Disusun Oleh :
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
D. Sistematika Penulisan...................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI........................................................................................................7
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja..............................................7
B. HAZARD DAN PENGENDALIANNNYA...............................................10
C. PENANGANAN LIMBAH RUMAH SAKIT...........................................20
D. Patient safety...............................................................................................36
BAB III...........................................................................................................................46
HASIL OBSERVASI....................................................................................................46
A. FAKTOR RESIKO ATAU HAZARD DI RSUD KARAWANG RUANG
HCU....................................................................................................................46
B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN....................................................48
C. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RUANG HCU...........................53
D. LAPORAN INSIDEN 1..............................................................................55
E. LAPORAN INSIDEN 2..............................................................................58
BAB IV...........................................................................................................................61
PENUTUP......................................................................................................................61
A. KESIMPULAN...........................................................................................61
B. SARAN.......................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................68
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal
ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan
dikeluarkannya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu
bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
perlu terjamin pula keselamatannya. Hak atas jaminan keselamatan ini
membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman
bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi
pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang
lain yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan
sumber-sumber produksi secara aman dan efisien.
Resiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi atau ergonomi dan psikologi dapat menyebabkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan
Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit
menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan
dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni,
dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah
terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara
langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun
melalui serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam
kesehatan masyarakat umum.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep K3 Rs dan patient safety.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan laboratorium klinik K3
ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi :
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Manfaat penulisan
d. Sistematika penulisan
DAFTAR PUSTAKA
TINJAUAN TEORI
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya
dan sangat tergantung kepada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis
kelamin dan ukuran tubuh.
10 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang
menpunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta
benda, lingkungan, maupun manusia (Budiono, 2003). Menurut
Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan
atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.
2. Komponen Bahaya
a. Karakteristik material
b. Bentuk material
c. Hubungan pemajanan dan efek
d. Jalannnya pemajanan dari proses individu
e. Kondisi dan frekuensi penggunaan
11 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
f. Tingkah laku pekerja
3. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya
kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja
dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan
dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan
kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu
lama dan pada konsentrasi rendah.
12 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
1). Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti
bahaya listrik, temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan,
kebisingan, radiasi, pencahayaan, getaran, dan lain-lain.
2). Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas,
pelarut, simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik,
aerosol, insektisida, dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut
merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah keselamatan
apabila mengendalinya.
3). Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup
yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman,
burung, binatang yang dapat menginfeksi atau memberikan
reaksi negative kepada manusia.
4). Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial
psikologis maupun organisasi pada pekerjaan dan
lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada aspek fisik
dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan,
waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi
kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan
kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
5). Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain
desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah
saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan,
pergerakan yang berulang-ulang
6). Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-
benda bergerak atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin
pemotong, bahaya getaran.
4. Pengendalian Bahaya
a. Eliminasi atau penghilangan
b. Substansi atau mengganti material yang lebih aman
c. Minimalisasi atau pengurangan jumlah material yang digunakan
13 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
d. Enginering atau disain atau baik pada sumber, pemajanan,
pemisahan jarak waktu, pemisahan lokasi pekerja dengan
pekerjaan
e. Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
f. Pelatihan
g. Pemberian alat pelindung diri atau APD
14 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan,
proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan
manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun
demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap
pelaksanaan ataupun operasional kegiatan. Terdapat empat prasyarat
utama manajemen resiko, yaitu
1). Kebijakan Manajemen Risik
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan
membuktikan kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya,
termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya. Kebijakan
manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan
organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis
(organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa
kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di
setiap tingkatan organisasi
2). Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
a. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan
bahwa: sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan,
dan telah sesuai dengan standar dan hasil/ performa dari
sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen
organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan
sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.
b. Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab,
kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat
menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam
manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk
hal-hal sebagai berikut: tindakan pencegahan atau
pengurangan efek dari risiko. pengendalian yang akan
dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat
diterima, pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kegiatan manajemen risiko, rekomendasi solusi sesuai cara
15 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
yang telah ditentukan, memeriksa validitas implementasi
solusi yang ada dan komunikasi dan konsultasi secara internal
dan eksternal.
c. Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat
mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya
manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti
pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.
3). Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah
organisasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung
pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
4). Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik,
harus dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko
yang sedang dilakukan dengan standar yang digunakan dan
dengan tahap-tahap berikutnya. Manajemen risiko adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam
organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan
dan latar belakang, manajemen risiko adalah proses yang
berjalan terus menerus.
16 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
c. Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan
probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian
ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan
kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada
dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang
ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas
manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka
risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja
tanpa harus melakukan pengendalian.
e. Pengendalian risiko: Melakukan penurunan derajat
probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan
transfer risiko, dan lain-lain.
f. Monitor dan review; Monitor dan review terhadap hasil
sistem manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
g. Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi
dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk
tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakuka
17 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi.
Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level
operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada
proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan
keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko
yang spesifik. Beberapa Istilah Penting Dalam Manajemen
Risiko
1). Konsekuensi
Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara
kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera,
keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga
berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan
berhubungan dengan suatu kejadian.
2). Biaya
Dari suatu kegiatan, baik langsung dan tidak langsung,
meliputi berbagai dampak negatif, termasuk uang, waktu,
tenaga kerja, gangguan, nama baik, politik dan kerugian-
kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
3). Kejadian
Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada
tempat tertentu selama interval waktu tertentu.
4). Analisis Urutan Kejadian
Suatu teknik yang menggambarkan rentangan
kemungkinan dan rangkaian akibat yang bisa timbul dari
proses suatu kejadian.
5). Analisis Urutan Kesalahan
Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan
kombinasi-kombinasi yang logis dari berbagai keadaan
sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa
berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian
puncak).
6). Frekuensi
18 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang
dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian dalam
waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan dan
peluang
7). Bahaya (hazard)
Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian.
8). Monitoring atau Pemantauan
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau
Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau
sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi.
9). Probabilitas
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau
frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang
spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang
spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil.
Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1,
dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak
mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti.
10). Risiko Ikutan
Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko
dilakukan.
11). Risiko
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak
terhadap sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat.
Variabel yang diukur biasanya probabilitas, konsekuensi
dan juga pemajanan.
12). Penerimaan Risiko (acceptable risk)
Keputusan untuk menerima konsekuensi dan
kemungkinan risiko tertentu.
13). Analisis risiko
19 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang
didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian
tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.
14). Penilaian risiko
Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara
keseluruhan.
20 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik
dan bagiannya ke tempat lain.
21 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila
mungkin dihilangkan.
22 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
g. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
h. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
i. Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadarwasa
j. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
k. Mengejek tanggal kadarwasa bahan pada saat diantara oleh
distributor.
23 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
c). Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan
manusia atau binatang
d). Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD
yang terdiri : topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian
panjang.
e. Pengumpulan limbah medis :
a). Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil
limbah mengguanakan troli khusus yang tertutup.
b). Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu
pada musim huajn paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam.
f. Syarat tempat pewadahan limbah antara lain :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalam
misalnya fiberglass
a). Distiap sumber penghasil limbah medis harus terik
diangkat setiap sedia tempat pewadahan yang terpisah
dengan limbah non-medis
b). Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limba
c). Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada
tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang
aman
d). Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol, jerigen atau karton yang aman
e). Tempat perwadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik
yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera
dibersihkan dengan larutan desinfektan apabilka akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik
yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah
tersebut tidak boleh digunakan lagi
24 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3). Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat
dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat
dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan
non klinis baik padat maupun cair.
25 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3). Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau
otopsi.
4). Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau
mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang
terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oc
26 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
8). Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-
barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.
27 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi
Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu
sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan
nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem
Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.
28 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
1). Limbah Padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan
dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam
kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5
golongan sebabagi berikut :
a. Golongan A :
a). Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi
dari kamar bedah.
b). Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
c). Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun
tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-
benda tajam lainnya.
c. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.
d. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-
pad, dan stomach.
1. Pelaksanaan pengelolaan
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan
pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah
pendahuluan.
a. Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung
dalam bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau
29 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah Kantong plastik tersebut hendaknya diambil
paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga
perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah klinis.
30 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan
keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam
bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan
interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya
diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum
diangkut dan dimasukkan dengan incinerator.
b. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk
dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan
(atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
a). Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat
b). Di lokasi atau tempat yang strategis, merata dengan ukuran
yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya
dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara
terpisah.
c). Diletakkan pada tempat kering atau mudah dikeringkan,
lantai yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci
d). Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari
binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
e). Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila
mungkin). Sampah yang tidak berbahaya dengan
penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam
sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain
sambil menunggu pengangkutan.
31 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah
sakit antara lain sebagai berikut:
1. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond
System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali
masalah lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan
yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit
di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai
lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang
cukup sederhana yakni :
a. Pump Swap (pompa air kotor).
b. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
c. Bak Klorinasi
d. Control room (ruang kontrol)
e. Inlet
f. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
g. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
32 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam
oksidasi ini terdiri dari :
a. Pump Swap (pompa air kotor)
b. Oxidation Ditch (pompa air kotor)
c. Sedimentation Tank (bak pengendapan)
d. Chlorination Tank (bak klorinasi)
e. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya
1-2 petak).
f. Control Room (ruang kontrol)
33 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
e. Chlorination tank (bak klorinasi)
f. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
g. Control room (ruang kontrol)
2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat,
tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau
pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan
dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan
34 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan
menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah
ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992
dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard
untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan
simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna
merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan
kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan
intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari
titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang
sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta
petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan
pakaian kerja khusus.
35 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi
uap jenuh bersuhu 121 C)°
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa
ethylene oxide atau formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding
(menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti
Co60
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk
atau ukuran sampah)
i. Pemampatan atau pemadatan, dengan tujuan untuk
mengurangi volume yang terbentuk.
D. Patient safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan
kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety
adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
36 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
37 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3. Urgensi Patient safety
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan
agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak
dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih
menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan
kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena
error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi, dll.
38 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
j. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
3. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan
yang Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai)
39 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga
dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri
sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan criteria sebagai
berikut:
40 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya
adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan
KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut:
(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden,
(3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
(4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
(5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden,
41 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
(6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
(7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
(8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
(9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
(2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
(3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
42 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
43 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Bagi Rumah Sakit:
a. Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
b. Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c. Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim:
a. Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada
manajemen terkait
b. Penilaian risiko pada individu pasien
c. Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, &
langkah memperkecil risiko tersebut.
d) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada
KKP-RS”
Bagi Rumah Sakit:
a. Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam
maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
a. Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting
e) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien”
Bagi Rumah Sakit:
a. Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien &
keluarga
b. Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
c. Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)
Bagi Tim:
a. Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi
insiden
44 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi
insiden
c. Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien &
keluarga.
f) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong
staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
& mengapa kejadian itu timbul”
Bagi Rumah Sakit:
d. Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
e. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi
Bagi Tim:
a. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b. Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tersebut
g) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan”
Bagi Rumah Sakit:
a.Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko,
kajian insiden, audit serta analisis
b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan
staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c.Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e.Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden
Bagi Tim:
1) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
2) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
45 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan
46 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
BAB III
HASIL OBSERVASI
47 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
2. Kimia Ada
- Debu - Dapat menjadi gangguan pernapasan - Dibersihkan
- Bau tidak enak - Menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien - Perbaikan ventilasi
3. Biologi Ada
- Hampir disemua - Menyebabkan masalah kesehatan - Dibersihkan sampah yang
ruangan ada nyamuk ada
-
4. Ergonomi Ada Tidak terjadi masalah ketidaknyamanan Berikan apresiasi
- Posisi pada saat
memindahkan pasien
perawat membungkuk
48 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
N SASARAN IMPLEMENTASI PERMASALAHAN SOLUSI
KESELAMATAN
PASIEN
1 Ketepatan identifikasi pasien 1. Dari 5 pasien, terdapat 1. Oleh karena terdapat 1. Mengingatkan perawat
nama & no CM) 4 orang terpasang luka bakarndi area untuk mencocokkan
identifikasi sebelum tindakan gelang, dan 1 orang tangan kiri kanan kembali nama dengan
tidak memakai gelang no RM di gelang
identitas. identitas sebelum
melakukan tindakan
2. Kebanyakan pasien 2. Tidak di edukasi oleh 2. Pemberian edukasi
tidak mengetahui petugas kepada pasien dan
fungsi gelang tersebut. keluarga
3. Rata-rata saat 3. Karena sudah hafal 3. Menerapkan kembali
melakukan tindakan SOP yang harus
pemberian obat, dilakukan
perawat hanya
menyebutkan nama
pasien
49 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
lengkap, dikonfirmasi dengan baik
ulang dan dikerjakan 2. Handover dilakukan
dengan lengkap ) pertama di nurse station
yang kemudian
dilakukan secara
menyeluruh ke masing-
masing pasien
3. Terdapat format yang
diisi dengan stempel
tulis, baca, konfirmasi
ulang dengan tanda
tangan di rekam medis
3 Peningkatan keamanan obat - Obat high alert disimpan 1. tidak ada 1. tidak ada
yang perlu diwaspadai di lemari khusus
ada kebijakan dan diruangan perawat dengan
diimplementasikan disertasi tanda obat high
ada penyimpanan cairan alert
- Obat minum dan sebagian 2. untuk memudahkan 2. mengingatkan perawat
elektrolit
obat injeksi serta cairan untuk menyimpan semua
Benar obat
infus disimpan di pasien obat pasien di nurse
Benar dosis 3. sudah membawa troli station
Benar pasien - Ada masalah dalam cara
pemberian yaitu dalam 3. mengingatkan perawat
Benar cara pemberian untuk melakukan tindakan
melakukan tindakan
Benar waktu sesuai SOP
pemberian obat perawat
Benar dokumentasi
tidak sesuai dengan SOP,
karena dalam
pelaksanaannya tidak
50 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
menggunakan bak
instrumen 4. jika perawat ruangan
- dan saat pemberian obat karna sudah hafal, tetapi 4. mengingatkan Kembali
ada mahasiswa yang tidak jika mahasiswa karna
mengkonfirmasi obat kurang nya edukasi
yang digunakan dengan
gelang pasien dan juga
perawat ruangan 5. karna disamakan dengan
pasien lainnya 5. tidak ada
- waktu pemberian obat
tidak sesuai
4 Kepastian tepat lokasi, tepat 1. Penandaan lokasi operasi Tidak ada masalah Lanjutkan kegiatan
prosedur, tepat pasien diberikan tanda silang
operasi pada bagian yang akan
Ada tim operasi dioperasi
Ada checklist 2. Terdapat lembar sign in
dan sign out yang di isi
sesuai prosedur di catatan
keperawatan pasien yang
di operasi
5 Pengurangan resiko infeksi
terkait
pelayanan kesehatan 1. Tidak tersedianya 1. Habis 1. Pengadaan
Hand hygiene cairan handsrub di
setiap bed pasien
2. Setiap tindakan 2. Karna kebiasaan 2. Mengingatkan Kembali
perawat tidak
melakukan five moment
hand hygine, hanya 2
51 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
moment saja yaitu
sebelum pergi ke
pasien dan setelah
APD meninggalkan
lingkungan sekitar 3. Tidak ada 3. Tidak ada
pasien
3. Ditemukan perawat
Pencatatan tgl tindakan menggunakan 4. Karena sudah 4. Mengingatkan kembali
handscoon steril 1 dilakukan pencatatan untuk memberikan tanggal
pasien satu handscoon di rekam medis di setiap alat yang
4. Tidak ditemukan terpasang di pasien
pemberian label
tanggal pada setiap alat
yang dipasang di pasien
misalnya infus dan
kateter.
6 Pengurangan resiko jatuh
Assessment resiko jatuh 1. Assesment risiko jatuh di 1. Tidak ada 1. lanjutkan
isi dan didokumentasikan
Pengurangan resiko jatuh dengan baik
2. Tidak diberikan tanda 2. Karena habis 2. pengadaan tanda resiko
risiko jatuh pada pasien, jatuh
3. Semua bed pasien ada 3. Tidak ada edukasi 3. Mengingatkan perawat
rest train nya tetapi dan membantu
terdapat 1 sidetrain yang memberikan edukasi
tidak dipasang pada risiko jatuh.
pasien risiko jatuh 4. Tidak tersedia
4. tidak ada bel di kamar
4. Pengadaan
52 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
mandi pasien, 5. karna lantai kamar
5. Adanya genangan air di mandi yang rusak 5. Direnovasi
lantai kamar mandi 6. tidak ada
6. Terdapat pegangan 6. Tidak ada
dikamar mandi 7. tidak ada
7. Semua pintu kamar mandi 7. Tidak ada
pasien arah buka nya
keluar
53 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
C. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RUANG HCU
54 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3. Tidak melalui jalur khusus 4. Tidak ada kembali mengenai
4. Limbah dibawa ketempat funsi jalur khusu
penampungan sementara pengangkutan limbah
limbah medis 4. Lanjutkan
3 PENAMPUNGAN Troli tersebut disimpan Tidak ada Lanjutkan
DAN sesuai dengan tempatnya
PENYIMPANAN masing-masing di tempat
SEMENTARA penampungan sementara
limbah medis yang dibagi
menjadi limbah cair,
limbah padat dan limbah
medis yang dipisahkan
dengan sekat-sekat dalam
ruangan penyimpanan
sementara limbah
55 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
Sarana Penanggulangan Kebakaran
56 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
57 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama praktilk
a. Fisik :
b. Kimia :
c. Biologi:
d. Ergonomi:
e. Psikososial:
58 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
2. Sasaran Keselamatan Pasien
disimpan di pasien
59 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
instrumen dan saat pemberian obat ada mahasiswa yang tidak
2) Terdapat lembar sign in dan sign out yang di isi sesuai prosedur
satu handscoon
baik
60 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
3) Semua bed pasien ada rest train nya tetapi terdapat 1 sidetrain
bertugas
medis.
61 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
c) Penampungan dan Penyimpanan Sementara
d) Pengolahan / Pemusnahan
B. SARAN
Sesuai data yang kami temukan selama praktik kerja lapangan kesehatan
pegawai yang belum optimal mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh
dengan visi dan tujuan yang ada, sebaiknya semua pihak dapat
dengan penuh kesadaran sesuai dengan program dan peraturan yanag telah
62 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t
DAFTAR PUSTAKA
Alen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan
latihan , alih bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC
Depkes RI, 2007, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit,
Jakarta.:Depkes RI
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan.
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah
Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of
Andalas University, Indonesia
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of
National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara,
Bandung 14-15 November 2006.
63 | L a p o r a n K 3 R u m a h S a k i t