Anda di halaman 1dari 15

TUGAS – 01

ILMU LINGKUNGAN DAN SANITASI

Dosen Pengampu : Ir.Waluyo Nuswantoro, ST., MT


Peraturan – Peraturan Tentang Standar Kualitas
Air Baku Dan Air Minum Indonesia

Disusun Oleh :
Johanes Sitorus
213020501124

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416 Tahun 1990
Tentang : Syarat – syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :
a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus
menerus;
b. bahwa kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi
syarat kesehatan agar terhindar dari gangguan kesehatan;
c. bahwa syarat-syarat kualitas air yang berhubungan dengan
kesehatan yang telah ada perlu disesuaikan dengan perkembangan
teknologi dan upaya kesehatan serta kebutuhan masyarakat dewasa
ini;
d. bahwa sehubungan dengan huruf a, b dan cperlu ditetapkan
kembali syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dengan
Peraturan Menteri Kesehatan.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok
Kesehatan (Lembaran Negara Tamabahan Tahun 1960 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068)
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene Untuk
Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2455);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintah di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun
1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3347)
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558/Menkes/SK/1984
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Nomor 02/Men.KLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan.
Memutuskan :
Menetapkan :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.

BAB I
Ketentuan Umum

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Ini yang Dimaksud dengan:
a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian
umum.
b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.
d. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk
olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan.
e. Air Pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian
umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam
renang yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
f. Kakandep adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya.
g. Kakanwil adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan Propinsi.
h. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan.
BAB II
Syarat-syarat

Pasal 2
(1) Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
miktobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif.
(2) Pengawasan kualitas air sebagaiman dimaksud ayat (1) tercantum dalam
lampiran I,II,III, dan IV peraturan ini.

BAB III
Pengawasan
Pasal 3
(1) Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan
penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan,
serta meningkatkan kualitas air.
(2) Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.
Pasal 4
(1) Kegiatan pengawasan kualitas air mencakup :
a. Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada
proses produksi dan dsitribusi.
b. Pemeriksaan contoh air.
c. Analisi hasil pemeriksaan.
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dalam
hasil kegiatan a,b, dan c
e. Kegiatan tidak lanjut berupa pemantauan upaya
penanggulangan/perbaikan termasuk kegiatan penyuluhan.
(2) Hasil pengawasankualitas air dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Tingkat II secara berjenjang dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal.
(3) Tata cara penyelenggaraan pengawasan dan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta kualitas tenaga pengawas
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 5
Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh laboratorium yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
Pasal 6
(1) Penyimpanan dari syarat-syarat kualitas air seperti yang tercantum dalam
Peraturan Menteri ini tidak dibenarkan, kecuali dalam keadaan khusus
dibawah pengawasan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II setelah
berkonsultasi dengan kakanwil;
(2) Kakanwil dalam Memberikan pertimbangan setelah mendapat petunjuk
Direktur Jenderal.
Pasal 7
(1) Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di tingkat Pusat
dilakukan oleh Direktur Jenderal;
(2) Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di tingkat propinsi
dilakukan oleh Kakanwil;
(3) Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di Daerah Tingkat II
dilakukan oleh Kakandep;
Pasal 8
Pembiayaan pemeriksaan contoh air yang dimaksudkan dalam Peraturan Menteri
ini di bebankan kepada Pemerintah dan masyarakat termasuk swasta berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib di uji kualitas airnya.

BAB IV
Penindakan
Pasal 10
Barang siapa yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini yang dapat mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan dan merugikan bagi kepentingan umum maka dapat dikenakan tindakan
administratif dan atau tindakan pidana atau tindakan lainnya berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
Ketentuan Penutup
Pasal 11
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Ini, maka :
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 01/Birhukmas/I/1975 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 172/MenKes/Per/VIII/1978 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Kolam Renang;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 257/MenKes/Per/VI/1982 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Pemandian Umum;
Dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 12
Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan syarat-syarat dalam
pengawasan kualitas air yang masih berlaku harus disesuaikan dengan peraturan
ini.
Pasal 13
Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini,
ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Agar setiap orang yang mengetahuinya,
memerintahkan perundang Peraturan Menteri ini dengan penempatan dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Penggunaan Parameter-parameter kualitas Air
minum tersebut untuk air baku Maupun
air minum di beberapa tempat di Indonesia

Air baku untuk keperluan air minum (air bersih) merupakan salah satu
permasalahan dalam peningkatan pemenuhan air minum di Indonesia. Sistem
penyediaan air baku yang dijumpai di lapangan mempunyai keberagaman
yang luas. Oleh karenannya, dalam modul ini dijelaskan mengenai sistem air
baku yang secara umum dipakai di lapangan.

Air merupakan kebutuhan pokok manusia dan makhluk hidup lainnya.


Air menjadi elemen penting bagi keberlangsungan metabolisme makhluk
hidup. Air berada hampir di manapun didunia namun kuantitas dan kualitasnya
sangat bergantung kepada waktu dan tempat. Di gurun keberadaan air sangat
sedikit sedang di lautan air tersedia dengan jumlah yang sangat banyak. Air
hujan adalah air yang sangat murni yang hampir 100% merupakan senyawa
H2O,sedangkan air laut adalah air yang banyak mengandung berbagai macam
garam dengan jumlah yang besar. Senyawa garam terbesar di laut adalah NaCl
yang terurai menjadi ion-ion Na+ dan Cl-. Keberadaan garam, bahan terlarut
lainya dan bahan tak terlarut menentukan kualitas air tersebut. Keberadaan
makhluk hidup sangat tergantung dari ketersediaan air dengan kualitas yang
tertentu.
Pada mulanya manusia dapat memanfaatkan air langsung dari sumbernya,
yaitu tempat berkumpul air. Pada perkembangannya kemudian manusia
merasa bahwa kualitas dan kuantitas air pada sumbernya dianggap tidak
mencukupi. Dari aspek kuantitas perkembangan jumlah penduduk dan
peningkatan kualitas hidup manusia telah meningkatkan kebutuhan akan
kuantitas air secara ekponensial. Pada saat ini dianggap bahwa kebutuhan
manusia untuk kehidupannya yang layak adalah ketika terpenuhi ketersediaan
air sebanyak 2000m3 / kapita / tahun. Dengan kuantitas itu maka kebutuhan
manusia akan air untuk kegunaan air minum, pertanian, pertanian, energi,
rekreasi, dsb. dapat dipenuhi.
Dari aspek kualitas perkembangan jumlah penduduk manusia telah
memberikan tekanan kepada kualitas air pada sumbernya sehingga air yang
sebelumnya dapat aman dikonsumsi sekarang ini sudah tidak dapat lagi karena
tercemar. Peningkatan kualitas hidup manusia juga telah mendorong
peningkatan kebutuhan kualitas air. Jika dahulu manusia dapat langsung
mengkonsumsi air dari sumbernya yang asli dan belum tercemar maka pada
saat ini manusia hanya mau mengonsumsi air yang terjamin dengan kualitas
tinggi.
Aspek lain dari keberadaan air adalah kontinuitas. Manusia membutuhkan air
dengan kuantitas dan kualitas tertentu secara kontinyu karena kebutuhan
manusia berlangsung kontinyu. Dengan kebutuhan manusia akan air yang
secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas terjamin maka suatu rekayasa
terhadap air diperlukan. Rekayasa air minum adalah upaya untuk memenuhi
kebutuhan air yang dapat dikonsumsi secara langsung oleh manusia dengan
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan yang tertentu. Rekayasa sumber
daya air adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan air manusia dengan
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan yang tertentu. Sistem Air Baku
adalah salah satu wujud dari rekayasa sumber daya air.

1. Air Baku
Air baku adalah air yang menjadi bahan baku utama air olahan untuk kegunaan
tertentu. Kegunaan air baku terbesar adalah untuk air minum. Dalam PP
Nomor 16 tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, air baku air
minum dapat dari sumber air permukaan, cekungan air tanah, dan atau air
hujan yang memenuhi baku mutu tertentu.

a) Sumber Air Untuk Air Baku


Sumber air adalah wadah badan air. Sumber air dapat berupa (palung) sungai,
danau, waduk, sumur, dan mata air. Air hujan adalah pasokan air untuk sumber
air.

b) Sumber Air Mata Air


Mata air adalah tempat air tanah muncul di permukaan tanah. Kapasitas
sumber mata air biasanya lebih besar sedangkan kualitasnya pada umumnya
lebih baik ketimbangsumur dalam. Kapasitas mata air kadang lebih besar
karena outlet air tanahnya dapat lebih luas ketimbang sumur dangkal. Kualitas
mata air pada umumnya bagus karena daerah imbuhannya masih terjaga dari
ancaman pencemaran.
Pada awal munculnya sistem penyediaan air minumperkotaan, mata air
merupaan sumber air baku utamanya. Hal itu terjadi karena penduduk masih
sedikit kebutuhan air minum masih rendah dan ketersediaan sumber air masih
banyak. Mata air pada umumnya berada pada elevasi yang lebih tinggi
ketimbang daerah layanannya sehingga penyampaian air secara gravitasi
masih memungkinkan.

c) Sumber Air dari Air Permukaan (Sungai, Danau, dan Waduk)


Sungai, Danau, dan Waduk adalah sumber air baku yang cukup andal karena
kapasitasnya yang besar dan kontinuitasnya yang terjaga. Sebagian besar
sumber air baku untuk air minum di Indonesia saat ini berasal dari air
permukaan itu. Hampir semua sungai besar, danau, dan waduk di Pulau Jawa
Telah dimanfaatkan untuk sumber air baku untuk air minum. Sungai Garang
merupakan sumber air baku untuk SPAM Kota Semarang. Danau Rawapening
adalah sumber air baku utama untuk kawasan permukiman dan industri di
Kabupaten Semarang. Waduk Jatiluhur merupakan sumber air baku utama
untuk Kota Jakarta.

d) Sumber Air dari Air Hujan


Air hujan sebenarnya bukan merupakan sumber air baku. Air hujan menjadi
sumber air baku manakala telah tertampung ke dalam suatu wadah air seperti
sungai, danau, dan waduk. Dibutuhkan suatu rekayasa untuk menjadikan air
hujan menjadi air baku air minum. Waduk (bendungan), dan embung
merupakan hasil rekayasa air baku yang diselenggarakan oleh negara atau
perusahaan. Sedangkan penampungan air hujan (PAH) adalah wujud rekayasa
airbaku secara individual.
Air hujan sebagai pasokan air baku air minum individual telah dipraktikkan di
sepanjang pantai timur Sumatera yang berawa gambut atau payau. Masyarakat
di lokasi itu menampung air hujan yang jatuh di atap rumahnya dan
mengarahkannya ke dalam tangki – tangki beton yang berada di bawah lantai
rumah. Tangki – tangki tersebut berfungsi sebagai fondasi rumah sekaligus
sebagai tangki tando. Tinggi curah hujan sekitar 2500mm/y mendukung
kemangkusan cara itu.

2. Kualitas Baku untuk Air Baku


Pada dasarnya setiap sumber air dapat digunakan sebagai sumber air baku
untuk air minum. Namun karena pertimbangan keterbatasan akses teknologi
dan biaya maka pada umumnya hanya air dengan kualitas tertentu saja yang
dipakai untuk air baku. Semakin bagus kualitas air baku semakin disukai untuk
menjadi air baku air minum.

• Kelas air
Untuk kepraktisan dalam pemanfaatan dan pelestarian sumber air maka air
sesuai peruntukannya digolongkan ke dalam beberapa kelas. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air maka air digolongkan menurut peruntukannya menjadi 4:
(1) Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsungtanpa pengolahan terlebih dahulu
(2) Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum;
(3) Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan danpeternakan;
(4) Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian dan dapatdimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,
dan pembangkit listrik tenaga air.
Kualitas air Golongan B yaitu air untuk air baku untuk air minum adalah sebagai
mana Tabel
1. Beberapa sumber air baku pada musim kemarau mengalami penurunan
kualitas. Kualitas air baku tersebut dapat diperbaiki dengan tindakan
pengenceran air jika di bagian huluterdapat waduk.

Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Golongan B


No Parameter Satuan Kadar Keterangan
Maksimum
• Fisika
1. Suhu oC suhu air
normal
2. Zat padat terlarut mg/L 1.000

• Kimia
a. Kimia
Anorganik
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Amoniak bebas mg/L 0,5
3. Arsen mg/L 0,05
4. Barium mg/L 1,0
5. Besi mg/L 5,0
6. Fluorida mg/L 1,5
7. Kadmium mg/L 0,01
8. Klorida mg/L 600
9. Kromium mg/L 0,05
10. Mangan mg/L 0,5
11. Nitrat, sebagai N mg/L 10
12. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
13. Oksigen terlarut (DO) mg/L >6 dianjurkan
14. pH 5-9
15. Selenium mg/L 0,01
16. Seng mg/L 5
17. Sianida mg/L 0,1
18. Sulfat mg/L 400
19. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0,1
20. Tembaga mg/L 1,0
21. Timbal mg/L 0,1

b. Kimia Organik
1. Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,017
2. Chlordane mg/L 0,003
3. DDT mg/L 0,042
4. Endrine mg/L 0,001
5. Fenol mg/L 0,002
6. Heptachlor mg/L 0,018

dan
Heptachlore Epoxide
7. Karbon kloroform mg/L 0,5
ekstrak
8. LIndane mg/L 0,056
9. Methoxychlor mg/L 0,035
10. Minyak dan lemak mg/L nihil
11. Organofosfat mg/L 0,1

dan
carbamate
12. PCB mg/L nihil
13. Senyawa akftif biru mg/L 0,5
metilen
(surfaktan)
14. Toxafen mg/L 0,005

• MIKROBIOLOGIK

1. Koliform tinja Jumlah / 2.000


100ml
2. Total koliform Jumlah /100 10.000
ml

• RADIOAKTIVITAS

1. Aktivitas Alpha Bg/L 0.1


(Gross
Alpha Activity)
2. Aktivitas Beta (Gross Bg/L 1.0
Beta
Activity)

Keterangan:

mg = miligram
mL = mililiter
L = liter
Bq = Becquerel
Logam berat merupakan logam terlarut

• Standar air minum


Standar air minum merupakan angka angka batasan pada
beberapa parameter air yang menjadi acuan bagi para praktisi
dalam mengolah dan membagikan air minum. Air minum yang
merupakan air olahan harus memenuhi persyaratan tertentu
dalam standar sehingga dapat dikonsumsi langsung oleh manusia.
Persyaratan tertentu tertuang dalam PeraturanMenteri Kesehatan
Nomor 492 tahun 2010. Pada peraturan tersebut disebut
parameter wajib (Tabel 2) dan parameter tambahan. Pada
parameter wajib, antara lain disebut bahwa keberadaan bakteri
Escherichia coli (E.coli) dan coliform adalah 0. E.coli adalah
bakteri berasal dari sistem pencernakan bagian bawah manusia
dan binatang, sedangkan bakteri coliform adalah sekelompok
bakteri yang dipakai indikator yang keberadaan mereka menjadi
petunjuk keberadaanbakteri pathogen.
Standar air minum dapat berbeda antara negara yang satu dengan
lainnya, tergantung kemampuan akses setiap negara. Namun pada
umumnya dunia internasional memakai standar air minum dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai acuan.

Tabel 2. Parameter Wajib Persyaratan Kualitas Air


Minum(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492
tahun 2010)
No Parameter Satuan Kadar
. maksimum
1. Parameter yang
berhubungan
langsung dengan
kesehatan

a. Parameter
mikrobiologi
1) Escherichia Coli Jumlah / 100mL 0
2) Total Bakteri Coliform Jumlah / 100mL 0

b. Kimia anorganik
1) Arsen mg/L 0,01
2) Fluorida mg/L 1,5
3) Total Kromium mg/L 0,05
4) Kadmium mg/L 0,003
5) Nitrit (sebagai NO2) mg/L 3,0
6) Nitrat (sebagai NO3) mg/L 50
7) Sianida mg/L 0,07
8) Selenium mg/L 0,1

2. Parameter yang
tidak
langsung
berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau tak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total Zat Padat mg/L 500
Terlaurt
(TDS)
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa tak berasa
6) Suhu oC suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium mg/L 0,2
2) Besi mg/L 0,3
3) Kesadahan mg/L 500
4) Khlorida mg/L 5,0
5) Mangan mg/L 0,4
6) pH 6,5 – 8,5
7) Seng mg/L 3,0
8) Sulfat mg/L 250
9) Tembaga mg/L 2,0
10) Amonia mg/L 1,5

• Kuantitas Sumber Air Baku


a. Alokasi Sumber Air
Pada saat ini keberadaan air pada sumber sumber air adalah sangat terbatas.
Kepentingan suatu pihak atas suatu sumber air sering berbenturan dengan
kepentingan lainnya. Dalam keadaan ini maka pengaturan mengharmoniskan
berbagai kepentingan sangat diperlukan agartidak terjadi konflik yang dapat
memakan jiwa manusia.
Kesepakatan yang sekarang ada adalah sumber air terutama sumber air
permukaan dikelola dalam satu wilayah pengelolaan yang disebut wilayah
sungai (WS). Semua kepentingan yang berhubungan dengan pengelolaan
sumber daya air dibicarakan pada wadah koordinasi yang disebut tim
koordinasi pengelolaan sumber daya air (TKPSDA). TKPSDA merupakan
wadah koordinasi yang menampung wakil – wakil seluruh pemangku
kepentingan di bidang sumber daya air pada suatu WS. Keputusan – keputusan
TKPSDA akan menjadi bahan pertimbangan pejabat yang berwenang di
bidang pengelolaan SDA untuk mengambil kebijakan. Salah satu kebijakan
adalah alokasi air.
Alokasi air dari suatu sumber air adalah suatu dokumen yang ditetapkan oleh
pejabat pemerintah yang berwenang yang mengatur pembagian air dari suatu
sumber air kepada para pihak yang membutuhkan. Angka – angka pada
dokumen alokasi air merupakan pagu volume air yang dapat diambil dan
dimanfaatkan.
b. Izin Pemakaian Air
Izin pemakaian air adalah dokumen yang ditandatangai oleh pejabat
pemerintah yang berwenang ditujukan kepada suatu badan atau perseorangan
pengguna air yang membolehkannya mengambil dan memanfaatkan air dari
suatu sumber tertentu pada jumlah dan waktu yang tertentu. Izin pemakaian
air menjadi dasar dari penyedia layanan air minum (PDAM) untuk merancang
kapasitas.
Pada umumnya proses untuk mendapatkan izin pemakaian air cukup lama
karena sampai saatini dokumen alokasi air yang diterbitkan pemerintah belum
ada. Karena itu ketika suatu permohonan izin diterima, instansi pemerintah
yang berwenang perlu melakukan analisis atas kapasitas sumber yang masih
tersisa dan pertemuan konsultasi kepada masyarakat.
c. Ketersediaan Air Baku
Pada dasarnya di dunia ini ketersediaan air sangat banyak, namun demikian
yang layak secarafinansial digunakan untuk menjadi air baku adalah sangat
terbatas. Sebagai gambaran jumlah air di dunia adalah sekitar 1.400.000.000
km3. Air tersebut terdistribusi sebagai berikut: 94% merupakan air laut, 4%
sebagai air tanah, dan sekitar 2% sebagai lapisan es di kutub, jumlah yang ada
sebagai air permukaan adalah kurang dari 0,01%, itulah yang paling banyak
dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan manusia termasuk air baku air
minum.Ketersediaan air tahan tampak cukup besar yaitu 4% namun demikian
pemanfaatannya terkendala oleh lamanya detention time.
Ketersediaan air tawar di Indonesia adalah adalah cukup besar yaitu
15.500m3/y lebih besar dari rata – rata dunia yaitu 8.000m3/y. Namun jika
ditinjau untuk Pulau Jawa maka ketersediaan itu hanya 2.000m3/y.
Ketersediaan itupun juga belum diimbangi dengan kapasitas tampung yang
memadai. Kapasitas tampung air di Pulau Jawa masih pada kisaran 50m3/y,
sangat rendah.
4. SIMPULAN

1. Semua sumber air dapat dijadikan sumber air baku untuk air minum.
Namun demikian dengan mempertimbangkan proses dan biaya
pengolahan maka hanya sumber air dengan kapasitas dan kualitas tertentu
yang dapat dijadikan sumber air baku.
2. Sistem air baku dibangun di suatu badan air yang memenuhi kuantitas dan
kontinuitas ketersediaan air;
3. Keandalan sistem air baku dalam memasok air baku ke unit pengolahan air
menjadi faktor yang paling penting. Keandalan ini menyangkut ketersediaan air
bakunya, kekokohan struktur bangunannya, keandalan prasaran penunjangnya
dan pasokan sumber daya listrik.

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/ebc9e_Modul_2_Sistem_Air_Baku.pdf

Anda mungkin juga menyukai