Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Nilai Dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945

Dan Konstitusional Ketentuan Perundang-Undangan

Di Bawah UUD

Nama : Johanes Sitorus


Nim : 213020501124
Matkul :Kewarganegaraan

Tugas Materi IV

Dody Ariyantho K. Wijaya. S. Hut. M.Si

198312072012121001

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2022
Pertanyaan :

1. Pilihlah sebuah ketentuan yang ada di pasal-pasal dalam UUD NRI 1945,
contoh, Pasal 23 A tentang pajak. Selanjutnya carilah undang-undang sebagai
pelaksanaan atas ketentuan tersebut. Analisis apakah isi undang-undang tersebut
benar-benar menjabarkan maksud ketentuan yang ada di UUD NRI 1945 tersebut?
Adakah isinya yang bertentangan?

JAWABAN :

Pasal 23A UUD 1945 merupakan salah satu landasan kerja sama di bidang
ekonomi.Yang berbunyi :
" Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang undang.

A. analisis apakah isi undang-undang tersebut benar-benar menjabarkan


maksud ketentuan yang ada di UUD NRI 1945 tersebut?
 Pasal 1 angka 12 dan 13 UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 adalah pajak atas
kepemilikan dan penguasaan kendaraan bermotor. Dalam pelaksanaan
pemungutannya dilakukan dikantor Badan Pendapatan Daerah,
Kepolisian Daerah Republik Indonesia, dan PT (Persero) Asuransi
Kerugian Jasa Raharja.
 Pasal 3 ayat (2) UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dinilai sebagai produk hukum yang ragu-ragu
dan tidak selaras dengan kehendak Pasal 23A UUD 1945. Pasal 23A
UUD 1945 menyebutkan setiap pajak dan pungutan lain yang
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang,
bukan dengan peraturan pemerintah.
 Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang menyebutkan segala tindakan yang
menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainnya
harus ditetapkan dengan UU yaitu dengan persetujuan DPR.
“Penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan yang
menempatkan beban kepada rakyat juga harus didasarkan pada UU.
 UU No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambangan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah juga menentukan tarif pajak
yang pengaturannya teknisnya dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah.
 Pasal 2 dan Pasal 3 UU PNBP menyebutkan jenis dan tarif PNBP
selain yang disebutkan dalam UU itu, dapat diatur melalui peraturan
pemerintah. Seperti, PP No. 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif
Atas PNBP yang Berlaku pada Kemenkoinfo dan kemudian diubah
dengan PP No. 76 Tahun 2013 dimana pemerintah dapat secara bebas
menambah jenis pungutan dan tarifnya tanpa campur tangan DPR.
Karena itu, prosentase penentuan pungutan negara bidang telekomunikasi harus
ditetapkan dalam UU Telekomunikasi. Seperti halnya dalam bidang perpajakan. “Jadi,
tidak sepenuhnya pengaturan prosentase tarif pungutan diserahkan melalui produk
hukum peraturan pemerintah,”

“Tanpa dasar UU, badan/pejabat administrasi negara tidak berwenang melakukan


suatu tindakan yang dapat mengubah atau mempengaruhi keadaan hukum warga
masyarakatnya,”

Akibatnya, besaran tarif dan biaya penyelenggaraan telekomunikasi ditentukan sesuka


hati oleh pemerintah. Berlakunya ketentuan itu sangat memberatkan pemohon berupa
pungutan PNBP atas kontribusi kewajiban pelayanan universal telekomunikasi
(universal service obligation/USO), biaya hak penyelenggaraan (BHP)
telekomunikasi, dan biaya hak penggunaan spektrum frekuensi.

B. Adakah isinya yang bertentangan?


 Pasal-pasal itu dinilai bertentangan dengan Pasal 23A UUD 1945
yang menyebutkan ‘Pajak dan segala pungutan memaksa lainnya
diatur dengan undang-undang.’ Sebab, PNPB salah satu pungutan
memaksa, sehingga tarifnya tidak boleh diatur dalam PP.
Karenanya, pemohon meminta MK menghapus Pasal 2, Pasal 3
UU PNBP dan Pasal 16, Pasal 26, Pasal 34 UU Telekomunikasi
karena bertentangan dengan  UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai