Anda di halaman 1dari 11

3.

HASIL PENGAMATAN

3.1 Ikan Kembung Segar

3.1.1 Hasil Pengamatan Organoleptik Fillet Ikan Kembung Segar

Pada Suhu Rendah

Tabel 1. Hasil Pengamatan Organoleptik Penyimpanan Fillet Ikan Kembung

Segar selama 14 Hari

Sifat organoleptik
No Har Kenampakan
Perlakuan
. i (Lendir di Bau Tekstur
permukaan badan)
0
1 Kontrol 7
14
0
2 Dikemas plastik PP 7
14
0
3 Dikemas plastik LDPE 7
14
0
4 Dikemas plastik HDPE 7
14
0
5 Dikemas Aluminium Foil 7
14
3.1.1 Grafik (tiap parameter dari semua perlakuan)

3.2 Ikan Kembung Rebus


3.2.7 Perlakuan Kontrol

a. Analisa Prosedur

Ikan Kembung Segar

Dicuci dengan air mengalir lalu disiangi

Dicuci dan lakukan fillet serta skinless

Dicuci dan lakukan fillet serta skinless

Diletakkan diatas wadah piring

Masukkan ke dalam chiller

Dilakukan pengamatan organoleptik hari


ke-0, ke-7, dan ke-14

Dokumentasi pengamatan
Pada praktikum Teknologi Pengemasan materi Pengaruh Jenis Bahan

Pengemas Terhadap Tingkat Kesegaran Daging Ikan Pada Suhu Rendah

dengan perlakuan fillet kontrol ikan kembung diawali dengan menyiapkan

ikan nila segar 1 ekor, pisau, talenan, nampan, dan piring sebagai wadah.

Kemudian ikan tersebut disiangi dengan membersihkan sisik, isi perut dan

kepala untuk menghilangkan sumber kontaminasi pada saat penyimpanan.

Lalu, daging difillet untuk mempermudah pengamatan dan memperoleh

bagian daging saja. Selanjutnya, ikan diskinless dengan pisau untuk

melihat tekstur otot ikan. Setelah itu, daging ikan nila fillet dilakukan

perlakuan kontrol dengan ditaruh diatas piring. Setelah itu, sampel

dimasukkan kedalam chiller lemari pendingin selama 14 hari dan dilakukan

pangamatan organoleptik pada hari ke-0, ke-7 dan ke-14 meliputi lendir,

bau dan tekstur dan didokumentasikan setiap pengamtannya.

b. Analisa Hasil

Pada praktikum Teknologi Pengemasan diperoleh hasil pengamatan

hari ke-0, hari ke-7, dan hari ke 14 seperti pada Gambar 5 kiri yang

menunjukan hasil perlakuan hari ke-0 dan Gambar 5 tengah yang

menunjukan hasil perlakuan hari ke-7.

Gambar 1. Hasil Pengamatan Ikan Kembung Fillet dengan Perlakuan Kontrol

Pada praktikum Teknologi Pengemasan Hasil Perikanan materi

pengaruh jenis bahan pengemas terhadap tingkat kesegaran daging ikan


segar pada suhu rendah dengan perlakuan kontrol yang diletakkan diatas

wadah piring dikakukan pengamatan organoleptik berupa kenampakan

pada hari ke-0 fillet ikan nila segar yang di letakkan diatas wadah piring

memiliki skor 9 yang berarti lapisan lendir jernih, transparan,

mengkilap cerah. Pada hari ke-7 memiliki skor 7 yang berarti lapisan lendir

mulai terlihat keruh. Terjadinya perubahan organoleptik pada setiap hari

pengamatan disebabkan oleh lamanya jangka waktu penyimpanan.

Pada praktikum Teknologi Pengemasan Hasil Perikanan materi

pengaruh jenis bahan pengemas terhadap tingkat kesegaran daging ikan

segar pada suhu rendah dengan perlakuan kontrol dikakukan pengamatan

organoleptik berupa kenampakan bau pada hari ke-0 fillet ikan nila segar

yang di taruh diatas wadah piring memiliki skor 8 yang berarti bau yang

segar namun tidak terlalu spesifik. Pada hari ke-7 memiliki skor 5 yang

berarti bau sedikit asam. Terjadinya perubahan organoleptik pada setiap

hari pengamatan disebabkan oleh lamanya jangka waktu penyimpanan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya kemunduran mutu ikan.

Pada praktikum Teknologi Pengemasan Hasil Perikanan materi

pengaruh jenis bahan pengemas terhadap tingkat kesegaran daging ikan

segar pada suhu rendah dengan perlakuan kontrol dikakukan pengamatan

organoleptik berupa berupa kenampakan berupa tekstur pada hari ke-0

fillet ikan nila segar yang di taruh diatas pirinng memiliki skor 9 yang berarti

tekstur padat, kompak, dan sangat elastis. Pada hari ke-7 memiliki skor 7

yang berarti tekstur agak lunak, sedikit kurang elastis. Terjadinya

perubahan organoleptik pada setiap hari pengamatan disebabkan oleh

lamanya jangka waktu penyimpanan dan mikroorganisme yang masih

dapat berkembang biak pada suhu rendah pada badan ikan.


3.3 Ikan Kembung Goreng
3.3.7 Perlakuan Kemasan Polyprophylene

a. Analisa Prosedur

Ikan Kembung Segar

Dicuci dengan air mengalir lalu disiangi

Dicuci dan lakukan fillet serta skinless

Dicuci dan lakukan fillet serta skinless

Panaskan minyak hingga mencapai suhu


160-170oC

Masukkan fillet ikan dan goreng selama 5


menit

Tiriskan dan dinginkan terlebih dahulu

Masukkan kedalam kemasan


Polyprophylene

Masukkan ke dalam chiller

Dilakukan pengamatan organoleptik hari


ke-0, ke-7, dan ke-14

Dokumentasi pengamatan
Pada praktikum Teknologi Pengemasan materi Pengaruh Jenis Bahan

Pengemas Terhadap Tingkat Kesegaran Daging Ikan Pada Suhu Rendah

langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan ikan kembung segar.

Setelah itu, dilakuan pencucian dan penyiangan atau mengeluarkan isi

perut ikan untuk menghilangkan bakteri yang terdapat pada isi perut ikan

agar tidak mengalami kemunduran mutu dengan cepat. Selanjutnya, cuci

ikan yang sudah disiangi agar idak ada darah yang tersisa, lalu dilakukan

fillet dan skinless daging ikan kembung yang akan diberi perlakuan dan

digunakan sebagai bahan pengamatan. Kemudian potong daging ikan

kembung tersebut dengan ukuran 3 ruas jari agar memudahkan untuk

dikemas. Setelah itu, panaskan minyak goreng hingga mencapai suhu 160-

170oC. Lalu, masukkan daging ikan kembung yang sudah difillet dan

skinless tadi dan goreng selama 5 menit dengan api sedang. Tujuan dari

dilakukannya penggorengan selama 5 menit selain agar daging ikan dapa

dikonsumsi adalah untuk mendapatkan rasa yang spesifik, menginaktivasi

enzim, menurunkan aktivitas air daging ikan, serta membunuh bakteri

sehingga dapat mengawetkan makanan. Setelah 5 menit penggorengan,

ikan ditiriskan lalu didinginkan pada suhu ruang hingga dingin dan tidak

berasap. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi minyak berlebih yang

terdapat pada daging fillet ikan dan tidak dalam keadaan panas saat

dikemas. Lalu, ikan dikemas dalam kemasan Polyproplhylene dengan

tujuan untuk mengetahui apakah kemasan polyprophylene mempengaruhi

organoleptik ikan. Langkah selanjutnya, yaitu memasukkan kemasan

polyprophylene yang berisi fillet ikan goreng kedalam chiller lemari

pendingin dengan tujuan untuk menambah daya simpan ikan dengan suhu

rendah. Suhu rendah dapat membantu ikan menghambat terjadinya

pertumbuhan mikroorganisme. Kemudian, dilakukan pengamatan


organoleptik ikan seperti tekstur, bau, dan warna ikan pada hari ke-0, hari

ke-7, dan hari ke-14 yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh kemasan polyprophylene pada organoleptik ikan.

b. Analisa Hasil

Pada praktikum Teknologi Pengemasan diperoleh hasil pengamatan

hari ke-0, hari ke-7, dan hari ke 14 seperti pada Gambar 5 sebelah kiri yang

menunjukan hasil perlakuan pada hari ke-0 dan Gambar 5 sebelah kanan

yang menunjukan hasil perlakuan hari ke-7.

Gambar 2. Hasil Pengamatan Ikan Kembung Goreng dengan Kemasan

Polyprophylene

Pada pengamatan hari ke-0 untuk kategori kenampakan, kenampakan

ikan kembung fillet goreng terlihat tampak tidak berlendir dan berwarna

coklat keemasan. Nilai organoleptik untuk kategori kenampakan 0 karena

tidak terdapat lendir pada badan ikan. Pada pengamatan hari ke-7 setelah

penyimpanan dalam chiller lemari pendingin, dihasilkan ikan dengan

kenampakan sedikit berair dan sedikit berlendir pada badan ikan dan

berwarna agak kecoklatan lebih gelap. Nilai organoleptik untuk kategori

kenampakan 5 karena adanya sedikit lendir pada kenampakan badan ikan.

Dengan ada dan tidak adanya lendir pada daging ikan selama masa

pengamatan dapat dijadikan tolak ukur yang menandakan apakah ikan

masih dalam kondisi yang baik atau tidak untuk dikonsumsi. Terjadinya

perubahan organoleptik pada setiap hari pengamatan disebabkan oleh


lamanya jangka waktu penyimpanan.

Pada pengamatan hari ke-0 untuk kategori bau, didapatkan hasil daging

fillet ikan kembung goreng dengan bau yang masih segar khas ikan. Untuk

kategori bau pada H0 diberi nilai organoleptik sebesar 7. Pada pengamatan

hari ke-7, dihasilkan ikan dengan bau yang masih segar, tetapi tidak

sesegar bau pada H0. Untuk kategori bau pada H0 diberi nilai organoleptik

sebesar 5. Bau yang dihasilkan ikan goreng pada hari pengamatan ke-0

dan ke-7 terlihat adanya perbedaan kesegaran pada bau ikan sehingga

dapat dijadikan tolak ukur bahwa setelah penyimpanan ikan dapat

dikatakan kurang layak konsumsi. Terjadinya perubahan organoleptik pada

setiap hari pengamatan disebabkan oleh lamanya jangka waktu

penyimpanan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kemunduran mutu

ikan.

Pada pengamatan hari ke-0 untuk kategori tekstur, setelah

dilakukannya penggorengan dihasilkan ikan dengan tekstur yang padat,

kompak, dan elastis dengan nilai organoleptik 9. Pada pengamatan hari ke-

7 setelah penyimpanan dalam chiller lemari pendingin selama 7 hari

dihasilkan ikan dengan tekstur yang masih sama dengan pengamatan hari

ke-0. Didapatkan nilai organoleptik 7 pada tekstur fillet ikan kembung

goreng. Tekstur badan ikan yang dihasilkan hari ke-0 dan hari ke-7 dengan

tekstur yang padat menunjukan bahwa ikan masih dalam keadaan yang

baik namun kurang layak untuk dikonsumsi. Terjadinya perubahan

organoleptik pada setiap hari pengamatan disebabkan oleh lamanya jangka

waktu penyimpanan dan mikroorganisme yang masih dapat berkembang

biak pada suhu rendah pada badan ikan.

Anda mungkin juga menyukai