Anda di halaman 1dari 31

Tesis

STUDY KAWASAN ALTERNATIF UNTUK


PENYANGGA PERKEMBANGAN KOTA AMBON

Aleksander. S. Lopulalan
NRP : 320 820 182 4

Pembimbing :
Ir. Ispurwono. Soemarno, M. Arch. Ph.D.
Dr.Ing.Ir. Bambang Soemardiono

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN PROGRAM STUDI/JURUSAN
ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
2009
BAB 1
Pendahuluan
Latar belakang
tingginya arus urbanisasi ke pusat kota
tidak di imbangi dengan ketersediaan
lahan
 Tujuannya Urbanisasi:
1. memperbaiki ekonomi
2. mencari pendidikan yang lebih baik
 Akibat Urbanisasi :
1. Terjadi Kepadatan Penduduk
2. Terjadi kepadatan bangunan akibat dari pembangunan tidak terarah dan
terkontrol
3. Karna keterbatasan lahan pembangunan permukiman dilakukan oleh
masyarakat pada lerang gunung
Akibat kepadatan dan pembangunan yang tidak terkontrol timbul
1. Timbul permukiman yang kumuh
2. Banjir
3. Sedimentasi pada muara di laut
4. Kurangnya ketersediaan air tanah
5. Berkurangnya ruang terbuka hijau di pusat kota
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
• permasalahan yang akan menjadi kajian selanjutnya adalah
sebagai berikut :
– Bagaimana kondisi daya dukung lahan kota Ambon dalam
perkembangan yang ada saat ini ?
– Kriteria-kriteria apakah yang diperlukan oleh suatu
kawasan penyangga untuk dapat membantu mengatasi
masalah kota Ambon saat ini ?
– Kawasan-kawasan alternatif manakah yang dapat
membantu sebagai penyangga pembangunan kota Ambon
ke masa depan ?
• Tujuan dilakukan studi ini adalah sebagai berikut :
 Mengidentifikasi daya dukung lahan pada pusat kota Ambon
saat ini.
 Mengidentifikasi kriteria–kriteria kawasan penyangga untuk
menentukan kawasan yang dapat menyangga kota Ambon dalam
pembangunan yang optimal ke depan.
 Mengidentifikasi kawasan-kawasan manakah yang tepat
sebagai kawasan penyangga kota Ambon dalam pembangunan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Tentang Wilayah Pusat
Wilayah pusat atau biasa diistilahkan dengan center merupakan sebuah wilayah
yang secara morfologi dapat dikatakan sebagai sebuah kota yang memiliki beberapa
fungsi, salah satunya yakni fungsi pelayanan. Kota dapat dikatakan memiliki fungsi
pelayanan dikarenakan beberapa hal seperti : pelayanan jasa, perdagangan,
transportasi, pendidikan dan perbankan yang lingkup pelayanannya terkadang tidak
hanya meliputi bagian kota itu sendiri tetapi juga menjangkau daerah-daerah lain yang
berada di luar kota tersebut.
2.1.1 Pengertian Kota
Pemahaman kota secara analitis dapat dikaji dari tiga sudut pandang yaitu kota secara
fisik, sosial dan ekonomi (Branch, 1996;51), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Kota secara fisik
2. Kota secara sosial
3. Kota secara ekonomi
Secara umum ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari 3 bagian yang mewarnai aktivitas
ekonomi kota :
a. Ekonomi Pemerintah
b. Ekonomi swasta
c. Ekonomi khusus
2.1.2 Perkembangan Kota
Indikasi perkembangan
kota
• pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan perekonomiannya.
• menuntut peningkatan pelayanan kebutuhan seperti perumahan, fasilitas
dan infarstruktur
Perkembangan kota juga dipengaruhi
• Kondisi topografi seperti perbukitan, lautan dan rintangan alam lainnya yang
dapat menghentikan laju perkembangan kota.
• Daerah dengan potensi ekonomi yang baik akan mempunyai daya tarik kuat untuk
berkembang.
(Sujarto, 1990).
2.1.3 Faktor Penentu Perkembangan Kota
• Kota merupakan tempat tinggal dan tempat bekerja ( Branch dan Melville. 1996:7).
• Sedangkan kota sebagai tempat yang memberikan penghasilan (Branch, 1996:71-72).
• Perekonomian di perkotaan dibagi menjadi 2bagian (Jayadinata, 1999:133-135) :
1. Kegiatan ekonomi dasar (basic activities)
2. Kegiatan ekonomi bukan dasar (non basic activities)
2.2 Kajian Tentang Wilayah Penyangga
2.2.1 Pengertian Wilayah Penyangga
• Wilayah penyangga diartikan sebagai daerah yang langsung berbatasan dengan
wilayah kota/areal terbangun. ( Tarigan,2005 :118)
• wilayah penyangga adalah wilayah yang tumbuh akibat proses pertumbuhan wilayah-
wilayah tertentu.( Bintarto,1983)
• Hammond, geograf Amerika mengemukakan beberapa alasan tumbuhnya wilayah
pinggiran, diantaranya :
1. Peningkatan pelayanan transportasi kota
2. Pertumbuhan penduduk
3. Meningkatnya taraf hidup masyarakat
4. Gerakan pemilikan rumah oleh masyarakat
. 2.2.2 Perkembangan Wilayah Penyangga
• Perkembangan wilayah pinggiran ini didorong oleh adanya perpindahan penduduk ke
wilayah pinggiran. Hal ini berkaitan erat pula dengan pergerakan penduduk dari wilayah
pedesaan (rural) ke wilayah perkotaan (urban). Pemahaman ini didasari oleh
pengklasifikasian zona kota-desa, seperti yang diungkapkan oleh Bintarto (1983) :
1. City atau pusat kota
2. Suburban yaitu area yang dekat dengan pusat kota dengan luas mencakup daerah penglaju
3. Suburban Fringe yaitu suatu area yang melingkari suburban dan merupakan
daerah peralihan antara desa dan kota
4. Urban Fringe yaitu area batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota
5. Rural Urban Fringe yaitu area yang terletak antara kota dan desa yang ditandai
dengan penggunaan lahan campuran
6. Rural atau daerah pedesaan
2.2.3 Teori Interaksi Pusat - Penyangga

• Teori interaksi pusat pinggiran (core periphery interaction)


dikembangkan oleh Hirschman, Myrdall, dan Friedmann. Dasar
teori ini merupakan kombinasi dari teori tempat pusat dan teori
kutub pertumbuhan.
• Pusat didefinisikan sebagai area yang memiliki kemampuan yang
tinggi untuk membangkitkan dan melakukan perubahan inovatif,
sedangkan pinggiran merupakan daerah pelengkap yang
tergantung pada pusat wilayah dan sebagian pembangunannya
ditentukan oleh institusi pemerintah pada pusat wilayah (Yeates,
1980:44).
• Interaksi antara wilayah pusat dan pinggiran dapat terjadi
dikarenakan berbagai faktor yang ada dalam wilayah pusat,
wilayah pinggiran, dan di antara pusat dan pinggiran. Kemajuan
masyarakat, perluasan jaringan jalan, pengaruh pusat terhadap
pinggiran, kebutuhan timbal balik telah memacu interaksi secara
bertahap dan efektif
2.3.2 Tipologi Interaksi Keruangan

Menurut Rondinelli, interaksi keruangan dalam


perencanaan pengembangan wilayah terdiri dari
(Rondinelli, 1993) :
1. Keterkaitan fisik,
2. Keterkaitan ekonomi,
3. Keterkaitan pergerakan penduduk,
4. Keterkaitan teknologi,.
5. Keterkaitan sosial
6. Keterkaitan pelayanan sosial
7. Keterkaitan administratif,.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.3 Variabel Penelitian dan Kebutuhan Data.

Analisa Variabel Sub Variabel


1. Bagaimana kondisi daya dukung lahan Penduduk 1. Tingkat Kepadatan
kota Ambon dalam perkembangan 2. Pertumbuhan
yang ada saat ini ? 3. Potensi SDM
2. Kriteria-kriteria apakah yang 4. Perumahan
diperlukan oleh suatu kawasan
Jasa 1. Tempat Ibadah
penyangga untuk dapat membantu
2. Fasilitas Kesehatan
mengatasi masalah kota Ambon saat
ini ? 3. Fasilitas olahraga
4. Keamanan
3. Kawasan-kawasan alternatif manakah
5. Pemakaman
yang dapat membantu sebagai
6. Kebakaran
penyangga pembangunan kota Ambon
7. Pendidikan
ke masa depan ?
Prasarana Dasar 1.Drainase
2.Jalan
utama
3. Jalan Lingkungan
4. Persampahan
Infrastruktur Kota 1. Penerangan
2. Telekomunikasi
3. Air minum
Pemanfatan Lahan 1. Pengembangan Lahan
2. Terminal
3. Kawasan Ekonomi
Sarana Ekonomi 1. Perbankan
2. Pertokoan
3. Restoran
4. industri
5. Pasar
6. Potensi Sumber Daya Alam
Sarana Pendukung 1. Moda Transportasi
2. Trayek Angkutan
3. Jarak Ke Kota
4. Jarak Ke Kawasan Lain
Gambar 3.2 Tahap Penelitian
Bagaimana kondisi daya dukung lahan kota Ambon dalam perkembangan yang ada
saat ini ?
Kriteria-kriteria apakah yang diperlukan oleh suatu kawasan penyangga untuk
Rumusan dapat membantu mengatasi masalah kota Ambon saat ini ?
Masalah Kawasan-kawasan alternatif manakahyang dapat membantu sebagai penyangga
pembangunan kota Ambon ke masa depan ?

Teori Tentang Wilayah Pusat


Tinjauan Pengembangan wilayah
Interaksi Keruangan
Kajian Kajian Tentang Wilayah Penyangga
Pustaka Lingkungan Permukiman
Teori Jangkauan Pelayanan Fasilitas

Variabel yang dipergunakan dalam analisa


Pengumpulan data

Data fasilitas, infrastruktur


Datapotensi
Sekunder
kawasan Data Primer Survey lapangan, wawancara, dan foto dokumentasi

Tahap
Analisa

Pendekatan deskriptif untuk Analisa faktor untuk  Analisa SWOT untuk menetukan
mengetahui kondisi daya menentukan kriteria alternatif kawasan penyangga kota
dukung lahan terhadap kawasan penyangga  Pembobotan fasilitas tersedia
pembangunan pada pusat kota

Tahap Akhir Kesimpulan kondisi daya dukung lahan, kriteria dan menentukan alternatife kawasan penyangga
Sumber :Hasil Analisis,2009
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

• Gambaran Umum Kota Ambon


• Secara astronomis, kedudukan wilayah Kota
Ambon terletak diantara :
• 3° - 4° Lintang Selatan
• 128° - 129° Bujur Timur.
• Batas wilayah Kota Ambon sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Petuanan Desa Hitu, Desa
Hila, Desa Kaitetu, Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku Tengah
• Sebelah Selatan : Laut Banda
• Sebelah Timur : Petuanan Desa Suli
Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
• Sebelah Barat : Petuanan Desa Hitu Kecamatan
Laihitu Kabupaten Maluku Tengah
Analisis dan Pembahasan Kondisi Eksisting Pusat Kota Ambon

• Sesuai hasil pengamat di lapangan bahwa kawasan


pemukiman di pusat kota Ambon tidak dilengkapi
dengan sarana dan prasarana lingkungan yang
memadai seperti drainase, penerangan jalan
lingkungan, taman bermain, lapangan olahraga dan
fasilitas lainnya. kapasitas dan kualitas air bersih
yang tidak memenuhi standart kesehatan dengan
penurunan kwalitas lingkungan maka dapat
dikatakan pada beberapa kelurahan terdapt
kantong-kantong kumuh.
• Meningkatnya intensitas pemakaian lahan
sehingga angka KDB dan KLB menjadi tinggi
melebihi ambang batas daya dukung kawasan
sehingga kawasan tersebut didomonasi oleh
perkerasan (solid) daripada lahan kosong
(void)
• Dari kondisi daya dukung lahan dan permasalahan
yang terjadi dapat simpulkan bahwa
perkembangan pembangunan di pusat kota Ambon
mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan
sehingga diperlukan penanganan yang serius
Faktor-faktor untuk menetukan kriteria kawasan
penyangga
1. Menentukan faktor yang mendasari seluruh variabel yang
dipertimbangkan, sehingga dapat diketahui makna dasar dalam
menentukan potensi atau karakteristik wilayah. Dengan analisis
faktor tersebut, variabel – variabel yang menjadi faktor yang
lebih kecil jumlahnya, sehingga akan lebih mudah memahami
kriteria dasar dalam menentukan kawasan yang potensial.
2. Menyeleksi variabel yang akan digunakan untuk analisis dengan
metode analisis statistik lainnya, misalnya analisis regresi atau
diskriminan. Faktor analisis mengindentifikasi kelompok
variabel yang berkorelasi erat, sehingga kita dapat memilih satu
variabel dari setiap kelompok untuk dijadikan prediktor
3. Menyederhanakan data. Misalnya untuk mengetahui karakteristik
suatu wilayah perencanaan, secara menyeluruh seorang
perencana menganalisis banyak variabel. Analisis faktor akan
mengelompokkan variabel ke dalam beberapa faktor dan
memberikan nilai setiap faktor untuk wilayah tersebut, sehingga
akan diketahui data baru yang lebih kecil ukurannya yang
memudahkan analisis selanjutnya.
4. Mengelompokkan variabel menurut kesamaan karakteristik.
Dalam hal ini sering disebut inverse faktor, dimana obyek
diperlakukan sebagai variabe
Tahap III : Menyederhanakan Data
Untuk dapat menentukan skala prioritas untuk menentukan
kriteria dari setiap aspek level I dilakukan eigenvaktor utama
yang merupakan bobot rasio keseluruhan aspek terhadap

masing-masing aspek. Nilai eigenvaktor tersebut


penduduk Jasa Prasarana Infrastruktur Pemanfaatan Sarana Sarana Eigenvactor Tingkata
dasar Kota Lahan Ekonomi Pendukung kepentingan

penduduk 0.05 0.02 0.02 0.06 0.10 0.05 0.04 0.05 I

Jasa 0.14 0.07 0.03 0.04 0.10 0.02 0.03 0.06 I

Prasarana dasar 0.10 0.21 0.10 0.04 0.07 0.03 0.04 0.08 II

Infrastruktur 0.29 V
Kota 0.24 0.21 0.31 0.13 0.17 0.30 0.68

Pemanfaatan 0.27 V
Lahan 0.14 0.21 0.20 0.63 0.34 0.30 0.04

Sarana Ekonomi 0.24 0.14 0.31 0.04 0.10 0.10 0.03 0.14 III

Sarana 0.11 III


pendukung
0.10 0.14 0.03 0.06 0.10 0.20 0.14

Jumlah
1,00
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0.11

0.14 Sarana
Pendukung
0.27
Sarana Ekonomi
0.29 Pemanfaatan
0.08 Lahan
Infrastruktur Kota
0.06
Prasarana Dasar
0.05

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

Gambar 4.2 : Chart Bar Skala Prioritas Berbagai Faktor


Pengembangan Kawasan Penyangga
• Tahap IV : Pengelompokan Variabel.
Merujuk pada tahap III penyerdehanaan data dan chart
barskala prioritas maka pengelompokan data dapat dibagikan
menjadi tiga baian prioritas dalam menentukan kriteria kawasan
sebagai berikut :
1. Faktor sangat prioritas
• Infrastruktur kota
• Pemanfaatan lahan
2. Faktor Prioritas
• Sarana ekonomi
• Sarana pendukung
3. Faktor kurang prioritas
• Sarana dasar
• Jasa
• Penduduk
disimpulkan bahwa untuk menentukan satu
kawasan pengembangan diperlukan beberapa
kriterian sebagai berikut :

• Kawasan penyangga harus memiliki luas


lahan besar dan efektif.
• Infrastruktur yang yang tersedia mampu
melayani masyarakat dan mampu memenuhi
kebutuhan pertumbuhan perbangunan.
• Kondisi topografi kawasan yang relatif datar.
• Letak geografis yang strategis
• Potensi sumber daya alam yang tersedia dan
dapat dikembangkan
• Memiliki sumbar daya manusia yang potensial
Berdasarkan matriks SWOT dari ke 5 kawasan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kawasan Passo merupakan kawasan yang dapat
dikembangkan menjadi kawasan sentra ekonomi baru,
ditinjau dari posisi yang berada pada sentral pulau Ambon
yang dapat menghubungkan kota Ambon dengan kawasan
lain dipulau Ambon maupun pulau-pulau diluar pulau Ambon.
Selain sebagi penghubung dan pintu masuk dari arah timur
karna kaawasan Passo berbatasan langsung dengan desa
Suli kecamatan Salahutu kabupaten Maluku Tengah. Daya
dukung lahan yang masih laus juga menunjang kawasan
tersebut menjadi kawasan sentra ekonomi baru untuk
membantu kawasan Batu Merah pada sektor ekonomi.
2. Kawasan Batu Merah merupakan kawasan sentra ekonomi
kota ambon dan pengembangan industri rumah tangga yang
berkembang dikawasan tersebut, dan melakukan
peningkatan lingkungan kearah yang lebih sehat.
3. Kawasan Rumah Tiga dan sekitarnya merupakan kawasan
yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pendidikan dan
penelitian, meningkatkan kualitas maupun kuantitas
disektor pendidikan dan penilitian.
Analisis ketersediaan fasilitas pada kawasan alternatif

Nomor Nama Kawasan Jumlah Skor Presentasi Keterangan


1 Kawasan Passo 86 26,88 Alternatif I
2 Kawasan Batu Merah 76 23,75 Alternatif II
3 Kawasan Rumah Tiga 73 22,81 Alternatif III
4 Kawasan Latuhalat 49 15,31 Alternatif IV
5 Kawasan Hutumuri 36 11,25 Alternatif V

Analisis pola aliran manusia dan barang kota Ambon

• Terminal dan pasar Mardika menjadi pusat pergerakan barang dan


manusia kemudian melanjutkan ke kawasan lain
• Kawasan Passo sebagai kawasan strategis sebagai kawasan
penghubung antara kawasan kota dengan kawasan lain disekitar
serta daerah diluar pulau Ambon, semua arus kendaraan yang
masuk dan keluar kota dari kawasan lain dipastikan melewati
kawasan Passo.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
– Kesimpulan
1. Dari kondisi daya dukung lahan dapat di simpulkan bahwa
perkembangan pembangunan di pusat kota Ambon mengalami kondisi
yang sangat memprihatinkan yaitu tingkat kepadatan mencapai 757 jiwa
per km² dan tingkat kepadatan bangunan 200 kavling per km² sehingga
presentase lahan tersedia dan lahan terbangun tidak proporsional dalam
peruntukan maka diperlukan penanganan yang serius.
2. Untuk menentukan satu kawasan pengembangan dari analisis factor
dihasilkan faktor-faktor yang menjadi kriteria sebagai berikut
• kawasan penyangga harus memiliki luas lahan besar dan efektif.
• Infrastruktur yang yang tersedia mampu melayani masyarakat dan
mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan perbangunan.
• Kondisi topografi kawasan yang relatif datar.
• Letak geografis yang strategis
• potensi sumber daya alam yang tersedia dan dapat dikembangkan
• memiliki sumbar daya manusia yang potensial
3. Berdasarkan matriks SWOT antar faktor-faktor, analisis ketersediaan
fasilitas, analisis alur barang dan manusia maka dapat disimpulkan bahwa
kawasan yang tepat sebagai kawasan alternatif penyangga pembangunan
kota dengan skala prioritas sebagai berikut
– Kawasan Passo.
– Kawasan Batu Merah
– Kawasan Rumah Tiga
5.2 Saran
• Mengingat tingkat kepadatan pusat kota yang sudah
melebihi ambang batas maka pemerintah kota Ambon
tidak lagi memberikan izin membangun di pusat kota dan
lereng gunung kawasan.
• Melakukan rehabilitasi pembangunan secara menyeluruh
sehingga terbentuk satu bentuk kota yang serasi dan
dapat mengembalikan citra kota Ambon yang menis
• Peningkatan pengawasan terhadap pembangunan
perumahan dan permukiman serta usaha penegakan aturan
yang lebih baik.
• Menentukan kawasan penyangga sebaiknya merupakan
kawasan khusus pada satu bidang disesuaikan dengan
potensi yang tersedia pada kawasan tersebut.
• Perlu meningkatkan koordinasi pemerintah daerah dengan
swasta dan masyarakat dalam menentukan fungsi suatu
kawasan.
• Menciptakan kawasan yang efektif,efisien dan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Keterangan :
Jalur Angkutan Laut Antar Pulau Jalur Amgkutan Udara Antar Pulau

Gambar 1.3 Pulau Ambon dan Pulau- Pulau Di sekitarnya


Daerah Pendidikan dan
Pelabuahan penyebarangan ferri
Permukiman
ke kabupaten lain

Bandara Internasional Pattimurra


- Ambon

I
III
Pelabuahan laut lokal
menjubungi ke kabupaten lain
II

Pelabuahan Laut Ambon menhubungi ke


Provinsi Lain dan kabupaten lain
Pusat Pertokoan dan Terminal Kota dan Antar
Kabupaten
Kab.Maluku Tangah

Baguala

Teluk Ambon Baguala

Kota Ambon Laitimur Selatan

Sirimau

Nusaniwe

Ganbar 1.2 Batas Administrasi Kecamatan di Kota


Ambon
Kondisi Kelurahan Waihaong Kondisi Kelurahan Batu Merah

Gambar 1.4 Lokasi Perkampungan Kumuh di Kota Ambon


Gambar 1.5 Gambaran Perkampungan
kumuh dan Fasilitas
Gambar 1.6 Kondisi Permukiman Kota Ambon
Gambar 4.9 Foto udara kawasan
Gambar 1.7 Pembangunan Permukiman Pada Lerang
Bukit
• TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai