan


bahwa tidak ada bina trans antara tenaga
koordinasi pada saat kesehatan
transfer pasien
- Dilakukan rotasi setiap - Tidak ada masalah - Tidak ada
3 tahun
- Terdapat kegiatan - Tidak ada masalah - Tidak ada
refreshing yang
dilakukan perawat
ruangan dengan sistem
bank perawat untuk
menggantikan perawat
diruangan

48 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
N SASARAN IMPLEMENTASI PERMASALAHAN SOLUSI

KESELAMATAN

PASIEN

1 Ketepatan identifikasi pasien 1. Dari 5 pasien, terdapat 1. Oleh karena terdapat 1. Mengingatkan perawat
 nama & no CM) 4 orang terpasang luka bakarndi area untuk mencocokkan
 identifikasi sebelum tindakan gelang, dan 1 orang tangan kiri kanan kembali nama dengan
tidak memakai gelang no RM di gelang
identitas. identitas sebelum
melakukan tindakan
2. Kebanyakan pasien 2. Tidak di edukasi oleh 2. Pemberian edukasi
tidak mengetahui petugas kepada pasien dan
fungsi gelang tersebut. keluarga
3. Rata-rata saat 3. Karena sudah hafal 3. Menerapkan kembali
melakukan tindakan SOP yang harus
pemberian obat, dilakukan
perawat hanya
menyebutkan nama
pasien

2 Peningkatan komunikasi 1. Di ruangan HCU tidak Tidak ada Lanjutkan


efektif ada maslalah dalam
(Perintah tertulis, lisan komunikasi, karena
/telpon ditulis secara komunikasi berjalan

49 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
lengkap, dikonfirmasi dengan baik
ulang dan dikerjakan 2. Handover dilakukan
dengan lengkap ) pertama di nurse station
yang kemudian
dilakukan secara
menyeluruh ke masing-
masing pasien
3. Terdapat format yang
diisi dengan stempel
tulis, baca, konfirmasi
ulang dengan tanda
tangan di rekam medis

3 Peningkatan keamanan obat - Obat high alert disimpan 1. tidak ada 1. tidak ada
yang perlu diwaspadai di lemari khusus
 ada kebijakan dan diruangan perawat dengan
diimplementasikan disertasi tanda obat high
 ada penyimpanan cairan alert
- Obat minum dan sebagian 2. untuk memudahkan 2. mengingatkan perawat
elektrolit
obat injeksi serta cairan untuk menyimpan semua
 Benar obat
infus disimpan di pasien obat pasien di nurse
 Benar dosis 3. sudah membawa troli station
 Benar pasien - Ada masalah dalam cara
pemberian yaitu dalam 3. mengingatkan perawat
 Benar cara pemberian untuk melakukan tindakan
melakukan tindakan
 Benar waktu sesuai SOP
pemberian obat perawat
 Benar dokumentasi
tidak sesuai dengan SOP,
karena dalam
pelaksanaannya tidak

50 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
menggunakan bak
instrumen 4. jika perawat ruangan
- dan saat pemberian obat karna sudah hafal, tetapi 4. mengingatkan Kembali
ada mahasiswa yang tidak jika mahasiswa karna
mengkonfirmasi obat kurang nya edukasi
yang digunakan dengan
gelang pasien dan juga
perawat ruangan 5. karna disamakan dengan
pasien lainnya 5. tidak ada
- waktu pemberian obat
tidak sesuai
4 Kepastian tepat lokasi, tepat 1. Penandaan lokasi operasi Tidak ada masalah Lanjutkan kegiatan
prosedur, tepat pasien diberikan tanda silang
operasi pada bagian yang akan
 Ada tim operasi dioperasi
 Ada checklist 2. Terdapat lembar sign in
dan sign out yang di isi
sesuai prosedur di catatan
keperawatan pasien yang
di operasi
5 Pengurangan resiko infeksi
terkait
pelayanan kesehatan 1. Tidak tersedianya 1. Habis 1. Pengadaan
 Hand hygiene cairan handsrub di
setiap bed pasien
2. Setiap tindakan 2. Karna kebiasaan 2. Mengingatkan Kembali
perawat tidak
melakukan five moment
hand hygine, hanya 2

51 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
moment saja yaitu
sebelum pergi ke
pasien dan setelah
 APD meninggalkan
lingkungan sekitar 3. Tidak ada 3. Tidak ada
pasien
3. Ditemukan perawat
 Pencatatan tgl tindakan menggunakan 4. Karena sudah 4. Mengingatkan kembali
handscoon steril 1 dilakukan pencatatan untuk memberikan tanggal
pasien satu handscoon di rekam medis di setiap alat yang
4. Tidak ditemukan terpasang di pasien
pemberian label
tanggal pada setiap alat
yang dipasang di pasien
misalnya infus dan
kateter.
6 Pengurangan resiko jatuh
 Assessment resiko jatuh 1. Assesment risiko jatuh di 1. Tidak ada 1. lanjutkan
isi dan didokumentasikan
 Pengurangan resiko jatuh dengan baik
2. Tidak diberikan tanda 2. Karena habis 2. pengadaan tanda resiko
risiko jatuh pada pasien, jatuh
3. Semua bed pasien ada 3. Tidak ada edukasi 3. Mengingatkan perawat
rest train nya tetapi dan membantu
terdapat 1 sidetrain yang memberikan edukasi
tidak dipasang pada risiko jatuh.
pasien risiko jatuh 4. Tidak tersedia
4. tidak ada bel di kamar
4. Pengadaan

52 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
mandi pasien, 5. karna lantai kamar
5. Adanya genangan air di mandi yang rusak 5. Direnovasi
lantai kamar mandi 6. tidak ada
6. Terdapat pegangan 6. Tidak ada
dikamar mandi 7. tidak ada
7. Semua pintu kamar mandi 7. Tidak ada
pasien arah buka nya
keluar

53 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
C. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RUANG HCU

NO PENGELOLAAN DIKERJAKAN/TIDAK PERMASALAHAN SOLUSI


LIMBAH
1 PEMILAHAN DAN 1. Limbah medis non tajam 1. Tidak ada 1. Lanjutkan
PENGEMASAN dibuang ke plastik kuning
2. Membuang limbah medis 2. Kurang memperhatikan 2. Mengingatkan
tajam ke safety box tetapi pemilahan kembali petugas
masih ada bekas botol obat kesehatan yang ada
yang dibuang ke plastik diruangan
kuning khusus plabot
3. Terdapat tempat sampah 3. Kurang memperhatikan 3. Mengingatkan
plastik kuning khusus untuk pemilahan kembali petugas
membuang plabot bekas kesehatan yang ada
cairan infus tetapi masih ada diruangan
limbah medis non tajam
yang tercampur, misalnya
handscoon

2 PENGUMPULAN 1. Limbah yang ada 1. Tidak ada 1. Lanjutkan


DAN diruangan dibawa oleh
PENGANGKUTAN cleaning service yang
bertugas
2. Limbah dibawa 2. Tidak ada 2. Lanjutkan
menggunakan troli warna
kuning 3. Mengingatkan
3. Kebiasaan

54 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3. Tidak melalui jalur khusus 4. Tidak ada kembali mengenai
4. Limbah dibawa ketempat funsi jalur khusu
penampungan sementara pengangkutan limbah
limbah medis 4. Lanjutkan
3 PENAMPUNGAN Troli tersebut disimpan Tidak ada Lanjutkan
DAN sesuai dengan tempatnya
PENYIMPANAN masing-masing di tempat
SEMENTARA penampungan sementara
limbah medis yang dibagi
menjadi limbah cair,
limbah padat dan limbah
medis yang dipisahkan
dengan sekat-sekat dalam
ruangan penyimpanan
sementara limbah

4 PENGOLAHAN / RSUD Kab Karawang Karena insenerator yang Tidak ada


PEMUSNAHAN bekerja sama dengan pihak dimiliki rs tidak
ketiga pengelola limbah memenuhi syarat
yang memiliki izin

55 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Sarana Penanggulangan Kebakaran

Sarana Kebakaran Sudah Sesuai Prosedur / Permasalahan Pemecahan Masalah dan


Belum sesuai tindak lanjut
a. APAR : Memadamkan api Sudah sesuai Tidak ada masalah -
5 s/d 10 meter prosedur
b. Hidrant : memadamkan api jarak Sudah sesuai Tidak ada masalah -
15 s/d 20 meter prosedur
c. Jalur Evakuasi : untuk Sudah sesuai Tidak ada masalah -
mengevakuasi alur untuk prosedur
ke titik kumpul
d. Alarm kebakaran : untuk Sudah sesuai Tidak ada masalah -
mendeteksi adanya asap prosedur
dan panas (tanda
kebakaran)
e. Papan Code Red : Sudah sesuai Tidak ada masalah -
penjadwalan petugas prosedur
evakuasi

56 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
57 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama praktilk

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Ruang HCU RSUD Karawang

mulai tanggal 16-19 Maret 2022 didapatkan data sebagai berikut :

1. Risiko atau Hazard

a. Fisik :

Panas, Kotor (sampah dilemari pasien debu), Lubang di plafon, Air

menggenang dikamar mandi, Terdapat penerangan lampu pada

kamar pasien yang tidak berfungsi.

b. Kimia :

Debu, Bau tidak enak

c. Biologi:

Hampir disemua ruangan ada nyamuk

d. Ergonomi:

Mengakat pasien degan cara membungkuk

e. Psikososial:

Ditemukan masalah bahwa tidak ada koordinasi pada saat transfer


pasien.

58 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
2. Sasaran Keselamatan Pasien

1. Ketepatan identifikasi pasien

1) Dari 5 pasien, terdapat 4 orang terpasang gelang, dan 1 orang

tidak memakai gelang identitas

2) Kebanyakan pasien tidak mengetahui fungsi gelang tersebut

3) Rata-rata saat melakukan tindakan pemberian obat, perawat

hanya meneybutkan nama pasien.

2. Peningkatan komunikasi efektif

1) Di Ruangan HCU tidak ada maslalah dalam komunikasi,

karena komunikasi berjalan dengan baik.

2) Handover dilakukan pertama di nurse station yang kemudian

dilakukan secara menyeluruh ke masing-masing pasien.

3) Terdapat format yang diisi dengan stempel tulbakon dengan

tanda tangan di rekam medis.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

1) Obat high alert disimpan di lemari khusus diruangan perawat

dengan disertasi tanda obat high alert

2) Obat minum dan sebagian obat injeksi serta cairan infus

disimpan di pasien

3) Ada masalah dalam cara pemberian yaitu dalam melakukan

tindakan pemberian obat perawat tidak sesuai dengan SOP,

karena dalam pelaksanaannya tidak menggunakan bak

59 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
instrumen dan saat pemberian obat ada mahasiswa yang tidak

mengkonfirmasi obat yang digunakan dengan gelang pasien

dan juga perawat ruangan.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

1) Penandaan lokasi operasi diberikan tanda silang pada bagian

yang akan dioperasi

2) Terdapat lembar sign in dan sign out yang di isi sesuai prosedur

di catatan keperawatan pasien yang di operasi.

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

1) Tidak tersedianya cairan handsrub di setiap ruangan pasien

2) Setiap tindakan perawat tidak melakukan five moment hand

hygine, hanya 2 moment saja yaitu sebelum pergi ke pasien dan

setelah meninggalkan lingkungan sekitar pasien

3) Ditemukan perawat menggunakan handscoon steril 1 pasien

satu handscoon

4) Tidak ditemukan pemberian label tanggal pada setiap alat yang

dipasang di pasien misalnya infus dan kateter.

6. Pengurangan risiko jatuh

1) Assesment risiko jatuh di isi dan didokumentasikan dengan

baik

2) Tidak diberikan tanda risiko jatuh pada pasien,

60 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3) Semua bed pasien ada rest train nya tetapi terdapat 1 sidetrain

yang tidak dipasang pada pasien risiko jatuh

4) tidak ada bel di kamar mandi pasien,

5) Adanya genangan air di lantai kamar mandi

6) Penerangan di kamar pasien gelap

7) Terdapat pegangan dikamar mandi

8) Semua pintu kamar mandi pasien arah buka nya keluar

3. Pengelolaan Limbah Medis di Ruang HCU

a) Pemilahan dan pengemasan

1) Limbah medis non tajam dibuang ke plastik kuning

2) Membuang limbah medis tajam ke safety box tetapi masih ada

bekas botol obat yang dibuang ke platik kuning khusus plabot

3) Terdapat tempat sampah plastik kuning khusus untuk

membuang plabot bekas cairan infus tetapi masih ada limbah

medis non tajam yang tercampur, misalnya handscoon.

b) Pengumpulan dan Pengangkutan

1) Limbah yang ada diruangan dibawa oleh cleaning service yang

bertugas

2) Limbah dibawa menggunakan troli warna kuning

3) Tidak melalui jalur khusus

4) Limbah dibawa ketempat penampungan sementara limbah

medis.

61 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
c) Penampungan dan Penyimpanan Sementara

Troli disimpan sesuai dengan tempatnya masing-masing di tempat

penampungan sementara limbah medis yang dibagi menjadi limbah

cair, limbah padat dan limbah medis yang dipisahkan dengan

sekat-sekat dalam ruangan penyimpanan sementara limbah.

d) Pengolahan / Pemusnahan

RSUD Karawang bekerja sama dengan pihak ketiga pengelola

limbah yang memiliki izin.

B. SARAN
Sesuai data yang kami temukan selama praktik kerja lapangan kesehatan

dan keselamatan kerja (K3) di RSUD Karawang, keberhasilan program

K3RS masih mengalami beberapa hambatan dikarenakan kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) di RSUD Karawang masih terdapat beberapa staf/

pegawai yang belum optimal mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh

TIM K3 RS terkait dengan pelaksanaan K3. Agar managemen kesehatan

dan keselamatan kerja (K3) di RSUD Karawang dapat dilakukan sesuai

dengan visi dan tujuan yang ada, sebaiknya semua pihak dapat

melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan RSUD

dengan penuh kesadaran sesuai dengan program dan peraturan yanag telah

dibuat dan disepakati.

62 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
DAFTAR PUSTAKA
Alen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan
latihan , alih bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC
Depkes RI, 2007, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit,
Jakarta.:Depkes RI
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan.

Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan


Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol
II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah
Sakit. Proceedings of expert lecture of  medical student of Block 21st of
Andalas University, Indonesia

Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005

Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.

Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of 
National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara,
Bandung 14-15 November 2006.

63 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t

Anda mungkin juga menyukai