Anda di halaman 1dari 26

MODUL PRAKTIKUM

MK. ILMU BENIH

Tim Penyusun

Heny Agustin, SP, MSi

Warid, SP, MSi

UNIVERSITAS TRILOGI
Jln. TMP Kalibata No 1, Jakarta
PERCOBAAN 1

STRUKTUR BENIH

A. Tujuan paktikum
Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur benih dikotil dan monokotil.

B. Pendahuluan

Struktur benih terdiri atas tiga bagian, antara lain:


1. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan
dan betina pada suatu proses pembuahan. Struktur embrio terdiri atas epikotil (calon
pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun), radikula (calon akar).

2. Jaringan penyimpanan cadangan makanan


Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat,
lemak, protein dan mineral. Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi
sebagai jaringan penyimpanan cadangan makanan, yaitu:
- Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
- Endosperm misal pada jagung, gandum, golongan, serealia lainnya.
- Perisperm misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae.
- Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas gymnospermae yaitu pinus.

3. Pelindung biji
Kulit biji merupakan lapisan terluar dari biji. Pelindung biji dapat terdiri atas kulit biji,
sisa nucleus, endosperm, bagian-bagian buah. Kulit biji (testa) berasal dari integument
ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung. Kulit
luar biji umumnya keras, kuat dan berwarna kecoklatan sedangkan bagian dalam tipis
dan berselaput.
Perbedaan struktur benih monokotil dan dikotil

Monokotil Dikotil
Cadangan makanan berupa endosperm Cadangan makanan berupa kotiledon
Mempunyai hilum tapi tidak terlihat Hilum terlihat jelas
Endosperm merupakan bagian terbesar Endosperm merupakan bagian terkecil
Cadangan makanan baru dapat dicerna dan Cadangan makanan sudah mulai dapat
diserap embrio setelah biji masak dicerna dan diserap embrio sebelum biji
masak

Gambar. Struktur biji dikotil dan monokotil

C. Bahan & Alat

Bahan : benih jagung, nangka, sawo, kacang tanah, kecang kedelai, cabai, aquades

Alat : cutter, scalpel, kaca pembesar, cawan petri.


D. Metode Percobaan

Langkah-langkah:

1. Siapkan benih yang akan diamati strukturnya


2. Rendam benih ke dalam cawan petri yang telah berisi air agar benih lunak dan
mudah dipotong selama 1 jam.
3. Tiriskan benih
4. Amati bagian benih secara utuh (1), kemudian potong benih secara membujur (2)
dan melintang (3).
5. Gambar benih dengan tiga posisi diatas

E. Hasil dan Pembahasan

No Benih Utuh Melintang Membujur


PERCOBAAN II

PENUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH

A. Tujuan paktikum
Mahasiswa dapat mengerti macam tipe perkecambahan benih dan
mengidentifikasi kecambah normal, abnormal dan mati.

B. Pendahuluan

Pengujian daya berkecambah benih merupakan salah satu tolok ukur untuk
melihat viabilitas benih. Viabilitas adalah kemampuan benih untuk dapat tumbuh menjadi
kecambah normal dalam keadaan optimum. Perkecambahan benih menekankan bahwa
analisis benih memfokuskan pada struktur esensial yang akan mengahasilkan tanaman
normal.
Metodologi untuk uji daya berkecambah distandarisasi sehingga hasil uji dapat
diulang diantara laboratorium pengujian benih. Uji daya berkecambah didesain untuk
memberikan perhitungan pertama dan kedua. Perhitungan pertama pada dasarnya
bertujuan mengeluarkan benih yang telah berkecambah normal sementara perhitungan
terakhir (kedua) didesain untuk memberikan cukup waktu sehingga benih yang kurang
vigor dapat berkecambah normal. Oleh karenanya perkecambahan merupakan gabungan
kecambah kuat dan lemah.
Tahapan metabolisme perkecambahan antara lain; dimulai dengan proses
penyerapan air oleh benih atau dikenal dengan sebutan imbibisi benih, naiknya tingkat
respirasi benih, terjadinya penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang terlarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh, asimilasi
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi
bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru, pertumbuhan dari
kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik
tumbuh.

c. Bahan & Alat

Bahan : benih jagung, benih kacang panjang, benih kangkung, benih padi, benih caisin,
benih bayam, benih cabe, benih ketimun, aquades, kertas stensil, plastik, label.

Alat : baki, pinset, gunting, germinator, pengepres kertas, cawan petri.

d. Metode Percobaan

 Langkah-langkah UKD-DP ( Uji kertas digulung dalam plastik), uji kecambah ini
dikhususkan untuk benih-benih berukuran besar (benih jagung, kacang panjang,
kangkung, ketimun)
1. Siapkan benih yang akan digunakan.
2. Siapkan kertas stensil ukuran 20cmx30cm lalu rendam dalam baki yang berisi
aquades.
3. Pres kertas stensil yang telah direndam.
4. Siapkan plastik bening sebagai alas untuk menggulung. Letakkan kertas stensil 3
lembar yang telah di pres diatas plastik. Susun benih diatas kertas sebanyak 25
butir per gulung secara zig-zag, tutup kembali dengan 2 lembar kertas stensil yang
telah di basahi.
5. Gulung secara rapih lalu beri label sebagai penanda.
6. Masukkan ke dalam germinator.

 Langkah-langkah ½ UKD-DP ( ½ Uji kertas digulung dalam plastik), uji kecambah


ini dikhususkan untuk benih padi.
1. Siapkan benih padi yang akan digunakan.
2. Siapkan kertas stensil ukuran 20cmx30cm lalu rendam dalam baki yang berisi
aquades.
3. Pres kertas stensil yang telah direndam.
4. Siapkan plastik bening sebagai alas untuk menggulung. Letakkan kertas
stensil 3 lembar yang telah di pres diatas plastik. Lipat dua kertas stensil yang
digunakan secara horizontal. Susun benih diatas kertas lipatan bagian atas
sebanyak 25 butir per gulung secara zig-zag, tutup kembali dengan ½ lipatan
bagian bawah kertas stensil.
5. Gulung secara rapih lalu beri label sebagai penanda.
6. Masukkan ke dalam germinator.

 Langkah-langkah UDK (Uji diatas kertas), uji kecambah ini dikhususkan untuk
benih-benih berukuran kecil (benih bayam, caisin, cabe)
1. Siapkan benih yang akan digunakan.
2. Siapkan kertas stensil berbentuk bundar/lingkaran dengan diameter 10 cm lalu
sempot kertas tersebut hingga basah.
3. Susun kertas stensil yang telah dibasahi sebanyak 3 lembar diatas cawan petri.
4. Susun benih diatas cawan petri yang telah dialasi kertas stensil sebanyak 25 butir.
5. Tutup cawan petri lalu beri label sebagai penanda.

Amati hasil perkecambahan dengan menghitung persentase DB dengan rumus:

Jumlah kecambah normal


% DB = x 100 %
Jumlah benih

 Kriteria kecambah normal untuk benih dikotil memiliki: epikotil, hipokotil,


plumula, akar primer, akar sekunder.

 Kriteria kecambah normal untuk benih monokotil memiliki: plumula, mesokotil,


kolepotil, akar primer, akar sekunder, akar seminal.

e. Hasil dan Pembahasan


No Benih Jumlah Jumlah Jumlah Persentase
kecambah kecambah kecambah daya
normal abnormal mati berkecambah

PERCOBAAN III

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

A. Tujuan Praktikum
Melatih mahasiswa untuk mengetahui proses pengujian kadar air serta menghitung
persentase kadar air benih dengan metode oven suhu tinggi.

B. Pendahuluan

Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diuji sebelum melakukan
penyimpanan benih. Pengujian benih menjadi penting karena benih bersifat higroskopis yang
artinya benih mampu menyerap air disekitarnya. Kadar air optimum untuk banyak jenis
benih umumnya berkisar antara 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
naiknya pernafasan yang dapat berakibat terkurasnya cadangan makanan dalam benih. Selain
itu dapat merangsang perkembangan cendawan patogen di tempat penyimpanan. Sebaliknya
bila kadar air terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada embrio.
Metode pengukuran kadar air yang ditetapkan di rancang untuk mengurangi oksidasi,
dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dnegan pengurangan
kelembaban sebanyak mungkin. Metode pengeringan oven merupakan metode yang
digunakan sebagai metode standar menurut ISTA.

C. Bahan dan Alat


Bahan : benih padi, benih jagung, label.
Alat : oven, capitan, cawan porselen, timbangan analitik, pisau scalpel, blender,
desikator.

D. Metode
Langkah-langkah
1. Siapkan benih padi dan jangung yang akan digunakan.
2. Blender benih padi hingga cukup halus lalu timbang sebanyak 5 gram per
ulangannya.
3. Potong-potong benih jagung dengan scalpel hingga menjadi beberapa bagian lalu
timbang sebanyak 5 gram per ulangannya.
4. Siapkan cawan porselen yang akan digunakan sebagai wadah untuk mengoven
lalu timbang. Timbang cawan dalam keadaan kosong sebagai M1.
5. Hasil benih padi yang telah diblender maupun benih jagung yang telah diiris di
masukkan ke dalam cawan porselen tersebut lalu timbang kembali sebagai M2.
6. Masukkan irisan benih ke dalam oven yang telah di set dengan suhu 133 o C
selama 1 jam.
7. Keluarkan irisan benih yang telah di oven ke dalam desikator yang berisi silika
gel selama 30 menit.
8. Keluarkan lalu timbang kembali cawan porselen bersama benih yang telah di
oven sebagai M3.
9. Hitung persen kadar airnya dengan rumus sebagai berikut:

( M 2−M 3)
% KA = x 100%
( M 2−M 1)

M1= bobot cawan porselen kosong

M2= bobot cawan + benih sebelum di oven

M3= bobot cawan + benih setelah di oven

E. Hasil

Benih Ulangan M1 M2 M3 % KA Ket


PERCOBAAN IV

PENGARUH KONDISI SIMPAN DAN KEMASAN BENIH


TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

A. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi simpan dan
jenis kemasan benih terhadap viabilitas benih.

B. Pendahuluan
Penyimpanan benih merupakan suatu upaya utnuk mempertahankan
viabilitas benih tetap tinggi sampai benih tersebut ditanam. Penyimpanan benih
memiliki beberapa tujuan antara lain: dapat menggunakan benih dengan vigor
tetap tinggi pada saat yang dikehendaki, mengawetkan cadangan makanan yang
ada dalam benih, mempertahankan vigor benih dalam periode simpan sepanjang
mungkin, sebagai persediaan genetik dan sebagai cadangan pada musim
berikutnya.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah
faktor internal dan faktor lingkungan simpan. Faktor internal mencakup sifat-sifat
benih secara genetik, seperti faktor kondisi benih yang meliputi kadar air dan
vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis. Faktor lingkungan meliputi
faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu, dan gas.
Pada praktikum ini akan dipelajari pengaruh kondisi ruang simpan antara
suhu kamar dan suhu kulkas, serta kemasan benih yang digunakan saat
menyimpan terhadap daya simpan benih.

c. Bahan & Alat


Bahan : benih kedelai, aquades, kertas stensil, label, plastik kemasan, amplop
coklat, alumunium foil.

Alat : baki, pinset, gunting, germinator, pengepres kertas, cawan petri,


desikator, cawan porselen, timbangan digital, sealer.

d. Metode Percobaan

1. Siapkan benih kedelai yang akan digunakan.


2. Bagi benih kedelai ke dalam 7 bagian, yaitu control (tanpa penyimpanan), simpan
dalam suhu kamar dengan kemasan plastik, simpan dalam suhu kamar dengan
kemasan amplop coklat, simpan dalam suhu kamar dengan kemasan alumunium foil,
simpan dalam suhu kulkas dengan kemasan plastik, simpan dalam suhu kulkas dengan
kemasan amplop coklat, simpan dalam suhu kulkas dengan kemasan alumunium foil.
3. Buat masing-masing perlakuan dengan 3 ulangan.
4. Lakukan uji kecambah dengan metode UKD-dp untuk melihat vigor awal pada
perlakuan control.
5. Lakukan uji kadar air secara langsung dengan oven untuk melihat persentase KA awal
pada perlakuan kontrol.
6. Simpan benih kedelai perlakuan lain selama 4 minggu dan 8 minggu.
7. Lakukan uji kecambah dan uji KA kembali di akhir penyimpanan.
8. Amati bagaimana kecenderungan daya berkecambah benih dan KA benih sampai akhir
periode simpan.

e. Hasil dan Pembahasan

Periode Ulangan Kemasan Plastik Kemasan Amplop Alumunium Foil


simpan
Suhu kamar Kulkas Suhu kamar Kulkas Suhu kamar Kulkas
0 (Kontrol) 1
2
3
4 Minggu 1
2
3
8 Minggu 1
2
3

PERCOBAAN V

PENENTUAN BOBOT KERING KECAMBAH

A. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolok ukur bobot
kering kecambah dari 2 lot benih kacang hijau.

B. Pendahuluan
Pengujian viabiltas benih dapat dilakukan melalui pendekatan fisiologis,
biokimiawi maupun sitologis. Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisiologis
dilakukan dengan mengamati gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolok ukur yang
digunakan untuk pengujian tersebut misalnya dengan daya berkecambah benih yaitu
penentuan persentase kecambah normal dari benih yang diuji. Penentuan kecambah
normal dilakukan berdasarkan struktur tumbuh misalnya akar primer, daun pertama,
hipokotil, dan epikotil dengan kriteria tertentu utuk setiap jenis benih.
Selain melalui pengujian daya berkecambah, viabilitas benih juga dapat dinilai
berdasarkan kemampuan dalam pembentukannya biomasa kecambah yang diukur
berdasarkan bobot kering kecambah. Lot benih yang viabilitasnya lebih tinggi akan
menghasilkan bobot kering kecambah lebih besar. Pengukuran bobot kering kecambah
merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan obyektif.

C. Bahan & Alat

Bahan: benih kacang hijau dengan 2 lot yang berbeda, kertas amplop, kertas stensil,
label, plastik.

Alat: Oven, desikator, germinator, pengepres kertas, timbangan digital.


D. Metode Percobaan
1. Tanam benih kacang hijau dengan metode UKD-dp dengan jumlah 25 butir
setiap gulungnya dan kecambahkan di germinator.
2. Hitung daya kecambah benih pada hari ke 5.
3. Setelah pengamatan daya kecambah, lakukan pengukuran bobot kering
kecambah dengan cara sebagai berikut:
- Buang kotiledon dengan hati-hati
- Masukkan kecambah yang telah dibuang kotiledonnya ke dalam kertas
amplop. Kertas amplop ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot
awal (K0).
- Masukkan kertas amplop berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke
dalam oven dengan suhu 60o C selama 3x24 jam.
- Masukkan kertas amplop dalam desikator, tunggu hingga dingin dan
timbang sebagai K1.
- Hitung bobot kering kecambah = K1-K0

e. Hasil

Lot Benih Ulangan Daya Bobot Kering


Berkecambah (%) Kecambah (g)
Viabilitas Tinggi 1
2
3
Viabilitas Rendah 1
2
3
PERCOBAAN VI

DORMANSI BENIH

A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mengetahui penyebab dormansi dan cara pematahan dormansi benih.

B. Pendahuluan
Dormansi benih adalah benih hidup yang tidak berkecambah meskipun diletakkan
dalam kondisi optimum yang sesuai dengan perkecambahan. Dormansi terbagi menjadi
dua yaitu berdasarkan fisik dan fisiologis. Dormansi fisik adalah dormansi yang
diakibatkan oleh fisik dari benih itu sendiri,  maksudnya dormansi yang menyebabkan
pembatasan struktur terhadap perkecambahan. Dormansi fisik dapat terjadi karena
beberapa hal sebagai berikut:
1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Pengambilan air terhalang oleh kulit biji karena memiliki struktur kulit luar yang
keras contohnya benih lamtoro, kemiri, kelapa, kelapa sawit, dan sagu.
2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Untuk perkecambahan diperlukan oksigen dan air karena kulit bijinya yang cukup
kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. Jika kulit biji dihilangkan maka
embrio atau perkecambahan akan cepat.
3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Perkecambahan akan terjadi apabila kulit biji dihilangkan atau diberi tekanan oksigen
di sekitar benih.

Sementara dormansi fisiologis adalah dormansi yang disebabkan oleh sejumlah


mekanisme, misalnya zat pengatur tubuh, baik penghambat ataupun perangsang
tumbuh, serta dapat juga disebabkan beberapa faktor seperti dibawah ini:
a. Immaturity embrio yakni benih secara fisiologis belum tua atau cukup umur untuk
perkecambahan tetapi sebenarnya benih tersebut sudah tua. Tipe dormansi ini
dapat ditemukan pada golongan anggrek.
b. After ripening, benih harus di beri perlakuan penyimpanan terlebih dahulu,
misalnya bayam, selada, padi.
c. Dormansi sekunder, benih tidak bisa berkecambah karena lingkungan dari benih
ini tidak normal, atau tidak memungkinkan untuk berkecambah, tetapi bila dalam
keadaan normal benih ini mampu berkecambah.
d. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme pada embrio, hambatan
metabolisme dapat berupa cahaya atau zat lain seperti, amonia, etilen dll.

Dormansi yang terjadi dalam benih bisa dipatahkan dengan berbagai cara seperti:

1. Perlakuan mekanis
Cara ini dilakukan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan
impermeabilitas kulit. Pematahan dormansi ini dapat dilakukan dengan skarifikasi
(melubangi benih, mengikir, menggosok dengan amplas, dan member tekanan
udara pada benih agar benih dapat berkecambah).

2. Perlakuan kimia
Untuk mematahkan dormansi pada benih dilakukan pemberian senyawa kimia
dengan perendaman.

C. Bahan & Alat

Bahan: Benih padi, benih saga, larutan KNO3, saringan, kertas stensil, plastik, label,
pasir, aquades.

Alat: germinator, wadah/baki, pemotong kuku, glass jar, spatula.

D. Metode Percobaan
Pematahan dormansi padi:
- Siapkan benih padi sebanyak 50 gram
- Rendam benih tersebut ke dalam larutan KNO3 selama 1 jam
- Tiriskan benih tersebut
- Tanam benih pada kertas stensil dengan metode ½ UKD-DP

Pematahan dormansi benih saga:


- Siapkan 150 butir benih saga
- Lukai bagian kanan maupun kiri di sekitar hilum benih
- Tanam benih saga dalam wadah berisi pasir
- Beri air dan amati

E. Hasil
Bandingkan antara perlakuan kontrol (tanpa perlakuan pematahan dormansi) dengan
perlakuan pematahan yang dilakukan. Amati jumlah persentase kecambahnya.
PERCOBAAN VII

PENGUJIAN VIGOR BENIH

A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menguji vigor benih dengan NaCl.

B. Pendahuluan
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk dapat berkecambah secara normal
dalam keadaan sub optimum. Keadaan suboptimum ini merupakan keadaan yang banyak
mewakili kondisi di lapang sesungguhnya. Kondisi suboptimum dapat terwujud dalam
bentuk kekeringan, salinitas tinggi, pH rendah atau kondisi asam.
Pengujian vigor dengan garam NaCl dapat mewakili kondisi vigor benih karena
Na (+) akan terakumulasi pada lapisan tanah atas dalam jumlah yang berlebih. Kondisi
benih yang masih mampu berkecambah secara normal dalam kurun waktu yang cepat
menunjukkan semakin tinggi vigornya.

C. Bahan & Alat


Bahan: Benih kedelai dengan 2 lot berbeda, garam dapur (NaCl), aquades, kertas stensil,
label, plastik.
Alat: baki, germinator, pengepres kertas, saringan, glass jar, spatula, timbangan digital.

D. Metode Percobaan
- Rendam kertas stensil ke dalam baki yang berisi 2% larutan garam NaCl selama 10
menit
- Tiriskan kertas stensil lalu pres.
- Kertas yang telah dipres digunakan sebagai media untuk menanam benih kedelai
dengan metode UKD-DP.
- Gulung kertas dengan rapi lalu masukkan ke dalam germinator
- Amati persentase vigornya dengan melihat kriteria kecambah normal

E. Hasil
Bandingkan persentase kecambah normal antara perlakuan kontrol (yang tidak diberi
NaCl) dengan perlakuan vigor yang diberi larutan NaCl. Buat dalam kolom
persentasenya dan bahas!
PERCOBAAN VIII

PENGUJIAN TETRAZOLIUM

A. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu menguji viabilitas benih secara tidak langsung melalui uji
tetrazolium

B. Pendahuluan

Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak


langsung. Pengujian secara langsung dilakukan melalui pengujian daya berkecambah
benih sementara pengujian tidak langsung salah satunya dapat dilakukan dengan
pengujian tetrazolium. Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa kimia yang dapat
mereduksi secara enzimatik di dalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi senyawa
ini akan merubah senyawa formazan yang berwarna merah cerah.
Prinsip kerja uji tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari benih
setelah direndam. Jaringan dalam benih yang masih hidup akan menimbulkan kriteria
warna merah cerah jika jaringan lemah akan terbentuk warna merah jambu dan tidak
berwarna bila jaringan sudah mati.

C. Bahan & Alat


Bahan : dua lot benih jagung, garam tetrazolium, aquades, kertas HVS.
Alat : kaca pembesar, oven, pinset, glass jar, saringan.

D. Metode Percobaan
1. Rendam benih dalam larutan tetrazolium selama 20 menit dan masukkan ke dalam
oven dengan suhu 40oC.
2. Cuci benih yang telah direndam dengan air mengalir.
3. Amati warna jaringan benih satu persatu.

E. Hasil Pengamatan

Benih Ulangan Gambar/foto Warna Keterangan


PERCOBAAN IX

PENGENALAN EKSTRAKSI BENIH PEPAYA

A. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa tentang teknik
ekstraksi benih papaya.

B. Pendahuluan

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman tropis yang berasal dari Amerika
tropis. Pepaya termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Pusat penyebaran
tanaman ini dari daerah Nikaragua dan Meksiko bagian selatan. Tanaman ini menyebar
ke Benua Afrika dan Asia serta negara India pada abad ke-16 bersama pelayar bangsa
Portugis. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk
Indonesia dan pulau-pulau di Lautan Pasifik di abad ke-17.
Buah pepaya tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir seluruh
penduduk dunia. Buah pepaya mempunyai daging yang lunak berwarna merah atau
kuning serta rasa yang manis dan menyegarkan. Buah pepaya mengandung nilai gizi
yang tinggi antara lain mengandung provitamin A dan vitamin C, juga mineral dan
kalsium.
Peningkatan hasil produksi pepaya dapat dilakukan dengan penyediaan benih
yang bermutu, terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Penyediaan benih yang
bermutu, terjangkau dan tersedia bagi petani hanya dapat dilakukan dengan pengolahan
benih secara baik dan benar agar diperoleh proses pengolahan benih yang efisien dan
efektif. Mutu benih tersebut meliputi mutu genetik, fisologis, fisik dan kesehatan.
C. Bahan & Alat

Bahan : buah pepaya matang, air, kertas koran, kemasan plastik


Alat : timbangan, pisau, saringan, baki

D. Metode Percobaan
1. Buah pepaya yang matang ditimbang.
2. Catat bobot buah tersebut dalam lembar hasil.
3. Setelah itu buah dibelah dan diambil benihnya.
4. Setelah benih segar terkumpul, lalu ditimbang bobotnya dan dicatat dalam lembar
hasil.
5. Benih segar tersebut kemudian dimasukkan ke dalam saringan dan diremas-remas
hingga sarkotesta yang meliputi benih pecah.
6. Setelah itu, benih dimasukkan ke dalam baki berisi air dan diaduk-aduk hingga
seluruh sarkotesta dan kotoran lain terlepas.
7. Pembilasan dilakukan dengan frekuensi tertentu hingga benih benar-benar bersih dari
segala kotoran.
8. Setelah benih bersih, lalu benih ditiriskan dengan cara meletakkan benih di atas
permukaan kertas koran.
9. Benih dikeringanginkan selama 48 jam dalam laboratorium.
10. Setelah benih kering, lalu benih ditimbang. Hasil timbangan dicatat dan dihitung nilai
rendemen benihnya dengan cara berikut

bobot benih yang telah dikeringkan


% rendeman benih = x 100 %
bobot benih segar

E. Hasil

No Variabel pengamatan Hasil pengamatan Rendemen (%)


1 Bobot buah basah
2 Bobot benih basah
3 Bobot benih kering
PERCOBAAN X

PENGUJIAN KESEHATAN BENIH

A. Tujuan Praktikum
Mengenalkan kepada mahasiswa tentang teknik pengujian kesehatan benih.

B. Pendahuluan

Salah satu kriteria benih bermutu adalah memiliki mutu kesehatan yang baik,
artinya benih tidak memiliki atau membawa penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus, dan penyakit yang berasal dari hewan
termasuk nematoda dan serangga. Tidak hanya karena faktor biotik, kondisi fisiologis
karena kekurangan unsur mikro juga ikut teribat dalam penentuan kondisi kesehatan
benih.
Pengujian kesehatan benih memiliki empat kepentingan, yaitu:
1. Inokulum yang terbawa benih dapat berkembang menjadi penyakit yang menyerang
pertanaman di lapang sehingga mengurangi nilai komersialnya.
2. Benih-benih yang didatangkan dari atau ke daerah baru kemungkinan
mengintroduksikan penyakit-penyakit. Oleh karena itu, tindakan karantina dan
sertifikasi (kesehatan benih) sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit
dari satu daerah ke daerah lain (pulau, negara, benua).
3. Pengujian kesehatan benih mungkin dapat menjelaskan evaluasi kecambah dan
penyebab rendahnya persentase daya berkecambah atau buruknya pertumbuhan benih
di lapang sehingga akan menjadi pelengkap uji daya berkecambah.
4. Hasil pengujian kesehatan benih dapat memberikan cara perlakuan khusus (treatment)
dalam suatu lot benih untuk mengendalikan patogen terbawa benih atau mengurangi
resiko penyebaran penyakit.

Ada beberapa metode untuk melakukan pengujian kesehatan benih. Setiap metode
bisa saja hanya cocok untuk jenis pengujian benih tertentu yang artinya sangat spesifik
atua tidak bisa di generalisasi. Metode pengujian kesehatan benih yang sudah pernah
dilakukan saat ini ada 5, yaitu metode blotter, metode agar, pengujian pada media pasir,
pemeriksaan pertumbuhan tanaman (growing plants), dan pengujian serologi. Metode
pegujian kesehatan benih yang sederhana namun mampu memberikan hasil yang baik
untuk benih buah yang berukuran relatif besar adalah pengujian pada media pasir.
Pengujian pada media pasir memberikan informasi yang lebih mendekati
pertumbuhan benih di lapang, hanya saja dibutuhkan waktu pengujian yang agak lama +
2 minggu. Pengujian blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya patogen
pada beberapa kasus seed borne yang memerlukan masa inkubasi lama. Sebagai media
pengujian dapat digunakan tanah, pasir, batu bata, atau arang sekam yang sudah
disterilisasi.

C. Bahan & Alat


Bahan : benih pepaya hasil ekstraksi, arang sekam, air steril.
Alat : baki perkecambahan, pinset, hand sprayer.

D. Metode Percobaan
1. Arang sekam disterilisasi dengan cara dimasukkan ke dalam oven pada suhu 121oC
selama 2 jam.
2. Setelah itu, arang sekam dikeluarkan dari oven dan dibiarkan hingga terasa tidak
panas. Setelah itu, arang sekam dimasukkan dalam baki perkecambahan dan disiram
air steril hingga basah.
3. Benih pepaya hasil ekstraksi yang diuji mutu kesehatannya ditanam dalam arang
sekam tersebut.
4. Jumlah benih yang ditanam dalam satu baki sebanyak 50 butir, disusun sedemikan
rupa, dan dibuat duplo.
5. Baki perkecambahan disimpan dalam ruangan bersuhu 10-12 oC. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui benih pepaya hasil ekstraksi sendiri terserang fusarium atau tidak.
6. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali selama 14 hari dengan pemeriksaan rutin
setiap hari untuk menjaga kelembapan media perkecambahan.

E. Hasil

No Variabel pengamatan First count (hari) Final count (hari) Kemunculan


penyakit (%)
1 Baki 1
2 Baki 2

Anda mungkin juga menyukai